LAPORAN KASUS
ANGULAR CHEILITIS
Oleh:
Vinanti Nur Chumairhoh
121610101072
Pembimbing:
drg. Lenny Rokhma D., Sp.Pm
Putaran IV (24 Mei 27 Juni 2016)
Semester Genap Tahun Ajaran 2016
disertai rasa sakit. Angular cheilitis pada anak disebabkan oleh faktor mekanis
berupa penurunan dimensi vertikal, defisiensi nutrisi dan infeksi. Gambaran
kasus:Pasien laki-laki berusia 8 tahun dengan kondisi sudut mulut sebelah kanan
dan kiri: fisura multipel, horizontal, panjang 3 mm, kedalaman 1mm, berbatas
jelas, deskuamasi dengan dasar kemerahan, terdapat krusta, dan sakit.
Kesimpulan:Melalui pemeriksaan subyektif dari anamnesa, pemeriksaan obyektif
ekstraoral dan intraoral, maka perawatan dilakukan dengan pemberian terapi
multivitamin sirup fitkom dan obat antijamur Nystatin. Kemudian dievaluasi pada
kontrol pertama ternyata belum sembuh, dan obat Nystatin diganti dengan
Daktarin 2% oral gel sebagai terapi simptomatif, kausatif dan suportif.
Pendahuluan
Angular cheilitis yang disebut juga perleche, angular cheilosis, atau
commissural cheilitis merupakan inflamasi akut atau kronis pada sudut mulut.
Pada awalnya, sudut mulut menunjukkan penebalan putih keabu-abuan dengan
pinggir eritema. Angular cheilitis akut dapat berubah menjadi eritema yang lebih
parah dengan cepat diikuti ulserasi dan pembentukan krusta. Pada angular
cheilitis kronis biasanya terbentuk jaringan granulasi dan kulit yang berdekatan
menunjukkan dermatitis yang parah [1,2]. Angular cheilitis termasuk lesi rongga
mulut yang kompleks, berbagai macam faktor dapat menyebabkan penyakit ini,
diantaranya penurunan dimensi vertikal, defisiensi nutrisi, dan infeksi candida
albicans [3]
Penyebab angular cheilitis lainnya pada anak adalah kebiasaan bernafas
melalui mulut, membasahi bibir dengan air ludah, menjilati samping mulut dan
sering mengeluarkan air ludah (mengeces). Jaringan pada sudut mulut akan
terlumasi oleh ludah dan terbentuklah lingkungan yang sesuai untuk proliferasi
organisme. Keadaan ini dapat terjadi menjadi lebih parah dengan membiarkan
bibir yang basah dikeringkan oleh angin dan sinar matahari [4].
Pada makalah ini akan dilaporkan kasus pasien yang datang ke Rumah
Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dengan
keluhan sakit pada sudut mulut.
Laporan Kasus
Pasien laki-laki berusia 8 tahun dating ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Jember mengeluhkan rasa sakit dan tidak nyaman pada sudut mulut
sejak 3 bulan yang lalu. Rasa sakit dan tidak nyaman itu lebih parah saat mulut
diregangkan misalnya selama menguap. Kondisi yang sama sering dialami pasien
mulai 3 bulan yang lalu namun tidak pernah diobati dan kadang sembuh dengan
sendirinya lalu muncul kembali tanpa tahu penyebabnya. Pasien mengaku jika
sudut mulutnya kering sering dikelupas dan menjilat sudut bibir.
Pada pemeriksaan klinis intraoral tidak ada abnormaliatas pada pasien,
hasil pemeriksaan gigi geligi terdapat pergantian gigi geligi yaitu gigi permanen
16,11,21,26,36,31,32,41,42 dan gigi 46 sudah tumbuh sedangkan pemeriksaan
ekstraoral pada sudut mulut terdapat fisura multipel horizontal, bilateral, panjang
3 mm, kedalaman 1mm, berbatas jelas, deskuamasi dengan dasar kemerahan
dan disertai krusta.
cheilitis pada kasus ini adalah diduga disebabkan faktor mekanis berupa
penurunan dimensi vertikal akibat pergantian gigi geligi, infeksi candida albicans
dan kebiasaan buruk pasien yang suka menjilat sudut bibir dan mengelupas sudut
bibir.
1. Faktor Mekanis
Angular cheilitis merupakan akibat penurunan dimensi vertikal karena
dalam fase gigi pergantian. Apabila tinggi dimensi vertikal berkurang karena
kehilangan gigi anterior maka akan menyebabkan sudut mulut turun dan
membentuk lipatan-lipatan yang lebih dalam pada sudut mulut [5]. Pada lipatan
sudut mulut tersebut akan menyebabkan penumpukan saliva sehingga
menciptakan suasana yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme agen
infeksi. Kebiasaan menjilat sudut bibir dan kebersihan rongga mulut yang buruk
juga dapat menyebabkan angular cheiltis dan seringkali terjadi pada anak-anak.
Selain itu kebiasaan menghisap jari pada anak akan menyebabkan saliva
berkumpul pada sudut mulut yang akan menimbulkan lingkungan yang sesuai
untuk proliferasi mikroorganisme. Penyebab angular cheilitis lainnya pada anak
adalah kebiasaan bernafas melalui mulut dan sering mengeluarkan air liur
(mengences) [5,6].
2. Agen Infeksi
Beberapa literatur melaporkan bahwa agen infeksi seperti candida
albicans dan staphylococcus aureus dapat dikultur dari angular cheiltis. Agen
infeksi merupakan penyebab utama dan dapat diisolasi pada lebih dari 54% lesi,
dimana sebagian besar adalah candida albicans dan staphylococcus aureus [7].
Secara umum pasien yang menderita angular cheilitis disebabkan oleh jumlah
candida albicans yang melebihi jumlah sebagai flora normal dalam rongga mulut
[5]. Kenyataannya, individu yang sehat memiliki Candida albicans sebagai flora
normal di mulut dalam jumlah terbatas. Jika ditemukan pseudohifa dan peragian
maka Candida tersebut bersifat patogen. Infeksi Candida albicans dapat
mempunyai 4 bentuk yaitu pseudomembranous candidiasis, hyperplastic
candidiasis, erythematous candidiasis dan angular cheilitis. Angular cheilitis
ditandai dengan keretakan, pengelupasan atau ulserasi yang melibatkan sudut
mulut dan sering muncul dengan kombinasi berbagai bentuk infeksi Candida
albicans [9]. Staphylococcus aureus biasanya dikaitkan dengan angular cheilitis,
dengan rasio isolasi 63%; strain S. aureus yang sensitif terhadap methicilin paling
banyak ditemukan. Streptokokus -hemolitik juga dapat dikultur [8].
3. Defisiensi Nutrisi
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), defisiensi nutrisi adalah
ketidakseimbangan selular antara suplai makanan dan energi dengan kebutuhan
tubuh untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi-fungsi spesifik.
Defisiensi nutrisi yang sering terjadi pada penderita angular cheilitis antara lain
adalah defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B (B2, B6 atau B12), dan
kekurangan protein [9]. Menurut Zaidan terdapat hubungan antara penderita
anemia defisiensi besi dengan angular cheilitis. Defisiensi besi dalam plasma
darah akan menghambat penyembuhan lesi dan dapat menyebabkan angular
cheilitis. Oleh karena itu, pada penelitian tersebut setelah diberikan diet suplemen
yang mengandung zat besi, lesi angular cheilitis sembuh [6]. Defisiensi nutrisi
atau malnutrisi disebabkan oleh faktor primer dan atau sekunder. Faktor primer
disebabkan bila susunan makanan seseorang salah dalam kualitas dan/ kuantitas
yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi
pangan, kemiskinan, pengetahuan akan nutrisi yang kurang, kebiasaan makan
yang salah dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi faktor yang menyebabkan
zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Penyebab
terjadinya defisiensi nutrisi sekunder bukan dari faktor ekonomi, misalnya faktorfaktor yang menyebabkan terganggunya pencernaan, seperti gigi-geligi yang tidak
baik, kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim. Faktor sekunder juga
dapat berupa kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji atau makanan siap saji.
Dari segi finansial, makanan makanan siap saji dianggap memiliki prestise tinggi,
namun makanan makanan siap saji sangat rendah nutrisi dan dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan anak. Angular cheilitis dapat disebabkan oleh karena
beragam defisiensi nutrisi. Defisiensi zat besi dan vitamin B merupakan penyebab
terjadinya angular cheilitis [10].
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.