56 Adijaya PDF
56 Adijaya PDF
ABSTRAK
Penggunaan pupuk kimia pada usahatani cabai ditingkat petani sangat besar. Sangat jarang
petani memanfaatkan pupuk organik dalam usahataninya, padahal pemanfaatan pupuk organik
seperti urin sapi sangat berpotensi untuk menurunkan ketergantungan pemanfaatan pupuk
kimia. Kajian pemupukan bio urin sapi pada cabai kecil ini dilakukan di Kelompok Munduk
Lingker Nadi, Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng Bali dari bulan
Januari sampai dengan Agustus 2012. Perlakuan bio urin yang diuji yaitu P0: Cara petani
(pupuk kandang sapi 5 t/ha, Urea 300 kg/ha + 250 kg NPK/ha); P1: P0 + 2.500 l bio urin/ha ;
P2: P0 + 5.000 l bio urin/ha dan P3: P0 + 7.500 l bio urin/ha.Aplikasi bio urin dilakukan 4 kali
masing-masing dosis sengan cara disemprotkan pada tanaman. Hasil analisis menunjukkan
peningkatan dosis bio urin sapi sampai 7.500 l/ha meningkatkan pertumbuhan dan hasil cabai
kecil. Peningkatan dosis bio urin sapi sampai 7.500 l/ha meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman cabai kecil. Hubungan produksi cabai kecil dengan dosis bio urin dengan Y= 6,27 x
-4
2
10 U + 6,39, R = 85,52%.
PENDAHULUAN
Cabai kecil merupakan salah satu komoditas yang diperlukan sehari-hari untuk
keperluan bumbu dapur. Komoditas ini memiliki nilai ekonomis yang berfluktuasi dan
tidak jarang harga komoditas ini melambung akibat keterbatasan stok yang diakibatkan
oleh gagal panen.
Penanaman cabai di Indonesia terkonsentrasi di pulau Jawa, sedangkan di luar
Jawa, seperti Sumatra, Kalimantan dan wilayah Indonesia Timur sangat kurang dalam
pembudidayaan cabai (Nursanti, 2008; Duaja dan Saputra, 2009). Ditenggerai gagal
panen komoditas ini pada sentra-sentra produksi seperti di daerah pantai Utara Jawa
disebabkan oleh adanya perubahan iklim yang mengakibatkan banyaknya hambatan
seperti tanaman tergenang air, kekeringan ataupun terserang hama penyakit.
Soetiarsso et al. (2006) menyatakan
pada umumnya
dilakukan oleh petani pada musim kemarau. Kendala produktivitas cabai juga sangat
583
dipengaruhi oleh faktor musim, sehingga tidak jarang terjadi fluktuasi harga yang cukup
tajam.
Budidaya tanaman cabai kecil yang dilaksanakan ditingkat petani sangat
tergantung dan mengandalkan pupuk kimia seperti urea dan NPK. Pada beberapa
kasus dilaporkan pupuk kimia ini digunakan secara berlebihan sehingga berdampak
terhadap rentannya tanaman terhadap serangan hama penyakit.
Disamping itu
584
digunakan adalah bibit cabai kecil yang sudah disemai berumur 45 hari dipembibitan
dengan jumlah daun 6-7 helai.
Pemupukan menggunakan Urea dan NPK diberikan 4 kali yaitu umur tanaman
15, 30, 45 dan 60 hari, sedangkan pemberian pupuk kandang sapi diberikan pada saat
pengolahan tanah. Perlakuan bio urin diberikan 8 kali yaitu umur setiap 2 minggu
sekali
Pemberian larutan bio urin sapi diberikan dengan cara disemprotkan secara merata ke
daun tanaman sesuai dengan dosis perlakuan. Volume pemberian bio urin setiap
pemberian per petak (9 m2) pada masing-masing perlakuan seperti Tabel 1.
Tabel 1. Volume pemberian larutan bio urin 20% pada masing-masing perlakuan
Perlakuan
P0
P1
P2
P3
0
1,41
2,82
4,22
pertumbuhan
dan
produksi
tanaman,
namun
Tabel 2. Pengaruh pemberian bio urin terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang
maksimum cabai
Tinggi (cm)
Perlakuan
30 hst
60 hst
90 hst
Tanpa bio urin
39,33 a
45,40 a
62,73 c
2500 liter/ha
39,00 a
47,33 a
77,93 b
5000 liter/ha
39,03 a
47,90 a
81,57 ab
7500 liter/ha
40,40 a
46,73 a
82,80 a
BNT 5%
4,15
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti
berbeda nyata pada uji BNT 5%
Jumlah
cabang/tanaman
(bh)
26,00 b
31,63 a
33,93 a
33,03 a
3,30
huruf yang sama tidak
Selain peran Azotobacter dalam menambat nitrogen dari udara, Azotobacter juga
mampu memproduksifitohormon sitokinin dan auksin. Hal inidilaporkan pertamakali
oleh Vancura dan Macura pada tahun 1960(Vancura 1988 dalam Hidersah dan
Simarmata, 2004). Sampai saat ini sejumlah penelitiantelah membuktikan kemampuan
rizobakteriAzotobacter. chroococcum, A. beijerinckii, A. Paspalimaupun A. vinelandii
dalam memproduksifitohormon terutama sitokinin.Darnell, et al.(1986 dalam Tomia,
2011) menyatakan fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam proses
mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang,
mempercepat
perkecambahan,
membantu
dalam
proses
pembelahan
sel,
Rentang
panen nyata meningkat dengan perlakuan pemupukan bio urin. Rentang panen tidak
berbeda pada perlakuan dosis 2.500 liter/ha sampai 7.500 liter/ha (Tabel 3).
Page (1986) menyatakan bahwa salah satu inokulan bakteri yang penting untuk
meningkatkan ketersediaan nitrogen tanah, dan peningkatan hasil adalah Azotobacter.
586
Peningkatan tinggi tanaman akibat pemberian bio urin disebabkan oleh adanya
tambahan hara yang dikandung oleh bio urin selain juga akibat hormon tumbuh auksin.
Secara umum, fiksasi nitrogen biologis sebagai bagian dari input nitrogen untuk
mendukung pertumbuhan tanaman meningkat dengan pemupukan organik. Penurunan
penggunaan pupuk nitrogen anorganik dapat digantikan denganmenggunakan pupuk
yang mengandung mikroorganisme pemfiksasi nitrogen.
Rentang panen meningkat kurang lebih 21 hari dengan pemberian perlakuan bio
urin. Panen pada perlakuan tanpa pemupukan bio urin sudah berakhir pada minggu ke
15 sedangkan perlakuan bio urin panen terakhir sampai minggu ke 18 atau 21 hari
lebih lama dibandingkan kontrol. Hal ini bisa saja disebabkan oleh peningkatan asupan
nutrisi/hara serta akibat kandungan auksin yang disumbang oleh pemupukan dengan
bio urin sapi. Melihat peran auksin yang berperan dalam pembelahan sel
menyebabkan jaringan tanaman akan semakin berkembang dan bertahan lama.
Tabel 3. Pengaruh pemberian bio urin terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang
maksimum cabai
Perlakuan
Berat total
Jumlah total
Rentang
Berat buah
buah /tanaman buah/tanaman
panen
panen/ha (ton)
(g)
(bh)
(hari)
7,14 c
Tanpa bio urin
267,75 c
115,63 c
105,00 b
10,55 b
2500 liter/ha
395,65 b
175,86 b
126,00 a
11,49 a
5000 liter/ha
431,01 a
191,92 a
126,33 a
12,05 a
7500 liter/ha
442,25 a
204,70 a
126,67 a
0,92
BNT 5%
35,99
14,87
12,23
Keterangan: angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada uji BNT 5%
Puncak panen cabai kecil terjadi pada panen ke 7. Perlakuan pemupukan bio
urin sapi menghasilkan trend panen dengan hasil buah yang lebih baik setelah panen
ke 7 dibandingkan dengan kotrol. Setelah panen ke 7 kontrol mengalami penurunan
hasil yang lebih tajam dibandingkan dengan perlakuan pemupukan bio urin sapi.
Perkembangan berat buah panen per tanaman setiap minggu seperti Gambar 1.
587
50.00
Berat buah panen/tanaman (g)
45.00
40.00
35.00
30.00
P0
25.00
P1
20.00
P2
15.00
P3
10.00
5.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Panen ke
Gambar 1. Perkembangan berat buah panen per tanaman pada masa panen
Peran bio urin sapi sebagai penyedia nitrogen bagi tanaman sangat vital.
Nitrogen adalah salah satu unsur hara utamayang sangat penting dalam seluruh
proses biokimiadi tanaman. Di dalam tanah, sumber nitrogen adalahbahan organik,
pupuk kandang, sisa tanaman yangterdekomposisi, fiksasi nitrogen biologis, air irigasi
danpupuk anorganik (Laegreid et al, 1999, dalam Hidersah dan Simarmata, 2004).
Setyorini et al. (2006) menyatakan urin sapi memiliki sifat mirip dengan urea dalam
penyediaan N bagi tanaman dimana N yang diserap dari urin sapi dalam bentuk
amonium sehingga mudah tersedia bagi tanaman.
Pengaruh peningkatan dosis bio urin sapi sampai 7.500 liter/ha terhadap hasil
cabai kecil mengikuti persamaan linier Y= 6,27 x 10-4 U+ 6,39 (R2 = 85,52%). Hal ini
menunjukkan peningakatan dosis boi urin sampai dosis 7.500 l/ha masih diikuti oleh
peningkatan hasil cabai kecil atau dosis optimum belum ditemukan pada pemupukan
bio urin sampai dengan dosis 7.500 l/ha (Gambar 2).
588
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
0
2500
5000
7500
Gambar 2. Hubungan dosis bio urin sapi dengan hasil cabai per hektar
KESIMPULAN DAN SARAN
Peningkatan dosis bio urn sapi sampai 7.500 l/ha meningkatkan pertumbuhan dan
hasil tanaman cabai kecil.
Hubungan hasil cabai per hektar dengan dosis bio urin sampai dosis 7.500 l/ha
bersifat linier dengan persamaan Y= 6,27 x 10-4 U+ 6,39, R2 = 85,52%.
589
DAFTAR PUSTAKA
Adijaya, I.N. 2011. Respon Tanaman Anggur Bali Terhadap Pemupukan dengan Bio
Urin Sapi. Denpasar. Buletin Informasi pertanian. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Bali.
Duaja, M.D., dan A. Saputra. 2009. Evaluasi Hasil dan Komponen Hasil Cabai
(Capsicum annum L.) Pada Ultisol Dengan Beberapa Perbedaan Dosis CMA,
Pupuk dan GA3. Jurnal Agronomi 13(2): 24-30.
Hartatik, W., Widowati, L.R. 2006. Pupuk Kandang. Dalam: Simanungkalit, R.D.M.,
Suriadikarta, D.A., Saraswati, R., Setyorini, D., Hartatik, W, editor. Pupuk
Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Penelitian Sumberdaya Lahan
Pertanian. Hal. 59-82.
Hindersah, R dan T. Simarmata. 2004. Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam
Meningkatkan Kesehatan Tanah. Jurnal Natur Indonesia 5 (2): 127-133.
Nursanti. 2008. Pemanfaatan Pupuk Bio-Organik terhadap Beberapa Sifat Kimia
Ultisol dan Populasi Mikroba Rhizosfer Serta Hasil Cabai (Capsicum annum L.).
Jurnal Agronomi 12(2): 28-33.
Page, W.J. 1986. Sodium-dependent growth of Azotobacter chroococcum. Appl.
Environ. Microbiol. 51: 510-514.
Rostiana, O. dan D. Seswita. 2007. PengaruhIndole Butyric Acid danNaphtaleine
Acetic AcidTerhadapInduksi Perakaran Tunas Piretrum [Chrysanthemum
cinerariifolium (Trevir.)Vis.] Klon Prau 6 SecaraInVitro. Bul. Littro. Vol. XVIII No.
1, 2007, 39 48. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
Setyorini, D., Saraswati, R., Anwar, E.K. 2006. Kompos. Dalam: Simanungkalit,
R.D.M., Suriadikarta, D.A., Saraswati, R., Setyorini, D., Hartatik, W, editor.
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor: Balai Penelitian Sumberdaya Lahan
Pertanian. Hal. 11-40.
Soetiarso, T.A., M. Ameriana, L. Prabaningrum, dan N. Sumarni. 2006. Pertumbuhan,
Hasil, dan Kelayakan Finansial Penggunaan Mulsa dan Pupuk Buatan pada
Usahatani Cabai Merah di Luar Musim. J. Hort. 16(1):63-76.
Tomia, A. 2011. Pengaruh Auksin Terhadap Induksi Virus Pada Gugur Daun Cabai.
Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-Ternate) 4(1): 65-68.
590