Anda di halaman 1dari 13

Hubungan antara Status Kejadian Sakit dan Faktor Faktor Lainnya dengan Rujukan ke

Rumah Sakit di Puskesmas Tanjung Duren Selatan, Jakarta Barat Periode Mei 2016
Vaisnvi Muthoovaloo, Sharania Manivannan, Meilan Tahir Refra,
Reynaldo Rizky Alexander
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Abstrak
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus atau masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal maupun secara
horizontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rujukan
pasien ke rumah sakit di Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Selatan, bulan Februari 2016.
Jenis penelitian adalah studi observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan pada bulan Februari 2016. Subyek penelitian adalah sebanyak
1140 kasus dengan teknik sampling yang digunakan adalahtotal sampling. Analisa data
menggunakan uji Chi Square dan Likelihood ratio. Hasil penelitian diketahui bahwa dari seluruh
kasus terdistribusi kasus yang dirujuk sebanyak 205 (18,0%). Diketahui bahwa dari seluruh
kasus yang dirujuk didapatkan kasus penyakit kronik sebanyak 128 kasus (60,9%) dan kasus
rujukan BPJS sebesar 66.6% Diketahui bahwa dari seluruh kasus yang dirujuk menurut
kelompok usia dengan usia 60- 79 tahun memiliki majoriti kasus sebanyak 85 (41,5%) dan
golongan perempuan memiliki 113 kasus (55,1%).Dari uji statistik didapatkan hubungan
bermakna antara status kejadian sakit, penyakit kronis (p=0,000) dan penyakit tidak menular
(p=0,000) dan usia (p=.0,000) dengan rujukan. Tidak ada hubungan bermakna antara jenis
kelamin (p=0.455), status BPJS (p=0.126) dengan rujukan. Puskesmas diharapkan untuk
memperbaiki pelayanan kesehatan di puskesmas agar jumlah pasien yang dirujuk tidak melebihi
standard rasio rujukan dan melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor faktor lain yang
berhubungan dengan status rujukan.
Kata Kunci : Rujukan, Status kejadian sakit, Status BPJS, Usia, Jenis kelamin

Ocurrence Of Illness and Other Factors Related to Health Referral at District Community
Health Centre in May 2016
Vaisnvi Muthoovaloo, Sharania Manivannan, Meilan Tahir Refra,
Reynaldo Rizky Alexander
Faculty of Medicine, KridaWacana Christian University
Abstract
Referral is the delegation of authority and responsibility of cases or health problems held
on a reciprocal basis, either vertically or horizontally. The aim of research is to know the factors
affecting the referral of patients at District Community Health Centre at Tanjung Duren Selatan
in February 2016.This was an observational study with cross sectional approach. The population
of this study were all patients who received health services at District Community Health Centre
at Tanjung Duren Selatan in February 2016. 1140 cases were sampled using total sampling
technique. Data were analyzed using Chi Square and Likelihood Ratio tests. Results reveal that
of all the cases 205 were referred (18.0%) and BPJS cases 66.6% It is known that of all cases
which were referred chronic diseases comprise 60.9% and female respondents were 113 people
(55.1%). It is known that of all the referred cases referenced by age group are the respondents
aged 60-79 years have the largest percentage (41.5%). Statistical tests showed significant
relationship between health referral and the occurrence of illness, Chronic case (p= 0.000,),
NCD(p= 0.000,) and age (p=0.000). No significant relationship between sex of patient (p=
0.455), health insurance status(p=0.126) and health referral. The referral system is recommended
to improve health services in community health centres so that the number of patients referred
not exceeding the reference rate and more research to be done on the other factors relating to the
status of the referral.
Key word : Referral, Occurrence of illness, Health insurance Age, Sex

Latar Belakang
Salah satu indikator kualitas fasilitas
tingkat pertama (FKTP) adalah rendahnya
rujukan

non-spesialistik.

Rujukan

pada

layanan primer merupakan isu yang penting


karena tingginya angka rujukan sering
dihubung

dengan

inefisiensi

buruknya

layanan, kegagalan diagnosis dan juga


berdampak pada pembiayaan kesehatan.
Penyebab rujukan kasus penyakit non
spesialistik antara lain kesalahan kode,

managemen

pelayanan

dokter.1Semua

itu

dan

kompetensi

berakibat

pada

penumpukan pasien yang terjadi di RSUD


dan

pada

akhirnya

berdampak

pada

menurunnya kualitas pelayanan kesehatan.


Rasio

rujukan

Penyelenggara

pasien

peserta

Badan

Jaminan

Sosial

(BPJS)

Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat


Tahun 2014 memiliki angka persentasi yang
sangat tinggi (45,81%) dibandingkan dengan
standar rasio rujukan yang ditetapkan oleh

terbatasnya fasilitas, sumber daya manusia,


2

BPJS yaitu 15%. Hasil penelitian di

yang dilindungan pemerintah. Namun secara

Puskesmas Gunung Sugih Lampung Tengah

aplikatif, program itu tidak sesuai harapan.7


Menurut suatu penelitian, puskesmas

pada tahun 2014 didapatkan memiliki angka


persentase rujukan ke rumah sakit sebesar

belum dapat menjalankan fungsinya sebagai


pintu

62,8%.2,3
Adapun

menurut

Gumarta(2003),

masuk

(gatekeeper).

atau

penapis

Puskesmas

rujukan

harus

mampu

ketepatan dalam merujuk pasien dipengaruhi

melaksanakan 144 diagnosis secara baik dan

oleh berbagai faktor, di antaranya umur,

tuntas, ini akan berdampak pada rumah sakit

kompetensi, pengalaman kerja, pendidikan

penerima rujukan.8Selain itu, petugas juga

dan pengetahuan serta pelatihan tenaga

belum memahami tentang kebijakan sistem

kesehatan perujuk.4 Dari segi karakteristik

rujukan puskesmas secara baik. Dalam

pasien, usia tua, beratnya penyakit dan

penentuan rujukan, pasien memegang peran

pasien wanita mempunyai tingkat rujukan

penting dimana rujukan bisa terjadi atas

yang lebih tinggi.5Selain itu menurut hasil

permintaan pribadi yang didasarkan karena

penelitian Zuhrawardi (2007), bahwa para

kurangnya kepercayaan pasien terhadap

dokter telah mengerti dengan baik tentang

pelayanan kesehatan di FKTP.9


Tujuan Umum

sistem kapasitas dan penyebab tingginya


rujukan

pada

puskesmas,

dan

pada

prinsipnya tidak dapat menolak jika pasien


bersikap keras meminta rujukan rawat jalan
walaupun tidak didukung oleh indikasi
medis.6
BPJS
pemerintah

hubungan

antara

status

kejadian sakit dan faktor-faktor lainnya


dengan rujukan pasien ke Rumah Sakit di
Puskesmas

Kelurahan

Tanjung

Duren

Selatan, bulan Februari 2016.


merupakan
yang

satu

dikeluarkan

program
mulai

Januari 2014. Berdasarkan rilis hasil yang


disampaikan

Mengetahui

oleh

Yayasan

Lembaga

Sasaran
Semua
pelayanan

pasien

yang

kesehatan

di

mendapatkan
Puskesmas

Konsumen Indonesia(YLKI) yang mencatat

Kelurahan Tanjung Duren Selatan pada

jumlah laporan masyarakat terhadap layanan

bulan Februari 2016.

BPJS kesehatan sangat banyak. Laporan itu


menunjukan bahwa layanan yang diberikan

Desain Penelitian

BPJS tidak masksimal. Program itu telah

Desain penelitian yang digunakan adalah

menempatkan masyarakat sebagai kelompok

studi observational dengan pendekatan cross


3

sectional

mengenai

yang

kesehatan di Puskesmas Kelurahan Tanjung

berhubungan dengan rujukan ke rumah sakit

Duren Selatan pada bulan Februari 2016

di

Tanjung

mengenai faktor-faktor yang berhubungan

periode

dengan rujukan ke Rumah Sakit. Jumlah

Puskesmas

Duren

Selatan,

faktor-faktor
Kelurahan

Jakarta

Barat

Februari 2016.

sampel minimalnya adalah 98 orang.

Tempat dan Waktu Penelitian

Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas


Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Jakarta

Pengambilan sampel dalam penelitian


menggunakan metode Total Sampling.

Barat pada tanggal 2-20 Mei 2016.


Sumber Data
Populasi

Sumber data ini terdiri dari data sekunder

Populasi target yakni semua pasien yang


mendapatkan
Puskesmas

pelayanan
Kelurahan

kesehatan
Tanjung

di

yang

kesehatan di

mendapatkan
Puskesmas

Puskesmas.

Duren

Selatan. Populasi terjangkau yakni semua


pasien

yang didapatkan dari daftar isian computer

pelayanan
Kelurahan

Tanjung Duren Selatan pada bulan Februari


2016.

Variabel
Variabel dependen berupa status kejadian
sakit,status BPJS, usia dan jenis kelamin.
Variabel independen berupa kejadian
rujukan

di

Selatan,

Puskesmas

Tanjung

Duren

Jakarta Barat.

Kriteria
Kriteria inkluasi: data isian komputer pasien
yang lengkap.

Analisis Data
Pengolahan,

Kriteria eksklusi: tidak ada.

penyajian,

analisis,

inerpretasi, pelaporan data disusun dalam


bentuk laporan penelitian.

Sampel

Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap


pasien

yang

mendapatkan

semua
pelayanan

Tabel 1. Sebaran Jumlah Kasus Berdasarkan


Status Rujukan di Puskesmas Kelurahan
4

Tanjung Duren Selatan, pada bulan Februari


2016.

Tabel 2. Sebaran Jumlah Kasus Rujukan


Berdasarkan Tipe Rumah Sakitdi Puskesmas
Kelurahan Tanjung Duren Selatan, pada

Pembahasan
Sebaran jumlah kasus berdasarkan
status rujukan di Puskesmas Kelurahan

bulan Februari 2016.

Tanjung Duren Selatan, pada bulan


Februari 2016.
Pada tabel 1 didapatkan bahwa sebaran
jumlah kasus yang dirujuk adalah sebanyak
205 kasus dengan persentase 18.0% dan
jumlah kasus yang tidak dirujuk adalah 935
Tabel 3. Sebaran Status Kejadian Sakit,

kasus dengan persentase 82.0 dengan rasio

Jenis Penyakit, Status BPJS, Usia, dan Jenis

rujukan sebesar 21.9%. Hasil ini meningkat

Kelamin,

dibandingkan

pada

Pasien

di

Puskesmas

rasio

rujukan

tahun

Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Jakarta

sebelumnya yaitu 18.1%. Rasio rujukan

Barat, Bulan Februari 2016.

yang rendah yang ditetapkan oleh BPJS


adalah kurang dari 15% dan rasio rujukan
tinggi adalah lebih dari 15%
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul dkk
di 14 Puskesmas di Surabaya pada tahun
2014 memiliki rasio rujukan tinggi yaitu

Tabel 4. Analisis Bivariat Status Kejadian


Sakit, Jenis Penyakit, Status BPJS, Usia, dan
Jenis Kelamin terhadap Status Rujukan di
Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren

lebih

dari

15%.

Sedangkan

jika

dibandingkan dengan hasil penelitian yang


dilakukan oleh Rizky dkk dimana persentasi
rujukan pasien peserta BPJS di Puskesmas
5

Kota Rantauprapat Tahun 2014 memiliki

19 tahun yaitu sebanyak 361 kasus dengan

angka presentasi yang sangat tinggi yaitu

persentasi 31.7%, diikuti usia 40 59 tahun

45,81%. Dari perolehan data diketahui rasio

berjumlah 279 kasus dengan persentase

rujukan di Puskesmas Kelurahan Tanjung

24.5%,

Duren Selatan, pada bulan Februari 2016

ditemukan pada kelompok usia lebih dari 80

belum mencapai standar rujukan, mirip

tahun yaitu sebanyak 15 kasus dengan

dengan penelitian sebelumnya.


Sebaran
Jumlah
Kasus

persentasi 1.3 %.
Berdasarkan tabel jenis kelamin, sebaran

Berdasarkan

Tipe

Rumah

Rujukan
Sakit

di

dan

frekuensi

paling

sedikit

golongan wanita lebih tinggi yaitu sebanyak

Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren

655

orang

dengan

persentase

57.5%

Selatan, pada bulan Februari 2016.


Pada tabel 2 didapatkan bahwa sebaran

dibanding golongan laki-laki sebanyak 485

jumlah kasus rujukan yang terbanyak ke tipe

orang dengan persentase 42.5%.


Analisis Bivariat antara Status Kejadian

rumah sakit B sebesar 195 kasus dengan

Sakit

persentase 95.1% . Antaranya adalah RS

Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren

Pelni Petamburan 69,3%, RS Siloam 5,4%

Selatan,

dan RS Sumber Waras 18,5%. Rujukan juga

Februari 2016.
Pada penelitian ini, berdasarkan tabel 4

dilakukan pada rumah sakit tipe A sebesar


2,0%, rumah sakit tipe C 1% dan rumah
sakit tipe D 2%.
Sebaran Status Kejadian Sakit, Usia, dan

dengan

Rujukan

Jakarta

Barat

pada

pasien

pada

Bulan

dari total kasus yang dirujuk, prevalensi


penyakit kronik adalah 62.4 %. Hubungan
antara status kejadian sakit dengan status

Jenis Kelamin pada pasien di Puskesmas

rujukan(OR=5.0) melalui Uji Chi Square di

Kelurahan

dapatkan nilai p= 0.000 , karena p < 0.05

Tanjung

Duren

Selatan,

Jakarta Barat, Bulan Februari 2016.


Berdasarkan tabel 3, pada bagan
kelompok status kejadian sakit, di dapatkan
frekuensi

penderita

penyakit

kronik

sebanyak 361 kasus dengan persentasi


31.7% dan penderita penyakit tidak kronik
sebanyak 779 kasus dengan persentasi
68.3%.
Pada bagan kelompok usia, dipaparkan

maka

Ho

hubungan

ditolak.
antara

Artinya,

status

terdapat

kejadian

sakit

dengan status rujukan dan penyakit kronik


memiliki kecenderungan untuk dirujuk 5
kali lipat dibandingkan dengan penyakit
tidak kronik.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Elda Nazrah pada tahun
2015 dimana 3 penyakit terbanyak dirujuk

distribusi tertinggi adalah kategori umur


6

adalah Hipertensi , DM dan Miopia. Ketiga-

Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren

tiga penyakit ini dapat digolongkan sebagai

Selatan,

penyakit kronik.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan

Februari 2016.
Dari
penelitian

kepustakaan

berdasarkan tabel 3, antara usia dengan

dimana

di

temukan

80%

Jakarta

pada

yang

konsultasi pada pelayanan kesehatan tingkat

Kelurahan Tanjung Duren Selatan periode

pertama dan sekitar 15% pasien dengan 3

Februari 2016 dari 205 total kasus rujukan,

atau lebih masalah kesehatan tercatat dalam

kelompok

30% kasus rawat inap.


Hal ini diperkuat dengan penelitian

rujukan terbanyak dengan persentasi sebesar

50% pasien yang dirujuk adalah penderita


penyakit kronik.
Menurut status

kejadian

penyakit

menular, prevalensi penyakit menular adalah


sebesar 55,09 %. Total kasus penyakit tidak
menular yang dirujuk adalah sebesar 82,44%
dari 205 kasus rujukan. Hubungan antara
status penyakit menular dengan status
rujukanmelalui Uji Chi Square di dapatkan
nilai p= 0.000 , karena p < 0.05 maka Ho
ditolak. Artinya, terdapat hubungan antara
status penyakit menular dengan status

60-79

di

dilakukan,

status

usia

pasien

Bulan

penderita penyakit kronik yang melakukan

Christel E. Van Dijkdkk tahun 2016 hampir

rujukan

Barat

tahun

Puskesmas

memiliki

41.5%. Rasio rujukan tertinggi didapatkan


pada kelompok usia di atas 80 tahun yaitu
46.7%. Didapatkan juga bahwa semakin
meningkatnya usia, maka semakin tinggi
rasio rujukan. Hubungan antara usia dengan
status rujukan berdasarkan tabel, digabung,
dan diuji menggunakan uji Chi Square dan
didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) yang
berarti H0 ditolak atau ada hubungan antara
usia dengan status rujukan.
Menurut penelitian Christel E. Van Dijk
dkk

tahun 2016 didapatkan hampir 60%

pasien yang dirujuk berusia lebih dari 45

rujukan. Hal ini sesuai Menurut menkes

tahun.
Menurut penelitian yang dilakukan di

pelayanan kesehatan secara berjenjang tidak

Pakistan pada tahun 2004 oleh Habib

berlangsung dengan baik makanya terjadi

Ahmad Afsar dkk dengan total sampel

peningkatan jauh lebih tinggi dari penyakit

sebanyak 247, 56.7% berusia lebih dari 35

menular yaitu sebanysak 37% pada tahun

tahun.
Menurut penelitian oleh Zulkarnain dkk

1990 menjadi 58% di tahun 2010.


Analisis Bivariat Antara Faktor Usia
dengan Status Rujukan pada Pasien

yang dilakukan di Yogjakarta tahun 2013,


jumlah

rujukan

berdasarkan

usia

menunjukkan kelompok usia lanjut >46

jika dilihat dari segi kerentanan, seperti pada

paling banyak dirujuk dengan persentase

kelompok balita dan lansia yang lebih rentan

sebanyak 63.61%.
Dari data yang diperoleh dan penelitian

terkena penyakit kerana imunitas tubuh yang

yang

dilaksanakan

disimpulkan

sebelumnya

dapat

bahwa ada hubungan antara

usia dan status rujukan.


Dari 361 total kasus penyakit kronik,
kelompok usia 40-59 tahun menderita
penyakit kronik terbanyak dengan persentasi
sebesar 38.0%.Diikuti dengan kelompok
usia 60-79 tahun dengan persentase sebesar
35.5%. Didapatkan juga bahwa semakin
meningkatnya usia, maka semakin tinggi
rasio penyakit kronik Hubungan antara
status faktor usia dan status kejadian sakit
digabung dan diuji menggunakan uji Chi
Square di dapatkan nilai p = 0.000 , (p <
0.05) yang berarti Ho di tolak atau ada

rendah.
morbiditas

Menurut

kepustakaan,

berdasarkan

usia

pola
dapat

digambarkan secara skematik dalam 3


situasi ini :
a)
Penyakit progresif seperti penyakit
Alzheimer yang menyebabkan penurunan
fungsional tubuh secara cepat.
b)
Kejadian katastropik seperti stroke
atau fraktur tulang panggul.
c)
Proses penuaan yang terjadi secara
normal yang disertai dengan penurunan
fungtional tubuh secara progresif.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
survey yang dilakukan oleh Agency for
Healthcare Research and Quality (AHRQ,
2005) dan National Health Interview Survey

hubungan antara usia dan status kejadian

(NHIS, 2015).
Berdasarkan NHIS

sakit. Hasil ini sesuai dengan kepustakaan

2000 dan 2009 - 2010 didapatkan persentasi

dimana meningkatnya usia diasosiasikan

orang dewasa dengan usia 45 - 64 tahun dan

dengan meningkatnya prevalensi penyakit

65 tahun keatas dengan dua atau lebih

kronik. Menurut WHO, salah satu faktor

kondisi yang termasuk dalam sembilan

risiko

untuk

penyakit kronik ditemukan meningkat baik

berbagai penyakit kronik seperti Hipertensi,

pada laki - laki maupun perempuan.

DM dan Penyakit Jantung Koroner adalah

Menurut AHRQ, 2005 4/5 dari

usia.

yang

orang Amerika dengan usia lebih dari 70

berhubungan dengan kesehatan (Kaplan,

tahun mempunyai sekurang-kuranngya 1

Newsom, Mcfarland, dan Lu, 2001). Usia

penyakit kronik. Prevalensi diabetes pada

merupakan salah satu faktor penyebab

kelompok usia 65 tahun dan ke atas

timbulnya penyakit pada tubuh seseorang

meningkat lebih dari 50 % antara tahun

tidak

Usia

dapat

adalah

dimodifikasi

suatu

faktor

pada tahun 1999 -

populasi

2006 sehingga 2006. Begitu juga dengan

ini disebabkan dengan adanya asuransi

penyakit hipertensi dimana kelompok usia

kesehatan,

55-65 tahun mempunyai risiko penyakit

finansial masyarakat untuk menjangkau

sebanyak 90%.
Analisis Bivariat Antara Status BPJS

pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian Sherlie tahun 2008 di

dengan Status Rujukan pada Pasien

NTT yang dilakukan menunjukkan bahwa

Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren

kepemilikan asuransi kesehatan di Propinsi

Selatan,

NTT

Jakarta

Barat

pada

Bulan

Februari 2016.
Menurut penelitian kami, dari total kasus
rujukan, persentase peserta BPJS sebanyak

bisa

tidak

mengurangi

hambatan

berhubungan

dengan

pemanfaatan fasilitas rawat jalan atau rawat


inapbaik milik pemerintah maupun swasta.

BPJS

Hal ini sesuai dengan penelitian ini.


Analisis Bivariat Antara Jenis Kelamin

dengan status rujukan berdasarkan tabel,

dengan Status Rujukan Pada Pasien

digabung, dan diuji menggunakan uji Chi

Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren

Square

Selatan,

66.6%.

Hubungan

dan

antara

didapatkan

status

nilai

p=0,126

(p>0,05) yang berarti H0 gagal ditolak atau


tidak ada hubungan antara status BPJS
dengan status rujukan.
Akses ke pelayanan kesehatan pun masih
rendah.

Handayani,

yang

pada

Bulan

dilakukan,

berdasarkan tabel 4.3 hubungan antara jenis


kelamin dengan status rujukan pasien di
Puskesmas Tanjung Duren Selatan pada

melaporkan bahwa akses terhadap pelayanan

bulan Februari 2016 dimana didapatkan

rawat jalan, dilihat dari penggunaan fasilitas

jumlah total pasien perempuan 655 orang

pelayanan kesehatan (baik milik pemerintah

dan yang di rujuk sebanyak 113 pasien

maupun swasta) baru mencapai 50,7%.

(17.3%)sedangkan jumlah pasien laki - laki

Salah

status

yang di rujuk sebanyak 92 pasien (19.0%)

kesehatan adalah melalui meningkatkan

dari total 485 pasien laki laki. Dari data

akses pelayanan kesehatan. Secara teori,

tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah

salah

pasien

satu

cara

cara

(2003)

Februari 2016.
Dari
penelitian

Barat

juga

satu

dkk

Jakarta

meningkatkan

meningkatkan

pelayanan

kesehatan

pemberian

asuransi

akses

perempuan

yang

dirujuk

di

adalah

melalui

Puskesmas Tanjung Duren Selatan lebih

kesehatan

sehingga

banyak dibandingkan pasien laki - laki. Pada

masyarakat dapat lebih mudah menjangkau

tabel 3 dengan uji Chi-Square didapatkan

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Hal

nilai p = 0.455(>0.05) yang berarti Ho di


9

terima sehingga dapat dikatakan tidak ada

pasien yang dirujuk sebesar 18.0 % dan

hubungan antara jenis kelamin dengan status

rujukan terbanyak ke rumah sakit tipe B

rujukan.
Penelitian yang dilakukan di Pakistan

sebesar 95.1%. Dari total kasus yang dirujuk

pada tahun 2004 oleh Habib Ahmad Afsar


dimana dari total 247 pasien yang dirujuk,
sebanyak 155 pasien (62.8%) adalah pasien
perempuan dan 92 pasien (37.2%) adalah
pasien laki - laki.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Simon dkk pada tahun 2014 di Sudan
didapatkan dari total sampel 124, 64
(51,6%) adalah pasien laki-laki. Hasil
penelitian dengan T-test menunjukan ada
hubungan antara jenis kelamin dan status
rujukan (p<0.05).
Dari kedua penelitian di atas, didapatkan

di puskesmas tanjung duren selatan, jumlah


kasus terbanyak yang dirujuk adalah pada
rentang usia 60 79 tahun sebanyak 41,5 %,
dengan

jenis

penyakit

yang

tergolong

penyakit kronik sebanyak 62.4 %, penyakit


tidak

menular

sebanyak

82,44%

serta

berdasarkan sebaran jenis kelamin yang


terbanyak
sebanyak

dirujuk

adalah

perempuan

55.1 % dan persentase rujukan

BPJS sebesar 66.6%. Berdasarkan hasil uji


statistik yang dilakukan ditemukan bahwa
terdapat adanya hubungan antara status
rujukan pasien dengan faktor status kejadian

pasien laki-laki lebih sering dirujuk dari

sakit dan usia pasien namun tidak ditemukan

pasien perempuan. Hal ini bertentangan

adanya hubungan antara status rujukan

dengan penelitian ini dimana tidak ada

dengan faktor jenis kelamin dan status BPJS

hubungan bermakna antara jenis kelamin

pada

dan status rujukan hal ini dapat bias

selatan paeriode Mei 2016.

disebabkan karna perbedaan jumlah subjek


penelitian yang cukup besar.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai hubungan
antara status kejadian sakit dan faktor-faktor

pasien di puskesmas tanjung duren

Saran
Saran bagi Puskesmas Tanjung Duren
Selatan

Memperbaiki pelayanan kesehatan di

lainnya dengan rujukan ke rumah sakit di

puskesmas agar jumlah pasien yang

puskesmas tanjung duren selatan, jakarta

dirujuk tidak melebihi standart rasio

barat periode mei 2016 dapat diambil

rujukan yang ditetapkan oleh BPJS yaitu

kesimpulan bahwa dari total sampel sebesar

15 %.

1140 kasus, didapatkan sebaran jumlah


Saran bagi Peneliti Selanjutnya
10

Peneliti menyarankan untuk peneliti

DR

Adjidarmo

Kabupaten

selanjutnya melakukan penelitian lebih

Lebak.2015.Jurnal ARSI. Available

lanjut tentang faktor faktor lain yang

from

berhubungan dengan status rujukan.

http://journal.ui.ac.id/index.php/arsi/ar
ticle/viewFile/5215/3500
5. Liddy C, Singh J, Kelly R, Dahrouge

Daftar Pustaka

S, Taljaard M, Younger J. What is the


1. Elda N, Nuzelly H. Profil Rujukan

impact of primary care model type on

Kasus Nonspesialistik pada Fasilitas

specialist referral rates? A cross-

Kesehatan

sectional study. BMC Family Practice.

Tingkat

Primer.

2015.Artikel Penelitian. Departemen


Pendidikan

Kedokteran

Kedokteran

Fakultas

Universitas

available

rujukan rawat jalan tingkat pertama

from

peserta

kesmas/article/view/739
2. E-skripsi Universitas Andalas. Rizky,
Lubis,

Pelayanan

Rujukan

2015.

pelaksanaan

Riau.

http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/

Handayani

2014; 15: 22.


6. Zuhrawardi.Analisis

Analisis

wajib

puskesmas

PT.

Askes

Mibo,

Batoh.2007.Universitas
Utara.

pada

Puskesmas
Sumatera

Avalaible

from

http://repository.usu.ac.id/bitstream/12

Peserta

BPJS

Puskesmas

Kota

3456789/6816/1/08E00053.pdf
7. Ahmad RF.Kepuasan masyarakat

Labuhan

terhadap pelayanan kesehatan pasien

Batu [Internet]. Balitbang Depkes RI.

pemegang kartu jaminan BPJS di unit

2013.

pelayanan teknis kesehatan puskesmas

Kesehatan

Di

Rantauprapat

Kabupaten
Diunduh

dari:

http://scholar.unand.ac.id/2724/
3. Nurul C, Djazuly C. Analisis Rasio
Rujukan

Puskesmas

Kemampuan
Puskesmas.2014.Jurnal

Berdasarkan
Pelayanan
Administrasi

kecamatan

bungah.2015.Universitas

ejournal.unesa.ac.id/article/15377/42/a
rticle.pdfNegeri Surabaya. Available
from
8. Taher,

A.

2013.

Kesiapan

Kesehatan Indonesia. Available from

Implementasi JKN dan Peran Fakultas

http://journal.unair.ac.id/download-

Kedokteran Dalam Penyediaan Dokter

fullpapers-jaki0a897b56aefull.pdf.
4. Karleanne LP.Analisis Sistem Rujukan

Layanan
Kesiapan

Primer.

Materi

Implementasi

Seminar
JKN

Di

Jaminan Kesehatan Nasional RSUD


11

Provinsi Jawa Barat Bandung, 21

9. Lismaya L, Achmad F.. Faktor

Desember 2013 Direktorat Jenderal

Faktor Yang Berhubungan Dengan

Bina Upaya Kesehatan, Kementerian

Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama

Kesehatan

from

(Rjtp) Peserta Bpjs Di Puskesmas

http://repository.usu.ac.id/bitstream/12

Gunung Sugih Kabupaten Lampung

3456789/57310/2/Reference.pdf

Tengah.2014.

RI.Available

Diunduh

dari:

http://afarich.com/336.pdf.

12

Anda mungkin juga menyukai