Anda di halaman 1dari 3

PINJAMI AKU SERIBU KEPING EMAS

Bolehkah aku membenci adatmu? Atau bolehkah kau izinkan aku membenci adatmu?
Apa aku bisa memilih aku ingin dilahirkan dengan suku apa? Apa aku bisa memilih di tempat
mana aku bisa dilahirkan? Apa yang salah dengan sukuku? Tak ada yang salah rasanya,
menurutku kaupun sama denganku, kita berbicara dengan bahasa yang sama, selera makan kita
pun sama, bahkan kita memiliki kebiasaan yang sama, lalu apa yang salah dengan semuanya?.
Ya, ini seperti kisah yang sangat melegenda karya Buya Hamka seorang penulis hebat yang lahir
dari tanah kelahiranmu, yang menuliskan kisah yang kemudian diangkat menjadi film yang kita
tonton berdua saat itu dengan saling berpegangan tangan. Aku berharap dapat belajar tentang
bagaimana dirimu film itu, tapi aku tak pernah membayangkan aku akan menjadi seperti tokoh
utama yang terbuang dan harus menyerah karena adat. Kini kau biarkan aku menjadi kerikil
tajam dalam kisah ini, yang seharusnya sekarang menjadi peringatan 25 bulan kita, diakhir tahun
2014.
Saat itu harusnya aku sudah menyerah saat pertama kita, kau putuskan aku didepan orang
tuaku tanpa aku dengar dulu penjelasanmu. Kau hanya berlalu dengan mengatakan maaf, tapi
saat itu ada harapan yang aku lihat saat kau menangis meninggalkanku. Aku rasa ada
kebohongan yang kau katakan kepadaku yang membuat aku berani untuk memintamu kembali
dan kaupun mengiyakan. Setahun kita lewati semuanya dengan indah, dengan cepat, meskipun
banyak hal yang membuat kau marah padaku, dan aku mulai merasa kaulah yang terbaik yang
akan mendampingi hari-hariku kelak.
Sungguh kau adalah orang yang sangat menyayangiku, hingga aku terlalu berharap
banyak hal kepadamu. Kita mulai menceritakan seperti apa masa depan kita, kita mulai
menceritakan seperti apa rumah kita kelak, seperti apa anak-anak kita kelak dan bagaimana jika
kita telah menua nanti, apakah kau akan tetap menyayangiku sama seperti saat itu. Hingga dua
tahun berlalu saat aku berharap menjadi orang yang paling bahagia, saat orang tuaku memintamu
untuk datang bersama orang tuamu. Saat itulah aku mulai mengerti tentang kejadian satu tahun
lalu, bukan orang tuamu yang kau bawa saat itu hanya paman dan bibimu. Aku mulai bertanya,
aku marah, sedih dan kecewa kenapa semuanya harus seperti ini. Orang tuamu sama sekali tidak
mengizinkanmu untuk bersamaku, aku mulai tau semuanya. Sering aku bertanya kenapa orang

tuamu tidak pernah menyukaiku? Kau hanya menjawab karena aku berasal dari suku sunda. Lalu
apakah karena itu semuanya terasa begitu sulit.
Uda saat itu kau berkata akan memilih hidup bersamaku dan terbuang dari sukumu. Kau
berkata tak akan pernah meninggalkanku karena harta yang diberikan orang tuamu. Kau tak akan
pernah meninggalkanku karena kau akan dijodohkan dengan gadis yang paling cantik di desamu.
Kau meyakinkanku untuk terus bertahan bersamamu. Uda saat itu aku merasa menjadi orang
yang paling beruntung sekaligus menjadi orang yang paling egois, aku hanya ingin bersamamu.
Aku sangat yakin untuk benar-benar membangun masa depan bersamamu, aku benar-benar
mencintaimu.
Uda kau satu-satunya orang yang mampu aku tunggu dari jam 8 pagi hingga jam 10
malam hanya untuk menghabiskan waktu 15 menit bersamamu. Kau satu-satunya yang mampu
membuat aku tak pernah tidur hanya karena menunggu telepon darimu. Kau satu-satunya yang
membuatku selalu ingin memelukmu. Apakah itu egois uda? Apakah aku bisa memilih aku harus
mencintai siapa?
Hari ini tanggal 28 desember 2014, sudah 8 hari kau meninggalkanku. Tanpa kabar tanpa
apapun, terakhir kali kau mengangkat teleponku dan hanya berteriak bahwa aku tak berhak
mengganggumu lagi, aku tak berhak tau lagi kau sudah bersama siapa. Itu sakit uda.
Aku mencoba mencari jawaban kenapa kau dengan cepat berubah, aku mencoba mencari
jawaban kenapa kau meninggalkanku bahkan tanpa airmata sedikitpun. Aku mencoba mencari
jawaban mengapa kau pergi dariku?. Saat aku mencari jawaban menemui orang tuamu, bahkan
kau pergi meninggalkanku, kau tak ada disana untuk menemaniku. Aku menemui jawabanku
uda, aku mencoba kuat saat mengetahui semuanya, aku mencoba untuk tak menangis lagi karena
aku tahu kau sangat marah saat aku terakhir kali menangis di depanmu. Tapi saat itu aku benarbenar menyesal uda, aku biarkan diriku menangis sejadinya, aku benar-benar tak paham apa
yang menjadi alasanmu meninggalkanku. Aku bertanya Bisakah semua ini diperjuangkan om?
Bisakah Dah tetap bersama uda ? Apa ada jalan keluar buat Dah? Dah sayang sekali sama
uda, dah pengen bisa sama-sama uda. Hanya ada dua jalan keluar, kau terbuang dari sukumu
atau aku harus membayar denda untuk bisa bersamamu, 7 ekor kerbau, uang tebusan adat untuk
desamu, uang tebusan upacaramu dan aku tak mengerti lagi. Aku hanya bertanya Berapa? bisa

mencapai milyaran dan dihitung dengan emas. Tak bisakah kau memilih terbuang dari sukumu
uda untuk bersamaku? Dimana aku harus mendapatkan itu untuk bisa bersamamu dalam waktu
sebulan ini?
Tuhan, pinjami aku seribu keping emas untuk bisa bersamanya. Aku berjanji akan
membayarnya secepat mungkin. Pinjami aku seribu keeping emas dalam waktu sebulan ini, aku
benar-benar menyayanginya. Seringkali kau berkata untuk apa lagi aku memperjuangkanmu, kau
memintaku untuk melupakanmu, bahkan kau memaksaku untuk bersama orang lain. Kau selalu
memintaku melakukan hal yang tak pernah bisa aku lakukan, jika aku bisa melakukannya tentu
akan aku lakukan sejak dulu. Akupun ingin melakukannya, tapi tak pernah sekalipun aku bisa
berhenti untuk mengganggumu, tak pernah sekalipun aku bisa berhenti untuk menghubungimu,
tak pernah sekalipun aku bisa berhenti untuk memikirkanmu. Aku merindukanmu uda, kapan kau
akan kembali? Setelah kau memiliki cucukah? Saat kau mengajak mereka pergi berlibur kemari?
Apa saat itu kau masih mengingatku uda? Kenapa kau tak ingin kembali padaku lagi? Apa tak
ada satu alasan lagi yang bisa membawamu kembali padaku uda? Maafkan aku yang
memaksamu untuk bersamaku, maafkan aku yang tak pernah membiarkanmu tenang
bersamanya. Aku hanya masih berharap seribu keeping emas itu uda, seribu keping emas
kesempatan terakhirku.
Saat dimana ketika kau mulai bosan denganku, kau lelah dengan sifatku, ada SALAHKU
yang tak pernah bisa KAU MAAFKAN, aku hanya MENYESAL dan SEMUA MEMANG
SALAHKU. Saat beribu pilihan datang menghampirimu, AKU TERBUANG, APA KITA
BAHAGIA DISINI SEKARANG? KAPAN KITA AKAN BAHAGIA? DAN KAU TAK
PERNAH KEMBALI.
Bolehkah Dah tetap berada disisi uda? Apa itu kekasih uda sekarang? Uda bisa angkat telepon
Dah sekali saja?, kau tak pernah menjawab IYA seperti dulu. Mungkin sekarang semua telah
hilang, saat kenangan baru datang bukankah perlahan kenangan lama akan pudar dan
menghilang?. Betapa bahagianya kau disana, bolehkah kau berbagi sedikit kebahagiaan itu
denganku? Aku kini telah mati, mati sendirian, mati karena merindukanmu, aku mati uda.
Aku tau kau membenci diriku yang seperti ini, aku sungguh berbeda dengan dirimu, aku
berbeda dengan DIA, aku mencintaimu uda, aku mencintaimu. MAAF AKU MENCINTAIMU!

Anda mungkin juga menyukai