Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga
keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat Kondisi sehat dapat dicapai
dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan
menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu
dijaga, dipelihara dan dibina oleh setiap anggota rumah tangga serta
diperjuangakan oleh semua pihak secara keseluruhan.( 1 )
Sampai saat ini, diperkirakan sekitar 47% masyarakat Indonesia masih
buang air besar sembarangan, ada yang berperilaku buang air besar ke sungai,
kebun, sawah, kolam dan tempat-tempat terbuka lainnya. Perilaku seperti tersebut
jelas sangat merugikan kondisi kesehatan masyarakat, karena tinja dikenal sebagai
media tempat hidupnya bakteri coli yang berpotensi menyebabkan terjadinya
penyakit diare. Tahun 2006 sebesar 423 per 1000 penduduk terserang diare
denganangka kematian sebesar 2,52 %.( 6 )
Dipihak lain bilamana masyarakat berperilaku higienis, dengan membuang
air besar pada temapt yang benar, sesuai dengan kaidah kesehatan, hal tersebut
akan dapat mencegah dan menurunkan kasus-kasus penyakit menular. Dalam
kejadian diare misalnya, dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi
dasar, dalam hal ini meningkatkan jamban keluarga, akan dapat menurunkan
kejadian diare sebesar 32%.( 4 )

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan data yang didapatkan dari bagian Promkes Puskesmas Cibogo,


pada tahun 2012 belum terdapat desa yang berstatuskan ODF.
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
diatas, dan mengingat pentingnya tidak buang air besar sembarangan maka
penulis memilih judul penelitian Gambaran perilaku sikap dan pengetahuan
masyarakat desa Sumur Barang terhadap Stop Buang Air Besar Sembarangan
Tahun 2013.
1.3 Maksud Penelitian
Agar ada salah satu desa di wilayah kerja puskesmas cibogo yang
dijadikan panutan sebagai desa ODF.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah agar masyarakat tidak buang air besar di
sembarang tempat.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menhindari penyakit yang timbul
dari buang air besar sembarangan.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada Puskesmas Cibogo
mengenai :
1. Memberikan informasi kepada pihak Puskesmas Cibogo mengenai desa yang
akan menjadi contoh desa ODF

2. Membantu masyarakat desa Sumur Barang dalam usahanya meningkatkan


perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Peneliti dapat lebih jauh mengetahui tentang ODF.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada
masyarakat desa Sumur Barang di wilayah kerja Puskesmas Cibogo, Kecamatan
Cibogo, Kabupaten Subang.
1.6. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini metode penelitian survey yang bersifat deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara menggunakan
kuisioner kepada masyarakat di Desa Sumur Barang, Kecamatan Cibogo,
Kabupaten Subang. Kemudian dilakukan penilaian dengan tolak ukur yaitu
Sikap, perliaku, dan pengetahuan masyarakat.
1.7. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1.7.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di desa Sumur Barang wilayah kerja Puskesmas Cibogo,
Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang.
1.7.2. Waktu Penelitian
Penelitian berlangsung sejak tanggal 10 Juni 2013 sampai dengan 20 Juli 2013,
selama kegiatan PBL III
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga
keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Kondisi sehat dapat dicapai
dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan
menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu
dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta
diperjuangakan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas).

(1)

Dalam lingkup rumah tangga, untuk ber-PHBS kegiatanya cukup banyak seprti
tidak merokok dalam rumah, memberi ASI, menimbang balita secara rutin,
memberantas jentik nyamuk, dll. Khusus dalam program Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), sebagaimana tercakup dalam
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), ada 5 pilar PHBS, yaitu:
Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS),
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Pengamanan Air Minum Rumah Tangga
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga (4)
Manfaat rumah tangga dan masyarakat ber-PBHS antara lain:
Seluruh anggota keluarga dan masyarakat menjadi sehat
Anak akan tumbuh cerdas dalam lingkungan yang sehat
Masyarakat akan mampu mewujudkan lingkungan yang sehat
Mampu mencegah dan menaggulangi penyakit dan masalah kesehatan
Biaya untuk kesehatan (penyakit) dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain (1)
2.2 Stop Buang Air Sembarangan ( STBABS )

Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat berkembang dan
berinduknya bibit penyakit menular (misal kuman/bakteri, virus dan cacing).
Apabila tinja tersebut dibuang di sembarang tempat, missal kebun, kolam, sungai,
dan lain-lain, maka bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke lingkungan, dan
akhirnya akan masuk dalam tubuh manusia, dan berisiko menimbulkan penyakit
pada seseorang dan bahkan bahkan menjadi wabah penyakit pada masyarakat
yang lebih luas. (4)
Stop buang air besar sembarangan (STOP BABS) akan memberikan manfaat
dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat, nyaman dan tidak berbau
b. Tidak mencemari sumber air yang dapat dijadikan sebagai air baku air minum
atau air untuk kegiatan sehari-hari lainya seperti mandi, cuci, dll
c. Tidak mengundang serangga dan binatang yang dapat menyebar luaskan bibit
penyakit, sehingga dapat mencegah penyakit menular (3)
Mengingat tinja merupakan bentuk kotoran yang sangat merugikan dan
membahayakan kesehatan masyarakat, maka tinja harus dikelola, dibuang dengan
baik dan benar. Untuk itu tinja harus dibuang pada suatu wadah atau sebut saja
jamban keluarga. (6)
Jamban yang digunakan masyarakat bisa dalam bentuk jamban yang paling
sederhana, dan murah, misal jamban cemplung, atau jamban yang lebih baik, dan
lebih mahal misal jamban leher angsa dari tanah liat, atau bahkan leher angsa dari
bahan keramik. Prinsip utama tempat pembuangan tinja adalah suatu wadah atau
tempat yang mampu menjaga atau mencegah tinja tersebut tidak mencemari air
terutama air untuk sumber air minum dan tidak mencemari tanah. Semua anggota
keluarga harus menggunakan jamban untuk membuang tinja, baik anak-anak
(termasuk bayi dan anak balita) dan lebih-lebih orang dewasa. Dengan pemikiran
tertentu, oleh orang tua seringkali tinja bayi dan anak-anak dibuang sembarangan
oleh orang tuanya, misal kehalaman rumah, kebon, dll. Hal ini perlu diluruskan,
bahwa tinja bayi dan anak-anak juga harus dibuang ke jamban, karena tinja bayi
dan anak-anak tersebut sama bahayanya dengan tinja orang dewasa. (6)

2.3 Cuci Tangan Pakai Sabun


Dari aspek kesehatan masyarakat, khususnya pola penyebaran penyakit
menular, cukup banyak penyakit yang dapat dicegah melalui kebiasan atau
perilaku higienes dengan cuci tangan pakai sabun (CTPS), seperti misal penyakit
diare, typhus perut, kecacingan, flu burung, dan bahkan flu babi yang kini cukup
menghebohkan dunia. Seperti halnya perilaku buang air besar sembarangan,
perilaku cuci tangan, terlebih cuci tangan pakai sabun merupakan masih
merupakan sasaran penting dalam promosi kesehatan, khususnya terkait perilaku
hidup bersih dan sehat. Hal ini disebabkasn perilaku tersebut masih sangat rendah,
dimana baru
12% masyarakat yang cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar,
hanya 9% ibu-ibu yang mencuci tangan pakai sabun setelah
membersihkan tinja bayi dan balita,
hanya sekitar 7% masyarakat yang cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi makan kepada bayi,
baru 14% masyarakat cuci tangan pakai sabun sebelum makan. (4)
Dengan perilaku cuci tangan yang benar, yaitu pakai sabun dan menggunakan
air bersih yang mengalir akan dapat menurunkan kejadian diare sampai 45%.
Perilaku cuci tangan pakai sabun ternyata bukan merupakan perilaku yang
biasa dilakukan sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya. Rendahnya perilaku
cuci tangan pakai sabun dan tingginya tingkat efektifitas perilaku cuci tangan
pakai sabun dalam mencegah penularan penyakit, maka sangat penting adanya
upaya promosi kesehatan bermaterikan peningkatan cuci tangan tersebut. Dengan
demikian dapat dipahami betapa perilaku ini harus dilakukan, antara lain karena
berbagai alasan sebagai berikut:
a. Mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit yang dapat
menyebabkan ratusan ribu anak meninggal setiap tahunya.
b. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup
c. CTPS adalah satu-satunya intervensi kesehatan yang paling cost-effective

jika dibanding dengan hasil yang diperolehnya.


Ada beberapa manfaat yang diperoleh setelah seseorang melakukan cuci tangan
pakai sabun, yaitu antara lain:
a. membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
b. mencegah penularan penyakit, seperti disentr, flu burung, flu babi, typhus, dll
c. tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman (4)
2.4 Pengamanan Air Minum Rumah Tangga
Air merupakan kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum,
mandi, cuci, dan keperluan lainnya.
Air banyak dijumpai di alam, dan merupakan benda social yang melimpah
ruah
seperti kita lihat di laut, sungai, danau dan lain-lain. Namun demikian air yang
bersih yang sehat merupakan benda ekonomi, yang kini susah untuk diperoleh
bagi masyarakat. (1)
Air merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam aspek kesehatan
masyarakat, dimana air dapat menjadi sumber dan tempat perindukan dan media
kehidupan bibit penyakit. Banyak penyakit yang terkait dengan air, baik air kotor
dan bahkan juga air yang bersih secara fisik, seperti diare, demam berdarah, dll

(1)

Air di alam akan digunakan sebagai sumber air baku air minum bagi
masyarakat. Air yang tercemar akan menyebabkan susah dalam pengolahanya,
memerlukan teknologi yang kadang-kadang canggih. Untuk itu air dialam harus
dipelihara, dan dicegah dari pencemaran. (3)
Air bersih dan air minum harus memenuhi syarat kesehatan, baik syarat fisik,
biologi maupun kimiawi. Syarat fisik dapat dibedakan melalui inder kita, seperti
dapat dilihat, dirasa, dicium, diraba. Secara fisik air harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
air tidak berwarna, bening/jernih
air tidak keruh, bebas dari lumpur, sampah, busa, dll
air tidak berasa, tidak rasa asin, tidak rasa asam, tidak payau

air tidak bberbau, tidak bau amis, anyir, busuk, tdak bau belerang, (1)

2.5 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


Sampah adalah limbah yang bersifat padat, terdiri dari bahan yang bisa
membusuk (organic) dan tidak membusuk (anorganik) yang dianggap sudah tidak
berguan lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
masyarakat. Namun demikian anggapan bahwa sampah itu tidak berguna kini
mulai memudar, karena ternyata kini sampah justru mempunyai nilai ekonomi
yang cukup tinggi sehingga sampah bias menjadi barang rebutan, untuk diolah
atau digunakan kembali, dan kemudian diju sebagai bahan komoditas yang sangat
menggiurkan. Sampah yang dihasilkan di pedesaan relative sedikit dibandingkan
dengan lahan di desa tersebut. Jenis sampah pada umumnya berupa bahan-bahan
organic yang mudah hancur secara alami oleh alam-lingkungan. (1)
Sampah harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila tidak akan dapat
menjadi tempat perindukan vector bibit penyakit penyakit. Sampah akan menarik
binatang-binatang yang dikenal dalam aspek kesehatan dapat menyebarluaskan
penyakit, seperti misal lalat, kecoa , tikus, dan anjing. Penyakit-penyakit yang
berkaitan erat dengan sampah yang tidak dikelola dengan benar antara lain :
demam berdarah, disentri, thypus, dan lain-lain (7)
Sampah digolongkan menjadi dua jenis yaitu sampah basah (organik) dan
sampah kering (non-organik) Sampah basah biasanya akan mudah mengalami
pembusukan, seperti missal sisa makanan, sisa sayuran, buah-buahan, daun, dan
lain-lain. Sampah kering relative sukar dan bahkan tidak dapat mebusuk, separti
misal kayu, sisa kertas, botol, plastic, sisa-sisa bangunan ( pecahan batu, batu
bata) seng, logam, kaca, dan lain-lain (7)
Untuk pembuangan di pedesaan, pada umumnya sampah biasanya ditangani
dengan beberapa cara, yaitu :
Dengan dibakar
Dibuang ke lubang galian

Dibuat kompos
Namun dengan berkembangnya dunia usaha dan juga ilmu pengetahuan, kini
sampah dapat dikelola dengan lebih menguntungkan, yaitu yang dikenal dengan
istilah pendekatan 3R ( reduce, reuse dan recycle). Reduce, adalah upaya
pengelolaan sampah dengan cara mungurangi volume sampah itu sendiri. Cara ini
sifatnya lebih mengarah ke pendekatan pencegahan. Misal kalo beli sayuran
pilihlah sayuran yang sesedikit mungkin dibuang, kalo ambil makanan jangan
berlebihan, sehingga akan mengurangi makanan yang menjadi sampah. Reuse,
yaitu suatu cara untuk menggunakan kembali sampah yang ada, untuk keperluan
yang sama atau fungsinya yang sama. Misal botol sirop digunakan kembali untuk
botol sirop, atau untuk botol kecap. Tentunya proses ini harus dilakukan dengan
baik, missal dengan dicuci yang benar. Recycle, atau daur ulang, adalah
pemanfaatan limbah melalui pengolahan fisik atau kimia, untuk mengahsilkan
produk yang sama atau produk yang lain. Misal sampah organik diolah menjadi
kompos, besi bekas diolah kembali menjadi barang-barang
seni dari besi, dll (1)

2.6 Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga


Limbah cair rumah tangga merupakan limbah yang berbentuk cair yang timbul
dari kegiatan rumah tangga. Limbah cair ini dapat berasal dari kamar mandi,
peturasan, cucian barang/bahan dari dapur. Dalam pengertian ini limbah cair ini
tidak termasuk limbah cair yang berasal dari WC/jamban keluarga. Limbah cair
dari kegiatan rumah tangga volumenya relative sedikit dibanding dengan luas
lahan yang ada di desa tersebut. Namun demikian limbah cair tersebut tetap harus
dikelola, karena kalo dibuang sembarangan akan membuat lingkungan kotor,
berbau, dan mengurangi estetika dan kebersihan lingkungan. (1)
Limbah cair harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila tidak akan dapat

menjadi tempat perindukan vector bibit penyakit penyakit. Limbah cair akan
menarik binatang-binatang yang dikenal dalam aspek kesehatan dapat
menyebarluaskan penyakit, seperti misal lalat, kecoa , tikus. Penyakit-penyakit
yang berkaitan erat dengan sampah yang tidak dikelola dengan benar antara lain :
demam berdarah, disentri, thypus, dan lain-lain (5)
Limbah cair harus dibuang pada sarana pengolahan air limbah, (SPAL) yang
dapat dibuat oleh masing-masing rumah tangga. Bentuk SPAL dapat berupa sumur
ataupun saluran dengan ukuran tertentu. Sumur atau saluran tersebut diberi bahanbahan yang dapat berfungsi untuk menyaring unsur yang terkandung dalam
limbah cair. Bahan tersebut disusun dengan formasi urutan sebagai berikut:
- Batu belah ukuran diameter 5-10 cm
- Ijuk
- Batu belah diameter 10-15 cm (5)

BAB III
BAHAN/SUBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1

Bahan/Subjek Penelitian

3.1.1 Alat dan Bahan Penelitian


Alat

: Kuisioner (terlampir)

Bahan : 36 pertanyaan yang terbagi dalam 4 kategori yaitu :


8 pertanyaan mengenai identitas.
10 pertanyaan mengenai pengetahuan mengenai Stop
Buang Air Besar Sembarangan ( STBABS ) .
8 pertanyaan mengenai sikap terhadap Stop Buang Air
Besar Sembarangan ( STBABS ).
10 pertanyaan mengenai perilaku masyarakat Stop Buang
Air Besar Sembarangan ( STBABS ).

10

3.1.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian terdiri dari 138 orang.
Kriteria inklusi adalah wanita yang telah berkeluarga di Desa Sumur
Barang Subang dengan data lengkap periode Juni - Juli tahun 2013.
Kriteria eksklusi adalah wanita yang belum berkeluarga di Desa
Sumur Barang Subang dengan data lengkap periode Juni - Juli tahun
2013.

1.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Desa Sumur Barang , Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang ,


periode Juni 2013 Juli 2013.

3.2

Metode Penelitian

3.2.1 Desain Penelitian


Rancangan penelitian ini adalah survey, yaitu penelitian dengan
cara membagikan kuisioner secara serentak pada suatu periode
tertentu.

3.2.2 Variabel Penelitian


3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel
Usia responden, status responden, pendidikan responden, pekerjaan
responden, pengetahuan, sikap, dan perilaku.

11

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel


Usia responden adalah ulang tahun terakhir (last birthday)
responden pada tahun dilaksanakannnya penelitian.
Pendidikan responden adalah jenjang pendidikan formal terakhir
yang diikuti responden, dikelompokkan dalam pendidikan dasar,
sekolah lanjutan, dan perguruan tinggi.
Pekerjaan responden adalah pekerjaan utama yang dilakukan
responden untuk mendapatkan penghasilan. Responden
dikelompokkan dalam bekerja dan tidak bekerja, termasuk ibu rumah
tangga (IRT).
Jumlah anggota keluarga adalah berdasarkan keluarga yang tinggal
dalam satu rumah.
Pengetahuan adalah yang diketahui responden tentang
pemahaman Stop Buang Air Besar Semabarangan ( ODF ). Alat ukur
berupa kuisioner dan skala ukur berupa baik, cukup, atau buruk.
Sikap adalah sikap responden terhadap Stop Buang Air Besar
Sembarangan (ODF). Alat ukur berupa kuisioner dan skala ukur berupa
baik, cukup, atau buruk.
Perilaku adalah perilaku responden mengenai Stop Buang Air Besar
Sembarangan (ODF). Alat ukur berupa kuisioner dan skala ukur berupa
perilaku baik, cukup, atau perilaku buruk.

3.2.3 Sampel Penelitian


Sampel dipilih secara insidental sampling sebanyak 138 orang
wanita yang sudah berkeluarga di Desa Sumur Barang Subang.

3.2.4 Prosedur Kerja


1. Penetapan Tujuan
2. Seleksi Metode
3. Pembuatan Alat Pengumpul Data (kuisioner)

12

4. Meminta izin kepada Sekdes Desa Sumur Barang

untuk

melakukan survey di Desa Sumur Barang - Subang.


5. Kuisioner dibagikan di Desa Sumur Barang.
6. Pengumpulan dan Penyimpanan Data
7. Analisis Data dan Menterjemahkan Hasil yang didapat dari
Tindakan
8. Presentasi

3.2.5 Teknik Analisis Data


1. Pengetahuan
Kategori pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan yang mencakup
pengetahuan dan pemahaman tentang Stop Buang Air Besar
Sembarangan ( ODF ). Penilaian berdasarkan jawaban responden atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan dalam kuisioner.
Jawaban benar akan diberi nilai 10, kecuali pertanyaan nomor 5, yaitu
pertanyaan dengan jawaban menurut masing-masing individu maka
setiap jawaban diberi nilai 10. Bila jawaban seluruhnya benar maka
nilai maksimal yang diperoleh responden adalah 100, bila jawaban
salah akan diberi nilai 0 maka nilai minimal yang diperoleh responden
adalah 10. Range nilai antara 10-100. Setelah nilai dari setiap soal
dijumlahkan maka responden dikelompokkan menjadi 3 kategori
tingkat pengetahuan yaitu :
Pengetahuan cukup, jika nilai yang diperoleh 51-100
Pengetahuan kurang, jika nilai yang diperoleh 10-50
2. Sikap
Kategori sikap terdiri dari 10 pertanyaan yang mencakup sikap
responden dalam menghadapi segala faktor-faktor yang menyangkut
tentang Stop Buang Air Besar Sembarangan ( ODF ). Penilaian
dilakukan berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan yang
berhubungan dengan sikap dalam kuisioner. Jawaban benar akan diberi

13

nilai 10, jawaban salah diberi nilai 0..Bila jawaban seluruhnya benar
maka nilai maksimal yang diperoleh responden adalah 100, bila
jawaban salah semua maka nilai minimal yang diperoleh responden
adalah 0. Range nilai antara 0-100. Setelah nilai dari setiap soal
dijumlahkan maka responden dikelompokkan menjadi 3 kategori
tingkat sikap yaitu :
Sikap cukup, jika nilai yang diperoleh 51-100.
Sikap kurang, jika nilai yang diperoleh 0-50.
3. Perilaku
Kategori perilaku terdiri dari 10 pertanyaan yang mencakup tingkah
laku responden terhadap label nutrisi. Penilaian dilakukan berdasarkan
jawaban responden terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan
perilaku dalam kuisioner. Jawaban benar akan diberi nilai 10, bila
jawaban salah akan diberi nilai 0. Bila seluruh jawaban benar maka
nilai maksimal yang diperoleh responden adalah 100, bila seluruh
jawaban salah semua maka nilai minimal yang diperoleh responden
adalah 0. Range nilai antara 0-100. Setelah nilai dari setiap soal
dijumlahkan maka responden dikelompokkan menjadi 3 kategori
tingkat perilaku yaitu :
Sikap cukup, jika nilai yang diperoleh 51-100
Perilaku buruk, jika nilai yang diperoleh 0-50.

3.2.6 Analisis Hasil Penelitian


Data yang didapatkan dari hasil pengisian kuisioner dihitung secara
manual, kemudian disusun dalam bentuk tabel.

14

3.2.7 Aspek Etik Penelitian


Aspek etik penelitian adalah subjek sudah dimintai persetujuan
terlebih dahulu sebelum dimintai keterangan atau diwawancara, dan
subjek diperbolehkan tidak mengikuti wawancara bila tidak berkenan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1. Identitas Responden
Tabel 4.1 Distribusi responden menurut golongan umur

Umur (tahun)

Jumlah (orang)

Persentase
(%)

30-35

12

8,8

36-40

29

21

41-45

37

26,8

46-50

22

15,9

>50

38

27,5

Total

138

100.0

Berdasarkan tabel distribusi responden menurut golongan umur di


atas, responden paling banyak berusia >50 tahun yaitu sebanyak 38
responden (27,5%), sedangkan responden yang berumur 30-35 tahun
didapatkan hanya sebanyak 12 responden (8,8%).
Tabel 4.2 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan
formal terakhir
Tingkat
Pendidikan
Tidak tamat SD
Pendidikan dasar

Jumlah (orang)
12
68

15

Persentase (%)
8,7
49,3

Sekolah Lanjutan
Total

58
138

42
100.00

Berdasarkan tabel distribusi responden menurut tingkat pendidikan


formal terakhir diatas dapat dilihat bahwa responden yang tinggal di
Desa Sumur Barang yang bersekolah sampai tingkat pendidikan dasar
sebanyak 49,3%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata
pendidikan warga di Desa Sumur Barang rendah. Tentunya dengan
tingkat pendidikan yang termasuk rendah ini diharapkan sebagian
besar responden mau lebih mempelajari tentang stop buang air besar
sembarangan yang menjadi topik bahasan ini.
Tabel 4.3 Distribusi responden menurut jumlah anggota
keluarga
Anggota keluarga
< 2 orang
2 - 5 orang
> 5 orang
Total

Jumlah (orang)
6
79
53
138

Persentase (%)
4,4
57,2
38,4
100

Berdasarkan tabel distribusi responden menurut jumlah anggota


keluarga di atas, dapat dilihat bahwa kebanyakan respoden yang
tinggal 2-5 orang dalam satu rumah, yaitu sebanyak 79 orang (57,2%).
Tabel 4.4 Distribusi responden menurut pekerjaan
Pekerjaan
Petani
Pedagang
Buruh
Wiraswasta
PNS
Total

Jumlah (orang)
66
19
20
16
17
138

Persentase (%)
47,8
13,8
14,5
11,6
12,3
100

Berdasarkan tabel distibusi responden menurut pekerjaan di atas,


didapatkan bahwa paling banyak responden bekerja sebagai petani,
yaitu 66 orang ( 47,8%).

16

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar


responden bekerja sebagai petani, yang artinya adalah kesadaran dan
pemahaman mereka tentang penyakit masih sangat rendah. Dengan
demikian seharusnya warga Sumur Barang dapat lebih memperhatikan
kesehatan keluarganya, khususnya untuk masalah stop buang air
besar sembarangan.
Tabel 4.5 Distribusi responden menurut pendapatan dibagi
jumlah anggota keluarga
Dari hasil pendapatan per bulan dan telah dibagi jumlah anggota
keluarganya adalah :
Pendapatan
< 500.000

Jumlah (orang)
89

> 500.000
> 1.000.000
Total

29
21
138

Persentase (%)
64,5
21
14,5
100

Berdasarkan tabel distibusi responden menurut pendapatan di atas,


didapatkan bahwa paling banyak responden berpenghasilan < Rp.
500.000,- perbulan, yaitu 89 orang ( 64,5%).
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden masih berpenghasilan rendah, yang artinya adalah
kecukupan mereka akan kebutuhan sehari-hari masih sangat kurang.
Dengan demikian seharusnya warga Sumur Barang dapat lebih
bergotong royong untuk kesejahteraan warga Desa Sumur Barang.

4.1.2. Pengetahuan
Tabel 4.6 Distribusi jawaban responden terhadap pertanyaan
apakah penting buang air besar di jamban
Jawaban

Jumlah (orang)

17

Persentase (%)

Ya
Tidak
Total

121
17
138

87,7
12,3
100.00

Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden terhadap


pertanyaan apakah penting buang air besar di jamban di atas, dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden menganggap penting
buang air besar di jamban. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden sudah mengetahui bahwa buang air besar di jamban adalah
tindakan yang seharusnya dilakukan, tetapi sejauh mana pengetahuan
responden tentang pentingnya buang air besar di jamban dapat dilihat
pada tabel-tabel dibawah ini.
Tabel 4.7 Distribusi jawaban responden terhadap jarak jamban
dengan sumber air lebih atau tidak dari 10m

Jawaban
Ya
Tidak
Total

Jumlah

Persentase

(orang)
64
74

(%)
46,4
53,6

138

100

Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden terhadap jarak


jamban dengan sumber air lebih dari 10m, didapatkan 74 orang
(53,6%) yang jarak jamban dengan sumber airnya tidak lebih dari 10m,
sedangkan yang jarak jamban dengan sumber airnya lebih dari 10m
terdapat 64 orang (46,4%) Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden belum mengerti syarat-syarat jamban yang sehat.
Tabel 4.8 Distribusi jawaban pengetahuan responden tentang
jamban anda menimbulkan bau yang tidak sedap

Jawaban
Ya
Tidak

18

Jumlah

Persentase

(orang)
24
114

(%)
17,4
82,6

Total

138

100

Berdasarkan tabel distribusi jawaban pengetahuan responden


tentang jamban yang menimbulkan bau tidak sedap, ternyata
didapatkan data bahwa sebagian besar (82,6%) responden memiliki
jamban yang tidak menimbulkan bau tidak sedap. Sedangkan
responden yang memiliki jamban yang menimbulkan bau tidak sedap
didapatkan sebanyak 24 orang (17,4%).
Tabel 4.9 Distribusi jawaban responden terhadap syarat-syarat
jamban sehat

Jawaban
Ya
Tidak

Jumlah

Persentase

(orang)
31
107

(%)

Total

22,5
77,5

138

100

Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden terhadap syaratsyarat jamban sehat, jawaban terbanyak dari responden adalah tidak
mengetahui (77,5%), sedangkan yang mengetahui 31 orang
(22,5%)dan bisa menjabarkan syarat-syarat jamban sehat hanya 11
orang responden.
Dari data di atas, penulis menilai bahwa sangat banyak responden
yang tidak mengetahui tentang syarat-syarat jamban sehat, ini
mengartikan bahwa mereka tidak mengetahui dan memikirkan akibat
dari jamban yang tidak sehat.
Tabel 4.10 Distribusi jawaban responden tentang darimana
mengetahui syarat-syarat jamban sehat
Jawaban
Keluarga
Teman
Media

Jumlah (orang)
33
13
67

19

Persentase (%)
23,9
9,4
48,6

Lain-lain
Total

25
138

18,1
100.00

Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden terhadap darimana


responden mengetahui tentang syarat-syarat jamban sehat di atas,
jawaban terbanyak dari responden adalah dari media sebanyak 67
orang (48,6%), disusul oleh dari keluarga 33 orang ( 23,9%), dari
teman 13 orang (9,4%), dan dari sumber lain-lain 25 orang (18,1%).
Dari data di atas, penulis menilai bahwa cukup banyak responden
yang mengetahui tentang syarat-syarat jamban sehat dari media, ini
mengartikan bahwa media bisa dianggap sarana penting untuk
memberikan info kesehatan terhadap masyarakat.
Tabel 4.11 Pengetahuan responden terhadap pengertian dari
air bersih

Jawaban
Benar
Salah
Total

Jumlah

Persentase

(orang)
89
49
138

(%)
64,5
35,5
100

Dari tabel distribusi jawaban pengetahuan responden terhadap


pengertian dari air bersih diatas, didapatkan sebanyak 89 responden
(64,5%) memahami bagaimana ciri suatu air yang bersih dan layak
untuk dikonsumsi bagi mereka, tetapi masih ada 49 responden (35,5%)
yang tidak mengerti ciri air yang bersih. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden di Desa Sumur Barang (64,5%) memiliki
pengetahuan yang baik tentang ciri dari air yang bersih dan layak
untuk dikonsumsi.
Tabel 4.12 Distribusi jawaban responden terhadap pengertian
tentang air sungai yang bersih
Jawaban

Jumlah (orang)

20

Persentase (%)

Benar
Salah
Total

131
7
138

94,9
5,1
100.00

Dari tabel distribusi jawaban responden terhadap pengertian


tentang air sungai yang bersih, didapatkan 131 responden (94,9%)
yang memahami ciri dari air sungai yang bersih dan layak untuk
dikonsumsi. Sedangkan yang salah dan tidak mengerti tentang air
sungai yang bersih didapatkan sebanyak 7 responden (5,1%).
Tabel 4.13 Distribusi jawaban responden terhadap air yang
dapat menimbulkan keluhan kesehatan
Jawaban

Jumlah (orang)

Persentase
(%)

Benar
Salah
Total

133
5
138

96,4
3,6
100.00

Dari tabel distribusi jawaban responden terhadap pengertian dan


pengetahuan tentang air yang dapat menimbulkan keluhan kesehatan
di atas, sebagian besar responden (96,4%) menjawab benar.Kemudian
didapatkan 5 responden (3,6%) menjawab salah tentang pengertian air
yang dapat menimbulkan keluhan kesehatan.

Tabel 4.14 Distribusi jawaban pengetahuan responden tentang


berapa banyak air yang dibutuhkan orang setiap harinya
Jawaban

Jumlah

Persentase (%)

Benar

(orang)
48

34,8

Salah
Total

90
138

65,2
100.00

21

Dari tabel distribusi jawaban pengetahuan responden tentang


berapa banyak air yang dibutuhkan setiap harinya, sebagian besar
responden (65,2%) menjawab denga jawaban yang salah. Responden
yang menjawab dengan jawaban yang benar sebanyak 48 responden
(34,8%). Ini menggambarkan bahwa pengetahuan dan kesadaran
masyarakat akan kebutuhan air masih rendah.
Tabel 4.15 Distribusi jawaban pengetahuan respinden tentang
apakah air hujan bisa dijadikan sumber air bersih

Jawaban
Bisa
Tidak
Total

Jumlah

Persentase

(orang)
109
29
138

(%)
80
20
100

Dari tabel distribusi jawaban pengetahuan responden tentang apakah


air hujan dapat dijadikan sumber air bersih, sebagian besar responden
(80%) menjawab dengan jawaban yang benar. Responden yang
menjawab dengan jawaban yang salah sebanyak 29 responden (20%).
Ini menggambarkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang sumber
air yang dapat dikonsumsi sudah cukup tinggi.

Tabel 4.16 Distribusi pengetahuan responden


Jawaban

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Cukup

92

66,7

Kurang

46

33,3

Total

138

100.00

Dari tabel distribusi pengetahuan responden didapatkan bahwa


kebanyakan responden berpengetahuan cukup (66,7%) dan selebihnya
adalah responden dengan pengetahuan kurang (33,3%).

22

Jadi dapat digambarkan bahwa sebagian besar responden belum


memiliki pengetahuan yang baik tentang Stop Buang Air Besar
Sembarangan ( STBABS ).

4.1.3. Sikap
Tabel 4.17 Distribusi sikap responden tentang setuju atau tidak
desanya dijadikan contoh sebagai desa ODF ( Open Defecation
Free )
Jawaban
Setuju

Jumlah (orang)
96

Persentase (%)
69,6

Tidak setuju
Total

42
138

30,4
100.00

Berdasarkan tabel distribusi sikap responden terhadap setuju atau


tidak desanya dijadikan contoh sebagai desa ODF, 96 responden
(69,6%) menjawab setuju dengan kebanyakan alasan agar desanya
menjadi maju. Sedangkan 42 responden (30,4%) menjawab tidak
setuju dengan alasan desanya kurang sarana dan prasarana. Dari data
yang didapatkan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa sebagian
besar responden sudah sadar bahwa desanya ingin maju dan
memperbaiki sikap dan kebiasaan, tetapi untuk responden yang
menjawab tidak setuju sebaiknya perlu diberi penyuluhan tentang hal
ini.
Tabel 4.18 Distribusi sikap responden terhadap tindakan yang
akan dilakukan pada warga sekitar yang masi BAB
sembarangan
Jawaban

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Memberitahu

78

56,5

Diam saja

44

31,9

Lain-lain

16

11,6

23

Total

138

100.00

Berdasarkan tabel distribusi sikap responden terhadap tindakan


yang akan dilakukan pada warga sekitar yang masi BAB sembarangan
di atas, sebagian besar responden (78%) berpendapat akan
memberitahu apa yang seharusnya dilakukan. Sedangkan 44
responden (31,9%) berpendapat diamkan saja, dan 16 responden
(11,6%) memilih tindakan lainnya. Dari data diatas bisa disimpulkan
sebagian besar responden sudah memiliki sikap yang benar, ini
merupakan sikap yang positif yang patut untuk dikembangkan agar
masyarakat perduli tentang kesehatan.
Tabel 4.19 Distribusi sikap responden terhadap setuju atau
tidak jika di desanya dibangun fasilitas umum untuk BAB
Jawaban
Setuju

Jumlah (orang)
106

Persentase (%)
76,9

Tidak setuju
Total

32
138

23,1
100.00

Berdasarkan tabel distribusi sikap responden tentang setuju atau


tidak jika di desanya dibangun fasilitas umum untuk BAB, 106
responden (76,9%) menjawab sertuju, kemudian 32 responden (23,1%)
menjawab tidak setuju dengan kebanyakan alasan akan percuma
karena sebagian besar pekerjaan di desanya adalah petani yang
tentunya jaraknya akan sangat berjauhan dengan fasilitas umum. Ini
menggambarkan bahwa sebagian besar responden mengharapkan
akan adanya fasilitas umum untuk BAB.
Tabel 4.20 Distribusi responden mengenai tetap akan BAB di
sembarang tempat
Jawaban
Tidak

Jumlah (orang)
106

Persentase (%)
76,9

Ya
Total

32
138

23,1
100.00

24

Berdasarkan tabel distribusi sikap responden tentang distribusi


responden mengenai tetap akan BAB di sembarang tempat sebagian
besar responden (76.9%) menjawab tidak terhadap distribusi
responden mengenai tetap akan BAB di sembarang tempat. Ini
menggambarkan sikap masyarakat untuk tidak BAB di sembarang
tempat lagi.
Tabel 4.21 Distribusi sikap responden yang setuju jika buang
air besar di sungai
Jawaban
Setuju

Jumlah (orang)
31

Persentase (%)
22,5

73
138

52,9
100.00

Tidak setuju
Total

Dari tabel distribusi sikap responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden memiliki sikap yang baik (52,9%). Hampir
seluruh responden mempunyai sikap yang baik untuk tidak buang air
besar di sungai. Dengan sikap ini dapat menggambarkan bahwa
responden mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi.
Tabel 4.22 Distribusi sikap responden terhadap setuju jika air
sumur digunakan untuk mencuci pakaian
Jawaban
Setuju

Jumlah (orang)
51

Persentase (%)
36,9

87
138

63,1
100.00

Tidak setuju
Total

Dari tabel distribusi sikap responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden menjawab tidak setuju memncuci pakaian
menggunakan air sumur (63,1%). Hampir seluruh responden
mempunyai sikap yang baik.
Tabel 4.23 Distribusi responden mengenai setuju/tidaknya
adanya PAMSIMAS di desa saudara

25

Jawaban

Jumlah (orang)

Setuju

106

Persentase (%)
76,8

Tidak setuju
Total

32
138

23,2
100.00

Dari tabel distribusi sikap responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden mengatakan setuju (76,8%). Hampir seluruh
responden mempunyai sikap yang baik tehadap PAMSIMAS.
Tabel 4.24 Distribusi sikap responden mengenai sumur harus
tertutup

Setuju

Jawaban

Jumlah (orang)
106

Persentase (%)
76,8

Tidak setuju
Total

32
138

23,2
100.00

Dari tabel distribusi sikap responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden memiliki sikap yang baik (76,8%). Hampir
seluruh responden mempunyai sikap yang baik bahwa sumur
sebaiknya tertutup.

Tabel 4.25 Distribusi sikap responden


Jawaban
Cukup
Kurang
Total

Jumlah (orang)
86
52
138

Persentase (%)
62,3
37,7
100.00

Dari tabel distribusi sikap responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden memiliki sikap yang cukup (62,3%). Hampir
seluruh responden mempunyai sikap yang cukup baik tehadap
masalah Stop Buang Air Besar Sembarangan. Dengan sikap ini dapat
menggambarkan bahwa responden mempunyai tingkat kesadaran

26

yang tinggi dalam usaha untuk memeperbaiki sikap yang salah tentang
Stop Buang Air Besar Sembarangan.

Perilaku responden
Tabel 4.26 Distribusi perilaku responden mengenai tempat
biasa BAB
Jawaban
Jamban

Jumlah (orang)

Sungai
Sawah
Lain-lain
Total

44

Persentase (%)
31,9

38
49
7
138

27,5
35,5
5,0
100.00

Dari tabel distribusi perilaku responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden biasa BAB di jamban (31,9%).
Tabel 4.27 Distribusi perilaku responden selalu cuci tangan
dengan sabun setelah BAB
Jawaban
Ya
Tidak
Total

Jumlah (orang)
50

Persentase (%)
36,2

88
138

63,8
100.00

Dari tabel distribusi perilaku responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden tidak mencuci tangannya setelah BAB (63,8%)
Tabel 4.28 Distribusi perilaku responden yang memilki

jamban sendiri
Jawaban
Ya
Tidak
Total

Jumlah (orang)
32

Persentase (%)
23,2

106
138

76,8
100.00

Dari tabel distribusi perilaku responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden tidak memiliki jamban sendiri (76,8%).

27

Tabel 4.29 Distribusi perilaku responden air sumur sebagai

sumber air bersih


Jawaban
Ya

106

Persentase (%)
76,8

Tidak

32
138

23,2
100.00

Total

Jumlah (orang)

Dari tabel distribusi perilaku responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden menganggap sumur merupakan sumber air
bersih (76,8%)
Tabel 4.30 Distribusi perilaku responden setelah mencuci

sayuran, ikan, daging (bahan makanan) di sungai, apakah


masih mencucinya dengan air bersih (mata air)
Jawaban
Ya

106

Persentase (%)
76,8

Tidak

32
138

23,2
100.00

Total

Jumlah (orang)

Dari tabel distribusi perilaku responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden tidak mencuci bahan makanannya kembali
dengan air bersih setelah dicuci di air sungai (76,8%)

Tabel 4.31 Distribusi perilaku responden yang memiliki sumur

sendiri
Jawaban
Ya
Tidak
Total

Jumlah (orang)
106

Persentase (%)
76,8

32
138

23,2
100.00

Dari tabel distribusi perilaku responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden memiliki sumur sendiri (76,8%).

28

Tabel 4.32 Distribusi perilaku responden menyikat gigi dengan

air sungai
Jawaban

Jumlah (orang)

Ya
Tidak
Total

106

Persentase (%)
76,8

32
138

23,2
100.00

Dari tabel distribusi sikap responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden menyikat gigi menggunakan air sungai (76,8%)
Tabel 4.33 Distribusi perilaku responden jika air sumur sedang

kotor, masih menggunakan air sumur untuk keperluan


sehari-hari
Jawaban

Jumlah (orang)

Ya
Tidak
Total

106

Persentase (%)
76,8

32
138

23,2
100.00

Dari tabel distribusi sikap responden dapat dilihat bahwa sebagian


besar masyarakat tetap menggunakan air sumur yang kotor untuk
keperluan sehari-hari (76,8%)
Tabel 4.34 Distribusi perilaku responden yang buang air besar

di sungai
Jawaban
Ya
Tidak
Total

Jumlah (orang)
106

Persentase (%)
76,8

32
138

23,2
100.00

Dari tabel distribusi perilaku responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden masih buang air besar di sungai (76,8%).

29

Tabel 4.35 Distribusi perilaku responden jika air sungai

sedang banjir dan keruh, air sungai digunakan untuk


keperluan sehari-hari.
Jawaban
Ya

Jumlah (orang)

Tidak
Total

106

Persentase (%)
76,8

32
138

23,2
100.00

Dari tabel distribusi perilaku responden dapat dilihat bahwa


kebanyakan responden (76,8%) menggunakan air sungai yang kotor
untuk keperluan sehari-hari.
Tabel 4.36 Distribusi perilaku responden
Jawaban
Cukup
Kurang
Total

Jumlah (orang)
33
105
50

Persentase (%)
23,9
76,1
100.00

Dari tabel distribusi perilaku responden didapatkan bahwa 33


responden (23,9%) mempunyai perilaku yang cukup dan 105
responden (76,1%) mempunyai perilaku yang kurang.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada Gambaran perilaku sikap dan pengetahuan

masyarakat desa Sumur Barang terhadap Stop Buang Air Besar Sembarangan
Tahun 2013, dapat disimpulkan, hal sebagai berikut :
1. Pengetahuan

responden

mengenai

stop

buang

air

besar

sembarangan 66,7% cukup


2. Sikap responden terhadap stop buang air besar sembarangan
62,3% cukup

30

3. Perilaku responden terhadap stop buang air besar sembarangan


76,1% kurang
Jadi, berdasarkan hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa
banyak responden yang memiliki pengetahuan dan sikap yang cukup,
sedangkan perilaku responden kurang terhadap stop buang air besar
sembarangan.

5.2

Saran
1. Karena masih banyak responden memiliki perilaku yang kurang
mengenai

stop

buang

air

besar

sembarangan,

sebaiknya

pemerintah mendidik masyarakat mengenai pentingnya label


stop buang air besar sembarangan melalui iklan layanan
masyarakat di media masa, penyuluhan, ataupun dapat melalui
perantara puskesmas.
2. Puskesmas sebaiknya melakukan penyuluhan dan pendekatan
yang lebih sering melalui tokoh-tokoh masyarakat di Desa Sumur
Barang terhadap stop buang air besar sembarangan, karena
masih banyaknya perilaku masyarakat Desa Sumur Barang yang
masih kurang.
3. Masyarakat Desa Sumur barang sebaiknya lebih sering saling
mengingatkan akan pentingnya perihal stop buang air besar
sembarangan terhadap sesama warga sekitar.

31

Anda mungkin juga menyukai