Anda di halaman 1dari 16

LABORATORIUM FISIKA

RANCANGAN ALAT LABORATORIUM FISIKA


CONSERVING YOUR MOMENTUM

Oleh:
Bethari Uswatul Isna

(13030184044)

Angela Nindy Apsari

(13030184051)

Siti Faridah Wadlikh

(13030184057)

Defi Winarsih

(13030184076)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat peraga pembelajaran merupakan hal yang penting dalam
proses pembelajaran siswa karena berperan membawa dunia luar ke
dalam kelas. Lingkungan luar yang sulit dijangkau oleh alat indera
akan diperlihatkan dalam bentuk mini dan duplikatnya. Selain itu, jenis
media belajar ini dapat merangsang daya fikir dan nalar serta
kreativitas siswa. Pemilihan dan penggunaan alat peraga akan mampu
menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Muaranya adalah
peningkatan prestasi belajar siswa yang optimal. Alat peraga juga
membantu mengurangi pemahaman verbalisme atau kabur terhadap
materi pembelajaran yang bersifat abstrak dan sulit dipahami, seperti
pada mata pelajaran Fisika.
Misalnya alat peraga pada materi momentum mata pelajaran Fisika
yang masih jarang ditemui sekolah. Sarana yang menunjang untuk
mengetahui mengenai momentum tersebut, masih berasal dari
pengalaman siswa sendiri atau dari aplikasi virtual laboratory seperti
PhEt. Virtual laboratory yang ada, seperti penggunaan PhEt, memang
tidak membebani siswa. Namun, siswa juga perlu mengetahui
bagaimana cara mengidentifikasi momentum pada dua benda yang
bertumbukkan secara real. Oleh karena itu untuk menunjang
pengetahuan siswa, penulis melakukan pembuatan alat peraga pada
materi momentum, dalam hal ini kami akan membuat sebuah alat
peraga untuk mengidentifikasi momentum yang terjadi pada dua
benda yang bertumbukan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya,
rumusan permasalahan dalam pembuatan alat peraga mengenai
momentum ini adalah, Bagaimana mengidentifikasi momentum yang
terjadi pada dua benda yang bertumbukkan?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan alat peraga mengenai momentum ini adalah
agar para penggunanya dapat mengetahui bagaimana cara
mengidentifikasi momentum yang terjadi pada dua bola yang saling
bertumbukkan.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Usaha dan Energi
Usaha merupakan transfer energi melalui gaya sehingga benda
dapat berpindah, sedangkan energi adalah kemampuan untuk
melakukan usaha. Energi yang bekerja dalam suatu benda, berasal
dari energi yang berasal dari benda itu sendiri (energi internal) dan
juga berasal dari luar benda itu yang disebabkan karena lingkungan
sekitar benda itu berada (energi eksternal). Energi yang berasal dari
benda itu sendiri (internal) disebut juga sebagai energi potensial dan
energi yang berasal dari luar (eksternal) disebut juga sebagai energi
kinetik. Energi potensial adalah energi yang disebabkan karena
kedudukan benda tersebut di dalam sistem atau lingkungannya
sedangkan energi kinetik disebabkan karena benda diberi gaya
sehingga menyebabkan benda tersebut bergerak dan menyebabkan
benda mempunyai kecepatan tertentu.
Suatu benda yang diberi gaya akan memiliki energi yang bekerja
di dalamnya. Energi tersebut adalah energi mekanik, gabungan energi
antara energi potensial dan kinetik.
EM =Ep+ Ek
Energi potensial yang ada disebabkan oleh kedudukan benda terhadap
lingkungannya, digunakan persamaan sebagai berikut:
Ep=m g h
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa energi potensial suatu benda
ada karena medan gravitasi yang ada di dalam benda tersebut
terhadap bumi (lingkungan sekitarnya). Sedangkan untuk energi
kinetik memiliki persamaan sebagai berikut:
1
2
Ek= m v
2
Energi kinetik yang berasal dari luar atau gaya yang diberikan dari luar
kepada benda yang dikenainya akan menimbulkan adanya kecepatan
pada benda tersebut.
Perubahan antara energi potensial gravitasi dan kinetik benda
dapat menimbulkan terjadinya kekelan energi mekanik. Hukum
kekelan energi mekanik ini dapat dituliskan dengan persamaan
sebagai berikut:
W = Ek
W =Ek 2 Ek 1
W = Ep

W =( Ep2Ep1)
W =Ep 1Ep2
Tanda minus pada perubahan energi potensial gravitasi menunjukkan
bahwa benda bergerak ke sumbu negatif dalam koordinat kartesian
(bergerak ke bawah).
W =W
Ek 2Ek 1=Ep1Ep2
Ep1+ Ek1 =Ep2+ Ek 2
1
1
mg h1+ mv 12=mgh2 + m v 22
2
2

(2.1)

Persamaan (2.1) menunjukkan bahwa hukum kekelan energi mekanik


yang disebabkan karena perubahan energi potensial gravitasi dan
kinetik tidak mengubah menjadi energi benda yang dikenai gaya
menjadi energi bentuk lain. Ini lah yang menyebabkan bahwa gaya
gravitasi yang disebabkan karena medan gravitasi bumi terhadap
benda merupakan salah satu gaya konservatif.
B. Momentum
Momentum sebuah benda didefinisikan sebagai hasil kali massa
benda dengan kecepatannya. Berdasarkan definisi tersebut
momentum termasuk besaran vektor. Hal ini berarti momentum
memiliki besar dan arah. Benda-benda yang massanya besar dan
bergerak, memiliki momentum yang besar. Sebagai contoh, kapal laut
berkecepatan rendah, tetapi memiliki massa yang sangat besar, maka
kapal laut tersebut memiliki momentum yang besar. Secara
matematis, persamaan momentum sebuah benda dapat dituliskan
p=mv
(2.2)
dengan

= massa benda (kg)

= kecepatan benda (m/s)

= momentum benda (kg m/s)

(Kamajaya, 2008:134)
Ketika ada dua benda yang saling bertumbukkan, maka kedua
benda tersebut akan memiliki momentum dan impuls. Momentum
yang dimiliki oleh kedua benda tersebut akan mengalami perubahan
seiring berjalannya waktu. Impuls dan perubahan momentum ini
memiliki hubungan yang saling berkait. Konsep yang terkait untuk
kedua hal tersebut sebagai konsep yang muncul dari penerapan
Hukum II Newton, yaitu

F=ma

(2.3)

Sebuah gaya tetap F yang bekerja pada sebuah benda bermassa m


v1
selama t sehingga kecepatan benda dapat berubah dari
menjadi

v2

. Perubahan kecepatan tersebut memberikan percepatan

rata-rata sebesar.
a =

v 2v1
t

(2.4)

Sehingga persamaan (2.3) menjadi


v v
F=m( 2 1 )
t
F t=m v 2m v1

(2.5)

Persamaan (2.5) menunjukkan bahwa impuls merupakan perkalian


antara gaya pada dua buah benda dengan selang waktu yang terjadi
karena gaya tersebut. Impuls tersebut sama dengan perubahan
momentum yang terjadi pada kedua benda yang disebabkan oleh
gaya tersebut. Dapat dikatakan bahwa impuls merupakan perubahan
momentum, dituliskan sebagai berikut
I = p
F t= p
F=

p
t

(2.6)
(2.7)

Persamaan (2.7) menunjukkan bahwa gaya merupakan perubahan


momentum yang terjadi pada benda yang saling bertumbukkan dalam
satuan waktu.
Gaya yang bekerja pada benda dapat menyebabkan adanya
energi mekanik terlebih adanya hukum kekelan energi mekanik.
Momentum yang disebabkan karena gaya yang bekerja pada benda
yang dikenainya juga memiliki hukum kekelan momentum. Persamaan
yang menunjukkan adanya hukum kekelan momentum ditunjukkan
pada persamaan (2.6).
C. Gerak Jatuh Bebas
Gerak jatuh bebas adalah gerak yang dijatuhkan tanpa
kecepatan awal. Jika gaya hambatan udara diabaikan, maka gaya yang
bekerja pada benda tersebut hanyalah gaya gravitasi (gaya berat
benda). Benda tersebut akan mengalami gerak jatuh bebas dengan
percepatan ke bawah sama dengan percepatan gravitasi. Gerak jatuh
bebas adalah gerak jatuh yang hanya dipengaruhi oleh gaya tarik
bumi dan bebas dari hambatan gaya-gaya lain. Gerak jatuh bebas

V0

termasuk GLBB dipercepat dengan kecepatan awal

= nol dan

percepatan sebesar percepatan gravitasi ( g ).


Aplikasi nyata dari gerak lurus berubah beraturan dengan
percepatan a positif (gerak lurus dipercepat dengan percepatan a
tetap) ini adalah suatu benda yang dijatuhkan dari ketinggian h meter
dengan kecepatan awal nol atau tanpa kecepatan awal. Percepatan
yang dialami oleh benda tersebut adalah percepatan gravitasi bumi
g (m/s2). Lintasan gerak benda ini berupa garis lurus. Gerak benda
semacam ini yang disebut gerak jatuh bebas.
Gerak jatuh bebas didefinisikan sebagai gerak suatu benda yang
dijatuhkan dari ketinggian tertentu di atas tanah tanpa kecepatan awal
dan dalam geraknya hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
h
Suatu benda dilepaskan dari ketinggian
meter di atas
permukaan tanah tanpa kecepatan awal. Kecepatan pada saat
dapat dihitung dari persamaan berikut:
V t =V 0+at
Karena

V0

(2.8)
a

= 0 dan percepatan gravitasi

kecepatan benda pada saat


V t =0+

g , maka

adalah :
V t =

(2.9)

Ketika benda dikenai suatu gaya dan kemudian bergerak, maka


benda tersebut dapat berubah posisi, benda yang mengalami gerak
jatuh bebas yang juga merupakan salah satu dari gerak lurus berubah
beraturan, maka jarak yang akan ditempuh benda memiliki persamaan
berikut:
2 1
2
S t =V 0 + a t
(2.10)
2
Karena pada kasus gerak jatuh bebas
ketinggian benda saat jatuh dan

V0

= 0 serta

St

sama dengan
a

g , maka

persamaan tersebut menjadi:


1
h=0+ g t 2
2
1
h= g t 2
2

(2.11)

Untuk waktu yang dibutuhkan agar benda sampai ke tanah,


maka persamaan (2.11) menjadi:
2h
t2 =
g
t=

2h
g

Kecepatan benda pada saat

(2.12)
t

dapat diperoleh dengan

memasukkan persamaan (2.12) dari persamaan (2.9), sebagai berikut:


2h
V t =g
g

V t = g 2
V t=

2h
g

2 h g2
g
V t = 2 gh

dengan:
V t = kecepatan pada waktu

(2.13)

(m/s),

= percepatan gravitasi bumi (m/s2),

= ketinggian benda (m).

Contoh dari gerak jatuh bebas adalah sebuah apel yang jatuh
dari ketinggian pohon. Apel yang jatuh tentu tanpa kecepatan awal. Ia
jatuh semata-mata karena pengaruh dari gaya gravitasi bumi yang
bekerja padanya.
Pada salah satu persamaan gerak lurus, yaitu jarak yang
ditempuh benda adalah sama dengan hasil kali antara kecepatan dan
waktu yang dialami benda tersebut ( x=vt ) . Persamaan ini
menunjukkan bahwa jika dua buah benda yang memiliki massa yang
V0
berbeda dijatuhkan secara bebas (tanpa kecepatan awal /
= 0)
dari suatu ketinggian yang sama, maka kecepatan kedua benda ketika
tiba di tanah adalah sama. Jika kecepatan kedua benda sama, maka
waktu yang dibutuhkan oleh kedua benda itu untuk tiba di tanah
adalah sama. Waktu yang diperlukan untuk mencapai tanah dari
benda yang jatuh bebas tidak dipengaruhi oleh massa benda itu. Jika
kita melihat kenyataan bahwa ketika sehelai kertas dan sebuah batu
dijatuhkan pada ketinggian yang sama dan ternyata batu terlebih
dahulu mencapai tanah daripada kertas, itu hanyalah diakibatkan
karena pada kertas bekerja gaya gesekan udara yang lebih besar.

Gaya gesekan yang bekerja pada kertas bisa diperkecil dengan cara
menggulung kertas tersebut sebesar batu, sehingga gaya gesekannya
kira-kira sama dengan yang dialami oleh batu.
Pada masa lampau, hakekat gerak benda jatuh merupakan
bahan pembahasan yang sangat menarik dalam ilmu filsafat alam.
Aristoteles, pernah mengatakan bahwa benda yang beratnya lebih
besar jatuh lebih cepat dibandingkan benda yang lebih ringan.
Pendapat aristoteles ini mempengaruhi pandangan orang-orang yang
hidup sebelum masa Galileo, yang menganggap bahwa benda yang
lebih berat jatuh lebih cepat dari benda yang lebih ringan yang berarti
laju jatuhnya benda sebanding dengan berat benda tersebut. Mungkin
sebelum mempelajari pokok bahasan ini, kita juga berpikiran
demikian.
Misalnya kita menjatuhkan selembar kertas dan sebuah batu dari
ketinggian yang sama. Hasil yang kita amati menunjukkan bahwa batu
lebih dahulu menyentuh permukaan tanah/lantai dibandingkan kertas.
Sekarang, coba kita jatuhkan dua buah batu dari ketinggian yang
sama, di mana batu yang satu lebih besar dari yang lain. ternyata
kedua batu tersebut menyentuh permukaan tanah hampir pada saat
yang bersamaan, jika dibandingkan dengan batu dan kertas yang kita
jatuhkan tadi. Kita juga dapat melakukan percobaan dengan
menjatuhkan batu dan kertas yang berbentuk gumpalan.
Apa yang berpengaruh terhadap gerak jatuh bebas pada batu
atau kertas? Gaya gesekan udara. Hambatan atau gesekan udara
sangat mempengaruhi gerak jatuh bebas. Galileo mendalilkan bahwa
semua benda akan jatuh dengan percepatan yang sama apabila tidak
ada udara atau hambatan lainnya. Galileo menegaskan bahwa semua
benda, berat atau ringan, jatuh dengan percepatan yang sama, paling
tidak jika tidak ada udara. Galileo yakin bahwa udara berperan sebagai
hambatan untuk benda-benda yang sangat ringan yang memiliki
permukaan yang luas. Tetapi pada banyak keadaan biasa, hambatan
udara ini bisa diabaikan. Pada suatu ruang di mana udara telah diisap,
benda ringan seperti selembar kertas yang dipegang horisontal pun
akan jatuh dengan percepatan yang sama seperti benda yang lain. Ia
menunjukkan bahwa untuk sebuah benda yang jatuh dari keadaan
diam, jarak yang ditempuh akan sebanding dengan kuadrat waktu.
Walaupun demikian, Galileo adalah orang pertama yang menurunkan
hubungan matematis sehingga diperoleh hasil yang sedemikian.
Sumbangan Galileo yang khusus terhadap pemahaman kita mengenai
gerak benda jatuh, dapat dirangkum sebagai berikut : Pada suatu
lokasi tertentu di Bumi dan dengan tidak adanya hambatan udara,
semua benda jatuh dengan percepatan konstan yang sama.

BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1.
2.
3.
4.

Karton
Pipa paralon
Bola kelereng
Pasir
5.

6.
7. Gergaji
8. Cutter
9. Lem kayu
10.
Penggaris

B. Gambar Rancangan Alat


11.

Pipa paralon

C. Prosedur Pembuatan Alat


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Memotong karton sesuai kerangka yang dibutuhkan
3. Memotong pipa paralon sesuai rancangan alat
4. Membengkokkan pipa paralon hingga kemiringan tertentu
5. Merangkai alat dan bahan sesuai gambar rancangan alat
6. Mengisi kotak bagian bawah dengan pasir
7. Melakukan tes percobaan
12.
D. Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan percobaan
2. Mengukur massa kelereng
3. Mengukur ketinggian ujung pipa paralon dengan permukaan pasir
sebagai y
4. Meletakkan kelereng pada ujung paralon (kelereng 2)
5. Meletakkan kelereng yang lain pada ketinggian yan1g diinginkan
(kelereng 1)
6. Melepaskan kelereng 1
x1
7. Mengukur jarak
antara ujung pipa paralon sampai tempat
kelereng 1 mendarat dan jarak

x2

antara ujung pipa paralon

sampai tempat kelereng 2 mendarat


8. Mencatat data pada tabel
9. Mengulangi langkah 3 sampai 5 dengan mengubah ketinggian
kelereng 1

13.
E. Teknik Analisis Data
1. Menghitung waktu yang diperlukan kelereng saat jatuh ke pasir
dengan menggunakan persamaan gerak jatuh bebas.
1
h= g t 2
14.
2
2. Menghitung kecepatan jatuh kelereng dengan menggunakan
pesamaan gerak lurus beraturan dengan mengabaikan gesekan
udara.
x=v x t
15.
3. Mengitung momentum kelereng.
4. Menghitung kecepatan kelereng 1 ketika menumbuk kelereng 2
dengan menggunakan persamaan kekekalan energi.
E M 1=E M 2
16.
17.

E p 1 + Ek 1=E p 2+ E k 2

18.

1
1
mg h1+ mv 12=mgh2 + m v 22
2
2

19.

1
mg h1+ 0=0+ m v 22
2

20.

1
mg h1= m v 22
2

5. Menghitung momentum kelereng 1 ketika menumbuk kelereng 2.


6. Membandingkan momentum kelereng 1 sebelum tumbukan dan
kedua kelereng setelah tumbukan dengan menggunakan hukum
kekekalan momentum.
'
'
m1 v 1+ m2 v 2=m1 v 1 +m2 v 2
21.
22.

Di mana
m2

m1

dan

m2

adalah massa kelereng dan

m1

, maka:

23.

v 1 + v 2=v '1 +v '2

24.

v 1 +0=v '1 + v'2

25.

v 1=v '1+v 2 '

7. Menghitung prosentase perbedaan kecepatan kelereng sebelum


tumbukan dan setelah tumbukan.
v 1v '
=
100
26.
v1
27.

28. BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

29.
30.
A. Data Hasil Percobaan

36.
v1

31.
P

32.
33.
34.
35.
h1 (cm)
h2 (cm)
x 1(cm) x 2( cm) 37.
(cm /s )

42.
1

43.
2

50.
2

51.
4

58.
3

59.
6

66.
4

67.
8

69.
5

75.
1

77.
5

74.
5

45.
4
53.
5
44.
2

82.

83.
P

90.
1
95.
2
100.
3
105.
4

61.
5

38.

40.

'

v 2'

v1

39.
(cm/s )

41.
(cm/s )

46.
9

47.
6

48.
1

49.
3

54.
1

55.
8

56.
2

57.
5

62.
1

63.
1

64.
2

65.
8

70.
2

71.
1

72.
2

73.
8

78.
2

79.
1

80.
2

81.
9

Tabel 4.1.1. Hasil Percobaan


84.
v1

86.

85.
(cm/s )

87.
(cm/s )

91.
6

92.
58

93.
4.

94.
6

96.
8

97.
79

98.
9.

99.
1

101.
1

102.
10

103.
4.

104.
3

106.
1

107.
10

108.
19

109.
1

'

88.
v

89.
%

110.
5

111.
1

112.
12

113.
19

114.
1

115. Tabel 4.1.2.


116. Persentase Perbedaan Kecepatan Sebelum dan Sesudah
Bertumbukan
117.
B. Analisis Data
118.
Percobaan kekekalan momentum dilakukan dengan
meletakkan kelereng 2 di dasar pipa paralon dan kelereng 1 di bagian
atas pipa paralon. Kelereng 1 kemudian diluncurkan tanpa kecepatan
awal sehingga menumbuk kelereng 2 dan jatuh pada jarak tertentu di
pasir. Kemudian kecepatan kelereng 1 ketika menumbuk kelereng 2
dihitung dengan menggunakan persamaan kekekalan energi.
Kecepatan kelereng 1 dan 2 setelah tumbukan juga dihitung dengan
menggunakan persamaan gerak jatuh bebas dan gerak lurus
beraturan.
119.
Tabel 4.1.1 merupakan tabel hasil percobaan yang telah
dilakukan untuk ketinggian kelereng 1 yang berbeda-beda mulai dari 2
cm 10 cm. berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa
semakin tinggi posisi kelereng 1 sebelum dijatuhkan, semakin besar
kecepatan kelereng 1 saat tumbukan. Selain itu, dapat diketahui pula
bahwa semakin besar kecepatan kelereng 1 saat tumbukan, semakin
besar pula kecepatan kelereng 2 yang ditandai dengan semakin
jauhnya jarak kelereng 2 mendarat.
120.
Kemudian, untuk menganalisis kekekalan momentum
kelereng 1 dan 2 sebelum dan setelah tumbukan, dilakukan
perhitungan dengan menggunakan persamaan kekekalan momentum
sebagai berikut:
m1 v 1+ m2 v 2=m1 v '1 +m2 v '2
121.
122.

Di mana m1 dan m2 adalah massa kelereng dan

m1

m2

maka:
'

124.
atau
125.

'

v 1 + v 2=v 1 +v 2

123.

Dengan kelereng dua dalam keadaan diam sebelum tumbukan


v2

=0, sehingga:
'

v 1=v 1+v 2 '

126.
Setelah dilakukan perhitungan perbedaan kecepatan
kelereng 1 dan 2 sebelum dan setelah tumbukan, didapatkan hasil
seperti pada tabel 4.1.2. berdasarkan tabel 4.1.2 dapat diketahui
bahwa perbedaan keecepatan kelereng sebalum dan setelah

tumbukan tidak terlalu signifikan, yakni antara 3,92% hingga 15,18%.


Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor yang sebenarnya dapat
mempengaruhu kecepatan kelereng namun diabaikan, seperti adanya
gesekan antara kelereng dan permukaan pipa paralon dan gesekan
udara.
127.
Meskipun terdapat perbedaan perhitungan kecepatan
kelereng sebelum dan setelah tumbukan, namun perbedaan tersebut
tidak terlalu signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa alat
percobaan Conserving Your Momentum layak untuk digunakan dalam
eksperimen untuk materi Momentum.
128.

129. BAB V
130. PENUTUP
131.
A. Kesimpulan
1. Semakin tinggi posisi kelereng 1 sebelum dijatuhkan, semakin
besar kecepatan kelereng 1 saat tumbukan. Semakin besar
kecepatan kelereng 1 saat tumbukan, semakin besar pula
kecepatan kelereng 2 yang ditandai dengan semakin jauhnya jarak
kelereng 2 mendarat.
2. Perbedaan kecepatan kelereng sebelum dan setelah tumbukan
tidak terlalu signifikan, yakni antara 3,92% hingga 15,18%. Hal ini
disebabkan adanya faktor-faktor yang sebenarnya dapat
mempengaruhi kecepatan kelereng namun diabaikan, seperti
adanya gesekan antara kelereng dan permukaan pipa paralon dan
gesekan udara.
3. Alat percobaan Conserving Your Momentum layak untuk digunakan
dalam eksperimen untuk materi Momentum.
132.
B. Saran
133.
Bagi peneliti selanjutnya
1. Diharapkan dapat mengurangi perbedaan nilai kecepatan kelereng
sebelum dan setelah tumbukan dengan meminimalisir gesekan
kelereng dengan bidang miring.
2. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan alat
Conserving Your Momentum dengan menggunakan sensor agar
lebih akurat dalam menentukan waktu jatuh kelereng.
134.

135. DAFTAR PUSTAKA


136. Kanginan, Marthen. 2014. Fisika untuk SMA/MA Kelas XI Jilid 2.
Jakarta:Erlangga
137. Rabinson, Paul. Laboratory Manual Teachers Edition Prentice
Hall Conceptual Physics (p. 91-94). California: Pearson
138.

Anda mungkin juga menyukai