Medan :
Jl. Setiabudi No. 65 G, Medan
Phone Number : 061 8229229
Pin BB : 24BF7CD2
www.optimaprep.com
1. Demam Tifoid
Demam Typhoid
Kuman penyebab demam tifoid adalah
Salmonella enterica serotype Typhi dan hanya
dapat hidup pada manusia.
Setelah kuman berhasil mengatasi penghadangan
asam lambung yang mungkin melemah karena
satu dan lain hal kuman S.typhi mulai melekat
pada sel mukosa intestinal plak Peyerpintu
gerbang mikroorganisme untuk mencapai
sirkulasi darah melalui saluran limfatik yang
bermuara di kelenjar getah bening mesenterium
yang berhubungan dengan ductus thoracicus.
Gejala Klinik
Gejala klasik yang karakteristik adalah demam
stepladder.
Penderita bisa mengeluh mengenai sakit kepala, mual,
menggigil, tidak nafsu makan dan perut tidak nyaman.
Pada pemeriksaaan penderita dapat menunjukkan
keadaan bradikardi relatif, pada orang yang berkulit
putih bercak merah di kulit (rose spots) dan sebagian
penderita juga memperlihatkan lidah kotor dan
gemetar dengan pinggir kemerahan (typhoid tongue).
Dalam minggu kedua gangguan kesadaran, tambah
lemah dengan demam yang tidak mau turun. Dalam
keadaan ini mungkin juga sudah dapat ditemukan
pembesaran dari hati dan limpa.
Diagnosis
Tes serologik Widal mengandalkan kenaikan titer
serologik minimal empat kali dari semula atau gejala klinik
yang ditunjang oleh kenaikan titer yang diatas angka ratarata penduduk sehat setempat. Banyak kekurangan dari
tes ini tetapi kemudahan dalam pelaksanaannya membuat
tes ini bertahan.
Tes cepat Tubex antigen somatik O9 S.typhi ternyata
lebih sensitif dari tes Widal dan pada saat ini mulai banyak
digunakan hanya sayang masih terbatas untuk S.typhi dan
tidak dapat merekam kelompok kuman paratifi.
Bakteriologi merupakan cara diagnostik paling ideal.
Kuman dapat diisolasi dari darah, sumsum tulang, tinja,
urin, maupun bercak merah di kulit.
Polymerase chain reaction (PCR) dianggap masih sulit dan
mahal
Pengobatan
Obat terpilih saat ini adalah golongan kuinolon,
yang cepat dapat menurunkan demam, jarang
penderitanya menjadi carrier dan efek samping
obat tergolong ringan. Sejak dahulu sampai saat
ini obat ini belum diijinkan secara formal untuk
digunakan padaanak..
Selain itu golongan kloramfenikol dan
cephalosporin juga dapat digunakan.
Untuk kelompok umur muda ini dapat digunakan
obat sefalosporin generasi tiga seperti
parenteral seftriakson atau oral sefiksim
2. Demam rheumatik
Penyakit vaskular kolagen multisistem yang terjadi setelah
infeksi streptokokus grup A pada individu yang rentan.
Keterlibatan kardiovaskular pada penyakit inr ditandai oleh
inflamasi endokardium dan miokardium melaiui proses
autoimun sehingga menyebabkan kerusakan jaringan.
Insidens tertinggi ditemukan pada anak usia 5-15 tahun.
Inflamasi berat dapat mengenai perikardium.
Valvulitis merupakan tanda utama karditis reumatik :
katup mitral (76%),
katup aorta (13%), dan
katup mitral+ aorta (97%).
3-4. Hepatitis
Hepatitis adalah inflamasi hepar yang
disebabkan oleh berbagai macam penyebab.
Penyebab hepatitis bervariasi, dimulai dari
autoimun, hepatitis imbas obat, virus, alkohol,
dan lain-lain.
Virus hepatitis merupakan infeksi sistemik
yang dominan menyerang hepar. Hepatitis
jenis ini paling sering disebabkan oleh virus
hepatotropik (virus Hepatitis A, B, C, D, E).
Hepatitis A
Hepatitis A Virus (HAV) ditularkan melalui
fekal oral, dengan kata lain dari konsumsi air
dan makanan yang terkontaminasi oleh HAV.
Virus terkandung dalam tinja penderita mulai
dari 2-3 minggu sebelum dan 1 minggu
sesudah timbulnya ikterik.
Marker Hepatitis B
5. HIV-TB
Pasien dengan HIV dapat merubah presentasi
klinis dari penyakit TB
Menurut International Standard For Tubersulosis
Care (ISTC) :
Pemeriksaan HIV diindikasikan pada semua penderita
TB di daerah dengan prevalens HIV tinggi.
Pada daerah dengan prevalens HIV rendah,
pemeriksaan HIV diindikasikan pada mereka dengan
tanda dan gejala yang berhubungan dengan HIV atau
pasien TB dengan risiko tinggi terpajan virus HIV
HIV-TB
Terdapat beberapa karakteristik TB pada pasien
dengan infeksi HIV lanjut (khususnya CD4<200/mm3 )
yang perlu diperhatikan, karena perbedaan temuan
dengan kasus TB pada umumnya:
Pemeriksaan sputum sering negatif
Pemeriksaan tuberkulin dapat menjadi negatif
Pada pemeriksaan foto thoraks lebih umum terlihat
gambaran TB milier dan efusi pleura dibandingkan
dengan pasien imunokompeten.
6. Hepatoma
Hepatoma merupakan keganasan hati
Berbagai penyebab hepatoma adalah
Infeksi kronik hepatitis Bsirosis hepatoma
Resistensi insulin non alcoholic liver disease
(NAFLD) sirosis hepatoma
Konsumsi alkohol alcohlic liver disease sirosis
hepatoma
6. Hepatoma
Tipe hepatoma paling umum adalah
hepatocellular carcinoma
Metode diagnostik yang dapat digunakan
meliputi: pemeriksaan kadar Alfa fetoprotein
(AFP). AFP merupakan penanda tumor yang akan
meningkat pada beberapa kasus seperti:
hepatocelluler carcinoma, germ cell tumor dan
kanker metasatasis hati. Selain itu pemeriksaan
CT-scan dengan kontras juga pilihan metode
diagnostik.
7. Target Lipid
Pada pasien dengan
hipertensi dan memiliki
penyakit jantung
koroner, maka target
utama dari pengobatan
adalah kolesterol LDL.
Trigliserida memberikan
tambahan informasi
untuk pertimbangan
diagnosis dan pilihan
terapi
ESC/EAS Guidelines for the management
of dyslipidaemias 2011
8. Ulkus peptikum
Ulkus peptikum adalah suatu penyakit dimana
terjadinya kerusakan integritas mukosa
lambung atau duodenum yang menyebabkan
luka karena inflamasi aktif.
Etiologi
Infeksi H. pylori
Penggunaan Obat: Penggunaan NSAIDs adalah penyebab
paling umum dari ulkus peptikum. Penggunaan NSAID serta
kortikosteroid dapt mengganggu mekanisme pertahanan
lambung.
Faktor gaya hidup: Merokok dapat meningkatkan
pengosongan lambung serta mengganggu produksi
bikarbonat pancreas. Selain itu konsumsi alcohol
meningkatkan erosi lambung
Stres Fisiologis: Trauma mayor, luka bakar hebat
Faktor fisiologis
Genetik
Status hipersekresi: Gastrinoma, cystic fibrosis, dll.
Gejala
Berdasarkan anamnesis bisa didapatkan:
Nyeri epigastrium (pada ulkus duodenum 90 menit-3
jam setelah makan, nyeri yang diperbaiki oleh antacid
atau makanan, nyeri muncul pada tengah malam).
Pada ulkus gaster, nyeri diinisiasi oleh makanan
Mual/muntah
Dyspepsia menetap
Perut kembung
Riwayat pemakaian NSAIDs
Disfagia
Hematemesis/melena
Terapi
Terapi H Pylori
Triple therapy:
Bismuth + metronidazole + tetrasiklin
Ranitidine + tetracycline +
clarithomycin/metronidazole
Omeprazole + Clarythromycin +
Metronidazole/amoxicillin
9-10. Tuberkulosis
Kemungkinan Penyebab
HENTIKAN OBAT
Tuli
Streptomisin
Stop streptomisin
Stop streptomisin
Ikterus
Gangguan penglihatan
Etambutol
Stop etambutol
Rifampisin
Stop rifampisin
Minor
Kemungkinan Penyebab
Tata Laksana
Rifampisin
Nyeri sendi
Pyrazinamid
Aspirin/allopurinol
INH
Urine kemerahan
Rifampisin
Beri penjelasan
12. Kolelitiasis
Kolelitiasis adalah adanya
batu pada saluran
kantung empedu
Gejala:
Mual
Nyeri regio perut kanan
atas
Nyeri khususnya dipicu
makanan berlemak
Jika disertai infeksi
sekunder,d apat
menyebabkan gejala
demam, dan menggigil.
Lokasi Nyeri
Anamnesis
Pemeriksaan
Fisis
Pemeriksaan
Penunjang
Diagnosis
Terapi
PPI:
ome/lansoprazol
H. pylori:
klaritromisin+amoksi
lin+PPI
Nyeri epigastrik
Kembung
Dispepsia
Nyeri epigastrik
menjalar ke
punggung
Peningkatan enzim
amylase & lipase di
darah
Pankreatitis
Ikterus,
Hepatomegali
Transaminase,
Serologi HAV, HBSAg,
Anti HBS
USG: hiperekoik dgn
acoustic window
Nyeri epigastrik/
kanan atas menjalar
ke bahu/ punggung
Murphy Sign
Mual/muntah,
Demam
Nyeri tekan
abdomen
Berlangsung 30-180
menit
USG: penebalan
dinding kandung
empedu (double
rims)
Hepatitis Akut
Resusitasi cairan
Nutrisi enteral
Analgesik
Suportif
Kolelitiasis
Kolesistektomi
Asam
ursodeoksikolat
Kolesistitis
Resusitasi cairan
AB: sefalosporin gen.
3 + metronidazol
Kolesistektomi
Skor>19
hipertiroid
Skor<11
eutiroid
Antara 1119equivocal
Kerentanan Genetis
Infeksi
Gender
Stress
Kehamilan
Iodin dan obat-obatan
Iradiasi
Patofisiologi
Autoimunitas sel limfosit B & T ke antigen:
Tiroglobulin
Peroksidase tiroid
Na+I- simporter
Reseptro tirotropin
Hyperthyroidism:
TSH, T4
TSH, T4 normal
TSH, T4
TSH, T4 atau T3
TSH, T4 & T3 normal
TSH, T4 dan T3
Hipotiroid
Hipotiroid subklinis,
hipotiroid dalam
perawatan.
TSH secreting tumor,
resistensi hormon tiroid
Hipertiroid
Hipertiroid subklinis
Sick euthyriodism,
gangguan pituitari
Perubahan TBG, gangguan
laboratorium,
amiodaron,tumor TSH
pituitari.
Tata Laksana
Terapi Obat Antitiroid
Titrasi
Blok dan subtitusi (atau blok suplemen)
Tiroidektomi
Dikerjakan dalam kondisi eutiroid klinis maupun
biokimiawi.
16. Leptospira
Penyakit infeksi zoonotik yang disebabkan oleh
Leptospira patogen
Faktor risiko:
Pekerjaan; berkontak secara langsung & tidak
langsung dengan urin atau jaringan binatang yang
infeksius
Bidang pertanian, konstruksi, pembersih selokan,
laboratorium, dokter hewan, pekerja tambang, dan
tentara
Aktivitas berenang, memancing,di dalam air
terkontaminasi & bencana alam (banjir)
Gejala
Tata laksana
Tata laksana suportif pemantauan ketat tanda-tanda vital,
tanda-tanda dehidrasi, perdarahan, keseimbangan cairan,
elektrolit, asam basa
Indikasi rawat inap ikterus, gagal ginjal, atau
trombositopeni
Antibiotik:
Leptospirosis ringan
Doxycycline 100 mg PO atau
Amoxicillin 500 mg PO atau
Ampicillin 500 mg PO
Leptospirosis sedang/berat
Penicillin 1,5 juta unit IV/IM per 6 jam atau
Ceftriaxone 1 gram/hari IV atau
Cefotaxime 1 gram IV per 6 jam
Demam Dengue
A. Demam Dengue (DF)
Probable demam akut dengan 2 atau lebih tanda
berikut :
Nyeri kepala
Nyeri retroorbital
Arthralgia
Rash
Manifestasi perdarahan
Leukopenia, DAN
IgM ELISA (+)
Confirmed kasus yang telah terkonfirm dengan
kriteria lab.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui tiga cara:
Keluhan klasik + pemeriksaan glukosa plasma sewaktu
200 mg/dL. Glukosa plasma sewaktu adalah hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan
waktu makan terakhir.
Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL dengan
adanya keluhan klasik. Glukosa darah puasa artinya pasien
tidak mendapatkan tambahan kalori sedikitnya 8 jam
sebelum pemeriksaan.
Pemeriksaan glukosa 2 jam pada tes toleransi glukosa oral
(TTGO) dengan beban 75 gram glukosa 200 mg/dL .
Pemeriksaan ini lebih sensitif dan spesifik dibanding
dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun
pemeriksaan ini memiliki keterbatasan karena sulit untuk
dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang
dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.
26. ARB
1.
2.
28. Gout
Pemeriksaan penunjang:
serum amilase dan lipase, enzim hati, kolesterol dan TG.
USG: dapat mengidentifikasi penyebab dari pankreatitis
seperti batu empedu
Treatment
Mekanisme
Extension (95%) vs
flexion
Posisi menahan dengan
tangan ekstensi
Posisi menahan dengan
siku fleksi
Mechanism
Clinically
Mild swelling to gross deformity
Arm held to side, immobile,
extension
S-shaped configuration
angulasi lengan atas
Gartland
I - nondisplaced
II - displaced with intact posterior cortex
III - displaced fracture, no intact cortex
A: posteromedial rotation of distal fragment
B: posterolateral rotation
Gartland type I
Gartland type II
Management
If NeuroVascular compromise - urgent ortho
consult
If no response from ortho in 60 min may
attempt 1 reduction
Watch brachial artery and median nerve
Gartland I splint+ sling and ortho f/u 24h
Gartland II - controversy but most get pinned
Gartland III - closed reduction and pin
http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/fractures/Supracondylar
_fracture_of_the_humerus_Emergency_Department/
Supracondylar Fracture-Reduction
U-slab
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00513
Kolangitis
Infeksi pada traktus
biliaris
Trias Charcoat
Demam
Nyeri perut
kuadran kanan
atas
Kuning/ikterik
Pemeriksaan:
USG Abdomen
Endoscopic retrograde
cholangiopancreatography
(ERCP)
Magnetic resonance
cholangiopancreatography
(MRCP)
Percutaneous transhepatic
cholangiogram (PTCA)
Pemeriksaan lab:
Kadar Bilirubin
Kadar enzim hati/tes fungsi hati
Leukosit/White blood count
(WBC)
http://emedicine.medscape.com/article/184043-clinical
Disorder
Clinical Feature
Pancreatitis
Acute cholesistis Acute right upper quadrant pain and tenderness, radiates to back or below
the right shoulder blade,Fever and leukocytosis, Clay-colored stools, jaundice,
Nausea and vomiting,Palpable gallbladder/fullness of the RUQ ,Murphy sign
Cholelithiasis
Episodic abdominal pain (increases when consuming fat), pain resolves over
30 to 90 minutes.localizes the pain to the epigastrium or right upper
quadrant radiation to the right scapular tip (Collins sign).Dyspepsia,Gallstones
on cholecystography or ultrasound scan,4F. Dx:USG, MRCP
Choledocholithiasis at least one gallstone in the common bile duct
Pancreatic
Tumor
>50 years,abdominal pain, lower back pain,jaundice, Dark urine and claycolored stools,Fatigue and weakness, Painless Jaundice, palpable gallbladder
(ie, Courvoisier sign),Loss of appetite and weight loss,Nausea and vomiting,
Trousseau sign, in which blood clots form spontaneously in the portal blood
vessels, the deep veins of the extremities, or the superficial veins anywhere
on the body, Diabetes mellitus, Tumor marker CA 19-9
http://regionstraumapro.com/post/663723636
solid organs
include:
liver
spleen
kidneys
Abdominal Injuries
Ruptur organ berongga
Menyebabkan perdarahan
internal yang berat
Darah pada rongga
peritoneum peritonitis
Terlihat gejala syok akibat
perdarahan hebat
Gejala peritonitis dapat tidak
terlalu terlihat
35. Urolithiasis
Batu pada saluran kemih
Tanda:
Nyeri pinggang
Irritative voiding symptom
mual
Hematuria mikroskopik
optimized by optima
http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf
Retrograde
urethrography
Normal RUG
Static Cystourethrography
Mengevaluasi lesi pada
vesikaruptur,
kebocoran, terutama
karena trauma
Vesika diisi dengn
kontras menggunakan
lateter
Voiding Cystourethrogram
(VCUG)
Evaluasi anatomi dan
fungsonal vesikar
Biasanya untuk anakanak dengan ISK
berulang
VCUG
Kebutuhan Cairan:
4 x 30 x 70 = 8400 ml
8 jam pertama
8400 ml / 2 = 4200ml
Parkland formula = baxter formula
http://www.traumaburn.org/referring/fluid.shtml
Batu Ureter
39. Hemoroid
Hemoroid eksterna
Hemoroid Interna
40.Kriptorkismus
Kriptorkismus: testis tidak ada dalam skrotum dan
tidak dapat dimasukkan ke skrotum
Ectopic: tidak melewati jalur turunnya testis
Retraktil: dapat dimanipulasi hingga masuk ke dalam
skrotum dan dapat menetap tanpa tarikan
Gliding: dapat dimanipulasi hingga masuk ke dalam
skrotum namun bila dilepas akan tertarik kembali
Ascended: sebelumnya telah ada dalam skrotum lalu
tertarik ke atas secara spontan
http://radiologymasterclass.co.uk/tutorials/musculoskeletal/trauma/trauma_x-ray_page8.html
Non-Union
Bone loss or wound contamination.
Malunion
Bone healed in a nonanatomic position
Can be angulated, rotated, or shortened
Affect function?
Likely to affect function?
Consequences with or without treatment
Fibrous Union
Improper immobilization
Avascular Necrosis
Definisi
Hilangnya aliran darah ke
tulang sehingga
menyebabkan matinya selsel tulang
Kaput Femoris
tersering
Bahu Caput humeri
Odontoid (Neck)
Scaphoid (Wrist)
Lunate (Wrist)
Talus (Ankle)
Etiologies
Trauma
Alcohol
Steroids
Diving (Caissons
Disease)
Sickle Cell
Idiopathic (up to 30% of
cases)
Risk Factor
Alcoholism
Pancreatitis
Diabetes
Gout
Elderly
http://en.wikipedia.org/wiki/Burn
Cedera Kepala
Intoksikasi
Trauma/jejas diatas bahu
Multiple trauma
Airway Management
Simple management
maneuvers
Suction
Chin lift
Jaw thrust
Definitive airway: Cuffed tube
in tracheaendotracheal tube
Onset
Feature
Breast cancer
30-menopause
Fibroadenoma
mammae
< 30 years
Fibrocystic
mammae
20 to 40 years
Mastitis
18-50 years
Philloides
Tumors
30-55 years
Duct Papilloma
45-50 years
Treatment:
Watchfull waiting
Traditional open excisional biopsy
Biopsy
Pengambilan sampel sel atau jaringan untuk
diperiksa
Untuk menentukan adanya suatu penyakit
Types of Biopsy
Definitions
Excisional biopsy
Incisional biopsy
or core biopsy
Needle aspiration
biopsy
Terminology
Definitions
Enucleation
Debulking
Extirpation
Histologic Findings
Makroskopic
Kongesti dan udem.
Dilatasi lumen yang mengandung pus,fecalith atau
keduanya.
Serosa dilapisi dengan fibrin, eksudat fibrinopurulen atau
pus.
Mikroskopik
Ulserasi mukosa dan infiltrasi PMN, eosinofil, sel plasma,
dan limfosit, diseluruh lapisan dan seringkali sampai
lapisan serosa
Pada stadium lanjut, proses inflamasi melibatkan seluruh
ketebalan dinding apendiks dengan nekrosis dinding
sebagian (perforasi)
soundnet.cs.princeton.edu
Epidural hematoma:
Interval lucid decreased of
consciousness
Etiology: trauma rupture of a.
meningeal media
Subdural hematoma
Hemiparesis, decrease of
consciousness, cephalgia
Etiology: trauma rupture of bridging
vein in elderly or infant
Intracerebral hemorrhage
Paresis, hypesthesia, ataxia, decreased
of consciousness
Etiology: Hypertension,trauma
Misulis KE, Head TC. Netters concise neurology. 1st ed. Saunders; 2007
Tipe Perdarahan
Lokasi
Gejala/Tanda
Perdarahan
intraserebral
Perdarahan subdural
Perdarahan epidural
Edema otak
Perdarahan
intraventrikuler
Colles Fracture
optimized by optima
http://www.learningradiology.com
Smith Fracture
Hampir berlawanan dengan Colles fracture
Lebih jarang terjadi dibandingkan dengan
colles
Mekanisme trauma: Jatuh pada pergelangan
tangan pada posisi palmar fleksi
Typical deformity : Garden Spade
Management is conservative : MUA and
Above Elbow POP
http://www.learningradiology.com
Smith Fracture
http://www.learningradiology.com
Galleazzi Fracture
Fraktur distal radius
dan dislokasi sendi
radio-ulna ke arah
inferior
Like Monteggia fracture
if treated conservatively
it will redisplace
This fracture appeared
in acceptable position
after reduction and POP
http://www.learningradiology.com
51. Hipoksia
1) FULMINANT hypoxia (Arterial Po2<20mmHg)
(eg.aircraft loses cabin pressure above 30,000 feet and no supplemental O2 available)
Occurs in seconds
Unconsciousness
Coma and death(in minutes to hours)
if the regulatory mechanisms of the body are
inadequate
DYSPNEA
SHORTNESS OF BREATH + RESPIRATORY ARRHYTHMIAS
Pembahagian
1. Dis. Anterior (98 %)
2. Dis.Posterior (2 %)
3. Dis. Inferior
Mekanisme Trauma
1. Puntiran sendi bahu tiba-tiba
Dislokasi Anterior
Lengkung (contour) bahu berobah,
Posisi bahu abduksi & rotasi ekterna
Teraba caput humeri di bag anterior
Back anestesi ggn n axilaris
Radiologis memperjelas D
Rontgen Foto
CT Scan
http://emedicine.medscape.com/article/184043-clinical
Clinical Feature
Pancreatitis
Acute cholesistis Acute right upper quadrant pain and tenderness, radiates to back or below
the right shoulder blade,Fever and leukocytosis, Clay-colored stools, jaundice,
Nausea and vomiting,Palpable gallbladder/fullness of the RUQ ,Murphy sign
Cholelithiasis
Episodic abdominal pain (increases when consuming fat), pain resolves over
30 to 90 minutes.localizes the pain to the epigastrium or right upper
quadrant radiation to the right scapular tip (Collins sign).Dyspepsia,Gallstones
on cholecystography or ultrasound scan,4F. Dx:USG, MRCP
Choledocholithiasis at least one gallstone in the common bile duct
Pancreatic
Tumor
>50 years,abdominal pain, lower back pain,jaundice, Dark urine and claycolored stools,Fatigue and weakness, Painless Jaundice, palpable gallbladder
(ie, Courvoisier sign),Loss of appetite and weight loss,Nausea and vomiting,
Trousseau sign, in which blood clots form spontaneously in the portal blood
vessels, the deep veins of the extremities, or the superficial veins anywhere
on the body, Diabetes mellitus, Tumor marker CA 19-9
http://urology.iupui.edu/papers/reconstructive_bph/s0094014305001163.pdf
Uretra Anterior:
Anatomy:
Bulbous urethra
Pendulous urethra
Fossa navicularis
Etiologi:
Straddle type injuries
Intrumentasi
Fractur penis
Gejala Klinis:
Disuria, hematuria
Hematom skrotal
Hematom perineal akan timbul bila terjadi
robekan pada fasia Bucks sampai ke dalam fasia
Collesbutterfly hematoma in the perineum
will be present if the injury has disrupted Bucks
fascia and tracks deep to Colles fascia, creating a
characteristic butterfly hematoma in the
perineum
Therapy:
Cystostomi
Immediate Repair
Uretra Posterior :
Anatomy
Prostatic urethra
Membranous urethra
Etiologi:
Fraktur tulang Pelvis
Gejala klinis:
Radiologi:
Pelvic photo
Urethrogram
Therapy:
Cystostomi
Delayed Repair
2.
3.
terdengar wheezing
Stridor inspirasi
stridor ekspirasi
Iskandar N. Sumbatan Traktus Trakeobronkial. Buku ajar THT edisi 6 FKUI 2007
4.
57. Funduskopi
Merupakan pemeriksaan untuk menilai fundus
okuli terutama retina dan papil saraf optik
Papil
Batas tegas, bulat lonjong, kabur
Warna pucat atau merah jambu, ekskavasi
Retina
Eksudat, perdarahan, sikatrik koroid atau ablasi
Makula lutea
Sidarta ilyas, Ilmu penyakit mata
59. Glaukoma
http://emedicine.medscape.com/article/1206147
Types of Glaucoma
www.wikipedia.org
Causes
Etiology
Clinical
Acute Glaucoma
Pupilllary block
Open-angle
(chronic)
glaucoma
Unknown
Congenital
glaucoma
abnormal eye
development,
congenital infection
Secondary
glaucoma
Drugs
(corticosteroids)
Eye diseases (uveitis,
cataract)
Systemic diseases
Trauma
Absolute
glaucoma
64. Hifema
Blood in the front (anterior) chamber of the eye a reddish tinge,
or a small pool of blood at the bottom of the iris or in the cornea.
May partially or completely block vision.
The most common causes of hyphema are intraocular surgery, blunt
trauma, and lacerating trauma
The main goals of treatment are to decrease the risk of rebleeding
within the eye, corneal blood staining, and atrophy of the optic
nerve.
Treatment :elevating the head at night, wearing an patch and
shield, and controlling any increase in intraocular pressure. Surgery
if non-resolving hyphema or high IOP
Complication: rebleeding, peripheral anterior synechiea, atrophy
optic nerve, glaucoma (months or years after due to angle closure)
Klasifikasi :
Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada
iskemik limbus (prognosis sangat baik)
Derajat 2: kornea berkabut dengan
gambaran iris yang masih terlihat dan
terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus
(prognosis baik)
Derajat 3: epitel kornea hilang total,
stroma berkabut dengan gambaran iris
tidak jelas dan sudah terdapat 1/2
iskemik limbus (prognosis kurang)
Derajat 4: kornea opak dan sudah
terdapat iskemik lebih dari 1/2 limbus
(prognosis sangat buruk)
http://samoke2012.files.wordpress.com/2012/10/trauma-kimia-pada-mata.pdf
Trauma Kimia
Tatalaksana Emergensi :
Irigasi : utk meminimalkan
durasi kontak mata dengan
bahan kimia dan
menormalkan pH mata; dgn
larutan normal saline (atau
setara)
Double eversi kelopak mata :
utk memindahkan material
Debridemen : pada epitel
kornea yang nekrotik
Tatalaksana Medikamentosa :
Steroid : mengurangi
inflamasi dan infiltrasi
neutrofil
Siklopegik : mengistirahatkan
iris, mencegah iritis (atropine
atau scopolamin) dilatasi
pupil
Antibiotik : mencegah infeksi
oleh kuman oportunis
The Goals Of
Management :
Controlling IOP
Preventing infection
artificial tears
Ascorbate collagen remodeling
Placement of a therapeutic bandage contact
lens until the epithelium has regenerated
Controlling inflammation
Control pain
SIGNS
Preauricular lymphadenopathy
Mucopurulent discharge
Conjunctival injection
Chemosis
Follicular reaction (especially bulbar or
plica semilunaris follicles)
Superior micropannus
Fine or coarse epithelial or subepithelial
corneal infiltrates
TREATMENT
Options include one of the following:
Azithromycin 1000mg single dose
Doxycycline 100mg BID for 7 days
Tetracycline 100mg QID x 7 days (avoid in
pregnant women and in children)
Erythromycin 500 mg QID x 7 days
Patient and sexual contacts should be
evaluated and treated for other STDs.
http://www.aao.org/theeyeshaveit/red-eye/chlamydial-conjunctivitis.cfm
68.Endophtalmitis
Uveitis
acute, sterile anterior segment inflammation
develop symptoms within 12 to 24 hours of the surgery
Red eye and painfull
Slit lamp increased cell and flare, hypopyon formation, diffuse corneal
edema
Swelling of the macula (cystoid macular edema)
between 2 and 12 weeks after cataract surgery
vision becomes blurry after a period of clear vision
Risk Factor:age-related macular degeneration, diabetic retinopathy
Retinal detachment
Fluid seeps through a tear in the retina
shadow in field of vision, floaters or flashing lights
Endophthalmitis
Painful eyeball, Lid oedema, chemosis, conjunctival injection
very poor vision
sensitivity to light
Purulent discharge hypopyon, corneal infiltrates
69. CT Scan
CT scan merupakan pemeriksaan gold standar untuk
penegakkan diagnosis stroke
- Stroke hemorargik
Ct- scan merupakan pemeriksaan yang dapat dipercaya
untuk menegakkan diagnosis perdarahan akut
(terutama dalam seminggu pertama serangan stroke)
- Stroke iskemik
dalam satu jam pertama serangan stroke iskemik,
hanya <50% infark yang dapat terlihat perlu
diffusion weighted MRI
Acute : 12 24 jam
serangan
Low density basal
ganglia
Sulcal effacement
1 3 hari setelah
serangan
Peningkatan massa
Transformasi hemorargik
70. Meningitis TB
DIAGNOSIS ME TB
ME TB bersifat subakut
Gejala prodormal :
Demam sub akut, malaise, nyeri
kepala, pusing, muntah dan
perubahan personaliti (muncul
beberapa minggu sebelumnya)
Marx GE, Chan ED. Tuberculous Meningitis : Diagnosis and Treatment Review. Hindawi Publishing Corporation Tuberculosis Research and
Treatment Volume 2011, Article ID 798764, 9 pages
TERAPI ANTIMIKROBIAL ME TB
72. Afasia
Afasia adalah gangguan berbahasa baik dalam memproduksi dan/atau memahami
bahasa
Tujuh komponen Wernicke-Geshwind Model
Afasia Global
Melibatkan seluruh daerah bahasa di fisura
Sylvii, pasien sama sekali tidak berbicara, atau
sepatah kata atau frasa yang diulang ulang,
artikulasi buruk, tidak bermakna
74. Stroke
Stroke (WHO MONICA 1986)
Gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal dari
gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma ataupun infeksi.
Hemidefisit motorik
Hemidefisit sensorik
Penurunan kesadaran
Kelumpuhan nervus fasialis (VII) dan hipoglosus
(XII) sentral
Gangguan fungsi luhur seperti kesulitan
berbahasa (afasia) dan gangguan fungsi intelektual
(demensia)
Buta separuh lapang pandang (hemianopsia)
Defisit batang otak
75. Parkinson
Jarang muncul sebelum usia 40 tahun, resiko meningkat dengan bertambahnya usia dan
mengenai 1-% pasien berumur di atas 65 tahun
Faktor resiko parkinson :
genetik
terpapar pestisida
kopi dan rokok menurunkan resiko terjadinya parkinson
Kerusakan pada
neuron penghasil
dopamine di
Substansia Nigra
Produksi Dopamine
Jalur nigrostriatal :
Dopamine di korpus
striatum
Rigiditas, Bradykinesia,
Tremor, Gangguan berjalan
Wilkinson I, Lennox G. Essential Neurology 4th edition. 2005
Tiemstra JD, Khatkhate N. Bell`s Palsy : Diagnosis and Management. Am Fam Physician 2007;76:997-1002, 1004
-Lobus
oksipital
-Lobus
temporal
- Penghidu, pendegaran,
keseimbangan, emosi dan motivasi ,
bahasa
-Lobus
parietal
-Lobus
frontal
Sistem
limbik
Hipokampus
Amygdala
Central
core
-Medulla
oblongata
(medulla)
-Pons
-Cerebellum
-Hipotalamus
ILMU PSIKIATRI
VI.
VII.
VIII.
IX.
Perasaan
( mood & afek )
Mood = suasana perasaan
emosi yang meresap dan terus menerus yang
mewarnai persepsi seseorang akan dunia.
Deskripsi mood
Euthym
: normal
Hypothym
: murung-putus asa-depresif
Hyperthym
: elasi-ekspansif-euforik-manik
Empty
: kosong-hambar
Irritable
: mudah tersinggung
Alexithymia
: sulit mengungkapkan perasaan
Afek :
Ekspresi emosi sesaat, dapat diamati dari
ekspresi wajah, gerak tubuh, irama suara.
Deskripsi Afek :
serasi / tidak serasi
luas terbatas tumpul datar
labil/tegang/cemas
Tilikan
Dalam arti sempit adalah pemahaman pasien terhadap penyakitnya
Derajat tilikan:
1. Penyangkalan penyakit sama sekali
2. Agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan
bantuan tetapi dalam waktu yang bersamaan menyangkal
penyakitnya.
3. Sadar bahwa mereka adalah sakit tapi melemparkan kesalahan pada
orang lain, pada faktor eksternal atau faktor organik
4. Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami
penyebab sakitnya
5. Tilikan intelektual: menerima bahwa pasien sakit dan bahwa gejala
disebabkan gangguan tertentu dalam diri pasien sendiri tetapi TIDAK
menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman di masa depan
6. Tilikan emosional sesungguhnya: Tilikan yang sehat, yakni sadar
sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motifasi untuk mencapai
perbaikan
82. Kompulsif
Kompulsif
Isi pikir
Flight of ideas
Obsesif
Rigiditas
Stiffness or inflexibility.
Bradikinesia
Distonia akut
Tardive
dyskinesia
Sleep Disorder
Insomnia is difficulty initiating or maintaining sleep. It is the
most common sleep complaint and may be transient or
persistent.
Primary insomnia is commonly treated with benzodiazepines.
Insomnia
According to severity:
Mild: almost every night,
minimum impairment of
quality of life (QoL)
Moderate: every night,
moderate impairment
QoL with symptoms
(irritability, anxiety,
fatigue)
Severe: every night,
moderate impairment
QoL with more severe
symptoms of irritability,
anxiety, fatigue
According to form of
presentation:
Sleep onset/early
insomnia (difficulty
falling asleep)
Sleep
maintenance/middle
insomnia (waking
frequently)
End of sleep/late
insomnia (waking too
early)
86. Raptus
Abulia: global underactivity (lack of motivation
or desire to perform a task) (eg: In stroke,
abulia results most often from damage to the
frontal lobes)
Raptus: a pathological paroxysm of activity
giving vent to impulse or tension (as in an act
of violence)
Halusinasi: Penginderaan/persepsi sensoris
tanpa adanya stimulus eksternal
87.Obsesif-kompulsif
Untuk menegakan diagnosis pasti, gejala obsesif atau
tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir
setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
Merupakan sumber penderitaan atau mengganggu aktivitas
penderita
Glutamatergic abnormalities in corticostriatal brain circuits
are thought to underlie obsessive-compulsive disorder
(OCD)
Low GABA function is a consistent finding in mood
disorders. Highest concentrations of GABA are found in the
basal ganglia of the brain, followed by the hypothalamus,
hippocampus and amygdala
Gangguan Neurotik
Gejala-gejala obsesif :
1. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri
sendiri;
2. Sedikitnya ada 1 pikiran/tindakan yang tidak
berhasil dilawan;
3. Pikiran untuk melakukan tindakan tsb bukan hal
yang memberi kepuasan atau kesenangan
4. Gagasan, pikiran, atau impuls tsb harus
merupakan pengulangan yang tidak
menyenangkan
Gangguan Neurotik
Predominan Tindakan Kompulsif (Obsessional Rituals)
Tindakan kompulsif umumnya berkaitan dengan :
kebersihan (mencuci tangan), memeriksa berulang untuk
meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi
bahaya tidak terjadi, atau masalah kerapian & keteraturan.
Dilatarbelakangi perasaan takut terhadap bahaya yang
mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya
Diagnosis
Karakteristik
Gangguan panik
Gangguan cemas
menyeluruh
Gangguan konversi
Depresi
4.
Depression
During the fourth stage, the grieving person begins to understand
the certainty of death. Because of this, the individual may become
silent, refuse visitors and spend much of the time crying and
grieving. This process allows the dying person to disconnect from
things of love and affection.
Eg: "I'm so sad, why bother with anything?"; "I'm going to die
soon so what's the point?"; "I miss my loved one, why go on?"
5. Acceptance In this last stage, individuals begin to come to terms
with their mortality, or that of a loved one, or other tragic event
Eg."It's going to be okay."; "I can't fight it, I may as well prepare
for it."
90.Depresi
Gejala utama:
1. afek depresif,
2. hilang minat &
kegembiraan,
3. mudah lelah &
menurunnya
aktivitas.
Gejala lainnya:
1. konsentrasi menurun,
2. harga diri & kepercayaan diri
berkurang,
3. rasa bersalah & tidak berguna
yang tidak beralasan,
4. merasa masa depan suram &
pesimistis,
5. gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh
diri,
6. tidur terganggu,
7. perubahan nafsu makan (naik
atau turun).
PPDGJ
Depresi
Episode depresif ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain > 2
minggu
Episode depresif sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain, >2
minggu.
Depresi
Kombinasi psikoterapi & farmakoterapi adalah terapi paling efektif.
The different antidepressant class adverse effect profiles make the
SSRIs more tolerable than the TCAs SSRI is commonly used as
first line drug for major depression.
Contoh:
Sertraline dosis awal 1x50 mg
Fluoxetine dosis awal 1x20 mg
91.Eksebisionisme
Istilah
Keterangan
Sado-masokisme
Fetihisme
Voyeurisme
Ekshibisionisme
Nekrofilia
Frotteurism
Sexual Dysfunction
Orgasmic disorders
Female Orgasmic Disorder (Inhibited Female Orgasm)
Manifestations
1. Demam dan menggigil yang tiba-tiba
2. Malaise
3. muntah
4. Nyeri pinggang
5. Nyeri dan nyeri ketok Costovertebral
6. Urinary frequency, dysuria
Ada di GIT
Patofisiologi:
E. coli
Tes indol
Indikator pH
Merah: pH < 4.4
Kuning: pH > 6.2
Orange : diantaranya
Tes Voges-Proskauer
Mendeteksi bakteri yang menggunakan butylene
glycol pathway dan memproduksi acetoin
Hasil:
Positif: merah
Negatif: warna tembaga (copper color)
http://www.microbelibrary.org/library/laboratorytest/3204-methyl-red-and-voges-proskauer-test-protocols
94. Ektima
Ektima adalah ulkus superficial dengan krusta yang
disebabkan oleh infeksi Streptococcus B hemoliticus.
Pada pemeriksaan fisik akan terlihat krusta tebal
berwarna kuning berlokasi di tungkai bawah, yaitu
tempat yang banyak mendapat trauma.
Streptococcus adalah bakteri golongan gram positif
pada pewarnaan gram (berwarna ungu). Hal ini
disebabkan karena lapisan peptidoglikan.
Pengobatan dari ektima adalah pengangkatan krusta
dan pemberian salep antibiotik seperti basitrasin,
mupirocin dan neomisin.
95. Varisela
Varisela adalah infeksi akut primer oleh infeksi virus
varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa.
Gejala klinis berupa demam yang tidak terlalu tinggi,
nyeri kepala, erupsi kulit berupa papul eritmatosa yang
dalam beberapa jam berubah menjadi vesikel. Vesikel
yang khas berbentuk tetesan embun (tear drop)
Pengobatan: antipiretik, analgesik, bedak untuk
mengurangi rasa gatal dan mencegah pecahnya vesikel.
Asan salisilat dosis rendah (1-2%) mempunyai efek
keratoplastik, menunjang pembentukan keratin baru.
Pada konsentrasi tinggi (3-20%) bersifat keratolitik dan
dipakaiuntuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik.
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
Diagnosis:
Selain gejala klinis, pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH 20%:
hifa pendek dan spora bulat berkelompok.
PENTING dibedakan.
Pemeriksaan KOH 20% pada tinea: hifa bersekat,
spora bercabang (artospora)
KOH 10% pada candida: hifa semu, blastospora
97. Miasis
Miasis adalah kontaminasi tubuh
oleh larva.
Biasanya pada luka terbuka yang
tidak bersih dan menyebabkan larva
bisa sampai ke luka tersebut.
Lalat merupakan salah satu vektor
penyebar larva.
Penanganan larva adalah dengan
menjaga kebersihan diri dan luka.
Larva harus dibersihkan dan luka
juga dibesihkan. Apabila dicurigai
terdapat infeksi bakteri dapat
diberikan antiobiotik.
Cacing dewasa T.
Trichiura
Telur T. Trichiura
Telur cacing
Ascaris lumbricoides telur
berbentuk bulat berlapis
dengan bagian luar bergerigi
Ancylostoma duodenale dan
necator americanus telur
oval dengan segmented
ovum
Trichuris trichiuratelur
seperti tempayan
99. Lepra
Penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae
Lesi kulit: terdapat ebrbagai jenis lesikulit
pada leprae: makula, papul dengan
pewarnaan hipopigmentasi atau eritematosa
Deformitas terjdi akibat langsung dari
granuloma yang merusak jaringan sekitarnya.
Gangguan anestesia dapat menyebabkan
deformitas
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan bakterioskopik dengan pewarnaan
Ziehl Neelsen dapat menghitung jumlah
bakteri
Pemeriksaan histopatologisBerasal dari jaringan
lesi lepra ditemukan sel vrichow (histiosit
dengan M leprae di dalamnya)
Pemeriksaan serologik: pemeriksaan antibodi
terhadap M. leprae
Pengobatan leprae:
DDS, Rifampisin, klofazimin.
Pengobatan
100. Miliaria
Kelainan kulit akibat retensi keringat
Miliaria kristalina:
Vesikel berukuran 1-2 mm pada bedan setelah banyak berkeringat, tanpa
tanda radang, pada bagian yang tertutup pakaian, keluhan tidak
ada. Tx/ menghindari panas, pakaian tipis & menyerap keringat
Miliaria rubra:
Papul merah yang gatal, pada badan dan tempat-tempat tekanan/gesekan
pakaian. Tx/ menghindari panas, pakaian tipis & menyerap keringat, bedak
salisil 2% + menthol 0,25-2%, losio calamin
Miliaria profunda
Timbul setelah miliaria rubra, papul putih, keras di badan dan ekstremitas,
tidak gatal, tidak eritema. Tx/ menghindari panas, pakaian tipis &
menyerap keringat, losio calamin, resorsin 3%
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
Diagnosis:
Selain gejala klinis, pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH 20%:
hifa pendek dan spora bulat berkelompok.
PENTING dibedakan.
Pemeriksaan KOH 20% pada tinea: hifa bersekat,
spora bercabang (artospora)
KOH 10% pada candida: hifa semu, blastospora
102-103. Urtikaria
Reaksi vaskular pada kulit akibat bermacammacam sebab.
Edema setempat yang cepat timbul dan
menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat
dan kemerahan
Etiologi: obat, makanan, gigitan serangga,
inhalan
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI edisi kelima
Patogenesis urtikaria:
Faktor fisik (panas. Dingin), inhalan, makanan)
sel mast/basofil histamin, serotonin
vasodilatasi dan permeabilitas meningkat
urtikaria.
Pengobatan urtikaria:
Hindari penyebab
Antihistamin (chlortrimethon, cimetidine)
Kortikosteroidurtikaria akut
Desensitisasi (pada urtikaria dingin, melakukan
sensitisasi air pada suhu 10C, 2xsehari selama 23minggu)
104. Skabies
Penyakit kulit akibat imfestasi dan sensitisasi
Sarcoptes scabei
Cara penularan: Kontak langsung (kulit dengan
kulit), kontak tak langsung (melalui benda)
Kelainan kulit terjadi tidak hanya disebabkan oleh
tungau, namun juga karena garukan. Ditemukan
papul, vesikel, urtika. Dengan garukan akan
timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi
sekunder.
Buku ajar ilmu penyakit kulit dan kelamin FKUI
edisi kelima
Characteristic
Early HDN
Occurs within 2 days and not more than 5 days of life. Baby
born of mother who has been on certain drugs: anticonvulsant,
antituberculous drug, antibiotics, VK antagonist anticoagulant.
Classic HDN
Vit K deficiency
Occurs within 2 days and not more than 5 days of life. Definite
etiology inducing VKP is found in association with bleeding:
malabsorption of VK ie gut resection, biliary atresia, severe liver
disease-induced intrahepatic biliary obstruction.
Diagnosis APCD
Diagnosis
Anamnesis : Bayi kecil yang sebelumnya sehat, tiba-tiba
tampak pucat, malas minum, lemah. Tidak mendapat
vitamin K saat lahir, konsumsi ASI, kejang fokal
PF : Pucat tanpa perdarahan yang nyata. Tanda
peningkatan tekanan intrakranial (UUB membonjol,
penurunan kesadaran, papil edema), defisit neurologis
fokal
Lab: Anemia dengan trombosit normal, PT memanjang,
APTT normal/memanjang. USG/CT Scan kepala :
perdarahan intrakranial
Pada bayi dengan kejang fokal, pucat, disertai UUB
membonjol harus dipikirkan APCD sampai terbukti bukan
Buku PPM Anak IDAI
Tatalaksana APCD
KOMPLIKASI DIARE
Dehidrasi
Asidosis Metabolik
Hipoglikemia, terutama dengan predisposisi
undernutrition
Gangguan elektrolit
Hiponatremia
Hipernatremia
Hipokalemia
(NB: kondisi hiperkalemia bisa menstimulasi intestinal
motility menyebabkan watery diarrhea.)
Gangguan gizi
Gangguan sirkulasi (syok)
Stabilisasi
H 1-2
Transisi
H 3-7
Rehabilitasi
H 8-14
mg
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
tanpa Fe
+ Fe
HIPOGLIKEMIA
Semua anak dengan gizi
buruk berisiko hipoglikemia
(< 54 mg/dl)
Jika tidak memungkinkan
periksa GDS, maka semua
anak gizi buruk dianggap
hipoglikemia
Segera beri F-75 pertama,
bila tidak dapat disediakan
dengan cepat, berikan 50 ml
glukosa/ gula 10% (1 sendok
teh munjung gula dalam 50
ml air) oral/NGT.
DEHIDRASI
Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali
pada kasus dehidrasi berat dengan syok.
Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT
beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam
pertama
setelah 2 jam, berikan ReSoMal 510
ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75
dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10
jam.
Renal Disease
Liver Disease
Allergic Reaction
Cardiac Disease
Evaluasi
111-112.HISTOPATOLOGI PENYAKIT
GLOMERULAR
D-C
The glomerular basement membrane (GBM) of the kidney is the basal lamina
layer of the glomerulus.
The GBM is a fusion of the endothelial cell and podocyte basal laminas
NORMAL
GLOMERULUS
Minimal-Change Glomerulonephritis
Also known as Nil Lesions or Nil Disease
(lipoid nephrosis)
Minimal change nephrotic syndrome (MCNS)
is the most common cause of the nephrotic
syndrome in children, accounting for 90% of
cases under the age of 10 years and more
than 50% in older children.
Nephrology (Carlton). 2007 Dec;12 Suppl 3:S11-4.
Pathophysiology of minimal change nephrotic syndrome and focal segmental glomerulosclerosis.
Cho MH, Hong EH, Lee TH, Ko CW.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17995521
Minimal-change disease (MCD), also known as lipoid nephrosis or nil disease, is the
most common single form of nephrotic syndrome in children. It refers to a
histopathologic lesion in the glomerulus that almost always is associated with
nephrotic syndrome. It typically is a disease of childhood, but it also can occur in
adults.
Glomerulonephritis, crescentic (RPGN). Light microscopy (25x hematoxylin and eosin stain):
Compression of the glomerular tuft with a circumferential cellular crescent that occupies most of
the Bowman space. Rapidly progressive glomerulonephritis (RPGN) is defined as any glomerular
disease characterized by extensive crescents (usually >50%) as the principal histologic finding and
by a rapid loss of renal function (usually a 50% decline in the glomerular filtration rate [GFR]
within 3 mo) as the clinical correlate.
Image courtesy of Madeleine Moussa, MD, FRCPC, Department of Pathology, London Health Sciences Centre, London, Ontario, Canada.
http://library.med.utah.edu/WebPath/RENAHTML
Mesangial Proliferative GN
Mesangioproliferative pattern of glomerular
injury is characterized by the expansion of
mesangial matrix and the mesangial
hypercellularity.
Contoh: immune disease such as IgA
nephropathy or class II lupus nephritis or nonimmune diseases such as early diabetic
glomerulosclerosis
Membranoproliferative
glomerulonephritis (MPGN)
Membranoproliferative glomerulonephritis (MPGN) is an
uncommon cause of chronic nephritis that occurs primarily
in children and young adults.
This entity refers to a pattern of glomerular injury based on
characteristic histopathologic findings, including:
(1) proliferation of mesangial and endothelial cells and
expansion of the mesangial matrix
(2) thickening of the peripheral capillary walls by subendothelial
immune deposits and/or intramembranous dense deposits
(3) mesangial interposition into the capillary wall, giving rise to a
double-contour or tram-track appearance on light microscopy
Membranoproliferative
glomerulonephritis (MPGN)
type I. Glomerulus with
mesangial interposition
producing a double contouring
of basement membranes,
which, in areas, appear to
surround subendothelial
deposits (Jones silver
methenaminestained section;
original magnification 400).
Courtesy of John A. Minielly,
MD.
Chronic GN. A Masson trichrome preparation shows complete replacement of virtually all glomeruli by bluestaining collagen. (Courtesy of Dr. M. A. Venkatachalam, Department of Pathology, University of Texas Health
Sciences Center, San Antonio, Texas.)
Treatment:
apply miconazole cream
after every feed and
remove any residual
cream before the next
feed
Persistent cases of
nipple yeast or
presumptive ductal yeast
oral fluconazole.
Oral Thrush
Etiology: Candida
Albicans
Clinical Manifestation
White curdish like lesions
on the buccal mucosa,
tongue, palate, and
gingiva. The lesions are
difficult to scrape off and
this differentiates it from
milk. After scraping, there
is an erythematous base
and some bleeding.
Oral candidiasis may be
associated with diaper
candidiasis (diaper rash)
TREATMENT NYSTATIN
Infants
200,000 units PO q6hr (100,000
units in each side of mouth)
Children
Oral suspension: 400,000600,000 units PO q6hr
Intestinal Candidiasis
Oral Tablets: 500,000 units - 1
million units q8hr
Hipoglikemia
Diagnosis
Anamnesis: tremor, iritabilitas, kejang/koma, letargi/apatis, sulit menyusui,
apneu, sianosis, menangis lemah/melengking
PF: BBL >4000 gram, lemas/letargi/kejang beberapa saat sesudah lahir
Penunjang: Pemeriksaan glukosa darah baik strip maupun darah vena, reduksi
urin, elektrolit darah
Penatalaksanaan
Bolus 200 mg/kg dengan dextrosa 10% IV selama 5 menit
Hitung Glucose Infusion Rate (GIR), 6-8 mg/kgBB/menit untuk mencapai GD
maksimal. Dapat dinaikkan sampai maksimal 12mg/kgBB/menit
Cek GD per 6 jam
Bila hasil GD 36-47 mg/dl 2 kali berturut-turut + Infus dextrosa 10%
Bila GD >47 mg/dl setelah 24 jam terapi, infus diturunkan bertahap
2mg/kgBB/menit setiap jam
Tingkatkan asupan oral
117.DIFFERENTIAL DIAGNOSIS OF
PEDIATRIC WHEEZING
120-121. Sepsis
Sindrom klinik penyakit sistemik akibat infeksi
yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan.
Mortalitas mencapai 13-25%
Jenis :
Early Onset = Dalam 3 hari pertama, awitan tiba-tiba,
cepat berkembang menjadi syok septik
Late Onset = setelah usia 3 hari, sering diatas 1
minggu, ada fokus infeksi, sering disertai meningitis
SEPSIS
Early onset sepsis:
Timbul dalam 72 jam pertama kehidupan
Mikroorganisme berasal dari infeksi transplasental
atau ascending infection dari serviks (kolonisasi
bakteri di traktus genitourinari)
Mikroorganisme yg mjd penyebab:
Late-onset sepsis
Muncul hari ke 4-90; organisme didapat dari lingkungan sekitar.
Mikroorganisme penyebab:
Coagulase-negative Staphylococcus (susceptible to first-generation
cephalosporin) leading cause of late-onset infections
Staphylococcus aureus
E coli
Klebsiella
Pseudomonas
Enterobacter
Candida
Group B Streptococcus (GBS)
Serratia
Acinetobacter
Anaerobes
Fokus infeksi: kulit, sal. napas, konjungtiva, (GI) tract, dan umbilikus.
Alat/ vektor : kateter urin, IV kateter (jarum infus), kontak dgn
caregivers yg terkontaminasi kolonisasi bakteri.
Meningitis and bacteremia are more common in late-onset sepsis
Skrining
Kecurigaan besar sepsis bila :
Bayi umur sampai dengan usia 3 hari
Riwayat ibu dengan infeksi rahim, demam dengan
kecurigaan infeksi berat, atau ketuban pecah dini
Bayi memiliki dua atau lebih gejala yang tergolong
dalam kategori A, atau tiga atau lebih gejala pada
kategori B
Kategori B
Tremor
Kejang
Tidak sadar
Stages of sepsis based on American College of Chest Physicians/Society of Critical Care Medicine
Consensus Panel guidelines
http://emedicine.medscape.com/article/169640-overview
Kriteria SIRS
Brahm Goldstein, MD; Brett Giroir, MD; Adrienne Randolph, MD; and the Members of the International Consensus Conference on Pediatric Sepsis. International pediatric sepsis consensus conference:
Definitions for sepsis and organ dysfunction in pediatrics. Pediatr Crit Care Med 2005 Vol. 6, No. 1
123.INTOLERANSI LAKTOSA
Diare akut: berlangsung < 1 minggu,
umumnya karena infeksi (umumnya e.c
rotavirus)
Diare akut cair
Diare akut berdarah
Diare Persisten
Intoleransi laktosa
Alergi protein susu sapi
Malabsorpsi nutrien
Bakteri tumbuhlampau
Infeksi persisten
Antibiotic-Associated
Diarrhea
Primary infection:
IgM: detectable by days 35 after
the onset of illness, by about 2
weeks & undetectable after 23
months.
IgG: detectable at low level by the
end of the first week & remain for
a longer period (for many years).
Secondary infection:
IgG: detectable at high levels in
the initial phase, persist from
several months to a lifelong
period.
IgM: significantly lower in
secondary infection cases.
Scoring: Fewer than two signs from column B and C: no signs of dehydration
< 5%, 2 signs in column B: Moderate dehydration 5-10%, 2 signs in
column C: > 10% severe dehydration
Pemberian Pertama
30 ml/kgbb selama :
Pemberian Berikut
70 ml/kgbb selama :
1 jam
5 jam
30 menit
2.5 jam
Terapi medikamentosa
Antibiotik, bila terdapat indikasi (eg. kolera, shigellosis, amebiasis,
giardiasis)
Probiotik
Zinc: diberikan dalam dosis 20 mg untuk anak di atas 6 bulan, dan 10
mg untuk bayi berusia kurang dari 6 bulan selama 10 hari
Obat-obatan anti diare terbukti tidak bermanfaat
Definisi
keadaan dimana terjadinya dua atau lebih
rangkaian kejang tanpa adanya pemulihan
kesadaran diantara kejang
atau serangan yang berlangsung terus
menerus selama 30 menit atau lebih
ISK pada ibu hamil :
Asymptomatic bacteriuria, acute
cystitis, dan acute pyelonephritis
ISK bagian bawah: infeksi pada
kandung kemih/ vesika urinaria
(sistisis) dan uretra, batas atas
dan bawah adalah vesicoureteric
valve.
ISK bagian atas mungkin
berhubungan dengan kerusakan
ginjal dan komplikasi yang berat
serta membutuhkan pemeriksaan
penunjang dan terapi yang cepat
Disuria
Polakisuria
Nokturia
Frekuensi dan urgensi
Nyeri suprapubik
Hematuria
Nyeri pada skrotum (epididimoorkitis)
Antibiotik
Kehamilan
Amoxicillin
Ceftriaxone
Imipenem
tetrasiklin
Single-dose treatment
Amoxicillin, 3 g
Ampicillin, 2 g
Cephalosporin, 2 g
Nitrofurantoin, 200 mg
Trimethoprim-sulfamethoxazole, 320/1600 mg
3-day course
Amoxicillin, 500 mg three times daily
Ampicillin, 250 mg four times daily
Cephalosporin, 250 mg four times daily
Ciprofloxacin, 250 mg twice daily
Levofloxacin, 250 mg daily
Nitrofurantoin, 50 to 100 mg four times daily; 100 mg twice
daily
Trimethoprim-sulfamethoxazole, 160/800 mg two times
daily
Other
Nitrofurantoin, 100 mg four times daily for 10 days
Nitrofurantoin, 100 mg at bedtime for 10 days
Treatment failures
Nitrofurantoin, 100 mg four times daily for 21 days
Suppression for bacterial persistence or recurrence
Nitrofurantoin, 100 mg at bedtime for remainder of
pregnancy
Route
Frequency
Ampicillin 12 g
plus
gentamicin 2 mg/kg,
then 1.7
mg/kg
IV
q46h
IV
q8h
Ampicillin/ 3 g
sulbactam
IV
q6h
Cefazolin
IV
q68h
Ceftriaxon 12 g
e
IV or IM
q24h
Mezlocillin 3 g
IV
q6h
Piperacillin 4 g
IV
q8h
12 g
133. Kontrasepsi
Suntikan KB 3 Bulan. Suntikan KB ini mengandung hormon Depo
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) 150 mg. Sesuai dengan
namanya, suntikan ini diberikan setiap 3 bulan (12 Minggu). Suntikan
pertama biasanya diberikan 7 hari pertama periode menstruasi Anda, atau
6 minggu setelah melahirkan. Suntikan KB 3 Bulanan ada yang dikemas
dalam cairan 3ml atau 1ml
Suntikan KB 1 Bulan. Suntikan KB ini mengandung kombinasi hormon
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) dan Estradiol
Cypionate (hormon estrogen). Komposisi hormon dan cara kerja Suntikan
KB 1 Bulan mirip dengan Pil KB Kombinasi. Suntikan pertama diberikan 7
hari pertama periode menstruasi Anda, atau 6 minggu setelah melahirkan
bila Anda tidak menyusui.
134. IUD
Ketika ujung dari IUD tak tampak, perangkat mungkin
sudah hilang atau sudah terjadi perforasi rahim, atau
mungkin terjadi kehamilan.
Jangan pernah berasumsi perangkat telah hilang/
keluar dari rahim kecuali terlihat!
Bila terjadi kehilangan perangkat yang dilakukan
menyelidiki keberadaan IUD pada uterus : 1) USG, 2)
RO Abdomen dan Pelvis, 3) hysterography dengan
kontras dapat dilakukan 4) alternatif lain Hysteroscopy
Jika ternyata terdapat kehamilan maka prosedur yang
diperbolehkan hanyalan 1) USG
Williams Obstetric 22nd
Derajat anemia:
Anemia ringan: Hb 9-10.9 g/
dL
Anemia sedang: Hb 7-9 g/ dL
Anemia berat: Hb <7 g/ dL
Anemia sangat berat: Hb <4 g/
dL
Investigasi: DPL, apusan darah
tepi, profil besi, kadar asam
folat dan B.12, retikulosit,
profil koagulasi, fungsi hati dan
ginjal, skrining
hemoglobinopati.
Tgl
Bln
Thn
13
06
2012
+7
-3
+1
20
2013
+14
-3
+1
Pertama Haid
Terakhir)
Siklus 28 hari
Untuk Siklus 35
Hari
138. Persalinan
Persalinan normal:
proses pengeluaran buah
kehamilan (bayi, plasenta dan
selaput ketuban)
usia gestasi aterm (>37 42
minggu)
persalinan spontan (dari rahim ibu
melalui jalan lahir dengan tenaga
ibu sendiri (tidak ada intervensi
dari luar).
presentasi kepala (posisi belakang
kepala)
tidak lebih dari 18 jam
Tidak ada komplikasi pada ibu
maupun janin.
Kala I
Dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan
adanya kontraksi yang teratur, adekuat dan
menyebabkan perubahan pada serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap. Terdiri dari:
Fase laten:
dimulai dari awal kontraksi hingga
pembukaan mendekati 4 cm
kontraksi mulai teratur tetapi lamanya
masih diantara 20-30 detik
Berlangsung sekitar 8 jam
Fase aktif:
kontraksi di atas 3 kali/ 10 menit
lama kontraksi 40 detik dan mules
pembukaan dari 4 cm sampai lengkap
(10cm)
terdapat penurunan bagian terbawah
janin
Berlangsung sekitar 6 jam (Kecepatan
rata-rata 1cm/jam pada nulipara dan 12cm/jam pada multipara).
Fase akselerasi 3 4 cm dalam 2 jam
Fase kemajuan maksimal, dari
pembukaan 4 9 cm dicapai dalam 2
jam
Fase deselerasi dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm dalam 2 jam
Kala II
Dimulai pada saat pembukaan
serviks telah lengkap dan
berakhir pada saat bayi telah lahir
lengkap.
His menjadi lebih kuat, lebih
sering, dan lebih lama. Selaput
ketuban mungkin juga sudah
pecah/ baru pecah spontan pada
awal Kala 2.
Rata-rata waktu untuk
keseluruhan proses Kala 2 pada
primigravida 1,5 jam, dan
multipara 0,5 jam
Kala II lama: > 1 jam pada
multigravida; > 2 jam pada
primigravida
Kala III
Dimulai pada saat bayi telah lahir
lengkap, dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
Berlangsung 30 menit.
Tanda-tanda pelepasan plasenta
Tali pusat memanjang
Uterus membulat
Keluar semburan darah
Kala IV
Segera setelah lahirnya plasenta
hingga 2 jam post partum
Monitor pada kala IV
Pemantaun kontraksi dan pencegahan
perdarahan pervaginam:
Memastikan bayi bernapas baik (4060x/ menit) dan suhu stabil (36.537.50C)
139. Gemeli
DEFINISI
Istilah :
dua janin - gemelli / "kembar" / twin
tiga janin - triplet / "kembar tiga"
empat janin - quadruplet / "kembar
empat"
lima janin - quintiplet / "kembar
lima", dan seterusnya.
Anamnesis
Riwayat kembar dalam
keluarga
Perut >besar dari
kehamilan biasa
Pergerakan anak lebih
sering
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi Perut > besar
dari kehamilan biasa
Palpasi Fundus > tinggi
Teraba 2 / 3 bagian besar
Auskultasi BJ pada 2
tempat yg sama jelas
Pem. Penunjang
Foto rontgen : 2 kerangka
janin
Sonogram : mgg ke- 6-7
140.Persalinan
Periode kehamilan adalah:
Aterm: janin dikatakan cukup bulan apabila usia kehamilannya
mencapai 38-42 minggu
Prematur/preterm: janin dengan usia kehamilan kurang dari 38
minggu
Postmatur/postterm: janin dengan usia kehamilan lebih dari 42
minggu
Perinatal: periode dimulai pada usia kehamilan 22 minggu
dengan berat janin 500 gram hingga 7 hari setelah bayi
dilahirkan
Masa nifas: periode segera setelah kelahiran bayi hingga 40 hari
(6 minggu) dimana tubuh ibu kembali ke kondisi sebelum hamil
141. PREEKLAMSI
ringan
berat
EKLAMSI
Kejang kejang, yang
tidak disingkirkan oleh
penyebab lain, pada
penderita preeklamsi,
bisa terjadi sebelum,
selama, atau segera
setelah persalinan.
SUPERIMPOSED PREEKLAMSI
Preeklamsi/eklamsi yang
terjadi pada pasien yang
menderita hipertensi
kronis.
HIPERTENSI KRONIS
Hipertensi sebelum kehamilan
/ sebelum kehamilan berumur
20 minggu/ setelah kehamilan
berumur >20 minggu /
menetap hingga 12 minggu
pasca persalinan.
Tensi 140/90 mmHg untuk
pertama kalinya dalam
kehamilan
Proteinuri (-)
TERAPI
Preeklamsi ringan
Preeklamsi Berat
Rawat bersama dengan Bagian yang terkait (IPD, Saraf, Mata, Anestesi).
A. Perawatan aktif
a. Indikasi
i. Ibu :
1. kehamilan > 37 minggu
2. adanya gejala impending eklamsi
ii. Janin :
1. adanya tanda-tanda gawat janin
2. adanya tanda-tanda IUGR
iii. Laboratorik :
adanya HELLP syndrome
b. Pengobatan medisinal
1. Infus larutan ringer laktat
2. Pemberian obat : MgSO4
3. Diuretikum
4. Antihipertensi, bila : Sistolik > 180 mmHg dan Diastolik > 110 mmHg
5. Kardiotonika
6. Obat-obat antipiretik
7. Antibiotika
8. Antinyeri
c. Pengelolaan Obstetrik
Cara terminasi kehamilan
Belum inpartu :
1. Induksi persalinan : amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6
2. Seksio sesarea bila ;
a. Syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi tetes
oksitosin
b. 8 jam sejak dimulainya tetes oksitosin belum masuk fase aktif
Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio
sesarea.
Sudah inpartu :
Kala I
Fase laten : Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor Bishop > 6.
Fase aktif :Amniotomi
Bila his tidak adekuat, diberikan tetes oksitosin.
Bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap,
pertimbangkan seksio sesarea.
Amniotomi dan tetes oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15 menit setelah
pemberian pengobatan medisinal.
Kala II :
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
B. Pengelolaan konservatif
a. Indikasi :
Hamil preterm (< 37 minggu) tanpa tanda2 impending eklamsi dgn keadaan
janin baik
b. Pengobatan medisinal :
Sama dengan perawatan medisinal pengelolaan secara aktif.
c. Pengelolaan obstetrik
1. Selama perawatan konservatif, tindakan observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif, termasuk pemeriksaan tes tanpa kontraksi dan USG untuk
memantau kesejahteraan janin
2. Bila setelah 2 kali 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap
sebagai kegagalan pengobatan medisinal dan harus diterminasi. Cara terminasi
sesuai dengan pengelolaan aktif.
Eklamsi
Rawat bersama di unit perawatan intensif dengan
bagian-bagian yang terkait.
1. Obat anti kejang
2. Obat-obat supportif
3. Perawatan pasien dengan serangan kejang
4. Perawatan pasien dengan koma
5. Pengobatan Obstetrik
TUJUAN
Meningkatkan jumlah dan distribusi SDM
Kesehatan yang berkompeten dalam
melaksanakan pelayanan obstetri-neonatal
(baik esensial maupun emergensi)
Menurunkan AKI menjadi 102/100.000
Kelahiran Hidup ; dan AKB menjadi 23/1000
Kelahiran Hidup sesuai target indikator 4 dan 5
MDGs
Penyebab Langsung:
Penyebab langsung
kematian ibu merupakan
aspek medis yang
harus ditangani oleh
tenaga medis atau tenaga
kesehatan. Kasus- kasus
tersebut antara lain
pendarahan, eklampsia,
partus lama, komplikasi
aborsi dan infeksi
(Kementerian
Kesehatan RI, 2009).
Penyebab Tidak
Langsung: Penyebab tidak
langsung kematian ibu
adalah aspek Non
medis yang merupakan
penyebab yang mendasar
antara lain status
perempuan dalam
keluarga, keberadaan
anak, sosial budaya,
pendidikan, sosial
ekonomi, dan geografis
daerah.
Perdarahan antepartum
kegawatdaruratan obstetri
penyebab utama morbiditas & mortalitas
maternal & perinatal
Merupakan penyulit pada 2-5% dari
seluruh kehamilan
PERDARAHAN
ANTEPARTUM
Definisi
Perdarahan dari jalan lahir
pada usia kehamilan 20
minggu sebelum lahirnya
janin.
Dapat disebabkan oleh :
o plasenta previa
o solusio plasenta
o sebab lainnya yang belum
dapat ditentukan
SOLUSIO PLASENTA
Terlepasnya plasenta sebagian
atau seluruhnya, pada
plasenta yang implantasinya
normal di atas 22 minggu dan
sebelum janin lahir.
PLASENTA PREVIA
Gejala-Gejala
PENATALAKSANAAN
Umum
- Menjelaskan kepada penderita tentang penyakit dan
pengobatan
- Memberitahu penderita untuk menjaga beruntus
beruntus berisi cairan agar tidak pecah (taburi bedak dan
jangan digaruk)
- Menerangkan kepada penderita mengenai komplikasi
penyakit yang dapat terjadi dan penanganan yang dapat
dilakukan ( nyeri menetap setelah erupsi menghilang,
infeksi sekunder, komplikasi sistemik )
Khusus
- topikal : bedak + salisilat 2 %
- sistemik : acyclovir tablet 5 x 800 mg/ hari selama 7 hari
KALA II MEMANJANG
Persalinan kala II memanjang (prolonged expulsive phase) atau disebut juga
partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak
menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan
putaran paksi selama 2 jam terakhir.
Faktor faktor penyebabnya adalah :
Kelainan letak janin
Kelainan kelainan panggul
Kelainan his dan mengejan
Pimpinan partus yang salah
Janin besar atau ada kelainan kongenital
Primitua
Perut gantung atau grandemulti
Ketuban pecah dini
Gejala Klinik
Pada ibu :Gelisah, letih, suhu badan
meningkat, berkeringat, nadi cepat,
pernafasan cepat. Di daerah lokal
sering dijumpai : Ring Bandl, edema
vulva, edema serviks, cairan
ketuban berbau dan terdapat
mekonium.
Pada janin: Denyut jantung janin
cepat/hebat/tidak teratur bahkan
negatif, Air ketuban terdapat
mekonium, kental kehijau-hijauan
dan berbau, Caput Succedeneum
yang besar, Moulage kepala yang
hebat, IUFD (Intra Uterin Fetal
Death)
Ekstraksi cunam/forceps
adalah suatu tindakan
bantuan persalinan di mana
janin dilahirkan dengan
suatu tarikan cunam /
forceps yang dipasang pada
kepalanya
Forceps / cunam adalah alat
bantu persalinan, terbuat
dari logam, terdiri dari
sepasang (2 buah) sendok
yaitu sendok cunam kiri dan
sendok cunam kanan.
Indikasi :
Prinsip : keadaan yang memerlukan
pertolongan persalinan kala dua yang
dipercepat, karena jika terlambat dapat
membahayakan keadaan ibu dan / atau janin.
Indikasi ibu : preeklampsia / eklampsia,
ruptura uteri membakat, penyakit jantung,
asma, dan lain-lain.
Indikasi janin : gawat janin
Ekstraksi Forseps
Kontraindikasi :
1. Bayi prematur (karena kompresi pada
tulang kepala yang belum matang / belum
memiliki kemampuan moulage yang baik
dapat menyebabkan terjadi perdarahan
periventrikular.
2. Disproporsi sefalopelvik.
Syarat :
1. Janin aterm.
2. Janin harus dapat lahir
pervaginam (tidak ada
disproporsi)
3. Pembukaan serviks sudah
lengkap.
4. Kepala janin sudah engaged.
5. Selaput ketuban sudah
pecah, atau jika belum,
dipecahkan.
Bila Ekstraksi Vakum harus
ada HIS dan tenaga mengejan
ibu
Indikasi SC
Riwayat SC Sebelumnya
Dystocia
Gawat Janin
Presentasi Bokong
Persalinan
Persalinan normal:
proses pengeluaran buah
kehamilan (bayi, plasenta dan
selaput ketuban)
usia gestasi aterm (>37 42
minggu)
persalinan spontan (dari rahim ibu
melalui jalan lahir dengan tenaga
ibu sendiri (tidak ada intervensi
dari luar).
presentasi kepala (posisi belakang
kepala)
tidak lebih dari 18 jam
Tidak ada komplikasi pada ibu
maupun janin.
Kala I
Dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan
adanya kontraksi yang teratur, adekuat dan
menyebabkan perubahan pada serviks hingga
mencapai pembukaan lengkap. Terdiri dari:
Fase laten:
dimulai dari awal kontraksi hingga
pembukaan mendekati 4 cm
kontraksi mulai teratur tetapi lamanya
masih diantara 20-30 detik
Berlangsung sekitar 8 jam
Fase aktif:
kontraksi di atas 3 kali/ 10 menit
lama kontraksi 40 detik dan mules
pembukaan dari 4 cm sampai lengkap
(10cm)
terdapat penurunan bagian terbawah
janin
Berlangsung sekitar 6 jam (Kecepatan
rata-rata 1cm/jam pada nulipara dan 12cm/jam pada multipara).
Fase akselerasi 3 4 cm dalam 2 jam
Fase kemajuan maksimal, dari
pembukaan 4 9 cm dicapai dalam 2
jam
Fase deselerasi dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm dalam 2 jam
Kala II
Dimulai pada saat pembukaan
serviks telah lengkap dan
berakhir pada saat bayi telah lahir
lengkap.
His menjadi lebih kuat, lebih
sering, dan lebih lama. Selaput
ketuban mungkin juga sudah
pecah/ baru pecah spontan pada
awal Kala 2.
Rata-rata waktu untuk
keseluruhan proses Kala 2 pada
primigravida 1,5 jam, dan
multipara 0,5 jam
Kala II lama: > 1 jam pada
multigravida; > 2 jam pada
primigravida
INDIKASI
KONTRA INDIKASI
Primipara, kehamilan 36 mg
bagian bawah janin belum
masuk PAP
Menentukan kemajuan
persalinan
Ketuban pecah sedang
bagian bawah janin masih
tinggi
Menentukan tindakan
Perdarahan
Plasenta previa
Ketuban pecah dini
Persalinan preterm
150.PENDAHULUAN
Hipertensi adalah masalah kesehatan yang paling sering
ditemui dalam kehamilan.
Hipertensi merupakan komplikasi kehamilan kira-kira 5-15%
dari seluruh kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga
penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin.
Hipertensi dalam kehamilan (HDK) adalah salah satu
penyebab morbiditas dan mortalitas ibu di samping
perdarahan dan infeksi.
Pada HDK juga didapatkan angka mortalitas dan morbiditas
bayi yang cukup tinggi. Untuk itu diperlukan perhatian serta
penanganan yang serius terhadap ibu hamil dengan
penyakit ini.
KLASIFIKASI
Hipertensi kronik
Preeklamsi-eklampsi
Hipertensi kronik dengan superimposed
preeklampsia
Hipertensi gestasional
DEFINISI
Hipertensi kronik
Adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah ditemukan sebelum
kehamilan atau yang ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu, dan yang menetap setelah 12 minggu pasca persalinan
Preeklampsia
Ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan,
setelah umur kehamilan 20 minggu.
Eklampsia
Adalah kelainan akut pada preeklamsi, dalam kehamilan, persalinan
atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dengan atau tanpa
koma.
FAKTOR RISIKO
Primigravida, Primipaternitas
Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa,
kehamilan multiple, diabetes mellitus, hidrops
fetalis, bayi besar
Umur yang ekstrim (< 18tahun dan >35 tahun )
Riwayat keluarga pernah preeclampsia/eklampsia
Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang
sudah ada sebelum hamil
Obesitas
Pre Eklampsia
Definisi
timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan,
setelah umur kehamilan 20 minggu.
Etiologi
Penyebab preeklampsia belum diketahui dengan pasti.
Meskipun demikian penyakit ini lebih sering ditemukan
pada wanita hamil yang :
1. Primigravida
2. Hiperplasentosis
3. Mempunyai dasar penyakit vaskuler
4. Mempunyai riwayat preeklampsia / eklampsia dalam
keluarganya.
PREEKLAMPSIA BERAT
Tujuan terapi pada PE:
1.
2.
3.
4.
EKLAMPSIA
Eklampsia terjadi pada 0.2 0.5% persalinan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian sama
dengan yang ada pada PE.
Kadang-kadang E terjadi pada kehamilan < 20
minggu.
TERAPI
1. Terapi PRENATAL
MgSO4 i.v dilanjutkan dengan Mg SO4 infuse atau i.m
(sebagai loading dose ) dan diteruskan dengan pemberian
berkala secara i.m
MgSO4 20% 4 gr dalam 100cc RL untuk 15 menit,
kemudian PD.
Maintanence dose MgSO4 20% 10 gr dalam 500cc RL, 20
gtt/menit.
Pemberian antihipertensi secara berkala i.v atau per-oral
bila TD diastolik > 110 mmHg
Hindari pemberian diuretik dan batasi pemberian cairan
intravena kecuali bila perdarahan hebat. Jangan berikan
cairan hiperosmotik
Akhiri kehamilan atau persalinan.
TERAPI
Pengendalian Hipertensi
Hidralazine
Pemberian hidralazine i.v bila TD Diastolik > 100
mmHg atau TD Sistolik > 160 mmHg.
Dosis: 5 mg i.v selang 20 menit sampai TD Diastolik
90 100 mmHg
Efek puncak 30 60 menit
Duration of action 4 6 jam
Efek samping : nyeri kepala, pusing, palpitasi,
angina.
151. Abortus
Pengertian Abortus
Abortus adalah kehamilan yang berhenti
prosesnya pada umur kehamilan
di bawah 20 minggu, atau berat fetus yang
lahir 500 gram atau kurang (Chalik,
1998).
Sedangkan Llewollyn & Jones (2002)
mendefenisikan abortus adalah keluarnya
janin sebelum mencapai viabilitas, dimana
masa gestasi belum mencapai 22
minggu dan beratnya kurang dari 500
gram.
WHO merekomendasikan viabilitas
apabila masa gestasi telah mencapai 22
minggu atau lebih dan berat janin 500
gram atau lebih.
152.KONTRASEPSI
pencegahan terbuahinya sel telur
oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan
menempelnya sel telur yang telah
dibuahi ke dinding rahim
Akseptabilitas :
cara kontrasepsi ini terus dipilih
dan baru ditinggalkan jika
kehamilan ingin dicapai
Efektivitas :
menilai jumlah kehamilan yang
terjadi setelah menggunakan
kontrasepsi tersebut
Kontrasepsi ideal
Dapat dipercaya
Tidak menimbulkan efek yang mengganggu
kesehatan
Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan
koitus
Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
Mudah pelaksanaannya
Murah harganya (dapat dijangkau)
Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan
yang bersangkutan
Metode KB Alamiah
Pantang Berkala (Rhythm Method), OginoKnaus
Daur menstruasi
Wanita daur haidnya relatif teratur, masa
subur : 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir
24 jam setelah ovulasi. (H-2 sampai H+1)
Kegagalan : terutama apabila wanita yang
memiliki siklus haid yang tidak teratur
Kontrasepsi
Mekanisme pencegahan
Metode Suhu
Kontrasepsi
Mekanisme pencegahan
KONDOM
DIAFRAGMA
SPERMISIDA
Kontrasepsi busa, tablet dan krim dapat efektif bila digunakan dengan atau tanpa
kontrasepsi lain
Kurang efektif Kegagalan (pemakaian benar?)
Harus menunggu sekitar 7 10 menit
Hanya efektif dalam 1-2 jam
Mekanisme pencegahan
METODE
KB
HORMONAL
Pil KB (dosis rendah estrogen &
Mencegah ovulasi (pematangan dan
Kontrasepsi
progesteron)
Jenis :
Pil kombinasi
Pil sekunseal
Once a month pil
Pil mini
Morning after pil
Suntik KB
Implan
IUD
Jenis:
a.Lippes-Loop
b. Saf-T-Coil
c. Dana-Super
d. Copper-T (Gyne-T)
e. Copper-7 (Gravigard)
f. Multiload
g. Progesterone IUD
154. ABORTUS
Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kandungan.
Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram
Abortus : Berakhirnya kehamilan pada umur kehamilan 20 minggu atau
berat janin 500 gram. Pada diagnosis Abortus harus jelas ada
pemeriksaan kehamilan (+)
ETIOLOGI
Penyebab abortus bervariasi, umumnya lebih dari
satu penyebab , penyebab terbanyak adalah
1. Faktor Genetik
2. Kelainan Kongenital Uterus
3. Autoimun
4. Defek fase luteal
5. Infeksi
6. Hematologik
7. Lingkungan
KLASIFIKASI ABORTUS
Sarwono (2008) membagi abortus menjadi
beberapa klasifikasi yaitu
1. Abortus Spontan
2. Abortus Imminens (keguguran
mengancam)
3. Abortus Incipiene (keguguran berlangsung)
1. Abortus incomplete
2. Abortus complete
3. Abortus infeksiosa dan abortus septik
KLASIFIKASI ABORTUS
1. Abortus spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis
atau ,medis untuk mengosongkan uterus. Disebut
juga keguguran (misscarriage)
2. Abortus Imminens (keguguran mengancam)
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelumnya <20 minggu, hasil konsepsi
masih dalam uterus dan adanya dilatas iserviks.
KLASIFIKASI ABORTUS
3. Abortus Insipiene (keguguran berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
<20 minggu dengan adanya dilatasi serviks
uteri.
Abortus ini dibagi lagi menjadi :
a. Abortus Incomplete : pengeluaran sebagian
hasil konsepsi dan masih terdapat sisa
tertinggal di uterus.
ABORTUS LAINNYA
1. Missed abortion (retensi janin mati):
Janin mati tertahan didalam kavum uteri tidak dikeluarkan
selama 8 minggu atau lebih
2. Abortus habitualis
Keadaan dimana pasen mengalami keguguran berturut-turut
3 kali atau lebih.
3. Abortus provokatus
Terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin
mampu hidup
ABORTUS
insipien
Ostium uteri
Inkomplet
iminens
missed
menutup
membuka
menutup
menutup
Seluruh nya
telah keluar
Sebagian
telah keluar
Masih baik
mumi
Besar uterus
Mengecil,
sehingga
perdarahan
sedikit
Sesuai
dengan
umur
kehamilan
Tidak sesuai
umur
kehamilan
Tes urin
membuka
kompletus
Sesuai
kehamilan
+ sampai
7-10 hari
PENATALAKSANAAN
Abortus Insipiens :
- evakuasi
- kuretase bila perdarahan banyak
- Pasca tindakan perbaiki keadaan umum,
pemberian uterotonika, antibiotik profilaksis
Abortus Complete : tidak memerlukan tindakan
khusus atau pengobatan . Biasanya hanya diberi
roborantia bila pasien memerlukan.
Abortus Incomplete :
-evakuasi
-uterotonika
-Antibiotik
PENATALAKSANAAN
Abortus Iminens
Pengelolaan penderita ini tergantung informe consent
yang diberikan . Bila ibu ini masih menghendaki maka
pengelolaan harus maksimal untuk mempertahankan
kehamilan. - Pemeriksaan USG diperlukan untuk
mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan
mengetahui keadaan plasenta
Tirah baring sampai perdarahan berhenti
Spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi
progesteron untuk mencegah terjadinya abortus.
Pasien boleh pulang setelah tidak terjadi perdarahan
dengan pesan khusus pasen tidak boleh berhubungan
seksual dulu sampai kurang 2 minggu.
155. Menopause
Menopause : berhentinya
menstruasi secara
permanen, terjadi pada usia
rata rata 51 tahun.
Menaopause berhubungan
dengan hormonal dan
berhubungan dengan
hipotalamus pituitari yang
mengatur siklus menstruasi,
tetapi menopause bukanlah
proses yang berasal dari
sentral
157. Tanatologi
Lebam mayat
Mulai tampak 20-30 menit pascamati. Well developed within the
next 3 to 4 hours
Lengkap & menetap setelah 8-12 jam, sebelumnya masih dapat
memucat pada penekanan dan berpindah
Kaku mayat:
Mulai tampak 2 jam pascamati, dimulai dari bagian luar
tubuh/otot-otot kecil (sentripetal)
Lengkap setelah 12 jam & dipertahankan selama 12 jam, lalu
menghilang dalam urutan yang sama
Pembusukan:
Tampak kehijauan di perut kanan bawah 24 jam pasca mati
Larva lalat dijumpai 36-48 jam pascamati
161. Empati
Empati sebagaimana dikemukakan kali
pertama pada 1909 berasal dari bahasa latin
em dan pathos yang artinya feeling into
Komunikasi dengan empati (komunikasi
efektif) merupakan salah satu dari tujuh area
kompetensi utama bidang kedokteran yang
harus dikuasai oleh semua dokter, dokter
spesialis dan dokter gigi, termasuk juga
paramedis
Empati vs simpati
Simpati adalah suatu proses dimana
seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain,
sehingga mampu merasakan apa yang dialami,
dilakukan dan diderita orang lain.
empati adalah kemampuan kita dalam
menyelami perasaan orang lain tanpa harus
tenggelam di dalamnya.
165. KUHP
Pasal 352
1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356,
maka penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit
atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan
atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan,
dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah
Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja
padanya, atau menjadi bawahannya.
166. Gantung
Jenis-jenis penggantungan
Accidental hanging tidak sengaja
Kecelakaan pada saat akrobatik
Erotic asphyxiation sensasi tercekik atau sesak
menimbulkan rangsangan seksual
Gantung
Keterangan
Bunuh diri
Pembunuhan
TKP
Simpul mati
Hanya satu
Serong ke atas
Dekat
Simpul Hidup
Satu atau lebih
mendatar
Jauh
Jarang
Dekat/jauh
+
Banyak
Dekat, dapat tidak tergantung
Alat Penjerat
-Simpul
-Jumlah Lilitan
-Arah
-Jarak ttk tumpusimpul
Korban
Luka perlawanan
Luka lain
Jarak dari lantai
167. Tanatologi
Lebam mayat
Mulai tampak 20-30 menit pascamati. Well developed within the
next 3 to 4 hours
Lengkap & menetap setelah 8-12 jam, sebelumnya masih dapat
memucat pada penekanan dan berpindah
Kaku mayat:
Mulai tampak 2 jam pascamati, dimulai dari bagian luar
tubuh/otot-otot kecil (sentripetal)
Lengkap setelah 12 jam & dipertahankan selama 12 jam, lalu
menghilang dalam urutan yang sama
Pembusukan:
Tampak kehijauan di perut kanan bawah 24 jam pasca mati
Larva lalat dijumpai 36-48 jam pascamati
Pasien anak
Kedua orangtua
Wali legal
172. Keluarga
Menurut Goldenberg (1980) ada sembilan macam bentuk keluarga,
antara lain :
Keluarga inti (nuclear family): Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta
anak-anak kandung
Keluarga besar (extended family): Keluarga yang terdiri dari tiga generasi
yang hidup bersama dalam satu rumah seperti keluarga inti disertai :
paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
Keluarga campuran (blended family): Keluarga yang terdiri dari suami, istri,
anak-anak kandung serta anak-anak tiri.
Keluarga menurut hukum umum (common law family): Keluarga yang
terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan sah serta
anak-anak mereka yang tinggal bersama. Tidak diakui di beberapa negara
Keluarga orang tua tunggal (single parent family): Terdiri dari pria atau
wanita, mungkin karena bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin
tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama
Keluarga
Keluarga hidup bersama (commune family): Keluarga yang terdiri dari pria,
wanita dan anak-anak yang tinggal bersama tanpa hubungan
darah/pernikahan, berbagi hak, dan tanggung jawab serta memiliki
kekayaan bersama
Keluarga serial (serial family): Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita
yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian
bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak
dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai
satu keluarga
Keluarga gabungan/komposit (composite family): Keluarga terdiri dari
suami dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poliandri) atau istri
dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poligini) yang hidup bersama.
Keluarga tinggal bersama (cohabitation family): Keluarga yang terdiri dari
pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang
sah.
MDG
Indikator penurunan angka kematian ibu melahirkan per
100.000 kelahiran hidup dengan target tahun 2014 sebesar
118 per 100.000 kelahiran hidup
Indikator penurunan angka kematian bayi per 1000
kelahiran hidup dengan target tahun 2014 sebesar 24 per
1000 kelahiran hidup
Indikator penurunan Total Fertility Rate dengan target
tahun 2014 sebesar 2,1
Indikator peningkatan persentase jangkauan akses sumber
air bersih dengantarget tahun 2014 sebesar 68%
Indikator penurunan kasus malaria (annual parasite index
API) dengan target tahun 2014 sebesar 1
K3
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010
tentang pelindung diri:
Safety helmet
Masker
Sarung tangan
ear plug
dll
Deskripsi
Cohort
Clinical trial
Deskriptif
Urutan
Keterangan
Rumusan misi
Rumusan masalah
Rumusan tujuan
Rumusan kegiatan
Asumsi perencanaan
Strategi pendekatan
Kelompok sasaran
Waktu
Pelaksana kegiatan
10
Biaya
11
Metode evaluasi
177.Program imunisasi
Backlog fighting, merupakan upaya aktif melengkapi
imunisasi dasar pada anak yang berumur 1 3 tahun.
Sasaran prioritas adalah desa/kelurahan yang selama
dua tahun berturut turut tidak mencapai standard
Universal Child Immunization (UCI)
Crash program, merupakan imunisasi tambahan yang
ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi
secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB.
Sedangkan kriteria pemilihan lokasi imunisasi jenis ini
antara lain : 1. Angka kematian bayi dan angka PD3I
tinggi 2. Kekurangan tenaga, sarana, dana 3. Desa yang
selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai target
UCI
Program Imunisasi
Imunisasi dalam penanganan KLB (Outbreak
Response Imunization atau ORI
Kegiatan imunisasi khusus, meliputi Pekan
Imunisasi Nasional (PIN), Sub Pekan Imunisasi
Nasional, dan Cacth-up campaign campak
Description
Nonprobability Sampling
Members are selected from the population in some
nonrandom manner.
Sampling Methods
Description
Convenience Sampling
Purposive/Judgment
Sampling
Snowball Sampling
Quota Sampling
Odd ratio:
Lebih representatif pada penelitian case control
Relative risk:
Lebih representatif pada penelitian cohort
Parameter epidemioloy
1. Liat nilai p terlebih dahulu menentukan
penelitian bermakna secara statistik atau tidak.
Bila nilai p < bermakna secara statistik
2. Kemudian liat odds ratio menentukan
seberapa kuat kemaknaan tersebut
3. Kemudian liat interval kepercayaan 95%
menentukan apakah kemaknaan tersebut ada
dipopulasi. Bila pada interval mengandung nilai
1 tidak bermakna di populasi, contoh IK95%
0,2 5 ada nilai 1; IK95% 2,1 5 tidak ada
nilai 1
Merokok
Positif
Negatif
Total
Positif
A+B
Negatif
C+D
total
A+C
B+D
Sensitivitas A / (A+C)
Spesifisitas D/ (B+D)
Nilai prediksi positif A / (A+B)
Nilai prediksi negatif D / (C+D)
Epidemiologi Kasus TB
Angka Notifikasi kasus angka yang
menunjukkan jumlah pasien baru yang
ditemukan dan tercatat di antara 100.000
penduduk di suatu wilayah tertentu.
Angka ini berguna untukmenunjukkan
kecenderungan (trend) meningkat atau
menurunnua penemuan pasien pada wilayah
tersebut.
Epidemiologi Kasus TB
Angka konversi prosentase pasien baru TB
paru BTA positif yang mengalami perubahan
menjadi BTA negatif setelah menjalani masa
pengobatan intensif.
Epidemiologi Kasus TB
Angka kesembuhan angka prosentase
pasien bau TB paru BTA positif yang sembuh
setelah selesai masa pengobatan, diantara
pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.
185. Puskesmas
Pembagian Puskesmas
1. Puskesmas kecamatan (puskesmas pembina)
2. Puskesmas kelurahan/desa (puskesmas pembantu)
Puskesmas pembantu
adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan
berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dlm ruang
lingkup wilayah yg lebih kecil.
Dalam Repelita V wilayah kerja pustu meliputi 2-3 desa
atau dgn jmlh penduduk 2500 (luar jawa&bali) sampai
10.000 orang (jawa&bali)
Puskesmas
Puskesmas Keliling
merupakan unit pelayanan kesehatan keliling
yg dilengkapi dgn kendaraan bermotor roda 4
atau perahu bermotor dan peralatan
kesehatan, peralatan komunikasi serta
sejumlah tenaga yg berasal dari puskesmas
Rinne
Weber
Schwabach
Diagnosis
Positif
Tidak ada
lateralisasi
Sama
dengan
pemeriksa
Normal
Negatif
Lateralisasi
ke telinga
yang sakit
Memanjang
Tuli
konduktif
Positif
Lateralisasi
ke telinga
yang sehat
Memendek
Tuli
sensorineu
ral
Patofisiologi :
Merupakan reaktifasi dari varicella-zoster virus (VZV) yang terdistribus
sepanjang saraf sensoris yang menginervasi telinga, termasuk didalamnya
ganglion genikulatum.
Apabila gejala disertai kurang pendengaran dan vertigo, maka ini adalah
akibat penjalaran infeksi virus langsung pada N. VIII pada posisi sudut
serebelo pontin, atau melalui vasa vasorum.
191. BPPV
Vertigo perifer
Diagnosis meniere:
Vertigo hilang timbul
Fluktuasi gangguan pendengaran
Menyingkirkan adanya penyebab dari sentral, misal: tumor
N VIII
Pemeriksaan pendengaran: tuli sensorineural
Weber
Schwabach
Sama dengan
pemeriksa
Diagnosis
Positif
Tidak ada
lateralisasi
Normal
Negatif
Lateralisasi ke
Memanjang
telinga yang sakit
Tuli konduktif
Positif
Lateralisasi ke
Memendek
telinga yang sehat
Tuli
sensorineural
Jenis-jenis OMSK:
OMSK tipe aman (tipe mukosa/benigna)
OMSK tipe bahaya (disertai kolesteatoma),
kolesteatoma jenis ini biasanya menyebabkan
perforasi di daerah marginal atau atik dari
membarn timpani.
Terapi OMSK
OMSK tipe benigna:
Secara umum terapi OMSK jinak adalah konservatif.
Obat yang dapat digunakan berupa obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari, antibiotik (penggunaan
antara 1-2 minggu) dan antibiotik oral. Miringoplasti
atau timpanoplasti dapat dilakukan setelah dua bulan
ketika keadaan sekret sudah kering.
Pengobatan
Drainase
Steroid oral dan intralesi
197. Rhinitis
Diagnosis
Clinical Findings
Rinitis alergi
Rinitis
vasomotor
Rinitis hipertrofi
Rinitis atrofi /
ozaena
Rinitis
medikamentosa
Stadium hiperemis
Stadium supurasi
Terapi:
Occlusion tubal: topical decongestan(ephedrin
HCl)
Presuppuration: AB for at least 7 days
(ampicylin/amoxcylin/ erythromicin) &analgetic.
Suppuration: AB, myringotomy.
Perforation: ear wash H2O2 3% & AB.
Resolution: if secrete isnt stopped ab is
continued until 3 weeks
199. Epistaksis
Epistaksis anterior
Perdarahan dari arteri
eithmoidalis anterior atau pleksus
kisselbach
Biasanta diawali oleh trauma atau
infeksi
Penanganan awal berupa
penekanan digital selama 10-15
menit. Jika perdarahan terlihat
dapat dikauter
Jika masih berdarah dapat
ditampon anterior 2x24 jam
Epistaksis posterior