Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam sebuah Hadist, Nabi telah menjelaskan tentang perpecahan
yang akan terjadi pada umat islam menjadi 73 golongan. Oleh karenanya,
tidak mengherankan apabila benih-benih perpecahan dalam islam sudah
mulai muncul oleh umat terdahulu, atau lebih tepatnya muncul sebelum
wafatnya Nabi Muhammad SAW. Maka sebagaimana dijumpai dalam
sejarah,

perpecahan dalam umat islam sebagian besar dikarenakan

adanya perbedaan pendapat dikalangan ulama-ulama dalam memahami


ayat-ayat Al-Quran.
Ada ayat-ayat yang menunjukkan bahwa manusia bertanggung
jawab atas perbuatannya sendiri dan ada pula ayat yang menunjukkan
bahwa segala yang terjadi itu ditentukan oleh Allah, bukan kewenangan
manusia. Dari perbedaan pendapat inilah lahir aliran Jabariyah dan
Qodariyah. Aliran Qodariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai
kebebasan

dan

kekuatan

sendiri

untuk

mewujudkan

perbuatan-

perbuatannya. Dengan kata lain manusia mampunyai qudrah (kekuatan


atas perbuatannya). Sedangkan Jabariyah berpendapat bahwa manusia
tidak

mempunyai

kebebasan

dan

kehendak

dalam

menentukan

perbuatannya. Kalaupun ada kehendak dan kebebasan

yang dimiliki

manusia, kehendak dan kebebasan tersebut tidak memiliki pengaruh


apapun, karena yang menentukannya adalah kehendak Allah semata.
Kedua aliran ini masing-masing memiliki dalil landasan sendiri atas
paham yang mereka anut.Dalam sejarah teologi islam, paham Qodariyah
selanjutnya di anut oleh kaum Mutazilah, sedangkan paham Jabariyah
sedikit banyak terdapat dalam aliran Asyariah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya aliran Jabariyah dan Qodariyah?
2. Dalil apakah yang digunakan sebagai landasan oleh aliran Jabariyah dan
Qodariyah?
3. Bagaimanakah perbandingan antara aliran Jabariyah dan Qodariyah?

Pemikiran Jabariyah dan Qodariyah dalam Islam

Page

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui latar

belakang

berdirinya

aliran

Jabariyah

dan

Qodariyah
2. Untuk mengetahui landasan dalil yang digunakan oleh aliran Jabariyah
dan Qodariyah
3. Agar dapat mengetahui dan memahami perbedaan antara aliran Jabariyah
dan Qodariyah
D. PEMBATASAN MASALAH
Makalah ini kami batasi hanya pada pembahasan aliran Jabariyah
dan Qodariyah dalam Islam saja.

Pemikiran Jabariyah dan Qodariyah dalam Islam

Page

BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH BERDIRINYA ALIRAN JABARIYAH DAN QODARIYAH
1. Latar Belakang Berdirinya Jabariyah
Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa. Di
dalam Al-Munjid,

dijelaskan

kata jabara yang

mengandung

melakukan sesuatu1.
Apabila
dikatakan,

bahwa

nama jabariyah berasal

arti memaksa

Allah

mempunyai

dan

dari

mengharuskan

sifat Al-Jabbar (dalam

bentuk mubalaghah), itu artinya Allah Maha Memaksa. Ungkapan al-insan


majbur (bentuk isim maful) mempunyai arti bahwa manusia dipaksa atau
terpaksa. Selanjutnya, kata jabara (bentuk

pertama),

setelah ditarik

menjadi Jabariyah (dengan menambahinya nisbah), memiliki arti suatu


kelompok atau aliran (isme).
Lebih lanjut Asy-Syahratsan
jabar berarti

menghilangkan

menegaskan

perbuatan

manusia

bahwa

paham al-

dalam

arti

yang

sesungguhnya dan menyadarkannya kepada Allah 2. Dengan kata lain,


manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam
bahasa

Inggris, Jabariyah disebut fatalism atau predestination,

yaitu

paham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan


dari semula oleh qadha dan qadar Tuhan3.
Faham al-jabar pertama kali diperkenalkan oleh Jad bin Dirham
kemudian disebarkan oleh Jahm bin Shafwan dari Khurasan. Dalam
sejarah teologi Islam, Jahm tercatat sebagai tokoh yang mendirikan aliran
Jahmiyah dalam kalangan Murjiah. Ia adalah sekretaris Suraih bin Al-Haris
dan selalu menemaniya dalam gerakan melawan kekuasaan Bani
Umayah4.

Namun,

dalam

perkembangannya,

Pemikiran Jabariyah dan Qodariyah dalam Islam

faham al-jabar juga


Page

dikembagkan oleh tokoh lainnya diantaranya Al-Husain bin Muhammad


An-Najjar dan Jad Dirrar.
Perlu diketahui,

sebenarnya faham al-jabar sudah muncul jauh

sebelum kedua tokoh diatas. Benih-benih faham itu terlihat dalam


peristiwa sejarah berikut ini:
a. Suatu ketika nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam
masalah takdir tuhan. Nabi melarang mereka untuk mendebatkan
persoalan tersebut, agar terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang
ayat-ayat tuhan mengenai takdir5.
b. Khalifah Umar bin Khattab pernah menangkap seseorang yang ketahuan
mencuri. Ketika diinterogasi, pencuri itu berkata tuhan telah menentukan
aku

mencuri

mendengar

ucapan

itu,

Umar

marah

sekali

dan

menganggap orang itu telah berdusta kepada tuhan. Oleh karena itu,
Umar memberikan dua jenis hukuman kepada pencuri itu. Pertama,
hukuman potong tangan. Kedua, hukuman dera karena menggunakan
dalil takdir tuhan6.
c. Pada pemerintahan daulah bani Umayyah, pandangan tentang al-jabar
semakin tampak ke permukaan. Abdullah bin Abbas, melalui suratnya
memberikan reaksi keras kepada penduduk syiria yang diduga berfaham
jabariyah7.
d. Ketika Khalifah Ali bin Abu Thalib ditanya tentang qadar Tuhan dalam
kaitannya dengan siksa dan pahala. Orang tua itu bertanya,"apabila
perjalanan (menuju perang siffin) itu terjadi dengan qadha dan qadar
Tuhan,

tidak

ada

pahala

sebagai

balasannya.

Kemudian

Ali

menjelaskannya bahwa Qadha dan Qadha Tuhan bukanlah sebuah


paksaan. Pahala dan siksa akan didapat berdasarkan atas amal perbuatan
manusia. Kalau itu sebuah paksaan, maka tidak ada pahala dan siksa,
gugur pula janji dan ancaman Allah, dan tidak pujian bagi orang yang baik
dan tidak ada celaan bagi orang berbuat dosa8.
Di samping adanya bibit pengaruh faham

jabar

yang

telah

muncul dari pemahaman terhadap ajaran Islam itu sendiri. Ada sebuah
pandangan mengatakan bahwa aliran al-jabar muncul karena adanya
pengaruh dari dari pemikriran asing, yaitu pengaruh agama Yahudi
bermazhab Qurra dan agama Kristen bermazhab Yacobit9.
Pemikiran Jabariyah dan Qodariyah dalam Islam

Page

Dengan demikian, latar belakang lahirnya aliran Jabariyah dapat


dibedakan kedalam dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari pemahaman
ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah, yang di
tafsirkan mengarah kepada Jabariyah. Selain dari itu, juga karena adanya
doktrin pengaruh dari luar Islam yang ikut membentuk karakter pemikiran
dalam melahirkan aliran ini.
2. Latar Belakang Berdirinya Qodariyah
Aliran Qadariyah berakar pada kata qadara yang dapat berarti
memutuskan dan memiliki kekuatan atau kemampuan10. Dalam ilmu
kalam, Qodariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang
memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia
dalam menghasilkan perbuatannya, bukan berasal dari pengertian bahwa
manusia terpaksa tunduk kepada qadha atau qadhar tuhan.
Aliran Qadariyah pertama kali dilontarkan oleh Mabad al-Juhani 11,
disebarluaskan oleh Ghailan al-Dimasyqi. Mabad adalah seorang tabai
yang dapat dipercaya dan pernah berguru pada Hasan Al-Basri 12. Adapun
Ghailan adalah seorang orator berasal dari Damaskus dan ayahnya
menjadi maula Usman bin Affan13.
Menurut Mabad dan Ghailan manusia berkuasa atas perbuatanperbuatannya, manusia yang berkehendak

dan kemudian melakukan

tindakan dengan kekuasaannya tanpa campur tanggan tuhan.


Pernyataan

bahwa

manusia

mempunyai

qudrah

lebih

lanjut

dijelaskan oleh Ali Musthofa al-Ghurabi bahwa sesungguhnya Allah telah


menciptakan manusia, dan dijadikan bagi manusia itu kekuatan

agar

dapat melaksanakan apa yang dibebankan oleh Allah kepada manusia.


Karena jika Allah memberikan beban kepada manusia , namun ia tidak
memberikan kekuatan kepada manusia, maka beban itu adalah suatu
kesia-siaan, sedangkan kesia-siaan adalah hal yang mustahil bagi Allah.

Pemikiran Jabariyah dan Qodariyah dalam Islam

Page

B. LANDASAN DALIL YANG DIGUNAKAN OLEH ALIRAN JABARIYAH DAN


QODARIYAH
1. Landasan Dalil yang di Gunakan oleh Aliran Jabariyah
Dalam menerapkan paham Jabariyah, para penganut paham ini
berpegang pada beberapa ayat al-Quran, diantaranya:
a. Surat as-Saffat ayat 96,yang berbunyi:

Artinya:

dan Allah lah yang menciptakan kamu semua dan apa

yang kamu perbuat itu.


b. Surat al-Anam ayat 111

Artinya: kalau sekiranya kami turunkan malaikat kepada mereka, dan


orang orang yang telah mati berbicara kepada mereka dan kami

kumpulkan segala sesuatu kehadapan mereka , niscaya mereka tidak


akan juga beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan
mereka tidak mengetahui.
c. Surat al-Anfal ayat 17

Artinya: maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka,


melainkan Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang
melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar. (Allah
berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi
kemenangan kepada orang-orang mumin, dengan kemenangan yang
baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
d. Surat al-Insan ayat 30

Artinya: tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila
dikehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.
2. Landasan Dalil yang di Gunakan oleh Aliran Qodariyah

Pemikiran Jabariyah dan Qodariyah dalam Islam

Page

Adapun para penganut aliran Qodariyah berpegang pada dalil dalil


berikut:
a. Surat ar-Rad ayat 11










Artinya: sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum
sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.
b. Surat Fushshilat ayat 40

Artinya: lakukanlah apa yang kamu kehendaki! Sesungguhnya Dia Maha


Melihat apa yang kamu perbuat.
c. Surat al-Kahfi ayat 29

Artinya: dan katakanlah (Muhammad), kebenaran itu datangnya dari


Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah ia beriman,
dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah ia kafir.
d. Surat Ali Imran ayat 165

Artinya: dan mengapa kamu (heran) ketika ditimpa musibah (kekalahan

pada Perang Uhud), padahal kamu telah menimpakan musibah dua kali
lipat (kepada musuh-musuhmu pada Perang Badar) kamu berkata
darimana datangnya (kekalahan) ini? katakanlah, itu dari (kesalahan)
dirimu sendiri. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
C. BAGAIMANAKAH PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN JABARIYAH
DAN QODARIYAH
Jika dilihat dari konteks pemikirannya, kedua aliran/paham ini
memiliki pandangan yang saling bertolak belakang.
Qadariyah
dan
Jabariyah
sama-sama

merupakan

aliran

kepercayaan/madzab teologi dalam islam yang lahir melalui beberapa


sebab dan dalil yang digunakan dalam menentukan sikap serta ijtihad
yang tentunya sangat berbeda dari keduanya.
Aliran Jabariyah berpendapat bahwa segala perbuatan manusia
telah ditentukan oleh qadha dan qadar Tuhan. Segala perbuatan manusia
Pemikiran Jabariyah dan Qodariyah dalam Islam

Page

bukan merupakan perbuatan yang timbul dari kemauannya sendiri, tetapi


perbuatan yang dipaksakan atas dirinya. Sedangkan aliran Qadariyah
yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak sepenuhnya dikuasai
oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta
bagi

segala

perbuatannya,

meninggalkannya

atas

Ia

dapat

kehendaknya

berbuat

sendiri.

sesuatu

Manusia

atau

mempunyai

kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya


sendiri, baik berbuat buruk maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia
berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga
berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya.

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Sekalipun

sama-sama

berlandaskan

dalil

yang

nyata

al-

Quran),aliran Jabariyah dan Qodariyah memiliki pemahaman yang sangat


bertolak belakang. dimana aliran Jabariyah tampak bersikap sangat
pasrah terhadap ketentuan yang telah digariskan Sang Pencipta Alam.
sedangkan disisi lain, aliran Qodariyah memegang teguh prinsip bahwa
manusia pun berhak menentukan garis hidupnya.
Hal ini memperlihatkan betapa terbukanya kemungkinan terjadinya
perbedaan pendapat dalam Islam. Namun pendapat mana yang lebih
baik, tidaklah bisa dinilai saat ini. Penilaian yang sesungguhnya akan
diberikan oleh Tuhan di akhirat nanti.
2. SARAN

Pemikiran Jabariyah dan Qodariyah dalam Islam

Page

Apabila di ibaratkan mengunakan jari-jari manusia tentu antara satu


dengan yang lain haruslah saling membantu dan melengkapi tanpa
membesar-besarkan perbedaan atau bahkan menumbuhkan permusuhan.
Kewajiban kita sebagai manusia dimuka bumi ini dalam menyikapi
perbedaan pendapat tersebut ialah dengan memahami keduanya serta
tidak menyalahkan pihak manapun dalam kata lain kita menanggapinya
dengan sikap toleransi antara satu dengan yang lain. Mempertahankan
ukhwah islamiyah tentunya akan lebih baik dan bermanfaat bagi keutuhan
dan kerukunan umat islam pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Luwis Maluf,Al-Munjid fi Al-lughah wa Al-Alam. Beirut, Dar Al-Masyriq,
1998.hlm. 78.
[2] Asy-Syahratnasy Al-Milal wa An-Nihal, Darul Fikr, Bairut, hlm. 85.
[3] Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa
Perbandingan , UI. Press, cet. V. Jakarta, 1986, hlm. 31
[4] Ibid., hlm. 33.
[5] Aziz Dahlan, Sejarah Perkembangan Pemikiran dalam Islam.
Beuneuubi Cipta. Jakarta, 1987, hlm. 27-29.
[6] Ali Musthafa Al-Ghurabi, Tarikh Al-Firaq Al-Islamiyah, kairo, 1958, hlm.
15.
[7] Ibid., hlm. 28.
[8] Huwaidhy, Dirasat fi ilmi Al-Kalam wa Al-falsafah Al-Islamiyah, Dar AtsTsaqafah, Kairo, 1980, hlm. 98.

Pemikiran Jabariyah dan Qodariyah dalam Islam

Page

[9] Luwis Maluf Al-YusuI, Al-Munjid, Al-Khatahulikiyah, Bairut, 1945, hlm.


436; lihat juga Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic,
Wlesbanden, 1971, hlm. 745.
[10] Ahmad Amin, op. cit., hlm. 284
[11] Ibid.
[12] Ibid.
[13] Mahdum Kholid Al-Asror, Polaritas Sekterian Rekonstruksi Doktrin
Pinggiran, Team Kajian Ilmiyah PP.Lirboyo 2007.Kediri.2007, hlm 11

Pemikiran Jabariyah dan Qodariyah dalam Islam

Page

Anda mungkin juga menyukai