Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS CABAI KECIL (CAPSICUM ANNUM) DENGAN


APLIKASI BIO URIN SAPI
I Nyoman Adijaya dan Putu Sugiarta
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

ABSTRAK
Penggunaan pupuk kimia pada usahatani cabai ditingkat petani sangat besar. Sangat jarang
petani memanfaatkan pupuk organik dalam usahataninya, padahal pemanfaatan pupuk organik
seperti urin sapi sangat berpotensi untuk menurunkan ketergantungan pemanfaatan pupuk
kimia. Kajian pemupukan bio urin sapi pada cabai kecil ini dilakukan di Kelompok Munduk
Lingker Nadi, Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng Bali dari bulan
Januari sampai dengan Agustus 2012. Perlakuan bio urin yang diuji yaitu P0: Cara petani
(pupuk kandang sapi 5 t/ha, Urea 300 kg/ha + 250 kg NPK/ha); P1: P0 + 2.500 l bio urin/ha ;
P2: P0 + 5.000 l bio urin/ha dan P3: P0 + 7.500 l bio urin/ha.Aplikasi bio urin dilakukan 4 kali
masing-masing dosis sengan cara disemprotkan pada tanaman. Hasil analisis menunjukkan
peningkatan dosis bio urin sapi sampai 7.500 l/ha meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai
kecil. Peningkatan dosis bio urin sapi sampai 7.500 l/ha meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman cabai kecil. Hubungan produksi cabai kecil dengan dosis bio urin dengan Y= 6,27 x
-4
2
10 U + 6,39, R = 85,52%.

Kata kunci: dosis bio urin sapi, cabai kecil, produktivitas

PENDAHULUAN
Cabai kecil merupakan salah satu komoditas yang diperlukan sehari-hari untuk
keperluan bumbu dapur. Komoditas ini memiliki nilai ekonomis yang berfluktuasi dan
tidak jarang harga komoditas ini melambung akibat keterbatasan stok yang diakibatkan
oleh gagal panen.
Penanaman cabai di Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa, sedangkan di luar
Jawa, seperti Sumatra, Kalimantan dan wilayah Indonesia Timur sangat kurang dalam
pembudidayaan cabai (Nursanti, 2008; Duaja dan Saputra, 2009). Ditenggerai gagal
panen komoditas ini pada sentra-sentra produksi seperti di daerah pantai Utara Jawa
disebabkan oleh adanya perubahan iklim yang mengakibatkan banyaknya hambatan
seperti tanaman tergenang air, kekeringan ataupun terserang hama penyakit.
Soetiarsso et al. (2006) menyatakan

pada umumnya

budidaya cabai banyak

dilakukan oleh petani pada musim kemarau. Kendala produktivitas cabai juga sangat

583

I Nyoman Adijaya dan Putu Sugiarta: Meningkatkan Produktivitas Cabai

dipengaruhi oleh faktor musim, sehingga tidak jarang terjadi fluktuasi harga yang cukup
tajam.
Budidaya tanaman cabai kecil yang dilaksanakan ditingkat petani sangat
tergantung dan mengandalkan pupuk kimia seperti urea dan NPK. Pada beberapa
kasus dilaporkan pupuk kimia ini digunakan secara berlebihan sehingga berdampak
terhadap rentannya tanaman terhadap serangan hama penyakit.

Disamping itu

penggunaan pestisida kimia yang berlebihan juga berdampak terhadap meningkatnya


kekebalan hama cabai.
Urin sapi merupakan hasil limbah yang dihasilkan ternak sapi yang selama ini
masih belum banyak dimanfaatkan. Limbah cair ini dengan sentuhan teknologi dapat
difermentasi menjadi bio urin yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk maupun pestisida
tanaman.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan penggunaan bio urin sapi

berdampak positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman.Hartatik dan Widowati


(2006) menyatakan seperti halnya pupuk organik padat, urin sapi mengandung hara
yang lengkap walaupun tersedia dalam jumlah kecil. Keunggulan lain dari bio urin sapi
yaitu mengandung nitrogen yang sebagian besar dalam bentuk urea serta hormon
auksin yang sangat baik untuk merangsang pertumbuhan tanaman.
Adijaya (2010) mendapatkan pemupukan bio urin sapi pada tanaman anggur bali
mampu meningkatkan produktivitas buah. Dibandingkan dengan cara petani yang
hanya menggunakan pupuk kimia saja, penggunaan bio urin mampu meningkatkan
pembungaan pada tanaman anggur dengan peningkatan produksi sebesar 30 %.
Pemanfaatan bio urin sapi pada tanaman cabai masih sangat jarang dilakukan,
sehingga kajian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan informasi tentang
pengaruh penggunaan bio urin sapi pada pertumbuhan dan hasil tanaman cabai kecil.

MATERI DAN METODE


Percobaan dilaksanakan di Kelompok Munduk Lingker Nadi, Desa Sumberkima,
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng Bali dari bulan Januari sampai dengan
Agustus 2012.Perlakuan bio urin yang diuji yaitu P0: Cara petani (Pupuk kandang sapi
5 t/ha, Urea 300 kg/ha + 250 kg NPK/ha); P1: P0 + 2.500 l bio urin/ha ; P2: P0 + 5.000
l bio urin/ha dan P3: P0 + 7.500 l bio urin/ha sehingga terdapat 4 perlakuan.
Percobaan dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3
ulangan. Ukuran petak percobaan yaitu 3 m x 3 m dengan jarak tanam 75 cm x 50 cm,
sehingga dalam satu petak percobaan terdapat 20 tanaman.

584

Bibit cabai yang

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

digunakan adalah bibit cabai kecil yang sudah disemai berumur 45 hari dipembibitan
dengan jumlah daun 6-7 helai.
Pemupukan menggunakan Urea dan NPK diberikan 4 kali yaitu umur tanaman
15, 30, 45 dan 60 hari, sedangkan pemberian pupuk kandang sapi diberikan pada saat
pengolahan tanah. Perlakuan bio urin diberikan 8 kali yaitu umur setiap 2 minggu
sekali

dengan konsentrasi 20% dimulai pada saat tanaman berumur 45 hst.

Pemberian larutan bio urin sapi diberikan dengan cara disemprotkan secara merata ke
daun tanaman sesuai dengan dosis perlakuan. Volume pemberian bio urin setiap
pemberian per petak (9 m2) pada masing-masing perlakuan seperti Tabel 1.
Tabel 1. Volume pemberian larutan bio urin 20% pada masing-masing perlakuan
Perlakuan

Volume pemberian/petak (l)

P0
P1
P2
P3

0
1,41
2,82
4,22

Volume total 8 kali


pemberian/petak (l)
0
11,25
22,50
33,75

Variabel yang diamati yaitu komponen pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah


cabang primer, berat buah panen/tanaman, jumlah panen/tanaman dan berat buah per
hektar).Panen buah dilakukan terhadap buah yang sudah merah setiap 7 hari sekali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komponen Pertumbuhan
Peningkatan dosis bio urin meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai yang
ditandai dengan meningkatnya tinggi tanaman dan jumlah cabang tanaman. Tinggi
tanaman setelah perlakuan bio urin meningkat seiring meningkatnya dosis bio urin,
demikian juga dengan jumlah cabang namun peningkatan dosis bio urin dari 2.500
liter/ha sampai 7.500 liter/ha tidak meningkatkan jumlah cabang tanaman (Tabel 2).
Peningkatan pemberian bio urin pada tanaman cabai akan meningkatkan
kandungan nitrogen pada tanaman. Pupuk nitrogen akan tetap berperan penting
dalampeningkatan

pertumbuhan

dan

produksi

tanaman,

namun

demikianpenggunaannya harus diatur untuk menjaminproduktivitas, stabilitas dan


keberlanjutan ekosistempertanian. Inokulasi rizobakteriAzotobacter pada proses
produksi bio urin sapimenjadikan salah satu faktordari managemen nitrogen dalam
sistem tanamsehingga akan bersifat sinergis dengan harapan terjadi peningkatan
nitrogen pada bio urin yang dihasilkan.
585

I Nyoman Adijaya dan Putu Sugiarta: Meningkatkan Produktivitas Cabai

Tabel 2. Pengaruh pemberian bio urin terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang
maksimum cabai
Tinggi (cm)
Perlakuan
30 hst
60 hst
90 hst
Tanpa bio urin
39,33 a
45,40 a
62,73 c
2500 liter/ha
39,00 a
47,33 a
77,93 b
5000 liter/ha
39,03 a
47,90 a
81,57 ab
7500 liter/ha
40,40 a
46,73 a
82,80 a
BNT 5%
4,15
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti
berbeda nyata pada uji BNT 5%

Jumlah
cabang/tanaman
(bh)
26,00 b
31,63 a
33,93 a
33,03 a
3,30
huruf yang sama tidak

Selain peran Azotobacter dalam menambat nitrogen dari udara, Azotobacter juga
mampu memproduksifitohormon sitokinin dan auksin. Hal inidilaporkan pertamakali
oleh Vancura dan Macura pada tahun 1960(Vancura 1988 dalam Hidersah dan
Simarmata, 2004). Sampai saat ini sejumlah penelitiantelah membuktikan kemampuan
rizobakteriAzotobacter. chroococcum, A. beijerinckii, A. Paspalimaupun A. vinelandii
dalam memproduksifitohormon terutama sitokinin.Darnell, et al.(1986 dalam Tomia,
2011) menyatakan fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam proses
mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang,
mempercepat

perkecambahan,

membantu

dalam

proses

pembelahan

sel,

mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah.


Rostiana dan Seswita (2007) mendapatkan

auksin sangat berperan dalam

pembentukan akar dengan meningkatkan jumlah dan panjang akar. Meningkatnya


jumlah dan panjang akar akan meningkatkan peran akar dalam proses absorbsi
nutrisi/hara tanaman. Hasil kajian juga mendapatkan hasil yang sejalan yaitu
peningkatan penggunaan bio urin mampu meningkatkan komponen pertumbuhan
tanaman cabai seperti meningkatnya tinggi tanaman dan jumlah cabang.

Komponen Hasil dan Hasil


Peningkatan dosis bio urin sampai dosis 5.000 liter/ha memberikan hasil dan
komponen hasil yang berbeda dibandingkan taraf dosis 2.500 liter/ha namun tidak
berbeda dengan dosis 7.500 liter/ha. Peningkatan dosis dari 5000 liter/ha menjadi
7.500 liter/ha tidak meningkatkan komponen hasil dan hasil cabai kecil.

Rentang

panen nyata meningkat dengan perlakuan pemupukan bio urin. Rentang panen tidak
berbeda pada perlakuan dosis 2.500 liter/ha sampai 7.500 liter/ha (Tabel 3).
Page (1986) menyatakan bahwa salah satu inokulan bakteri yang penting untuk
meningkatkan ketersediaan nitrogen tanah, dan peningkatan hasil adalah Azotobacter.
586

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

Peningkatan tinggi tanaman akibat pemberian bio urin disebabkan oleh adanya
tambahan hara yang dikandung oleh bio urin selain juga akibat hormon tumbuh auksin.
Secara umum, fiksasi nitrogen biologis sebagai bagian dari input nitrogen untuk
mendukung pertumbuhan tanaman meningkat dengan pemupukan organik. Penurunan
penggunaan pupuk nitrogen anorganik dapat digantikan denganmenggunakan pupuk
yang mengandung mikroorganisme pemfiksasi nitrogen.
Rentang panen meningkat kurang lebih 21 hari dengan pemberian perlakuan bio
urin. Panen pada perlakuan tanpa pemupukan bio urin sudah berakhir pada minggu ke
15 sedangkan perlakuan bio urin panen terakhir sampai minggu ke 18 atau 21 hari
lebih lama dibandingkan kontrol. Hal ini bisa saja disebabkan oleh peningkatan asupan
nutrisi/hara serta akibat kandungan auksin yang disumbang oleh pemupukan dengan
bio urin sapi. Melihat peran auksin yang berperan dalam pembelahan sel
menyebabkan jaringan tanaman akan semakin berkembang dan bertahan lama.
Tabel 3. Pengaruh pemberian bio urin terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang
maksimum cabai
Perlakuan

Berat total
Jumlah total
Rentang
Berat buah
buah /tanaman buah/tanaman
panen
panen/ha (ton)
(g)
(bh)
(hari)
7,14 c
Tanpa bio urin
267,75 c
115,63 c
105,00 b
10,55 b
2500 liter/ha
395,65 b
175,86 b
126,00 a
11,49 a
5000 liter/ha
431,01 a
191,92 a
126,33 a
12,05 a
7500 liter/ha
442,25 a
204,70 a
126,67 a
0,92
BNT 5%
35,99
14,87
12,23
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada uji BNT 5%
Puncak panen cabai kecil terjadi pada panen ke 7. Perlakuan pemupukan bio
urin sapi menghasilkan trend panen dengan hasil buah yang lebih baik setelah panen
ke 7 dibandingkan dengan kotrol. Setelah panen ke 7 kontrol mengalami penurunan
hasil yang lebih tajam dibandingkan dengan perlakuan pemupukan bio urin sapi.
Perkembangan berat buah panen per tanaman setiap minggu seperti Gambar 1.

587

I Nyoman Adijaya dan Putu Sugiarta: Meningkatkan Produktivitas Cabai

50.00
Berat buah panen/tanaman (g)

45.00
40.00
35.00
30.00

P0

25.00

P1

20.00

P2

15.00

P3

10.00
5.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Panen ke

Gambar 1. Perkembangan berat buah panen per tanaman pada masa panen

Peran bio urin sapi sebagai penyedia nitrogen bagi tanaman sangat vital.
Nitrogen adalah salah satu unsur hara utamayang sangat penting dalam seluruh
proses biokimiadi tanaman. Di dalam tanah, sumber nitrogen adalahbahan organik,
pupuk kandang, sisa tanaman yangterdekomposisi, fiksasi nitrogen biologis, air irigasi
danpupuk anorganik (Laegreid et al, 1999, dalam Hidersah dan Simarmata, 2004).
Setyorini et al. (2006) menyatakan urin sapi memiliki sifat mirip dengan urea dalam
penyediaan N bagi tanaman dimana N yang diserap dari urin sapi dalam bentuk
amonium sehingga mudah tersedia bagi tanaman.
Pengaruh peningkatan dosis bio urin sapi sampai 7.500 liter/ha terhadap hasil
cabai kecil mengikuti persamaan linier Y= 6,27 x 10-4 U+ 6,39 (R2 = 85,52%). Hal ini
menunjukkan peningakatan dosis boi urin sampai dosis 7.500 l/ha masih diikuti oleh
peningkatan hasil cabai kecil atau dosis optimum belum ditemukan pada pemupukan
bio urin sampai dengan dosis 7.500 l/ha (Gambar 2).

588

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013

14.00

Hasil per hektar (t)

12.00
10.00
8.00

Y = 6,27 x 10-4 U + 6,39


R = 0,8452

6.00
4.00
2.00
0.00
0

2500

5000

7500

Dosis bio urin sapi (l/ha)

Gambar 2. Hubungan dosis bio urin sapi dengan hasil cabai per hektar
KESIMPULAN DAN SARAN

Peningkatan dosis bio urn sapi sampai 7.500 l/ha meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman cabai kecil.

Hubungan hasil cabai per hektar dengan dosis bio urin sampai dosis 7.500 l/ha
bersifat linier dengan persamaan Y= 6,27 x 10-4 U+ 6,39, R2 = 85,52%.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih diucapkan kepada semua tim kajian pemanfaatan limbah
pada integrasi tanaman ternak sapi di lahan kering (Ketut Mahaputra, I Made Rai Yasa,
Putu Agus Kertawirawan dan Putu Yosi Priningsih), petugas lapang (I Nyoman Sucita
dan Abdul Rachim), pengurus Kelompok Munduk Lingker Nadi (Gede Kartika, Made
Sudana dan Nyoman Nyadiasa) serta petani yang banyak membantu (Bapa dan Meme
Abian).

Semoga hasil kajian dapat memberikan wawasan dan diterapkan untuk

usahatani cabai di daerah ini.

589

I Nyoman Adijaya dan Putu Sugiarta: Meningkatkan Produktivitas Cabai

DAFTAR PUSTAKA
Adijaya, I.N. 2011. Respon Tanaman Anggur Bali Terhadap Pemupukan dengan Bio
Urin Sapi. Denpasar. Buletin Informasi pertanian. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Bali.
Duaja, M.D., dan A. Saputra. 2009. Evaluasi Hasil dan Komponen Hasil Cabai
(Capsicum annum L.) Pada Ultisol Dengan Beberapa Perbedaan Dosis CMA,
Pupuk dan GA3. Jurnal Agronomi 13(2): 24-30.
Hartatik, W., Widowati, L.R. 2006. Pupuk Kandang. Dalam: Simanungkalit, R.D.M.,
Suriadikarta, D.A., Saraswati, R., Setyorini, D., Hartatik, W, editor. Pupuk
Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Penelitian Sumberdaya Lahan
Pertanian. Hal. 59-82.
Hindersah, R dan T. Simarmata. 2004. Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam
Meningkatkan Kesehatan Tanah. Jurnal Natur Indonesia 5 (2): 127-133.
Nursanti. 2008. Pemanfaatan Pupuk Bio-Organik terhadap Beberapa Sifat Kimia
Ultisol dan Populasi Mikroba Rhizosfer Serta Hasil Cabai (Capsicum annum L.).
Jurnal Agronomi 12(2): 28-33.
Page, W.J. 1986. Sodium-dependent growth of Azotobacter chroococcum. Appl.
Environ. Microbiol. 51: 510-514.
Rostiana, O. dan D. Seswita. 2007. PengaruhIndole Butyric Acid danNaphtaleine
Acetic AcidTerhadapInduksi Perakaran Tunas Piretrum [Chrysanthemum
cinerariifolium (Trevir.)Vis.] Klon Prau 6 SecaraInVitro. Bul. Littro. Vol. XVIII No.
1, 2007, 39 48. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
Setyorini, D., Saraswati, R., Anwar, E.K. 2006. Kompos. Dalam: Simanungkalit,
R.D.M., Suriadikarta, D.A., Saraswati, R., Setyorini, D., Hartatik, W, editor.
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Penelitian Sumberdaya Lahan
Pertanian. Hal. 11-40.
Soetiarso, T.A., M. Ameriana, L. Prabaningrum, dan N. Sumarni. 2006. Pertumbuhan,
Hasil, dan Kelayakan Finansial Penggunaan Mulsa dan Pupuk Buatan pada
Usahatani Cabai Merah di Luar Musim. J. Hort. 16(1):63-76.
Tomia, A. 2011. Pengaruh Auksin Terhadap Induksi Virus Pada Gugur Daun Cabai.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) 4(1): 65-68.

590

Anda mungkin juga menyukai