Ebook Pajak Saat Transaksi Jual Beli Properti
Ebook Pajak Saat Transaksi Jual Beli Properti
Pajak :
Wajib Pajak
Orang Pribadi
Badan
Kewajiban perpajakan bagi wajib pajak yang bergerak dalam sektor pengembang
dengan mempertimbangkan sistem perpajakan di Indonesia yang self assessment
system dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,
membayar/menyetor, melapor, dan memperhitungkan sendiri pajaknya tanpa harus
menunggu adanya ketetapan dari Direktorat Jenderal Pajak.
Page 1
Kewajiban atas penghasilan sehubungan dengan pengalihan hak atas tanah dan/
bangunan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : PP-71
Tahun 2008, Pajak Penghasilan Final pengalihan hak atas tanah dan bangunan :
Subjek Pajak
Objek Pajak
Surat Setoran Pajak (SSP) via bank persepsi atau kantor pos.
sebelum Akte Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
ditandatangani
Pelaporan
Page 2
Nilai pengalihan hak adalah nilai yang tertinggi antara nilai berdasarkan Akta
Pengalihan Hak dengan Nilai Jual Objek pajak tanah dan/atau bangunan yang
bersangkutan,kecuali :
1. dalam hal pengalihan hak kepada Pemerintah adalah nilai berdasarkan
keputusan pejabat yang bersangkutan.
2. dalam ha1 pengalihan hak sesuai dengan peraturan lelang adalah nilai
menurut risalah lelang tersebut.
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) pengalihan hak
adalah Nilai Jual Objek Pajak menurut Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
pada Pajak Bumi dan Bangunan tahun ybs atau dalam hal Surat Pemberitahuan
Pajak Teru tang dimaksud belum terbit, adalah Nilai Jual Objek Pajak menurut
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang tahun pajak sebelumnya.
Apabila tanah dan/atau bangunan tersebut belum terdaftar pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama, maka Nilai Jual Objek Pajak yang dipakai adalah Nilai
Jual Objek Pajak menurut surat keterangan yang di terbitkan Kepala Kantor yang
wilayah kerjanya meliputi lokasi tanah dan/ atau bangunan yang bersangkutan
berada.
Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana
Rumah Sederhana sebagaimana dimaksud di atas terdiri atas Rumah
Scdcrhana Sehat dan Rumah Inti Tumbuh.
Rumah Susun Sederhana sebagaimana dimaksud di atas adalah bangunan
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipcrgunakan sebagai tempat
hunian yang dilengkapi dengan KM/WC dan dapur baik bersatu dengan unit
hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal termasuk Rumah Susun
Sederhana Milik.
Pengecualian
Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pernungutan Pajak
Penghasilan adalah:
Page 3
5% x Rp 200.000.000
Orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi, dan
atau memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, menguasai,
dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
B. Objek Pajak
Objek PBB adalah bumi dan/atau bangunan.
Bumi adalah seluruh bumi baik permukaan dan tubuh bumi yang
ada di bawahnya;
jalan TOL;
kolam renang;
pagar mewah;
taman mewah;
Objek Pajak yang digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang
sejenis dengan itu;
Objek Pajak merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang
belum dibebani suatu hak;
Page 5
Objek Pajak yang digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional
yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
C. Tarif PBB
Tarif PBB adalah tunggal sebesar 0,5% (lima per sepuluh persen).
D. Dasar Pengenaan Dan Cara Menghitung PBB
1.
2.
Besarnya NJOPTKP
NJOPTKP ditetapkan secara regional (setiap kabupaten/kota) paling banyak
sebesar Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak oleh
Kepala Kanwil DJP atas nama Menteri Keuangan dengan mempertimbangkan
pendapat Pemda setempat.
3.
4.
Dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (sales value = NJOP), yaitu harga
rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar. Bilamana
tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga
dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak
pengganti. NJOP ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk
daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya. Yang
dimaksud dengan :
Page 6
Nilai perolehan baru, adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu
objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan
penyusutan berdasarkan kondisi fisik objek tersebut;
Nilai jual pengganti, adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu
objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut.
Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (assessment value = NJKP) yaitu
suatu persentase tertentu dari NJOP yang dipergunakan sebagai dasar penghitungan
Page 7
PBB. NJKP ditetapkan serendah-rendahnya 20% (dua puluh persen) dan setinggitingginya 100% (seratus persen) dari NJOP.
1) sebesar 40 % dari NJOP apabila NJOP bernilai Rp. 1.000.000.000,- (satu
milyar rupiah) atau lebih;
2) sebesar 20 % dari NJOP apabila NJOP bernilai kurang dari Rp. 1.000.000.000,(satu milyar rupiah).
7.
NJOP sebagai dasar pengenaan PBB = Jumlah NJOP bumi dan bangunan
NJOP bumi = luas bumi x NJOP bumi per m2 NJOP bangunan = luas bangunan x NJOP
bangunan per-m2*) Besarnya ditentukan berdasarkan jumlah NJOP bumi dan
bangunan dan sektor.
E. Tahun Pajak, Saat, Dan Tempat Yang Menentukan PBB Terutang
1. Saat PBB terutang
Saat PBB terutang adalah keadaan objek PBB pada tanggal 1 Januari untuk suatu
tahun pajak tertentu (jangka waktu satu tahun takwim)
2. Tempat PBB terutang
Tempat PBB terutang adalah : Meliputi letak objek PBB.
F. Pendaftaran, Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), dan Surat Ketetapan Pajak
(SKP)
Mendaftarkan objek PBB-nya dengan mengisi SPOP secara jelas, benar, dan lengkap
serta ditandatangani dan disampaikan ke KPPBB/KP4/tempat lain yang ditunjuk yang
wilayah kerjanya meliputi letak objek PBB, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
setelah tanggal diterimanya SPOP oleh subjek PBB. Pelaksanaan dan tata cara
pendaftaran objek pajak sebagaimana diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan. SPOP
adalah sarana bagi Wajib Pajak untuk mendaftarkan
Objek PBB yang akan dipakai sebagai dasar untuk menghitung PBB yang terutang. Yang
dimaksud dengan jelas, benar, dan lengkap adalah :
Jelas, berarti penulisan data yang diminta dalam SPOP dibuat sedemikian rupa,
sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan negara maupun
Wajib Pajak sendiri;
Benar, berarti data yang dilaporkan harus sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya;
Lengkap berarti seluruh bagian yang harus diisi oleh Wajib Pajak terisi semua dan
ditandatangani.
2.
mengembalikan SPOP atau mengisi SPOP secara jelas, benar, dan lengkap
a. Sanksi Administrasi
Dalam hal WP tidak menyampaikan kembali SPOP pada waktunya dan setelah
ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam surat
teguran, maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dengan sanksi
berupa denda administrasi sebesar 25% dari PBB yang terutang.
Apabila pengisian SPOP setelah diteliti atau diperiksa ternyata tidak benar
(lebih kecil), maka akan diterbitkan SKP dengan sanksi berupa denda
administrasi sebesar 25% dari selisih besarnya PBB yang terutang.
b. Sanksi Pidana
Page 9
2.
3.
4.
5.
3.
SPPT
SPPT adalah Surat Keputusan Kepala KPPBB mengenai besarnya PBB terutang
yang harus dibayar oleh Wajib Pajak pada 1 (satu) tahun pajak tertentu. SPPT
diterbitkan berdasarkan data sebagaimana tertulis pada SPOP.
tercantum pada SPPT atau ATM) atau Tanda Terima Sementara (TTS) dari
petugas pemungut PBB Kelurahan/Desa yang ditunjuk resmi dengan SK
Walikota/Bupati.
5. kewajiban Wajib Pajak atas SPPT
6.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain yang ada ternyata jumlah PBB
yang terutang lebih besar dari jumlah PBB yang dihitung berdasarkan SPOP yang
disampaikan oleh WP.
Jumlah PBB yang terutang dalam SKP yang disebabkan oleh pengembalian SPOP
lewat 30 hari setelah diterima WP adalah sebesar pokok pajak ditambah dengan
denda administrasi sebesar 25% dihitung dari pokok pajak.
Jumlah PBB yang terutang dalam SKP yang disebabkan oleh hasill pemeriksaan atau
keterangan lainnya, dihitung berdasarkan SPOP ditambah denda administrasi 25%
dari selisih PBB yang terutang.
Page 11
Berdasarkan SPPT yang diterima, Wajib Pajak harus melunasi utang PBB-nya
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT.
Berdasarkan SKP yang diterima, Wajib Pajak harus melunasi utang PBB-nya
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya SKP.
2. Besar denda yang dikenakan kepada Wajib Pajak yang belum melunasi
utang PBB-nya setelah lewat jatuh tempo
PBB terutang yang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang
dibayar dikenakan denda administrasi sebesar 2% (dua persen) sebulan, yang
dihitung dari saat jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan bagian dari bulan dihitung
penuh 1 (satu) bulan.
3. Cara membayar PBB
Wajib pajak membayar PBB terutang melalui :
Page 12
7.
Pokok pajak terutang yang belum atau kurang dibayar dan atau denda administrasi.
STP harus dilunasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya
STP oleh Wajib Pajak.
Wajib pajak tidak melunasi PBB terutang setelah lewat jatuh tempo pembayaran
SPPT/SKP.
Wajib pajak melunasi PBB terutang setelah lewat jatuh tempo pembayaran
SPPT/SKP, tetapi denda administrasi tidak dilunasi.
7.
Apakah upaya yang dapat dilakukan apabila STP PBB telah lewat jatuh
Kesalahan penetapan/pengenaan
SPPT/SKP; dan/atau
Page 14
menolak;
Page 15
I. Pengurangan
1. Pengurangan PBB dapat diberikan kepada :
Pengurangan PBB yaitu pemberian keringanan pembayaran PBB yang terutang
atas Objek PBB dapat diberikan kepada :
Wajib pajak orang pribadi atau badan karena kondisi tertentu Objek PBB yang
ada hubungannya dengan Subjek PBB dan atau karena sebab-sebab tertentu
lainnya, yaitu :
Objek PBB yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi yang berpenghasilan rendah yang nilai jualnya meningkat disebabkan
karena adanya pembangunan atau perkembangan lingkungan;
Objek PBB yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari pensiun, sehingga kewajiban
PBB-nya sulit dipenuhi;
Objek PBB yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh masyarakat
berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi;
Objek Pajak yang dimiliki, dikuasai, atau dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Badan
yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas yang serius sepanjang tahun,
sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin perusahaan;
Page 16
Wajib Pajak Orang Pribadi dalam hal objek PBB terkena bencana alam seperti
gempa bumi, banjir, tanah longsor, gunung meletus, dan sebagainya serta sebabsebab lain yang luar biasa seperti kebakaran, kekeringan, wabah penyakit, dan
hama tanaman.
Untuk kondisi Wajib Pajak ini dapat diberikan pengurangan sampai dengan 100%
(seratus persen).
Pemberian pengurangan ditetapkan 75% (tujuh puluh lima persen), akan tetapi
bagi janda/dudanya telah menikah lagi diberikan setinggi-tingginya 75% (tujuh
puluh lima persen) dan ditetapkan berdasarkan kondisi/penghasilan Wajib Pajak.
Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Kepala KPPBB yang
menerbitkan SPPT/SKP dengan menyebutkan persentase pengurangan yang
diminta.
o Untuk Objek Pajak yang terkena bencana alam, hama tanaman dan sebab lain
yang luar biasa dan bersifat massal diajukan oleh Kepala Desa/Lurah dengan
diketahui oleh Camat dengan mencantumkan nama-nama Wajib Pajak yang
dimohonkan pengurangannya dengan mempergunakan formulir yang telah
ditentukan.
o Permohonan diajukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak
SPPT/SKP diterima Wajib Pajak atau terjadinya bencana alam atau sebab-sebab
lain yang luar biasa.
o Pengurangan atas SKP hanya dapat diberikan atas pokok ketetapan PBB terutang;
o Apabila batas waktu pengajuan tersebut tidak dipenuhi, maka permohonannya
tidak diproses, dan Kepala KPPBB yang bersangkutan harus memberitahukan
secara tertulis kepada WP/Kepala Desa/Lurah, disertai penjelasan seperlunya.
3. Kriteria pengajuan permohonan pengurangan PBB ?
Dalam hal Wajib Pajak Orang Pribadi memiliki, menguasai dan atau
memanfaatkan lebih dari 1 (satu) objek PBB maka objek yang dapat diajukan
permohonan pengurangan adalah objek PBB yang menjadi tempat domisili
Wajib Pajak;
Dalam hal Wajib Pajak yang memiliki, menguasai dan atau memanfaatkan lebih
dari 1 (satu) objek PBB adalah Wajib Pajak Badan, maka objek yang dapat
diajukan permohonan pengurangan adalah salah satu objek pajak yang dimiliki,
dikuasai, dan atau dimanfaatkan Wajib Pajak.
Page 18
Kelebihan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terjadi dalam hal pembayaran
yang dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) lebih besar dari jumlah PBB yang seharusnya
terutang.
2. Apakah penyebab terjadinya kelebihan pembayaran PBB ?
Perubahahan peraturan;
Putusan Banding;
Kekeliruan pembayaran.
Surat permohonan dilampiri dengan dokumen yang berkaitan dengan Objek Pajak
yang dimohonkan berupa:
o -fotokopi SPPT/SKP/STP dan Surat Keputusan Keberatan/Banding dan/atau
Surat Keputusan pemberian pengurangan;
o Asli Surat Tanda Terima Setoran (STTS) PBB.
Page 19
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak harus diterbitkan dalam jangka waktu 12
(dua belas) bulan sejak diterimanya surat permohonan secara lengkap dari Wajib
Pajak. Apabila dalam jangka waktu tersebut surat keputusan tidak diterbitkan
maka permohonan Wajib Pajak dianggap dikabulkan.
6. Apakah bentuk Surat Keputusan yang dapat diterbitkan atas
pengembalian kelebihan pembayaran PBB ?
Kepala KPPBB atas nama Direktur Jenderal Pajak menerbitkan :
Surat Pemberitaan (SPb), apabila jumlah PBB yang dibayar sama dengan jumlah
PBB yang seharusnya terutang;
Surat Ketetapan Pajak (SKP), apabila jumlah PBB yang dibayar ternyata kurang
dari jumlah PBB yang seharusnya terutang.
Pejabat yang tugas pekerjaannya berkaitan langsung dengan objek PBB adalah : Camat
sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah, Notaris Pejabat Pembuat Akta Tanah, dan Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT).
Penyetoran
SSP pribadi atau badan ,di setor ke bank persepsi /kantor pos
max tanggal 15 bulan berikunya setelah pengeluaran baiaya
Pelaporan
Rumah termasuk rukan atau ruko dengan luas bangunan min. 400 m2 dan
harga jual bangunan/m2 Rp 3.000.000/m2 tidak termasuk nilai tanah
PPnBM hanya berlaku untuk pembelian properti dari developer, tidak untuk
transaksi antar perorangan. Pajak langsung dibayar konsumen saat bertransaksi.
Page 21
DPP atas kegiatan membangun sendiri = 40% (empat puluh persen) x seluruh biaya
yang dikeluarkan atau dibayarkan, tidak termasuk harga perolehan tanah.
Atau PPN terutang = 10% x 40% x jumlah biaya yang dikeluarkan atau dibayarkan,
tidak termasuk harga perolehan tanah pada setiap bulannya.
Termasuk dalam pengertian seluruh biaya yang dikeluarkan atau dibayarkan untuk
membangun sendiri adalah juga jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas
perolehan bahan dan jasa untuk kegiatan membangun sendiri tersebut.
Saat yang menentukan Pajak Pertambahan Nilai terutang adalah saat dimulainya
secara fisik kegiatan membangun sendiri (menggali fondasi, memasang tiang
pancang dan lain-lain).
Page 22
Jadi PKP Real Estate harus memungut PPN yang terutang kepada pemilik
kavling, kemudian menyetor dan melaporkannya dalam SPT Masa PPN pada
bulan yang bersangkutan.
DPP adalah sebesar nilai bangunan (tidak termasuk harga tanah) yang dihitung oleh
PKP Real Estate seandainya rumah tersebut dibangun oleh PKP Real Estate.
Apabila rumah tersebut telah selesai dibangun, PKP Real Estate harus menentukan
nilai bangunan rumah tersebut sesuai dengan patokan harga yang berlaku. Dalam
hal nilai bangunan yang dihitung oleh PKP Real Estate lebih besar dari jumlah
pembayaran termin yang telah dilaporkan oleh pemilik kavling, maka atas selisih
tersebut harus dipungut PPN, disetor dan dilaporkan oleh PKP Real Estate dalam
Page 23
SPT Masa PPN bulan yang bersangkutan kavling, maka atas selisih tersebut harus
dipungut PPN, disetor dan dilaporkan oleh PKP Real Estate dalam SPT Masa PPN
bulan yang bersangkutan.
Pengusaha real estate wajib melaporkan penjualan tanah kavling kepada KPP
yang wilyah kerjanya meliputi tempat tanah kavling berada.Bila tidak, yang
dianggap melakukan pembangunan adalah pengusaha real estate.
Tidak ada batasan luas atas pengenaan PPN atas membangun sendiri pada
kawasan real estate, berapapun luasnya kena PPN.
Apabila patokan harga bangunan yang berlaku lebih kecil daripada jumlah
pembayaran termin pajak keluaran atas kegiatan membangun sendiri :
Dalam hal kegiatan sendiri dilakukan oleh PKP, PPN yang tercantum dalam SSP
tersebut tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran, karena pembayaran PPN
untuk kegiatan tidak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan.
Faktur Pajak atas perolehan Barang Kena Pajak yang digunakan untuk
membangun rumah oleh pemilik real estate tidak dapat dikreditkan.
Example :
Pada Juli 2008 Y membangun rumah pribadi seluas 150 m2 dengan biaya
pembangunan sebesar Rp 300.000.000.Pada agustus 2010, bangunan
diperluas menjadi 255 m2 dengan tambahan biaya Rp 200.000.000.
PPN terutang = nihil ( tidak terutang )
Page 27
Penghitunagan BPHTB
Besarnya BPHTB terutang adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dikurangi Nilai Perolehan
Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) dikalikan tarif 5 % (lima persen). Secara
matematis adalah;
BPHTB = 5 % X (NJOP/Nilai transaksi NPOPTKP)
Example:
Nilai transaksi Rp 200 juta,
BPHTB yang harus dibayar adalah 5% x (Rp 200 juta - Rp60 juta) = Rp 7 juta.
Bila transaksi hanya Rp60 juta atau kurang, BPHTB-nya nol.
NJOP lebih kecil dibandingkan NPOPTKP, maka perolehan hak tersebut tidak
terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
BPHTB = 5 % x (Rp. 50 juta Rp. 60 juta)
= 5 % x (0)
= Rp. 0 (nihil).
BPHTB
Ketentuan BPHTB
1.
BPHTB atas hak atas tanah yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan,
atau dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dapat
dikurangkan sebagai biaya dalam penghitungan Penghasilan Kena Pajak melalui
Page 28
amortisasi hak atas tanah sepanjang hak atas tanah tersebut dapat diamortisasi
sesuai ketentuan Pasal 11A UU PPh.
2.
BPHTB atas hak atas bangunan yang dimiliki dan dipergunakan dalam
perusahaan, atau dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan dapat dikurangkan sebagai biaya dalam penghitungan Penghasilan
Kena Pajak melalui penyusutan bangunan tersebut sesuai ketentuan Pasal 11 UU
PPh;
3.
PBB atas tanah dan bangunan yang dimiliki dan dipergunakan dalam
perusahaan, atau dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, dapat dikurangkan sekaligus sebagai biaya dalam penghitungan
Penghasilan Kena Pajak;
Page 29
Page 30