Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II
TINJAUAN TEORI
1) Tumor jinak pada uterus
Terdapat tiga macam penyakit atau tumor jinak pada uterus
a. Mioma Uteri
Pengertian
Myoma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan komposisi jaringan ikat. Nama lain :
leiomioma uteri dan fibromioma uteri, pada mulanya tumbuh sebagai bibit kecil didalam
miometrium dan lambat laun akan membesar. Frekuensi tumor sukar ditentukan secara tepat
karena tidak semua penderita dengan myoma uteri datang ketempat pengobatan karena
banyak diantara mereka yang tidak mempunyai keluhan apa-apa. Sebagian besar mioma uteri
ditemukan pada masa reproduksi, karena adanya rangsangan estrogen. Dengan demikian
mioma uteri tidak dijumpai sebelum datang haid (menarche) dan akan mengalami pengecilan
setelah mati haid (menopause). Bila pada masa menopause tumor yang berasal dari mioma
uteri masih tetap besar dan tambah besar,kemungkinan degenerasi ganas menjadi sarkoma
uteri. Bila dijumpai pembesaran abdomen sabalum menarche, hal itu pasti bukan mioma utri
tetapi kista ovarium dan kemuingkinan besar menjadi ganas.
Etiologi
Walaupun jelas myoma uteri berasal dari otot polos uterus, namun kurang diketahui faktorfaktor yang menyebabkan tumbuhnya tumor dari otot-otot tersebut. Banyak peneliti yang
mengatakan teori stimulasi oleh estrogen, sebagai faktor etiologi dimana stimulasi dengan
estrogen ini mengakibatkan :
a) Myoma Uteri seringkali tumbuh lebih cepat pada masa-masa hamil.
b) Neoplasma tidak pernah ditemukan sebelum menarche.
c) Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersamaan dengan myoma uteri
Namun teori ini banyak diragukan dengan alasan jika benar stimulasi dengan estrogen
menjadi penyebab timbulnya myoma uteri, mengapa tidak pada semua wanita dalam
masa

reproduksi

terdapat

neoplasma

ini,

melainkan

hanya

20

saja.

Meyer dan De Sno mengusulkan teori Cell Nest atau teori Genito Blast, yang
diperkuat lagi oleh percobaan Meyer dan Lipsschutz yang menyebutkan bahwa
terjadinya myoma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada sel
nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh estrogen.

(Sarwono

Prawirohardjo

1982

282).

PATOLOGI ANATOMI
Dikenal dua tempat myoma uteri yaitu pada serviks uteri hanya 1 3 % dan sisanya pada
korpus uteri. Myoma uteri dapat dibedakan sesuai dengan tempat dimana tumor tersebut
tumbuh, yaitu :
1. Myoma Submukosum
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus, myoma ini
kadang-kadang dapat tumbuh terus dalam cavum uterus dan berhubungan dengan
dinding uterus dengan tangkai sebagai polip, kemudian dilahirkan melalui saluran
serviks dan sebagian kecil atau besar memasuki vagina yang disebut Myomgeburt.
2. Myoma Intramural
Myoma ini terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium sehingga dapat
menyebabkan pembesaran uterus.
3. Myoma Subserosum
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus,
diliputi oleh serosa. Myoma ini dapat tumbuh diantara kedua ligamentum latum
menjadi mioma intra ligamenter dan dapat tumbuh pula pada jaringan lain misalnya
ligamentum atau omentum dan apabila tangkainya terputus karena trombosis atau
nekrosis, maka mioma ini akan membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut
Wandering / Parasitic Fibroid.
Besar uterus tergantung kepada besar myoma masing-masing, berat uterus bisa sampai
5 kg atau lebih. Didalam uterus mungkin ada satu myoma, akan tetapi jumlahnya
banyak sekitar 5 sampai 30 saja, pernah ditemukan sebanyak 200 myoma dalam satu
uterus.
Jika ada myoma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri, maka korpus tampak
bundar dan konsistensi padat dan bila terdapat banyak myoma maka uterus terlihat
seperti ada benjol-benjol dengan konsistensi padat, kadang kala bila terletak pada
dinding depan uterus myoma dapat menonjol kedepan, sehingga sering menimbulkan
keluhan miksi. Myoma uteri lebih banyak ditemukan pada multipara atau pada wanita
infertilitas relatif, tidak jelas apa yang menyebabkan infertilitas itu. Myoma uteri
jarang ditemukan pada wanita dibawah umur 40 tahun keatas.

PERUBAHAN SEKUNDER MYOMA


1. Atropi
Setelah menopause dan rangsangan estrogen hilang atau sesudah kehamilan myoma
uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi hyaline
Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut, tumor kehilangan struktur
aslinya menjadi homogen, jaringan ikat bertambah, berwarna putih dan keras, disebut
myoma durum.
3. Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair,
sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat
juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma.
4. Degenerasi membatu (calcareous degeneration )
Terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan
adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras.
5. Degenerasi Merah (Carneus Degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas, diperkirakan karena suatu
nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi. Degenarasi merah tampak khas
apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus sedikit demam, kesakitan,
tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
6. Degenerasi Lemak
Jarang
terjadi
dan
merupakan
kelanjutan

degenerasi

hialin.

E. GEJALA DAN TANDA-TANDA


Hampir separuh kasus miomaGejala-gejala tergantung dari lokasi myoma, besarnya
myoma dan perubahan-perubahan dalam myoma. Gejala-gejala dapat digolongkan
sebagai berikut :
1. Perdarahan tidak normal
Perdarahan ini sering bersipat Menorhoeragia mekanisme perdarahan ini tidak
diketahui benar, akan tetapi faktor faktor yang kiranya memegang peranan dalam
hal ini ialah meluasnya permukaan endometrium dan gangguan dalam
kontraktilitas miometrium. Perdarahan dapat pula bersifat metroragia yang bisa
disebabkan mioma sub mukosum akan tetapi mungkin disebabkan oleh yang lain,
seperti

hiperplasia

2. Rasa Nyeri
Dapat terjadi apabila :

endometrium

atau

adenokarsinoma

endometri.

a) Mioma menyempitkan kanalis cervikalis


b) Mioma sub mukosum sedang dikeluarkan dari rongga rahim
c) Ada penyakit adneksa ( inflamasi pada tuba dan ovarium ) seperti adneksitis,
Salpingitis ( inflamasi akut atau kronis pada tuba uterina ), oovoritis
( inflamasi pada ovarium )
d) Terjadi degenerasi merah atau putaran tangkai
3. Tanda-tanda Penekanan
Terdapatnya tanda-tanda penekanan tergantung dari besar dan lokasi myoma uteri.
Tekanan bisa terjadi pada pada traktus urinarius, pada usus, dan pada pembuluhpembuluh darah. Akibat tekanan terhadap kandung kemih ialah distorsi dengan
gangguan miksi dan terhadap ureter bisa menyebabkan hidro ureter. Tekanan pada
rektum dapat menyebabkan obstipasi dan nyeri defekasi. Tekanan terhadap
pembuluh-pembuluh darah dalam panggul dapat menyebabkan pembesaran
pembuluh-pembuluh vena, edema pada tungkai dan rasa nyeri pelvis.
4. Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi jika mioma intra mural menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, myoma submukosum memudahkan terjadinya abortus. Apabila
ditemukan myoma pada wanita dengan keluaran infertilitas, harus dilakukan
pemeriksaan yang seksama terhadap sebab-sebab lain dari infertilitas, sebelum
menghubungkannya dengan adanya myoma uteri.
F. DAMPAK MYOMA UTERI TERHADAP KEHAMILAN DAN PERSALINAN
1. Mengurangi kemungkinan kehamilan karena endometrium kurang baik
2. Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi dari rongga uterus, khususnya
pada myoma sub mukosum.
3. Dalam kehamilan myoma kadang-kadang sangat membesar sehingga menekan
pada organ-organ sekitarnya.
4. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada myoma yang sub mukosum
dan intramural.
5. Persalinan dapat terhalang apabila myoma yang terletak pada bagian bawah
korpus uteri atau pada serviks merintangi turunnya kepala janin dalam rongga
pelvis.

G. DAMPAK KEHAMILAN DAN PERSALINAN TERHADAP MYOMA


UTERI
1. Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk dan mudah
terjadi gangguan sirkulasi didalamnya, sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis
ditengah tumor. Tumor tampak merah (degenarasi merah) atau tampak seperti
daging (degenerasi karnossa).
2. Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri diperut yang disertai dengan gejala
rangsangan peritonium dan gejala peradangan, walaupun dalam hal ini peradangan
bersifat suci hama (steril). Lebih lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas
karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan sirkulasi yang dialami
oleh wanita setelah bayi lahir.
3. Tumor tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertropi dan edema,
terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal setelah
kehamilan 4 bulan, tumor tidak bertambah besar lagi.
4. Myoma Sub Serosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat
desakan

uterus

yang

makin

lama

makin

membesar.

H. DIAGNOSIS
Diagnosis myoma uteri dalam kehamilan biasanya tidak sulit, kadang-kadang
penderita sendiri merasa adanya benda dalam rongga perut bagian bawah. Akan
tetapi kadang-kadang diagnosis ini salah, terutama pada kehamilan kembar atau
myoma kecil disangka bagian kecil janin. Dalam persalinan lebih menonjol waktu
ada HIS sehingga mudah dikenal.
Myoma yang lunak dan tidak menyebabkan kelainan bentuk uterus sangat sulit
untuk dibedakan dari uterus gravidarus. Bahkan pada laparatomi, sewaktu perut
terbuka, kadang-kadang tidak mungkin untuk didiagnosis yang tepat. Dalam hal
ini kerokan (biopsi) diagnostik sangat diperlukan, akan tetapi tindakan ini bisa
menimbulkan kesulitan karena dengan adanya myoma, kavum uteri menjadi tidak
lurus.
I. PENANGANAN / PENGOBATAN
Beck dan Whitehouse mengutarakan bahwa 55 % dari smua myoma uteri tidak
membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun. Oleh sebab itu, jika myoma

uteri masih kecil dan tidak menimbulkan gejala dan khususnya bagi penderita yang
mendekati masa menopause, pengobatan tidak diperlukan. Cukup dilakukan
pemeriksaan pelvis secara rutin tiap 3 atau 6 bulan. Pada umumnya pada penderita
myoma uteri tidak dilakukan operasi untuk mengangkat myoma dalam kehamilan.
Demikian pula tidak dilakukan abortus provokatus. Apabila terjadi degenerasi
merah pada myoma dengan gejala-gejala seperti diterangkan diatas, biasanya sikap
konservatif dengan istirahat baring dan pengawasan yang ketat memberi hasi yang
memuaskan.
1. Pengobatan Penunjang
Khusus sebagai penunjang pengobatan bagi penderita anemia karena
hipermenorea, dapat diberikan ferrum, transfusi darah, diet kaya protein,
kalsium dan vitamin C.
2. Pengobatan Operatif
a) Radiotherapy pasangan radium, hormonal anti estrogen yang diberikan
pada:
1) Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat dioperasi
2) Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
3) Bukan jenis sub mukosa
4) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum
5) Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menimbulkan menopause
b) Myiomektomi
Myomektomi atau operasi pengangkatan myoma tanpa mengorbankan uterus
dilakukan pada myoma intramural, myoma sub mukosum dan myoma sub
serosum bertangkai atau jika fungsi uterus masih hendak dipertahankan, pada
myoma sub mukosum yang dilahirkan dalam vagina, umumnya tumor dapat
diangkat pervaginam tanpa mengangkat uterus. Operasi myomektomi :
1) Dilakukan bila masih menginginkan keturunan
2) Syaratnya harus dilakukan kuretage dulu, untuk menghilangkan
kemungkinan keganansan
3) Kerugiannya :
a) Melemahkan dinding uterus
b) Rupture uteri pada waktu hamil
c) Menyebabkan perlekatan
c. Histerektomi
Jika myoma uteri perlu dioperasi, maka tindakan yang dilakukan adalah
histerektomi, umumnya dilakukan histerektomi abdominal, akan tetapi jika
uterusnya tidak terlalu besar dan apalagi jika terdapat pula prolapsus uteri,

histerektomi vaginal dapat dipertimbangkan. Pad histerektomi, myoma pada


serviks uteri perlu diperhatikan jalannya ureter. Operasi histerktomi dilakukan
apabila :
1) Myoma uteri besarnya diatas 14 minggu kehamilan
2) Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan satu atau dua ovarium,
maksudnya untuk :
a) Menjaga jangan terjadi menopause sebelum waktunya
b) Menjaga gangguan coronair/aterisklerosis umum.
B. Adenomiosis Uteri
Pengertian
Endenomiosis adalah implantasi jaringan endometrium di luar kavum uteri.
Pembagian endometriosis
1). Endomeriosis eksterns (endometriosis) adalah implantasi jaringan
endometrium di luar kavum uteri.
2). Endometriosis interna (adenomiosis)

adalah

implantasi

jaringan

endometrium dalam otot rahim.


Akibat implantasi endometrium yang masih aktif dalam otot rahim terjadi
perubahan pada saat menstruasi atau aktivitasnya mengikuti perubahan
hormonal. Pada saat menstruasi, endometrium mengalami proses menstruasi
tetapi darah tidak mempunyai saluran untuk keluar sehingga terjadi timbunan
darah. Timbunan darah ini saat menstruasi menimbulkan rasa sakit.
Mekanisme terjadi endometriosis inteerna atau adenomiosis karena jaringan
otot terbuka saat kontraksi persalinan atau waktu kuretase sehingga terjadi
invasi endometrium kedalam otot rahim.
Gejala klinis adenomiosis:
Gejala klinik yang dijumpai pada adenomiosis adalah:
1. Menoragia: perdarahan banyak saat menstruasi.
2. Dismenorea sekunder: rasa sakit saat menstruasi.
3. Dispareunia: rasa sakit saat hubungan seksual.
Endometriosis
Pengertian
Endometriosis (endometriosis eksterna) merupakan implantasi jaringan
endometrium di luar uterus yang di jumpai pada umur relatif muda.
Lokalisasi sebaran endometrium dapat terjadi di:
1. ovarium, dalam bentuk kista coklat
2. peritonium, sekitar uterus menyebabkan infertilitas
3. septum rektovaginalis
4. umbilicus
5. apendiks

6. bekas luka: episiotomi, laparatomo (SC)


Terjadinya penyebaran endometrium ke berbagai tempat dapat di jelaskan
dengan beberapa teori sebagai berikut:
a. Teori regurgitasi Sampson
darah menstruasi mengalir ke dalam kavum abdomen.
b. sel endometrium dapat tertanam tumbuh dan hidup.
c. rangsangan hormonal berpengaruh sehingga terjadi proses mengikuti siklus
menstruasi.
a. Teori metaplasia meyer
sel yang berasal dari selom tumbuh dan menerima rangsangan hormonal
ekstroge dan progesterone.
sel mengalami metaplasi menjadi jaringan endometrium dan meliputi siklus
menstruasi
2. Penyebaran secara limfogen dari halban
a. sel endometrium masuk ke sirkulasi aliran limfa dan menyebar pada beberapa tempat
b. sel hidup dan mendapat rangsangan ektrogen dan progesteron dalam proses siklus menstruasi
3. penyebaran mengikuti aliran darah
4. ssspenempelan kembakli sel endometrium
a. dapat menerangkan tumbuh kembangnya ssel endometrium pada bekas operasi SC atau
sekitar uterus
b. bekas irisan operasi episiotomi
Gejala klinis endometriosis
Gejala endometriosis terjadi kerena pengaruh hormonal estrogen dan progesteron sehingga
terjadi siklus menstruasi. Rasa nyeri terjadi karena vaskularisasi yang meningkat dan
deskuamasi struma dan sel jaringan endometrium. Gejala klinis endometriosis dalam bentuk:
1.

dismenorea: nyeri abdomen sesuai dengan waktu menstruasi, terdapat rasa kemeng terutama
pada saat menstruai

2.

dispareunia: nyeri saat hubungan seksual

3.

nyeri pada saat devekasi: pada endometriosis dimdimg rektosignoid

4.

perubahan menstruasi dalam bentuk polimenorea atau hipermenorea (menoragia)

5.

infertilitas: gangguan saluran tuba falopi sehingga tidak berfungsi sebagai saluran ovum
spermatozoa dan tempat konsepsi dan gangguan mobilitas tuba saat melakukan penanganan
ovum karena pelekatan.

Anda mungkin juga menyukai