Suka
PENDAHULUAN
Kegawat daruratan medik dapat terjadi pada
seseorang maupun sekelompok orang pada setiap
saat dan di mana saja. Hal ini dapat berupa
serangan penyakit secara mendadak, kecelakaan
atau bencana alam. Keadaan ini membutuhkan
pertolongan
segera
yang
dapat
berupa
pertolongan pertama sampai pada pertolongan
selanjutnya secara mantap di rumah sakit.
Tindakan
tersebut
dimaksudkan
untuk
menyelamatkan jiwa mencegah dan membatasi
cacat
serta
meringankan
penderitaan
dari
penderita
Keadaan ini selain membutuhkan pengetahuan dan
ketrampilan yang baik dari penolong dan sarana
yang memadai, juga dibutuhkan pengorganisasian
yang sempurna.
Pertolongan pertama biasanya diberikan oleh
orang-orang di sekitar korban. Diantaranya akan
menghubungi petugas kesehatan atau dokter
terdekat. Tidak jarang bahwa anggota Hansip,
polisi dan pemadam kebakaran terlibat dalam hal
ini. Pertolongan ini harus diberikan secara tepat
sebab penanganan yang salah justeru dapat
berakibat kematian atau cacat tubuh.
Pada penyakit kulit, dikenal beberapa penyakit
yang dianggap sebagai suatu kasus kegawat
daruratan.
Dimana
kasus-kasus
tersebut
membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat
agar tidak menimbulkan kecacatan sampai
kematian.
MACAM-MACAM
PENYAKIT KULIT
KEGAWAT
DARURATAN
PADA
Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya nekrolisis epidermal toksik
belum jelas, namun, dipercaya bahwa fenomena
immun kompleks yang bertanggung jawab. Salah
satu teori menyatakan akumulasi metabolit obat
pada epidermis secara genetik dipengaruhi oleh
proses imunologi setiap individu. Limfosit T CD8+
dan makrofag mengaktifkan proses inflamasi yang
menyebabkan apoptosis sel epidermis.18
Gejala klinik
Pasien
mungkin
menampakkan
gejala-gejala
prodromal 2-3 hari seperti malaise, rash, demam,
batuk, arthralgia, mialgia, rhinitis, headache,
anorexia, serta mual dan muntah, dengan atau
tanpa diare. Gejala dan tanda prodromal lainnya
yang dapat berkembang seperti konjungtivitis
(32%), faringitis (25%), dan pruritus (28%). Pada
fase akut (8-12 hari) terjadi demam yang persisten,
pengelupasan epidermis, dan terlibatnya membran
mukosa.
Komplikasi
berupa
stomatitis
san
mukositis, nyeri pada saat menelan sehingga
pasien beresiko tinggi untuk terjadinya dehidrasi
dan malnutrisi. Konjungtiva biasanya terlibat 1-3
hari sebelum munculnya lesi kulit. Erosi mukosa
pipi, hidung, faring, dan trakeobronkial dapat
terjadi. Erosi juga dapat terjadi pada esofagus,
perineum, vagina, uretra serta mukosa usus.19
Tanda vital pasien dapat didapatkan hiperpireksia,
hipotensi sekunder sampai hipovolemia dan
takikardi. Pada pameriksaan kulit didapatkan:
Lesi kulit dimulai dengan nyeri/rasa terbakar,
panas, eritematous, macula morbiliform secara
simetris pada wajah dan dada sebelum menyebar
ke seluruh badan.
Nikolsky sign positif
Terapi
Perawatan kegawatdaruratan: unit gawatdarurat
harus mencegah kehilangan cairan dan elektrolit
dan mencegah infeksi sekunder. Pemberian cairan
dan elektrolit secara agresif, mengatasi nyeri, dan
perawatan kulit dengan teliti merupakan tindakan
yang sangat penting. Pasien dengan lesi kulit yang
luas memerlukan kamar isolasi dan lingkungan
yang steril.18
Daerah erosi pada kulit harus di lindungi dengan
dan dr.
Johnson, sindrom Stevens-Johnson, disingkatkan
sebagai SSJ, adalah reaksi buruk yang sangat
gawat terhadap obat. Efek samping obat ini
mempengaruhi kulit, terutama selaput mukosa.
Juga ada efek samping yang lebih buruk, yang
disebut sebagai nekrolisis epidermis toksik ( toxic
epidermal necrolysis/TEN). Ada juga bentuk yang
lebih ringan, disebut sebagai eritema multiforme
(EM). Sekarang sindrom ini dikenal sebagai eritema
multiforme mayor.20
Patofisiologi
SSJ adalah hipersensitifitas yang disebabkan oleh
pembentukan sirkulasi kompleks imun yang
disebabkan oleh obat-obatan, infeksi virus, dan
Pemeriksaan laboratorium:
Tidak didapatkan pemeriksaan laboratorium yang
dapat membantu dalam penegakan diagnosis.
CBC (complete blood count) bisa didapatkan sel
darah putih yang normal atau leukositosis
nonspesifik.
Peningkatan
jumlah
leukosit
kemungkinan disebakan karena infeksi bakteri.
Kultur darah, urin, dan luka merupakan indikasi
bila dicurigai penyebab infeksi.20
Tes lainnya:
Biopsi kulit merupakan pemeriksaan diagnostik
tapi bukan merupakan prosedur unit gawatdarurat.
Biopsi kulit memperlihatkan bulla subepidermal
Adanya nekrosis sel epidermis
Infiltrasi limfosit pada daerah perivaskular.20
Penatalaksanaan:
Perawatan
prehospital:
paramedis
harus
mengetahui adanya tanda-tand kehilangan cairan
berat dan mesti diterapi sebagai pasien SJS sama
dengan pasien luka bakar.
Perawatan gawatdarurat:
Perawatan gawatdarurat harus diberikan
penggantian cairan dan koreksi elektrolit.
Luka kulit diobati sebagai luka bakar.
Pasien SSJ semestinya diberikan perhatian
khusus mengenai jalan nafas dan stabilitas
hemodinamik, status cairan, perawatn luka dan
kontrol nyeri.
Penatalaksanaan SJS bersifat simtomatik dan
suportif. Mengobati lesi pada mulut dangan
mouthwashes, anestesi topikal berguna untuk
mengurangi rasa nyeri. daerah yang mengalami
pengelupasan harus dilindungi dengan kompres
salin atau burrow solution
Penyakit yang mendasari dan infeksi sekunder
perlu diidentifikasi dan diterapi. Obat penyebab
harus dihentikan.
b) Penyakit sistemik
Allergi obat-obatan bisa memaparkan eosinofil
diantara infiltrate eosinofil. Mikosis fungoides /
Sezary syndrome bisa membentuk gambaran
infiltrat seperti monotonous band (monotonous
band-like infiltrate), terdiri dari sel mononuclear
cerebriform
yang
besar,
sepanjang
dermoepidermal junction atau sekitar pembuluh
darah di dalam dermis papillary, epidermitropism
tanpa spongiosis dan mikroabses Pautrier tanpa
epidermis (Sentis et al, 1986)*
c) Idiopatik
Specimen
histologik
tidak
spesifik,
walau
bagaimanapun, ulangan biopsy bisa menunjukkan
bukti dari mikosis fungiodes.
2. Gambaran klinik
Erythroderma biasanya muncul pada mereka yang
berusia diatas 40 tahun. Biasanya lebih banyak
mengenai laki-laki berbanding wanita. Ia bisa
berlaki sangat cepat. Gejala dan simtom
erythroderma termasuklah:7
Kemerahan kulit ganeral (erythema) dam
pembengkakan yang meliputi 90% atau lebih dari
seluruh permukaan kulit.
Serous ooze, hasil dari pakaian yang melekat di
kulit dan bau yang tidak menyenangkan.
Penyisikan 2-6 hari selepas onset erythema,
seperti empingan yang besar.
Berbagai derajat kegatalan yang kadang-kala
tidak bisa di toleransi.
Penebalan sisik pada kepala dengan berbagai
derajat keguguran rambut termasuk kebotakan
total.
Penebalan
telapak
tangan
dan
kaki
(keratoderma)
Pembengkakan kelopak mata bisa menyebabkan
ectropion ( permukaan dalam kelopak mata bawah
terpapar keluar)
Kuku menjadi pecah dan menebal bahkan sampai
tercabut.
Erythroderma yang lama bisa menyebabkan
perubahan pigmen (bercak coklat dan / atau putih
pada kulit)
Infeksi sekunder bisa menyebabkan munculnya
pustul dan krusta
Pembesaran kelenjar limfe (lifadenopati)
Kontrol temperatur yang abnormal yang
mengakibatkan demam dan menggigil atau
hipotermia
Meningkatkan denyut jantung sebagai akibat dari
gagal jantung yang tidak ditangani atau kasuskasus berat yang biasanya terjadi pada orang tua.
Kadar elektrolit yang abnormal serta dehidrasi
akibat kehilangan cairan lewat kulit.
Kadar serum albumin yang rendah akibat
kehilangan protein dan peningkatan kadar
metabolik.
Gambar 4. Erytroderma
5. Angioedema
Definisi
Angioedema dan urtikaria memberikan manifestasi
yang berbeda dengan proses patologi yang
sama.Kedua-dua kondisi menunjukkan terdapat
kebocoran cairan dan edema pada hasil
postcap.Walaubagaimanapun,angioedema
melibatkan pembuluh darah pada superficial
dermis di lapisan kulit.Hasil ini menunjukkan
gambaran klinis yang berbeda.Respon diatas
diperantarai
oleh
histamine,serotonin
dan
kinin(contohnya;bradikinin) yang menyebabkan
dilatasi arteriol dimana junction diantara sel
endotel
longgar
dari
kapilari
dan
arteriol.10Angioedema muncul sebagai gambaran
klinis dari mekanisme imunologi dan inflamasi atau
bisa juga idiopatik.Angioedema bisa muncul
selepas terjadi reaksi IgE- atau IgE reseptor dengan
disertai abnormality sistem komplemen dan sistem
efektor plasma setelah degranulasi mast sel dan
berhubung dengan aktivasi asam arakidonat
seluler pada metabolic pathways .11Angioedema
adalah penyakit biasa dimana tergantung kepada
faktor
usia,bangsa,sex,pekerjaan
dan
lokasi
geografi serta musim,angioedema bisa mungkin
menjadi proses akut jika kurang dari 6
minggu.Angioedema dengan urtikaria atau tidak
diklasifikasikan kepada alergik,hereditary atau
idiopatik.11
Gambaran Klinik
Edema pada muka,extremitas,mungkin sedikit
nyeri
tanpa
pruritus,bisa
terjadi
beberapa
hari.Melibatkan
juga
bibir,dagu,area
periorbital,lidah dan laring.11
Angioedema bisa juga pada system organ vital
contohnya traktus respiratorius.12
Pembengkakan superficial dermis dengan wheals
yang ditandai dengan warna pink dan pruritus
dimana area angioderma sering pucat dan nyeri.13
Penatalaksanaan
a) Penjagaan prehospital
Menjaga jalan nafas
Intubasi nasofaringeal
Steroids epeniferin subcutaneous
b) Emergency department care
Asam
aminocaproic
untuk
seimbangkan
pregantian
C11NH
untuk
mengelakkan
serangan.Fresh frozen plasma mungkin bisa
digunakan untuk sementara.
c) Konsultasi
Ahli imunologi bisa bertemu dengan penderita
yang tidak diketahui history angioedemanya.
Pada penderita dengan tipe heriditer follow up
dengan ahli imunologis sangat penting.
Gambar 5.Angioedema;bengkak pada bibir
6. Reaksi reversal
Reaksi tipe 1 menampakkan bertambahnya respon
kompleks imun terhadap m. leprae, dan pada
umumnya terjadi setelah dimulainya terapi. Bila
reaksi terjadi dengan antibiotic kemoterapi, maka
disebut reaksi reversal, dan bila terjadi pada tipe
borderline dan lepromatous (downgrading), maka
disebut reaksi downgrading.17
Reaksi tipe 1 secara klinik menunjukkan adanya
inflamasi dari lesi. Tidak terdapat gejala sistemik
(seperti
demam,
ataupun
artralgia).
Lesi
membengkak, menjadi eritema dan kadang nyeri
menyebabkan selulitis. Pada kasus berat, ulserasi
bisa terjadi. Komplikasi yang berat dari reaksi tipe
7.
(A)
Lesi
awal
EN
menampakkan
nama
oleh Wichman pada tahun 1791. dalam kelompok
penyakit melepuh autoimun pada kulit dan
membrane mukosa yang ditandai oleh adanya
lepuhan intradermal dan ditemukannya antibody
immunoglobulin G (IgG) dalam sirkulasi yang
melawan permukaan sel keratinosit. Yang termasuk
dalam penyakit pemfigus adalah pemfigus vulgaris
(PV), pemfigus folliaceus dan paraneoplastik
pemfigus dengan kasus pemfigus vulgaris yang
terbanyak yaitu sekitar 70 %.25
Patofisiologi
PV adalah penyakit autoimun, intraepithelial,
penyakit melepuh yang menyerang kulit dan
membrane
mukosa
yang
ditandai
dengan
didapatkannya antibodi dalam sirkulasi yang
menyerang permukaasn sel keratinosit. Pada tahun
1964,
autoantibodi
menyerang
permukaan
keratinosit digambarkan pada pasien pemfigus.
Observasi klinik dan experimental menunjukkan
autoantibody dalam sirkulasi merupakan pathogen.
Predisposisi immunogenetik tak bisa dipungkiri.
Lepuhan yang terjadi pada PV berehubungan
dengan ikatan autoantibody IgG pada permukaan
molekul sel keratinosit. Antibodi interseluler atau
PV ini berikatan dengan desmosom keratinosit dan
dengan area bebas desmosom pada membran sel
keratinosit. Ikatan autoantibody menyebabkan
kehilangan adhesi sel, disebut akantolisis.25
PV antigen: adhesi intraseluler pada epidermis
melibatkan beberapa molekul permukaan sel
keratinosit. Antibodi pemfigus mengikat molekul
permukaan sel keratinosit desmoglein 1 dan
desmoglein 3. ikatan antibodi dengan desmoglein
menyebabkan efek langsung terhadap adheren
desmosomal atau mungkin memacu proses seluler
Lapisan
atas
kulit
mulai
mengelupas,
meninggalkan luka terbuka yang lembab, merah
dan nyeri.
Simptom-simtom lain adal seperti nyeri di area
sekitar tempat infeksi, kelemahan dan dehidrasi.
Pengobatan
Pengobatan biasanya memerlukan perawatan inap,
antibiotik intravena umumnya diperlukan untuk
mengeradikasi infeksi staphylococcal. Antibiotik
yang biasa digunakan adalah flucloxacillin.
Berdasarkan respon terapi, antibiotik oral bisa
diganti setelah beberapa hari. Terapi suportif lain
adalah :
Paracetamol bila perlu untuk demem dan nyeri
Mempertahankan intake cairan dan elektrolit
Penjagaan kulit1
Gambar 10 gambaran lesi pada kulit pada penyakit
SSSS.
Daftar Pustaka
1. Clark RA dan Hopkins T , The other eczemas, In:
Moschella S, Hurley H (editor). Dermatology: 3rd
ed. Edinburgh: Mosby: 2003. p. 489-93
2. Weston WL, Erythema Multiforme and StevenJohnson syndrome. In: Bolognia J.L, Jorizzo LJ,
Rapihi RP (editors). Dermatology: volume one.
London. Mosby: 2003.p 313-16
http://ww.emedicine.com/emerg/topic32.htm
11. Soter. NA, Kaplan AP. Urticaria and
angioedema. In: Freedberg I.M, Elisen AZ, Wolff K,
Austen K. F, Goldsmith LA, Katz SI, editors.
Fritzpatricks Dermatology in general Medicine. 6th
ed. New York (NY): Mc Graw Hill; p. 1129-1138
12. Moschella SL, Hurley HJ, Urticaria and
Angioedema.
In: Dermatology.
3rd
edition.
Philadelphia: WB. Saunders company; p 286-304
13. Gratton CHE, Black AK: Urticaria and
Angioedema. In: BOlognia JL. Jorizzo JL, Rapihi RP,
Dermatology. Volume one. London: Mosby; p. 287-9
14. Levene GM, Calnan CD, A Colour atlas of
dermatology. 7th ed. Wolfe Medical Pablications
LTD; 1979. p. 99-270
15. kosasih A, Wisnu IM, Daili ES, Minaldi SL; Kusta:
Djuanda A, Hamzah M, Aishah S, editors. Ilmu
penyakit kulit dan kelamin, 3rd ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1999.
p.71-86
16. Smith DS. [online] 2006 [cited 2006 July 24].
Available
from:
http://www.emedicine.com/med/topic1281.htm
17. James WD, Berger TG, Elston DM. Hansens
disease. In Andrews Diseases of THE Skin Clinical
Dermatology. 10th ed. New York: Saunders
Elsevier; p. 344-52
18. Garra GP. Toxic Epidermal Necrolysis. [online]
2005 [cited 2007 January 24]; [9 screens].
Available from: http://www.emedicine.com.toxic
epidermal necrolysis.htm
19. Cohen V. toxic Epidermal Necrolysis. [online]
2006 [cited 2007 January 24]; [11 screens].
Available from: http://www.emedicine.com. Toxic
epidermal necrolysis.htm
20. Parrillo SJ. Steven-Johnson Syndrome. [online]
2006 [cited 2007 January 24]; [10 screens.
Available from: http://www.emedicine.com.Steven
Johnson Syndrome.htm
21. Hebel JL. Erythema nodosum. [online] 2006
[cited 2007 January 24]; [11 screens]. Available
from:
http://www.emedicine.com/derm/topic138.htm
22. Requena L. Erythema Nodosum. [online] 2006
[cited 2002 January 24]; [11 screens], available
from:http://dermatology.cdlib.org/DOJvol8num1/rev
iews/enodosum/requena.html
23. Erythema and urticaria [online] 2006 [cited
2007 January 24]. Available from: http:// Principles
of Pediatric Dermatology - Chapter 29 ERYTHEMAS
AND URTICARIA.html
24.
New
Zealand
Dermatological
Society
Incorporated. Pemvigus Vulgaris. [online] 2006
[cited
2002
January
24].
Available
from:
http://www.dermnetnz.org/immune/pemphigusvulgaris.html
25. Zeina B. Pemvigus Vulgaris. . [online] 2006
[cited 2007 January 24]; [11 screens]. Available
from:
http://www.emedicine.com/dermatology\pemv
vulgaris\eMedicine - Pemphigus Vulgaris .htm