Anda di halaman 1dari 5

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Inderaja Sensor Aktif


Dengan inderaja atau Penginderaan jauh (remote sensing) kita bisa
mendapatkan informasi tentang obyek, area atau fenomena melalui analisa
terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung
dengan obyek, daerah ataupun fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer,1979).
Alat yang dimaksud dalam pengertian diatas adalah alat pengindera atau sensor.
Pada umumnya sensor dibawa oleh wahana baik berupa pesawat, balon udara,
satelit maupun jenis wahana yang lainnya ( Sutanto,1987). Berdasarkan sifat
sumber energi elektromagnetik yang digunakan, penginderaan jauh dibedakan
atas penginderaan jauh pasif (passive remote sensing) dan penginderaan jauh
aktif (active remote sensing).
Inderaja sensor aktif atau penginderaan jauh aktif (active remote sensing)
didefinisikan sebagai suatu sistem yang menggunakan sumber energi buatan
seperti gelombang/microwave. Tenaga yang dipancarkan dari sensor mengenai
obyek di permukaan bumi, dipantulkan lagi ke sensor. Beberapa sensor yang
menggunakan sistem ini adalah RADAR, RADARSAT, ERS-1, JERS-1, SLAR
dsb (Jaya 2009).
Menurut Sutanto (1986) sistem penginderaan jauh adalah serangkaian
komponen yang digunakan untuk penginderaan jauh yang meliputi sumber
energi, atmosfer, interaksi antara energi dan obyek, sensor, perolehan data dan
pengguna data.
1. Sumber Energi
Dalam laporan ini yang dibahas adalah inderaja sensor aktif maka sumber
energi yang digunakan adalah energi buatan yakni gelombang/microwave.
2. Atmosfer merupakan lapisan udara yang terdiri atas berbagai jenis gas,
seperti, nitrogen, hidrogen dan helium. Molekul-molekul gas yang
terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan dan
3

melewatkan radiasi elektromagnetik. Keadaan di atmosfer dapat menjadi


penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke permukaan bumi.
3. Interaksi antara tenaga dan obyek : interaksi tersebut dapat dilihat dari
rona yang dihasilkan oleh citra. Tiap-tiap obyek memiliki karakterisitik
yang berbeda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor.
Obyek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra,
sedangkan obyek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada
citra.
4. Sensor dan wahana : sensor merupakan alat pemantau yang dipasang
pada wahana, baik pesawat maupun satelit. Sensor dapat dibedakan
menjadi dua yaitu sensor fotografik merekam obyek melalui proses
kimiawi dan sensor elektronik bekerja secara elektrikal dalam bentuk
sinyal elektrik yang direkam dalam pita magnetik. Sedangkan wahana
merupakan kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor
guna mendapatkan inderaja. Berdasarkan ketinggian peredaran dan tempat
pemantauannya di angkasa, wahana dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu :
a. Pesawat terbang rendah menengah 1000m 9000m diatas
permukaan bumi.
b. Pesawat terbang tnggi lebih dari 18.000m diatas permukaan bumi.
c. Satelit yang beredar antara 400 km 900 km di luar atmosfer bumi.
Sensor pada penginderaan jauh merupakan alat perekam obyek yang
ada di permukaan bumi yang dipasang pada suatu wahana berupa pesawat
udara maupun pesawat ruang angkasa yang letaknya jauh dari permukaan
bumi. Kemampuan sensor untuk menyajikan Gambaran obyek terkecil
disebut resolusi spasial yang menunjukkan kualitas sensor yang baik atau
tidak. Semakin kecil obyek yang dapat direkam semakin baik kualitas
sensornya
5. Perolehan data

Perolehan data dari inderaja ada 2 jenis yaitu data manual didapatkan
melalui kegiatan interpretasi citra. Untuk interpretasi citra menggunakan
alat stereoskop yang digunakan untuk melihat obyek dalam bentuk tiga
dimensi. Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software
khusus penginderaan jauh yang diaplikasikan pada komputer.
6. Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen akhir yang penting dalam sistem
inderaja, yaitu orang atau lembaga yang memanfaatkan hasil inderaja. Jika
tidak ada pengguna, maka data inderaja tidak ada manfaatnya. Beberapa
lembaga yang menggunakan data inderaja antara lain bidang militer,
kependudukan, pemetaan, Meteorologi dan Klimatologi.
2.2 Fusi Citra
Fusi merupakan sebuah teknik penggabungan dua data citra satelit, antara data
citra satelit panchromatic (hitam-putih) dengan data citra satelit multispektral
(berwarna). Teknik ini mengambil kelebihan dari data citra satelit panchromatic
yang mempunyai resolusi spasial yang biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan
resolusi spasial data citra satelit multispektral. Akan tetapi data citra satelit
panchromatic mempunyai kelemahan yaitu citranya berwarna hitam-putih,
sehingga untuk mendapatkan data citra satelit yang mempunyai resolusi spasial
tinggi digunakan data citra satelit panchromatic serta mempunyai warna yang
natural seperti pada data citra satelit multispectral.
Sebagai contohnya, data citra RADAR dengan Landsat. Yang terpenting harus
diperhatikan pada proses fusi ini adalah kedua citra satelit yang akan digunakan
sudah sama-sama georeferenced, dalam artian semua data yang akan digunakan
sudah memiliki proyeksi kebumian yang sama (UTM, Geographic, dll), dan
kalaupun kedua citra tidak bergeoreferensi maka kedua citra harus mempunyai
ukuran citra yang sama, area yang tercover benar-benar sama, dan ukuran pixel
yang sama.
pada software ENVI, ukuran pixel dari data citra satelit multispektral dapat
diubah mengikuti ukuran pixel dan image dari data citra satelit panchromatic

(yang rendah resolusi spasialnya mengiktui ukuran pixel dari resolusi spasial yang
tinggi).
Fusi dapat dilakukan paada ENVI dengan prosedur sebagai berikut :
a. Melakukan suatu Transformasi komponen utama pada data multi spektral,
b. Menggantikan kanal pertama komponen utama dengan kanal resousi
tinggi dan membuat skala kanal resolusi tinggi cocok atau sesuai dengan
kanl pertama dari komponen utama, sehingga tidak terjadi distorsi
spektral,
c. Dapat melakukan kebalikan transformasi,
d. Melakukan resampling data multispektral menjadi ukuran elemen citra
resolusi tinggi dengan suatu teknik nearest neighbor, bilinear, atau cubic
convolution.
Berikut contoh gambar hasil Fusi dari citra multispektral, citra pankromatik,
dan citra gabungan.

Gambar 2.1 citra multispektral (a), citra pankromatik (b), dan citra gabungan

software ENVI merupakan salah satu software yang cukup bagus dalam
melakukan teknik Fusi ini. Cuman yang perlu diperhatikan ketika melakukan Fusi
ini adalah ketersediaan space yang cukup besar pada hardisk komputer, karena
prosesnya cukup panjang, dan hasil yang didapatkan pada satu tahapan proses
dapat menghasilkan data yang lumayan besar dari sisi ukuran datanya. Banyak
metode Fusi yang dapat digunakan pada software ENVI ini, mulai dari IHS
(Intensity Hue Saturation), Brovey, Gram-Schmidt, dll.
2.2.1

Teknik HSV
6

Penajaman

citra

dengan

metode

HSV

dilakukan

dengan

mentransformasikan suatu citra dalam ruang warna Merah-Hijau-Biru (RedGreen-Blue: RGB) menjadi citra dalam ruang warna HSV (Hue Saturation
Value) dengan cara, menggantian kanal nilai (Value) dengan citra resolusi
spasial tinggi, secara automtik melakukan resampling kanal-kanal Hue dan
Saturation menjadi ukuran elemen citra resolusi spasial tinggi, dengan
menggunakan suatu teknik nearest neighbor, bilinear, atau cubic convolution.
Maka dapat mentransformasikan kembali citra tersebut keruang warna RGB.
Citra-citra output RGB akan mempunyai ukuran elemen citra yang sama
dengan

data

citra

input

resolusi

tinggi

(ENVI

didalam

Image

Sharpening_ENVIHelp).

Anda mungkin juga menyukai