Anda di halaman 1dari 5

1 SLOW DEEP BREATHING DALAM MENURUNKAN NYERI KEPALA PADA PENDERITA

HIPERTENSI Sheren Kristmas, Dame Elysabeth, Yenni Ferawati Mahasiswi


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Pelita Harapan Tangerang Staf Pengajar
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Pelita Harapan Tangerang Email:
yenni.sitanggang@uph.edu ABSTRAK Kejadian hipertensi di beberapa negara
cukup tinggi termasuk Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
prevalensi hipertensi sebanyak 31,7%. Hipertensi salah satu penyebab kematian
utama di perkotaan maupun perdesaan pada usia 55-64 tahun. Slow deep
breathing (SDB) merupakan tindakan disadari pengaturan pernafasan 610x/menit sebagai teknik relaksasi untuk menurunkan rasa nyeri. Tujuan
penelitian adalah mengidentifikasi pengaruh slow deep breathing (SDB) terhadap
penurunan rata-rata nyeri kepala di Puskesmas X dan Puskesmas Y. Desain
penelitian adalah kuasi eksperimen menggunakan pre-post test dengan grup
kontrol menggunakan tehnik total sampling sebanyak 11 responden . Data
dianalisis dengan uji t dependent. Penelitian pada 11 responden dengan 7
kelompok intervensi dan 4 kelompok kontrol selama 4 minggu mulai dari bulan
Oktober - Desember. Hasil menunjukkan tidak ada pengaruh SDB terhadap
penurunan rata-rata nyeri kepala dengan p value (0,200). Namun, berdasarkan
hasil pengukuran secara manual menunjukkan adanya penurunan skala nyeri
kepala yang lebih maksimal pada kelompok yang dilakukan SDB dibandingkan
dengan kelompok Non-SDB, sehingga SDB tetap dapat digunakan sebagai
intervensi keperawatan mandiri dalam menurunkan nyeri kepala. Rekomendasi
untuk penelitian ini adalah SDB dapat digunakan sebagai intervensi nyeri kepala
pada penderita hipertensi. Kata kunci: hipertensi, nyeri kepala, pain scale,
penurunan nyeri kepala, slow deep breathing ABSTRACT In some countries,
including Indonesia, hypertension case is fairly high. The result from Riskesdas
2007 shows the hypertension prevalence at 31,7 %. Hypertension become one of
the causesresulted in death. Slow deep breathing is the voluntary intervention in
breath settingto 6-10x/minutes as a relaxation technique to reduce pain. The
purpose of this study is to identify the effect of slow deep breathing (SDB) on the
average reduction of nerve pain in X and Y Public Health Centers. The design of
quasi experiment applied total sampling technique, and the nerve pain was
measured using pain scale. The study was performed on 11 respondents
consisting of 7 intervention groups and 4 control groups and was conducted for 4
weeks The analysis result shows that there is no effect of SDB on the average
reduction of nerve pain in p value (0.200). However, on manual measurement,
there is a reduction of nerve pain scale on the intervention group compared to
the control group. This concluded that SDB may still be applied as an
intervention care in reducing the nerve pain. It is recommended SDB can used as
nerve pain intervention to patients who have hypertension. Keywords:
hypertension, nerve pain, pain scale, nerve pain reduction, slow deep breathing
2 PENDAHULUAN Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang
sangat mendapat perhatian dari kalangan masyarakat. Hipertensi sering disebut
dalam kategori silent killer karena hal tersebut sering tidak menunjukkan adanya
gejala yang spesifik dan bisa berdampak pada pecahnya pembuluh darah di otak
jika dibiarkan tanpa diobati. Corwin (2009), menyatakan bahwa ada beberapa
tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita hipertensi bertahun-tahun,

yaitu seperti sakit kepala saat terjaga (terkadang disertai mual dan muntah
akibat peningkatan intrakranium), penglihatan kabur akibat kerusakan
hipertensif pada retina, cara berjalan mulai terganggu karena mulai adanya
kerusakan susunan saraf pusat, nokturia yang disebabkan peningkatan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan pembengkakan akibat
peningkatan tekanan kapiler. Namun tanda dan gejala yang khas dijumpai pada
penderita hipertensi adalah nyeri kepala. Nyeri kepala pada pasien hipertensi
memiliki ciri-ciri seperti nyeri kepala yang terasa berat di tengkuk namun tidak
berdenyut, sering muncul dipagi hari namun akan hilang seiring matahari terbit
(Julianti, Nurjanah & Soetrisno, 2005). Adapun komplikasi yang bisa terjadi dari
hipertensi adalah seperti stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati
(kerusakan otak), dan kejang pada wanita preklamsi. Hipertensi dengan nyeri
kepala merupakan satu hal yang berkaitan. Hal ini dikarenakan adanya faktor
yang dapat memicu naiknya tekanan darah. Namun tidak dipungkiri tidak semua
sakit kepala merupakan pengidap hipertensi. Marliani dan Tatan (2007),
menyatakan bahwa kebanyakan nyeri kepala berasal dari meningkatnya aliran
darah pada pembuluh darah di otak. Proses ini menyebabkan penyempitan
pembuluh darah yang merupakan alasan utama seseorang mengalami nyeri
kepala dan hal ini juga menyebabkan peningkatan tekanan darah atau
hipertensi. Ditinjau dari besarnya prevalansi penderita hipertensi, berdasarkan
penelitian yang sudah dilakukan di Canada, didapatkan kasus sekitar enam juta
orang dewasa dengan jelas mengidap hipertensi (23,0%) pada tahun 2007/2008,
dan sekitar 418.000 orang baru diketahui mengidap hipertensi juga ditahun
2007/2008 (Robitaille et al, 2012). Di Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (2012), menyatakan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007
bahwa sebagian masyarakat belum terdiagnosis mengidap hipertensi. Hal ini
ditunjukkan dengan 3 adanya pengukuran tekanan darah pada mereka yang
berusia diatas 18 tahun ke atas, dan prevalansi hipertensi menghasilkan ada
sekitar 31,7%, dengan 7,2% yang sudah mengetahui mengidap hipertensi. dan
sebanyak 0,4% yang mengkonsumsi obat dan 76% dengan mereka yang belum
mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi. Beberapa penelitian
mengatakan bahwa SDB memiliki efek yang sangat positif bagi penderita
hipertensi. SDB adalah suatu cara yang dilakukan dengan menarik nafas dalam
kemudian dihembuskan secara perlahan dan dilakukan secara berkala.
Sepdianto, Nurachmah, dan Gayatri (2010), telah melakukan penelitian dan
didapat bahwa latihan SDB memiliki hasil yang baik dan efektif menurunkan
tekanan darah dibanding dengan seseorang yang tidak terpapar latihan.
Keefektifan latihan SDB ini dilakukan sebanyak 6x/menit bernafas normal dan
kontrol pernafasan lambat pada penderita hipertensi. Kabupaten Tangerang
sendiri kasus hipertensi mengantongi peringkat kelima dengan hipertensi primer
sebesar 42.947 kasus di tahun 2010 (Profil Puskesmas X (2010) dalam Waluyo
(2012)). Menurut data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti, data pada bulan
Januari 2013 September 2013 didapatkan sebanyak 345 pasien dengan
hipertensi di Puskesmas Y. Sedangkan Puskesmas X terdapat 475 pasien dengan
hipertensi yang mendatangi puskesmas mulai dari bulan JanuariSeptember 2013
(Simpus Puskesmas Y dan X, 2013). Dari hasil wawancara yang telah dilakukan
oleh peneliti di Puskesmas X, lima dari empat pasien dengan Hipertensi

mengalami keluhan nyeri kepala. Menurut penelitian yang sudah dilakukan di


daerah Padang, terdapat sekitar 27,1% merasakan nyeri kepala (pusing,oyong)
dengan keluhan utama pada penderita hipertensi (Kurnia, 2009). Sehubungan
dengan hal ini, peneliti tertarik untuk meneliti keefektifan SDB ini di Puskesmas X
dan Puskesmas Y pada penderita hipertensi untuk mengukur seberapa jauh rasa
nyeri kepala yang dialami klien berkurang. METODE Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien hipertensi dengan nyeri kepala di wilayah Puskesmas X
dan Puskesmas Y dimana total dari populasi yang didapat adalah sebanyak 13
orang, namun ada 2 responden yang dianggap gugur karena tidak dapat
mengikuti intervensi secara teratur. Total sampel yang didapatkan adalah
sebanyak 11 responden, dimana kelompok intervensi berjumlah 7 responden dan
kelompok kontrol sebanyak 4 responden. Adapun 4 kriteria inklusi yang dijadikan
responden pada penelitian ini adalah responden berusia 25- sampai 65 tahun,
pasien hipertensi yang masuk menurut tingkat derajat tekanan darah JNC
(terdiagnosa hipertensi dari Puskesmas X dan Puskesmas Y) dan pasien dengan
keadaan nyeri kepala sesuai dengan skala numerik. Sedangkan kriteria eksklusi
yang dijadikan responden pada penelitian ini adalah responden tidak memiliki
penyakit lain seperti: pernapasan (asma), kejang, stroke, tumor otak. HASIL
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji-t. Tabel dibawah ini menunjukan
hasil statistik dari pengaruh SDB terhadap penurunan nyeri kepala pada
penderita hipertensi. Tabel 1. Pengaruh pelaksanaan SDB terhadap penurunan
nyeri kepala pada penderita hipertensi di wilayah Puskesmas X dan Puskesmas Y
29 Oktober- 1 Desember 2013 (N= 11). Variabel Nyeri Kepala ( pain scale) n p
Value Sebelum Sesudah Nyeri kepala Dilakukan SDB 4,14 0,00 7 Tidak dilakukan
SDB 4,25 0,50 4 0,200 Dari tabel 1 di atas, hasil analisis data menunjukkan
bahwa responden sebanyak sebelas orang dimana 7 orang diantaranya adalah
kelompok intervensi dan 4 orang lainnya adalah kelompok kontrol. Nilai p value
adalah 0,200 atau lebih dari 0.05 yang berarti hipotesa ditolak. SDB terhadap
rata-rata penurunan nyeri kepala didapatkan rata-rata nyeri kepala sebelum
adalah sebanyak 4,25 dengan standar deviasi (SD) 1,893, sedangkan nyeri
kepala sesudah adalah sebanyak 0,50 dengan standar deviasi (SD) 1,000
dengan nilai p value 0,200 (p>). PEMBAHASAN Berdasarkan hipotesa awal
ditetapkan bahwa SDB (slow deep breathing) dapat menurunkan kejadian nyeri
kepala pada penderita hipertensi. Bila dilihat dari p value 0,200, secara statistik
tidak menunjukkan pengaruh yang kuat. Hal ini bisa terjadi karena salah satu
faktor konsumsi makanan yang mengandung garam yang berlebih. Menurut
Kartikasari (2012), menyatakan bahwa garam yang dikonsumsi oleh seseorang
akan diserap didalam usus halus yang kemudian dibawa ke ginjal untuk masuk
dalam fase 5 penyaringan yang kemudian dialirkan kembali ke seluruh tubuh.
Seseorang yang tubuhnya peka terhadap natrium secara fisiologis akan
mengikat natrium sehingga terjadi retensi cairan dan terjadi peningkatan
tekanan darah yang mengakibatkan nyeri kepala. Pernyataan dari setiap
responden juga memperkuat pernyataan diatas bahwa tiap responden peneliti
menyatakan tidak pernahnya ada pantangan dalam memakan makanan apapun
terutama diet garam, hal inilah yang menyebabkan tekanan darah meningkat
dan timbulah manifestasi yang sering ditemukan yaitu nyeri kepala. Kemudian
dilihat dari segi usia juga bisa menjadi salah satu faktor yang menjadi alasan Ho

ditolak. Adapun responden dari penelitian in yang berusia diatas 35 tahun dan
terdeteksi mengalami hipertensi. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Sugiharto (2007) dalam Kartikasari (2012) yang menyatakan
bahwa usia 35 tahun ke atas lebih beresiko terkena hipertensi dibanding usia 35
tahun ke bawah. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan alamiah yang
disebabkan bertambahnya usia dimana elastisitas dari pembuluh menjadi
berkurang dan semakin lama semakin terjadi penyempitan dan menjadi kaku.
Berdasarkan pembahasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa SDB tetap dapat
digunakan sebagai intervensi keperawatan untuk menurunkan kejadian nyeri
kepala pada penderita hipertensi. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan kajian
literatur yang menyatakan SDB ini dapat menurunkan kejadian nyeri kepala
(Tarwoto, 2011). Tekanan darah yang meningkat juga mengakibatkan rasa nyeri
di kepala hal ini terjadi dikarenakan darah yang memaksa untuk mengalir ke
otak sedangkan pembuluh darah mengalami vasokonstriksi ataupun
arterosklerosis. Selanjutnya hal ini juga didiukung dari literatur menurut
Velkumary & Madanmohan (2004) dalam Tarwoto (2011) bahwa nafas dalam
lambat dapat menstimulasi respon saraf otonom melalui pengeluaran
neurotransmitter endorphin yang berefek pada penurunan respon saraf simpatif
yang bekerja untuk meningkatkan aktivitas tubuh dan peningkatan respon
parasimpatis untuk menurunkan aktivitas tubuh. Saraf-saraf ini pada SDB
berdampak pada vasodilatasi pembuluh darah oleh sehingga mempermudah
oksigen untuk dialirkan ke bagian otak yang diharapkan lebih adekuat.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang diuraikan pada bab empat dan tujuan
penelitian ini, yaitu untuk mengidentifikasi pengaruh SDB 6 terhadap penurunan
rata-rata kejadian nyeri kepala di Puskesmas X dan Puskesmas Y, dapat
disimpulkan sebagai berikut: 1) Rata-rata skala nyeri kepala sebelum dan
sesudah pada kelompok intervensi penderita hipertensi di wilayah Puskesmas X
dan Puskesmas Y adalah sebanyak 4,14 menjadi 0,00 dengan 7 responden. 2)
Rata-rata skala nyeri kepala sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol
penderita hipertensi di wilayah Puskesmas X dan Y adalah sebanyak 4,25
menjadi 0,50 dengan 4 responden. 3) Tidak adanya pengaruh SDB terhadap
penurunan nyeri kepala pada penderita hipertensi di Puskesmas X dan
Puskesmas Y dengan p value 0,200. Namun bila dilihat dari penurunan skala yeri
kepala yang terdapat pada kelompok intervensi dengan adanya hasil ini
disimpulkan bahwa SDB tetap dapat dilakukan sebagai intervensi keperawatan
untuk mengurangi nyeri kepala. SARAN Peneliti menyarankan agar intervensi
berupa SDB ini dapat disosialisasikan lebih luas lagi kepada pasien hipertensi
dan keluarga khususnya yang mengalami keluhan nyeri kepala. Hasil penelitian
ini juga dapat menjadi referensi dalam aplikasi perawatan pasien hipertensi di
komunitas/ masyarakat. 7 REFERENSI Corwin, E.J., (2009). Buku Saku
Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC Julianti, E.D., Nurjanah, N., & Soetrisno,
U.S.S. (2005). Bebas Hipertensi dengan Jus. Jakarta: Puspa Swara Kartikasari, A.
N. Faktor Resiko Hipertensi Pasa Masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten
Rembang. Universitas Diponegoro Semarang: Karya Tugas Ilmiah 2012
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Masalah Hipertensi Di
Indonesia. Jakarta: Bhakti Husada. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1909, pada tanggal 7 September

2013 Kurnia, R. Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap Di Bagian


Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang Sumatera Barat Tahun
2002-2006. Universitas Sumatera Utara: Skripsi 2007 Marliani, L., & Tantan.
(2007). 100 Question & Answer. Jakarta: Kelompok Gramedia Robitaille, C., Dai,
S., Waters, C., Loukine, L., Bancej, C., Quach, S., , Quan, H. Diagnosed
hypertension in Canada: incidence, prevalence and associatedmortality. CMAJ
2012; 184(1): E49-E56 Sepdianto, T.C., Nurachmah, E., dan Gayatri, D.,
Penurunan Tekanan Darah dan Kecemasan Melalui Latihan Slow Deep Breathing
pada Pasien Primer. Jurnal keperawatan Indonesia 2010; 14(1): 37-41 Tarwoto.
Pengaruh Latihan Slow Deep Breathing terhadap Intensitas Nyeri Kepala Akut
Pada Pasien Cedera Kepala Ringan. Universitas Indonesia: Tesis 2011 Waluyo,
S.F.A., Hubungan antara kualitas Dengan Tekanan Darah Pria Dewasa Penderita
Hipertensi Primer Di Wilayah Binong. Universitas Pelita Harapan: Skripsi 2012

Anda mungkin juga menyukai