Anda di halaman 1dari 29

BAB I

LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan
Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk
tujuan

pengorganisasian

dan

pemahaman,

kita

umumnya

menggambarkan

perkembangan dalam pengertian periode atau fase perkembangan.


Perkembangan adalah perubahan individu yang lebih ke arah rohaniah yang
menjadi unik untuk setiap individu, karena perkembangan individu berbeda,
perkembangan juga memiliki pola-pola tersendiri yang khas yang hanya bisa diamati
tanpa bisa diukur. Sedangkan pertumbuhan adalah proses perubahan jasmani yang
terjadi sampai mencapai kematangan fisik yang bersifat kuantitatif yang dialami oleh
individu yang satu dengan yang lain berbeda. Pertumbuhan dan perkembangan
berjalan menurut norma-norma tertentu. Walaupun demikian seorang anak dalam
banyak hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya mengkonsumsi makanan,
perawatan, bimbingan, perasaan aman, pencegahan penyakit dan sebaginya. Oleh
karena itu semua orang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti
persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Banyak faktor yang
mempengaruhi

pertumbuhan

dan

perkembangan,

diantaranya

adalah

faktor

lingkungan. Bila lingkungan karena suatu hal menjadi buruk, maka keadaan tersebut
hendaknya diubah (dimodifikasi) sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak
dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
Fase perkembangan manusia secara umum dibagi kedalam lima tahapan,
yaitu: 1) bayi, 2) anak-anak, 3) remaja, 4) Dewasa dan 5) lansia. Setiap fase atau
tahapan perkembangan kehidupan manusia senantiasa berlangsung seiringdengan
kegiatan belajar. Tugas fase yang muncul dalam setiap perkembangan, merupakan
keharusan universal dan idealnya berlaku secara otomatis, seperti kegiatan belajar
terampil melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada
manusia normal.

Selain itu, hal-hal lain yang juga menimbulkan tugas-tugas perkembangan


adalah: a) adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembanangan tertentu, b)
adanya dorongan cita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang itu sendiri,
dan c) adanya tuntutan kultural masyarakat. Setiap anak atau individu berkembang
melalui tahap perkembangan. Setiap tahap, terutama tahap-tahap perkembangan yang
dikemukakan oleh Erickson dan Havigurst mempunyai tema yang menggambarkan
tugas utama dari masa itu. Setiap tahap juga memiliki tugas-tugas perkembangan
konkrit yang penting, yang harus dicapai si anak atau individu. Dalam rangka
memfungsikan tahap-tahap perubahan yang menyertai perkembangannya, manusia
harus

belajar

melakukan

kebiasaan-kebiasaan

tententu,

misalnya

kebiasaan

belajar berjalan dan berbicara pada rentang usia 1-5 tahun. Belajar melakukan
kebiasaan-kebiasaan tententu pada saat atau masa perkembangan yang tepat
dipandang berkaitan langsung dengan tugas-tugas perkembangan berikutnya.
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang proses
adaptasi Psikologi dalam penerapan setiap tahap.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Dan Ciri Ciri Perkembangan
Perkembangan adalah perubahan perubahan yang dialami individu atau organisme
menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.
Sistematis adalah perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling ketergantungan
atau saling mempengaruhi antara bagian bagian organisme dan merupakan satu
kesatuan yang harmonis.
Progresif adalah perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam baik
secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).
Berkesinambungan adalah perubahan pada bagian atau fungsi organisme berlangsung
secara beraturan.
Ciri ciri perkembangan secara umum yaitu :
Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (perubahan beratbadam dan organ organ
tubuh) dan aspek psikis (matangnya kemampuan berpikir, mengingat dna berkreasi)
Terjadinya perubahan dalam proporsi aspek fisik (proporsi tubuh anak berubah sesuai
dengan fase perkembangannya) dan aspek psikis (perubahan imajinasi dari fantasi ke
realitas)
Lenyapnya tanda tanda fisik (lenyapnya kelenjar timus seiring bertambahnya usia)
dna tanda tanda psikis (lenyapnya gerak gerik kanak kanak dan perilaku impulsif)
Diperolehnya tanda tanda fisik yang baru (pergantian gigi dan karakter seks pada usia
remaja) dan psikis yang baru (berkembangannya rasa ingin tahu tentang pengetahuan,
moral, interaksi dengan lawan jenis)
B. Prinsip Prinsip Perkembangan
1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending proses)
2. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
3. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu
Arah atau pola perkembangan itu ditemukan oleh Yelon dan Weinstein (1997) :
a. Cephalocaudal (perkembangan manusia dimulai dari kepala ke kaki) dan proximal
distal (dari tengah ke pinggir)

b. Struktur mendahului fungsi


c. Perkembangan berdiferensial berlangsung dari umu ke khusus (soesifik)
d. Perkembangan berlangsung dari konkret ke abstrak
e. Perkembangan berlangsung dari egosentris ke perspektifme
f.

Perkembangan berlangsung dari outer control to inner control

g. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlebihan


h. Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas
i.

Semua aspek perkembanga saling mempengaruhi

C. Fase Perkembangan
Pendapat para ahli mengenai periodesasi yang bermacam macam digolongkan
dalam 3 bagian yaitu :
1. Periodisasi yang berdasar biologis
Pada periode ini ditentukan oleh proses biologis tertentu. Pembagian Aristoteles
didasarkan atas gejala pertumbuhan jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua
dibatasi oleh pergantian gigi, antara fase kedua dengan fase ketiga ditandai dengan
mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin.
2. Periodisasi yang berdasar psikologis
Tokoh utama yang mendasakan periodisasi ini kepada keadaan psikologis adalah
Oswald Kroch. Beliau menjadikan masa masa kegoncangan sebagai dasar
pembagian masa masa perkembangan,

karena beliau yakin bahwa masa

kegoncangan inilah yang merupakan keadaan psikologis yang khas dan dialami oleh
setiap anak dalam masa perkembangannya
3. Periodisasi yang berdasar didaktis
Pembagian masa masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh
Harvey A Tilker, PhD dalam Developmental Psycology To Day dan Elizabeth B
Hurlock dalam Developmental Sycology tampak sudah lengkap mencakup
sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang
berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya sebagai
berikut :
a. Masa Sebelum Lahir
b. Masa Bayi Baru Lahir
c. Masa Bayi
d. Masa Kanak Kanak Awal
e. Masa Kanak Kanak Akhir

f. Masa Puber
g. Masa Dewasa Awal
h. Masa Dewasa Madya
i. Masa Usia Lanjut
D. Pengertian Dan Kriteria Menentukan Fase Perkembangan
1. Tahap Perkembangan Berdasarkan Analisis Biologis
a. Aristoteles menggambarkan perkembangan individu sejak anak anak sampai
dewasa menjadi 3 tahapan :

Tahap I (0 7 tahun)

: masa anak kecil atau bermain

Tahap II (7 14 tahun)

: masa anak, masa sekolah

Tahap III (14 21 tahun) : masa peralihan dari masa usia anak menjadi dewasa

b. Kretscmer mengemukakan bahwa dari lahir sampai dewasa individu melewati 4


tahapan :

Tahap I (0 3 tahun)

: Fullungs (pengisian) periode I, pada fase ini anak

kelihatan pendek gemuk.

Tahap II (3 7 tahun)

Tahap III (7 13 tahun) : Fullungs periode II anak keliahatan pendek dan gemuk

: periode I anak kelihatan langsing (meninggi)

kembali

Tahap IV (13 20 tahun : Streckungs periode II anak kembali kelihatan langsing

c. Elisabeth Hurlock

Tahap I

Tahap II : Infancy (Orok)

Tahap III : Babyhood (Bayi)

Tahap IV : Childhood (Kanak Kanak)

Tahap V : Adolesence/Puberty : a) Pre Adolesence b) Eary Adolesence c) Late

: Fase Prenatal (Sebelum Lahir)

Adolesence
2. Tahap Perkembangan Berdasarkan Didaktis
Menurut pendapat dari Comenius dan pendapat Rosseau penahapan ini digolongkan
sebagai berikut :
a. Comenius. Dipandang dari segi pendidikan, pendidikan lengkap bagi seorang ibu
berlangsung dalam 4 jenjang yaitu :

Sekolah ibu (scola maternal) anak anak sampai 6 tahun

Sekolah bahasa ibu (scola vernaculan) anak anak 6 12 tahun

Sekolah latin (scola latina) usia 12 18 tahun

b. Rosseau. Penahapannya :

Tahap I (0 2 tahun)

: usia asuhan

Tahap II (2 12 tahun)

: masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera

Tahap III (12 15 tahun) : periode pendidikan akal

Tahap IV (15 20 tahun): periode pendidikan watak dan pendidikan agama

3. Tahap Perkembangan Berdasarkan Psikologis


Berdasarkan masa dimana individu mengalami goncangan psikis, perkembangan
individu dapat digambarkan melewati tiga periode atau masa, yaitu dari sampai masa
kegoncangan pertama (tahun ketiga atau kepemat yang biasa disebut masa kanak
kanak), masa goncangan pertama sampai pada masa kegoncangan kedua (masa
keserasian bersekolah), dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang
biasa disebut masa kematangan.
E. Kriteria Penahapan Perkembangan
Dalam hubungan proses belajar mengajar pentahapan perkembangan yang
digunakan sebaiknya bersifat elektif (tidak terpaku pada satu pendapat saja). Fase fase
perkembangan individu :
1. Masa Usia Prasekolah (0 6 Tahun)
a. Masa Vital yaitu masa dimana individu menggunakan fungsi fungsi biologis
untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya.
b. Masa Estetika yaitu masa perkembangan rasa keindahan dimana dalam masa
ini perkembangan anak yang terutama adalah fungsi pancainderanya.
2. Masa Usia Sekolah Dasar (6 12 tahun)
a. Masa Kelas Kelas Rendah Sekolah Dasar
Sifat sifat yang umum pada masa ini biasanya anak tunduk pada peraturan
peraturan tradisional, adanya kecenderungan memuji diri sendiri, suka
membanding bandingkan dirinya dengan anak yang lainnya
b. Masa Kelas Kelas Tinggi Sekolah Dasar
Sifat sifat khas anak dalam masa ini antara lain : adanya minat terhadap
kehidupan praktis sehari hari, amat realistic (ingin mengetahui dan belajar),

biasanya anak gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama sama
c. Masa usia sekolah menengah
Masa ini daat diperinci menjadi beberapa masa yaitu :

Masa praremaja (remaja awal), masa ini ditandai oleh sifat sifat negatif
pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa negatif seperti
tidak senang, kurang suka bekerja dan pesimistik

Masa remaja (remaja madya), pada masa ini remaja mencari sesuatu yang
dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja puja, ia
membetuhkan teman yang dapat memahami dan menolongnya saat suka
maupun duka

Masa remaja akhir, masa ini remaja dapat mentukan pendirian hidunya

Masa usia mahasiswa, masa usia mahasiswa biasanya berusia 18 -25 tahun
dan pada masa inilah remaja memiliki pemantapan pendirian hidu

F. Keadaan Psikologi Bayi dan Anak


Masa bayi berlangsung selama duatahun pertama kehidupan setelah periode bayi baru
lahir selama dua minggu. Pada beberaa bulan pertama dari kelahirannya, aspek yang
memegang peranan penting dari bayi adalah sekitar mulutnya, selain untuk makan dan
minum juga sebagai alat komunikasi dengan dunia luar. Bayi mendapatkan beberapa
pengalaman dan rasa senang melalui sentuhan mulutnya. Baru selanjutnya mata, telinga
dan tangan yang berperan sebagai penghubung dengan dunia luar. Ada beberapa tugas
perkembangan masa bayi dan awal masa kanak kanak yang dikemukakan oleh seorang
tokoh psikologi perkembangan Havighurst :

Belajar makan makanan padat

Belajar berjalan

Belajar berbicara

Belajar mengenadlikan pembuangan kotoran tubuh

Memelajari perbedaan peran seks


1. Perkembangan Psikologi Pada Bayi
a. Perkembangan Bicara

Bicara merupakan sarana berkomunikasi. Dalam berkomunikasi minimal ada dua


keterampilan yang perlu dikuasai yaitu kemampuan manangkap pesan dari orang
lain dan kemampuan menyampaikan pesan kepada orang lain. Komunikasi ini
diungkapkan dalam berbagai macam bahasa : lisan, tertulis, bahasa isyarat tangan,
mimik dan sebagainya. Ada beberapa tugas yang terlibat dalam belajar bicara :
Pengucapan
Bayi belajar mengucapkan kata kata dengan coba coba dengan meniru orang
dewasa. Banyak kata yang kurang berarti sampai dengan usia 18 bulan, tapi
setelah itu akan terlihat perkembangan yang mencolok.
Kosa kata
Kosa kata ini meningkat dengan bertambahnya usia. Pertama diawali dengan
nama orang dan benda kemudian kata kerja.
Kalimat
Kalimat bayi yang pertama muncul biasa terjadi diantara usia 12 dan 18 bulan
yang terdiri satu kata dan disertai isyarat.
b. Pola Emosi Pada Bayi
Pola emosi pada bayi didominasi dengan emosi menyenangkan dan emosi yang
tidak menyenangkan. Bayi yang mendapat perawatan fisik yang memadai,
mendapatkan kasih sayang dari orang orang disekitarnya akan menunjukkan emosi
senang. Sedangkan kondisi sebaliknya membuat bayi menunjukkan emosi tidak
senang, sering menangis karena marah atau takut, dalam kondisi tertentu menjadikan
bayi tidak bahagia atau bahkan sakit sakitan. Dalam kondisi tertentu orangtua
menjadi tidak sabar merasa peoses merawat bayi menjadi beban bagi mereka, reaksi
emosi tidak senang atau tidak sabar dari orangtua ini selanjutnya juga berpengaruh
terhadap emosi bayi.
c. Perkembangan Sosialisasi
Pengalaman sosial ada masa ini banyak mempengaruhi pola hubungan sosial dan
pola perilaku di masa depan. Beberapa bukti bahkan hanya sedikit yang menyatakan
bahwa sikap sosial dan antisosial merupakan sikap bawaan. Bahkan seseorang
menjadi introvert dan ekstrovert lebih banyak dipengaruhi pengalaman
pengalaman sosial awal dimana hal ini banyak terjadi di dalam rumah. Alasan lain
mengapa dasar dasar sosial pada masa penting adalah sekali terbentuk cenderung
akan menetap pada masa masa berikutnya.

Reaksi sosial kepada orang dewasa

Usia 2 3 bulan : mampu membedakan manusia dan benda mati

Usia 4 5 bulan : bayi suka digendong oleh siapa saja, memberi reaksi yang
berbeda terhadap wajah yang tersenyum, suara yang ramah dan suara yang
menunjukkan kemarahan

Usia 6 7 bulan : mampu membedakan teman dan orang lain

Usia 8 9 bulan : mencoba meniru kata kata, isyarat atau gerakan sederhana
dari orang lain

Usia 12 bulan : bayi bereaksi terhadap larangan

Usia 16 18 bulan : muncul negativisme dalam bentuk kepala dan tidak mau
mengikuti permintaan atau perintah orang dewasa

Usia 22 24 bulan : melalui bekerjasama dalam kegiatan rutin seperti makan dan
mandi

Reaksi sosial terhada bayi lain

Usia 4 5 bulan : menarik perhatian bayi lain dengan menggerakkan badan,


bermain ludah, menendang dan tertawa

Usia 6 7 bulan : tersenyum pada bayi lain dan menunjukkan minat pada
tangisan bayi lain

Usia 9 13 bulan : mencoba memegang pakaian dan rambut bayi lain, mencoba
bekerjasama dalam bermain tetapi bingung jika mainannya diambil bayi lain

Usia 18 24 bulan : berminat bermain dengan bayi lain menggunakan mainan


untuk membentuk hubungan sosial

d. Perkembangan Bermain
Ada bebera ola bermain yang umum dari masa bayi :

Sensomotorik

Menjelajah

Meniru

Berpura pura

Permainan

Hiburan

e. Peranan Disiplin Dalam Masa Bayi

Disiplin ditegakkan dengan tujuan mengajarkan pada anak apa yang dianggap oleh
kelompok sosialnya benar atau salah. Pada masa ini bayi harus belajar melakukan
reaksi yang benar terhadap berbagai situasi. Tindakan yang salah selamanya harus
dianggap salah tidak peduli siapa pengasuhnya. Pertama bayi harus tahu mana
tindakan yang benar dan mana yang salah, meskipun bayi belum mengerti
sepenuhnya pembicaraan, namun mereka menangkap maksud orang tua atau orang
disekulilingnya melalui mimik muka, gerakan tangan dan tubuh atau suara suara.
Dengan memberlakukan disiplin yang ketat, bayi yang muda belia ini dapat dilatih
melakukan suatu pola yang tidak menyulitkan orangtua, terutama dalam menghadapi
masa sulit tahun kedua dimana dia membantah permainan dan perintah orang
orang disekitarnya.
f.

Kebahagiaan Dalam Masa Bayi


Tahun pertama kehidupan dipandang sebagai masa yang paling bahagia sepanjang
rentang kehidupannya. Namun ada beberapa sebab ketidakbahagiaan selama masa
bayi, misalnya kesehatan yang buruk, tumbuhnya gigi, keinginan mandiri, kecewa
akan peran orangtua, permulaan disiplin, penganiayaan anak dan meningkatnya
kebencian antar saudara.

2. Perkembangan Psikologi Pada Anak


a. Prinsip perkembangan anak
b. Tugas perkembangan masa anak anak
c. Aspek perkembangan anak
G. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Psikologi
1. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap
berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Proses
pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan
oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan
oleh keluarga.
2. Kematangan
Untuk dapat bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis
sehingga mamu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat
orang lain memerlukan kematangan intelektual dan emosianal. Disamping itu
kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.

3. Status Sosial Ekonomi


Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam
masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya.
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan
sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan
sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5. Kapasitas Mental
Emosi dan intelengensi. kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal,
seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah dan berbahsa. Perkembangan emosi
berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan
intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika
perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan
perkembangan sosial anak.
H. Masalah Masalah Psikologi Pada Anak Yang Sering Terjadi
1. Attsoederention

Deficit/

Hiperactivity

Disorder

(ADHD)/

Attetion

Deficit/

Hiperactivity Disorder (ADHD) /Gangguan Pemusatan Perhatian / Hiperaktivitas


ADHD adalah anak yang menglami defisiensi dalam perhatian, tidak dapat
menerima impuls-impuls dengan baik, suka melakukan gerakan yang tidak terkontrol
dan menjadi lebih hyperaktif/ tidak mau diam.
Kriteria anak hiperaktif:
a. Kesulitan dalam memusatkan perhatian
b. Bersikap apatis terhadap lawan bicaranya.
c. Mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar dirinya
d. Tidak dapat duduk tenang
e. Sering mengucapkan kata-kata secara spontan
f. Mengalami kesulitan dalam bermain dengan temannya
g. Sering kehilangan sesuatu yang diperlukan untuk tugas-tugas atau aktifitas
disekolah / dirumah

h. Sering melakukan aktifitas yang berbahaya tanpa mempertimbangkan resiko


yang terjadi
Beberapa penyebab anak mengalami hiperaktif adalah
a. Sikap orang tua yang memberikan pola asuh yang kurang efektif, tidak
konsisten, atau kurang disiplin dirumah
b. kerusakan pusat saraf akibat tekanan batin atau kelelahan
c. Kebiasaan makan yang salah/ sensitive terhadap makanan tertentu
d. Anak yang terlalu dimanja, suka mengatur diri sendiri dirumah dan lebih
berkuasa dari pada orang tuanya
Cara mengatasinya adalah dengan mendeteksi dini perilaku hiperaktif pada setiap fase
perkembangan dan segera diberikan perhatian khusus jika ditemukan adanya criteria
anak hiperaktif.
2. Disleksia
Anak yang memiliki keterlambatan membaca sejak awal kesulitan mempelajari
bahasa lisan dan mengalami kesulitan dalam mengartikan kata-kata( huruf/ suara,
sisipan, penggantian/ kebalika), cepat melupakan apa yang telah dibacanya.
Tanda anak yang mengalami kesulitan membaca:
a. Membaca amat lamban dan tidak yakin akan apa yang telah diucapkan.
b. Menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan mata.
c. Melewatkan beberapa suku kata atau baris dalam teks
d. Menambahkan kata yang tidak ada dalam teks
e. Membolak balik susunan huruf
f.

Salah melafalkan kata yang sudah akrab

g. Mangganti satu kata dengan kata lain


h. Membuat kata-kata sendiri yang tidak memiliki arti
i.

Mengabaikan tanda baca.

Beberapa ide untuk membantu anak mengatasi masalah kesulitan membaca:


a. Menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca
b. Tunda bila anak lelah, lapar atau mudah marah

c. Lakukan latihan secara bertahap dan tidak berlebihan


d. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dengan anak
e. Ketika membaca cerita bersama-sama, pastikan anak tidak hanya menghafal katakata tetapi merasakannya juga.
f.

Bersikap positif dan pujilah anak ketika membaca dengan benar atau berilah hadiah

3. Gangguan Artikulasi
a. Kosakata yang kurang karena keterbelakangan mental atau kurangnya rangsangan
dari orang tua.
b. Perkembangan kepribadian yang kurang menyebabkan anak pendiam, menarik diri
dari lingkungannya dan anak takut untuk mengungkapkan keinginanya,
perasaannya.
4. Autisme
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autism seolah
olah berada dalam duanianya sendiri.Autisme dibagi menjadi dua yaitu:
a. Klasik yaitu apabila kerusakan otak sudah terdapat sejak lahir karena sewaktu
dalam kandungan ibu terinfeksi virus (rubella, toksoplasma, CMV, Herpes),
jamur (candida) atau terpapar logam berat berbahaya seperti mercuri dan timbal.
b. Regresif yaitu timbul saaat anak berusia12-24 bulan
Karakteristi anak Autisme:
a. Hambatan dalam membentuk hubungan social
b. Cenderung menyendiri
c. Kurang dapat bereaksi dengan tepat terhadap perasaan dan emosi orang lain
d. Memperlakukan

orang

lain

seperti

objek,

hanya

berinteraksi

boila

membutuhkan.
e. Tidak mampu membentuk pertemanan dan berinteraksi sosial sesuai dengan
usianya.
f.

Minat terbatas dan tadak dapat baermain secara akurat

g. Kterbatasan dalam ketrampilan sosial.


5. Gangguan Pencernaan, Penyebab Kesulitan Makan

Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah buat orangtua atau
pengasuh anak. Keluhan tersebut sering dikeluhkan orang tua kepada dokter yang
merawat anaknya. Faktor kesulitan makan pada anak inilah yang sering dialami oleh
sekitar 25% pada usia anak, jumlah akan meningkat sekitar 40-70% pada anak yang
lahir prematur atau dengan penyakit kronik. Hal ini pulalah yang sering membuat
masalah tersendiri bagi orang tua, bahkan dokter yang merawatnya. Penelitian yang
dilakukan di Jakarta menyebutkan pada anak prasekolah usia 4-6 tahun, didapatkan
prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar 79,2% telah berlangsung
lebih dari 3 bulan.
Kesulitan makan karena sering dan berlangsung lama sering dianggap biasa.
Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada
anak. Salah satu keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin
tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan.
Akhirnya orang tua berpindah-pindah dokter dan berganti-ganti vitamin tapi tampak
anak kesulitan makannya tidak membaik. Sering juga terjadi bahwa kesulitan makan
tersebut dianggap dan diobati sebagai infeksi tuberkulosis yang belum tentu benar
diderita anak.
Dengan penanganan kesulitan makan pada anak yang optimal diharapkan dapat
mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak
Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi mendatang khususnya.
Tumbuh kembang dalam usia anak sangat menentukan kualitas seseorang bila sudah
dewasa nantinya.
a. Gejala Suatu Penyakit
Kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi merupakan gejala atau
tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh
anak. Pengertian kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk
makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis
dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka
mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan
secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Gejala
kesulitan makan pada anak (1). Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan
atau hanya bisa makanan lunak atau cair, (2) Memuntahkan atau menyemburnyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak, (3).Makan berlama-lama dan
memainkan makanan, (4) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam

mulut atau menutup mulut rapat, (5) Memuntahkan atau menumpahkan makanan,
menepis suapan dari orangtua, (6). Tidak menyukai banyak variasi makanan dan (7),
Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.

b. Penyebab Utama Kesulitan Makan


Penyebab kesulitan makanan itu sangatlah banyak. Semua gangguan fungsi organ
tubuh dan penyakit bisa berupa adanya kelainan fisik, maupun psikis dapat dianggap
sebagai penyebab kesulitan makan pada anak. Kelainan fisik dapat berupa kelainan
organ bawaan atau infeksi bawaan sejak lahir dan infeksi didapat dalam usia anak.
Secara umum penyebab umum kesulitan makan pada anak dibedakan dalam 3 faktor,
diantaranya adalah hilang nafsu makan, gangguan proses makan di mulut dan pengaruh
psikologis. Beberapa faktor tersebut dapat berdiri sendiri tetapi sering kali terjadi lebih
dari 1 faktor. Penyebab paling sering adalah hilangnya nafsu makan, diikuti gangguan
proses makan. Sedangkan faktor psikologis yang dulu dianggap sebagai penyebab
utama, mungkin saat mulai ditinggalkan atau sangat jarang.
Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan tampaknya merupakan penyebab
utama masalah kesulitan makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari
yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada nafsu makan). Tampilan
gangguan yang ringan berupa minum susu botol sering sisa, waktu minum ASI
berkurang (sebelumnya 20 menit menjadi 10 menit), makan sering sisa atau hanya
sedikit atau mengeluarkan dan menyembur-nyemburkan makanan di mulut. Sedangkan
gangguan yang lebih berat tampak anak menutup rapat mulutnya atau tidak mau makan
dan minum sama sekali. Berkurang atau hilangnya nafsu makan ini sering diakibatkan
karena gangguan fungsi saluran cerna.
Gangguan fungsi pencernaan tersebut kadang tampak ringan seperti tidak ada
gangguan. Tanda dan gejala yang menunjukkan adanya gangguan tersebut adalah perut
kembung, sering cegukan, sering buang angin, sering muntah atau seperti hendak
muntah bila disuapin makan. Gampang timbul muntah terutama bila menangis,
berteriak, tertawa, berlari atau bila marah. Sering nyeri perut sesasaat, bersifat hilang
timbul. Sulit buang air besar (bila buang air besar ngeden, tidak setiap hari buang air
besar, atau sebaliknya buang air besar sering (>2 kali/perhari). Kotoran tinja berwarna
hitam atau hijau, berbentuk keras, bulat (seperti kotoran kambing) atau cair disertai
bentuk seperti biji lombok, pernah ada riwayat berak darah. Gangguan tidur malam :

malam rewel, kolik, tiba-tiba mengigau atau menjerit, tidur bolak balik dari ujung ke
ujung lain tempat tidur. Lidah tampak kotor, berwarna putih serta air liur bertambah
banyak atau mulut berbau.
Gangguan saluran cerna biasanya disertai kulit yang sensitif. Sering timbul bintikbintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau serangga, biang keringat, kulit berwarna
putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan lainnya. Saat bayi sering timbul
gangguan kulit di pipi, sekitar mulut, sekitar daerah popok dan sebagainya.
Tanda dan gejala tersebut di atas sering dianggap biasa karena sering terjadi pada
banyak anak. Padahal bila di amati secara cermat tanda dan gejala tersebut merupakan
manifestasi adanya gangguan pencernaan, yang sangat mungkin berkaitan dengan
kesulitan makan pada anak.
c. Gangguan Proses Makan Di Mulut
Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan dimulut, mengunyah dan
menelan. Ketrampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar di sekitar
mulut sangat berperanan dalam proses makan tersebut. Pergerakan morik tersebut
berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan dilakukan oleh otot di
rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar mulut. Gangguan
proses makan di mulut tersebut seringkali berupa gangguan mengunyah makanan.
Tampilan klinis gangguan mengunyah adalah keterlambatan makanan kasar tidak bisa
makan nasi tim saat usia 9 bulan, belum bisa makan nasi saat usia 1 tahun, tidak bisa
makan daging sapi (empal) atau sayur berserat seperti kangkung. Bila anak sedang
muntah dan akan terlihat tumpahannya terdapat bentukan nasi yang masih utuh. Hal ini
menunjukkan bahwa proses mengunyah nasi tersebut tidak sempurna. Tetapi
kemampuan untuk makan bahan makanan yang keras seperti krupuk atau biskuit tidak
terganggu, karena hanya memerlukan beberapa kunyahan. Gangguan koordinasi
motorik mulut ini juga mengakibatkani kejadian tergigit sendiri bagian bibir atau lidah
secara tidak sengaja.
Kelainan lain yang berkaitan dengan koordinasi motorik mulut adalah
keterlambatan bicara dan gangguan bicara (cedal, gagap, bicara terlalu cepat sehingga
sulit dimengerti). Gangguan motorik proses makan ini biasanya disertai oleh gangguan
keseimbangan dan motorik kasar lainnya seperti tidak mengalami proses perkembangan
normal duduk, merangkak dan berdiri. Sehingga terlambat bolak-balik (normal usia 4
bulan), terlambat duduk merangkak (normal 6-8 bulan) atau tidak merangkak tetapi
langsung berjalan, keterlambatan kemampuan mengayuh sepeda (normal usia 2,5

tahun), jalan jinjit, duduk bersimpuh leter W. Bila berjalan selalu cepat, terburu-buru
seperti berlari, sering jatuh atau menabrak, sehingga sering terlambat berjalan. Ciri
lainnya biasanya disertai gejala anak tidak bisa diam, mulai dari overaktif hingga
hiperaktif. Mudah marah serta sulit berkonsentrasi, gampang bosan dan selalu terburuburu.
Gangguan saluran pencernaan tampaknya merupakan faktor penyebab terpenting
dalam gangguan proses makan di mulut. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan teori
Gut Brain Axis. Teori ini menunjukkan bahwa bila terdapat gangguan saluran cerna
maka mempengaruhi fungsi susunan saraf pusat atau otak. Gangguan fungsi susunan
saraf pusat tersebut berupa gangguan neuroanatomis dan neurofungsional. Salah satu
manifestasi klinis yang terjadi adalah gangguan koordinasi motorik kasar mulut.
Kelainan bawaan adalah gangguan fungsi organ tubuh atau kelainan anatomis organ
tubuh yang terjadi sejak pembentukan organ dalam kehamilan.Diantaranya adalah
kelainan mulut, tenggorok, dan esofagus: sumbing, lidah besar, tenggorok terbelah,
fistula trakeoesofagus, atresia esofagus, Laringomalasia, trakeomalasia, kista laring,
tumor, tidak ada lubang hidung, serebral palsi, kelainan paru, jantung, ginjal dan organ
lainnya sejak lahir atau sejak dalam kandungan.
Bila fungsi otak tersebut terganggu maka kemampuan motorik untuk makan akan
terpengaruh. Gangguan fungsi otak tersebut dapat berupa infeksi, kelainan bawaan atau
gangguan lainnya seperti serebral palsi, miastenia gravis, poliomielitis.. Bila kelainan
susunan saraf pusat ini terjadi karena kelainan bawaan sejak lahir biasanya disertai
dengan gangguan motorik atau gangguan perilaku dan perkembangan lainnya.
d. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan
pada anak. Tampaknya hal ini terjadi karena dahulu kalau kita kesulitan dalam
menemukan penyebab kesulitan makan pada anak maka gangguan psikologis dianggap
sebagai diagnosis keranjang sampah untuk mencari penyebab kesulitan makan pada
anak. Untuk memastikan gangguan psikologis sebagai penyebab utama kesulitan
makan pada anak harus dipastikan tidak adanya kelainan organik pada anak.
Kemungkinan lain yang sering terjadi, gangguan psikologis memperberat masalah
kesulitan

makan

yang

memang

sudah

terjadi

sebelumnya.

Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu
waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis
tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk

memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat
dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin
dilakukan

oleh

orang

tua

bekerjasama

dengan

psikater

atau

psikolog.

Pakar psikologis menyebutkan sebab meliputi gangguan sikap negatifisme, menarik


perhatian, ketidak bahagian atau perasaan lain pada anak, kebiasaan rewel pada anak
digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan yang sangat diinginkannya, sedang
tertarik permainan atau benda lainya, meniru pola makan orang tua atau saudaranya
reaksi anak yang manja.
Beberapa aspek psikologis dalam hubungan keluarga, baik antara anak dengan
orang tua, antara ayah dan ibu atau hubungan antara anggota keluarga lainnya dapat
mempengaruhi kondisi psikologis anak. Misalnya bila hubungan antara orang tua yang
tidak harmonis, hubungan antara anggota keluarga lainnya tidak baik atau suasana
keluarga yang penuh pertentangan, permusuhan atau emosi yang tinggi akan
mengakibatkan anak mengalami ketakutan, kecemasan, tidak bahagia, sedih atau
depresi. Hal itu mengakibatkan anak tidak aman dan nyaman sehingga bisa membuat
anak menarik diri dari kegiatan atau lingkungan keluarga termasuk aktifitas makannya
Sikap orang tua dalam hubungannya dengan anak sangat menentukan untuk terjadinya
gangguan psikologis yang dapat mengakibatkan gangguan makan. Beberapa hal
tersebut diantaranya adalah : perlindungan dan perhatian berlebihan pada anak, orang
tua yang pemarah, stress dan tegang terus menerus, kurangnya kasih sayang baik secara
kualitas dan kuantitas, urangnya pengertian dan pemahaman orang tua terhadap kondisi
psikologis anak, hubungan antara orang tua yang tidak harmonis, sering ada
pertengkaran dan permusuhan.
e. Komplikasi Kesulitan Makan
Peristiwa kesulitan makan yang terjadi pada penderita Autis biasanya berlangsung
lama. Komplikasi yang bisa ditimbulkan adalah gangguan asupan gizi seperti
kekurangan kalori, protein, vitamin, mineral dan anemia (kurang darah). Defisiensi zat
gizi ini ternyata juga akan memperberat masalah gangguan metabolisme dan gangguan
fungsi tubuh lainnya yang terjadi pada penderita Autis. Keadaan ini tentunya akan
menghambat beberapa upaya penanganan dan terapi yang sudah dilakukan selama ini.
Kekurangan kalori dan protein yang terjadi tentunya akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada penderita Autis. Tampilan klinis yang dapat dilihat adalah kegagalan
dalam peningkatan berat badan atau tinggi badan. Dalam keadaan normal anak usia di
atas 2 tahun seharusnya terjadi peningkatan berat badan 2 kilogram dalam setahun.

Pada penderita kesulitan makan sering terjadi kenaikkan berat badan terjadi agak susah
bahkan terjadi kecenderunagn tetap dalam keadaan yang cukup lama.
f. Penanganan Kesulitan Makan Pada Anak
Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan makan pada
anak yang harus dilakukan adalah : (1). Pastikan apakah betul anak mengalami
kesulitan makan Cari penyebab kesulitan makanan pada anak, (2). Identifikasi adakah
komplikasi yang terjadi, (3) Pemberian pengobatan terhadap penyebab, (4). Bila
penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi, intoleransi atau coeliac), hindari
makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan.
Gangguan fungsi pencernaan kronis pada anak tampaknya sebagai penyebab paling
penting dalam kesulitan makan. Gangguan fungsi saluran cerna kronis yang terjadi
seperti alergi makanan, intoleransi makanan, penyakit coeliac dan sebagainya. Reaksi
simpang makanan tersebut tampaknya sebagai penyebab utama gangguan-gangguan
tersebut. Hal ini bisa dilihat dengan timbulnya permasalahan kesulitan makan ini
terbanyak saat usia di atas 6 bulan ketika mulai diperkenalkannya variasi makanan
tambahan baru. Penelitian yang dilakukan di Picky Eater Clinic Jakarta menunjukkan,
setelah dilakukan penghindaran makanan tertentu pada 218 anak dengan kesulitan
makan dengan gangguan intoleransi makanan, alergi makanan, penyakit coeliac,
Setelah dilakukan penghindaran makanan selama 3 minggu, tampak perbaikan
kesulitan makan sejumlah 78% pada minggu pertama, 92% pada minggu ke dua dan
96% pada minggu ketiga. Gangguan saluran cerna juga tampak membaik sekitar 84%
dan 94% penderita antara minggu pertama dan ketiga. Tetapi perbaikan gangguan
mengunyah dan menelan hanya bisa diperbaiki sekitar 30%. Mungkin gangguan ini
akan membaik maksimal seiring dengan pertambahan usia.
Penanganan dalam segi neuromotorik dapat melalui pencapaian tingkat kesadaran
yang optimal dengan stimulasi sistem multisensoris, stimulasi kontrol gerak oral dan
refleks menelan, teknik khusus untuk posisi yang baik. Penggunaan sikat gigi listrik
dan minum dengan sedotan kadang membantu memperbaiki masalah ini. Aktifitas
meniup balon atau harmonika dan senam mulut dengan gerakan tertentu juga sering
dianjurkan untuk gangguan ini.
Pemberian suplemen vitamin atau obat tertentu sering diberikan pada kasus
kesulitan makan pada anak. Tindakan ini bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan
masalah, bila tidak disertai dengan mencari penyebabnya. Kadangkala pemberian
vitamin atau obat-obatan justru menutupi penyebab gangguan tersebut, kalau

penyebabnya tidak tertangani tuntas maka keluhan tersebut terus berulang. Bila
penyebabnya tidak segera terdeteksi maka anak akan tergantung dengan pemberian
vitamin tersebut Bila kita tidak waspada terdapat beberapa akibat dari pemberian obatobatan dan vitamin dalam jangka waktu yang lama.
Selain mengatasi penyebab kesulitan makan sesuai dengan penyebab, harus
ditunjang dengan cara pemberian makan yang sesuai untuk anak dengan kesulitan
makan pada anak. Karena anak dengan gangguan makan kebiasaan dan perilaku
makannya berbeda dengan anak yang sehat lainnya. Kesulitan makan disertai gangguan
fungsi saluran cerna biasanya terjadi jangka panjang, dan sebagian akan berkurang pada
usia tertentu. Gangguan alergi makanan akan membaik setelah usia setelah usia 5-7
tahun. Tetapi pada kasus penyakit coeliac atau intoleransi makanan terjadi dalam waktu
yang lebih lama bahkan tidak sedikit yang terjadi hingga dewasa.
6. Depresi Pada Anak
Kita semua pasti pernah memasuki usia akil balik. Usia yang paling fluktuatif di
sepanjang perjalanan manusia. Di usia ini, semuanya seolah menumpuk jadi satu. Mulai
dari berprestasi di sekolah, pencarian jati diri, hingga keinginan untuk memiliki banyak
teman. Tak jarang semua ini membuat anak remaja masuk ke dalam kegamangan
hingga depresi.
Tanda-tanda depresi pada anak adalah, kurang nafsu makan, sering melamun,
mengurung diri, hingga emosinya mudah sekali tersulut. Sebagai orangtua, situasi ini
pasti akan membuat kita panik dan kebingungan mau melakukan apa agar anak kembali
ceria.
University of Bologna di Itali, menyarankan kita untuk memberikan pelukan pada
anak yang sedang mengalami masalah dan depresi. Sebab berdasarkan penelitian yang
mereka lakukan selama 1 tahun, pelukan lebih efektif ketimbang obat-obat antidepresi.
Ini terlihat pada anak-anak yang mengalami depresi dan diberikan obat antidepresan,
ternyata mereka memiliki kecenderungan untuk kembali depresi.
Hal berbeda terjadi pada anak yang didampingi orangtuanya untuk melalui periode
depresi. Bahkan hanya dengan pelukan hangat dari kedua orangtuanya, anak yang
mengalami depresi bisa lebih percaya diri untuk menyelesaikan masalah.
Ada dua hal yang disarankan universitas yang ada di Itali ini kepada kita. Pertama,
ketika anak mulai mengalami perubahan sikap, cobalah untuk berbicara sebagai teman
baiknya agar mereka bisa lebih terbuka menceritakan segalanya. Kedua, jangan lupa

berikan pelukan hangat bagi anak-anak, karena ternyata sentuhan ini tak hanya
menekan stres tapi juga membebaskan mereka dari depresi.
7. Gangguan Saraf Bisa Pengaruhi Proses Persepsi Anak
Ada kalanya gangguan saraf yang dialami anak bisa mempengaruhi proses persepsi
atau pemrosesan informasi anak tersebut, sehingga ia tidak dapat merasakan adanya
perhatian yang diarahkan padanya. Contohnya, ada kasus seorang bayi yang rewel terus
dan restless karena dalam tubuhnya terdapat unsur cocaine atau zat addictive yang
sudah mempengaruhi pertumbuhan struktur saraf otak sejak masa konsepsi
(pembentukan jaringan).
Problem ini bisa disebabkan masalah alkoholisme atau obat-obatan yang biasa
dikonsumsi orangtua sebelum dan selama masa kehamilan; atau karena efek samping
obat-obatan yang harus diminum anak akibat penyakit yang sedang dideritanya.
Dampak problem kelekatan anak dengan orangtua. Anak-anak yang kebutuhan
emosionalnya tidak terpenuhi akibat problem kelekatan yang dialami, berpotensi
mengalami maralah intelektual, masalah emosional dan masalah moral dan sosial di
kemudian hari.
Masalah intelektual mempengaruhi kemampuan pikir seperti halnya memahami
proses sebab-akibat. Ketidakstabilan atau ketidakkonsistenan sikap orangtua,
mempersulit anak melihat hubungan sebab-akibat dari perilakunya dengan sikap
orangtua yang diterimanya. Dampaknya akan meluas pada kemampuannya dalam
memahami kejadian atau peristiwa-peristiwa lain yang dialami sehari-hari. Akibatnya,
anak jadi sulit belajar dari kesalahan yang pernah dibuatnya.
Kesulitan belajar.Kurangnya kelekatan dengan orangtua, membuat anak lamban
dalam memahami baik itu instruksi maupun pola-pola yang seharusnya bisa dipelajari
dari perlakuan orangtua terhadapnya atau kebiasaan yang dilihat atau dirasakannya.
Sulit mengendalikan dorongan. Kebutuhan emosional yang tidak perpenuhi, membuat
anak sulit menemukan kepuasan atas situasi atau perlakuan yang diterimanya, meski
bersifat positif. Ia akan terdorong untuk selalu mencari dan mendapatkan perhatian
orang lain. Untuk itu, ia berusaha sekuat tenaga, dengan caranya sendiri untuk
mendapatkan jaminan bahwa dirinya bisa mendapatkan apa yang diinginkan.
Menurut sebuah hasil penelitian, problem kelekatan yang dialami anak sejak usia
dini, dapat mempengaruhi kemampuan bicaranya. Dalam dunia psikologi, hingga usia 2
tahun dikatakan sebagai masa oral, di mana seorang anak mendapat kepuasan melalui
mulut (menghisap-mengunyah makanan dan minuman). Oleh sebab itulah proses

menyusui menurut para ahli merupakan proses yang amat penting untuk membangun
rasa aman yang didapat dari pelukan dan kehangatan tubuh sang ibu. Ada kemungkinan
anak yang mengalami hambatan pada masa ini akan mengalami kesulitan atau
keterlambatan bicara.
Memang, secara psikologis anak yang merasakan ketidaknyamanan akan kurang
percaya diri dalam mengungkapkan keinginannya. Atau, kurangnya kelekatan tersebut
membuat anak berpikir bahwa orangtua tidak mau memperhatikannya sehingga ia lebih
banyak menahan diri. Akibatnya, anak jadi tidak terbiasa mengungkapkan diri,
berbicara atau mengekspresikan diri lewat kata-katanya.
Ada pula penelitian yang mengatakan, bahwa melalui komunikasi yang hangat
seorang ibu terhadap bayinya, lebih memacu perkembangan kemampuan bicara anak
karena si anak terpacu untuk merespons kata-kata ibunya. Ada banyak orangtua yang
kurang responsif/kurang tanggap terhadap tangisan bayinya. Mereka takut jika terlalu
menuruti tangisan bayinya, kelak ia akan jadi anak manja dan menjajah orangtua.
Padahal, tangisan seorang bayi adalah suatu cara untuk mengkomunikasikan adanya
kebutuhan seperti halnya rasa lapar atau haus. Ketidakkonsistenan orangtua dalam
menanggapi kebutuhan fisiologis anak, akan ikut mengacaukan proses metabolisme dan
pola makan anak.
Ketiadaan perhatian orangtua, sering mendorong anak membangun image bahwa
dirinya mandiri dan mampu hidup tanpa bantuan siapa pun. Image itu berusaha keras
ditampilkan untuk menutupi kenyataan yang sebenarnya.
Padahal, dalam dirinya tersimpan ketakutan, rasa kecewa, marah, sakit hati
terhadap orangtua, sementara ia juga menyimpan persepsi yang buruk terhadap diri
sendiri. Ia merasa tidak diperhatikan, merasa disingkirkan, merasa tidak berharga,
sehingga orangtua tidak mau mendekat padanya (dan, memang ia juga merasa tidak
ingin didekati).
8. Masalah Ngompol Pada Anak
Mengompol atau enuresis adalah problem umum pada bayi dan balita. Tapi bila
masalah mengompol terjadi pada anak usia lebih dari lima tahun, Anda patut gelisah.
Ada beberapa hal yang menyebabkan anak mengompol. Hal pertama adalah terlalu
banyak minum menjelang tidur. Balita biasanya belum memiliki alarm yang membuat
mereka terbangun saat ingin buang air kecil pada waktu tidur.
Bisa juga anak mengompol karena kelelahan fisik. Misalkan setelah bepergian jauh
atau aktivitas lain yang membuatnya kelelahan sehingga tidur terlalu lelap dan

mengompol. Faktor keturunan juga bisa memicu kebiasaan mengompol. Menurut


Pediatrik Nephrologist, Dr Pankaj Deshpande, kebiasaan mengompol anak bisa jadi
menurun dari orangtuanya. Sering ditemukan kasus, seorang anak berhenti mengompol
pada usia yang sama dengan orang tuanya saat berhenti mengompol.
Jika mengompol terjadi pada anak yang sudah cukup besar misalnya 7 tahun ke
atas, bisa jadi ada faktor psikologis. Misalnya anak mengalami stres yang sangat tinggi,
seperti dikutip dari Times of India.
Bagaimana cara mengatasi masalah mengompol pada anak:
a. Batasi minumnya menjelang waktu tidur. Jangan berikan minuman yang

bersifat

diuretic seperti teh atau minuman besoda.


b. Biasakan anak buang air kecil sebelum tidur. Sehingga kandung kemihnya tidak
penuh saat tidur.
c. Pelajari waktu anak mengompol. Jika ia memiliki kebiasaan mengompol setelah tiga
jam tertidur, bangunkan satu jam sebelumnya. Ajak dia ke kamar kecil dan buang air
kecil. Lakukan terapi ini dengan rutin, lama-kelamaan ia akan terbiasa bangun di
malam hari untuk buang air kecil.
d. Memberinya popok atau perlak tidak akan menyelesaikan masalah mengompolnya.
Bagaimana bila anak terlanjur mengompol:
a. Jangan langsung memarahinya. Hal itu akan membuatnya semakin tertekan. Beri
pengertian dengan cara halus dan ajak dia mengatasi masalahnya.
b. Ajak dia membersihkan sendiri tempat tidur dan celana bekas ompolannya.
c. Berikan pujian ketika anak berhasil tidak mengompol.
d. Jangan memarahinya atau mengolok-oloknya karena hal itu akan membuatnya
semakin merasa malu, minder, dan depresi. Tunjukkan bahwa Anda memberikan
dukungan dan bantuan untuk keluar dari masalahnya.
e. Berkonsultasilah dengan dokter atau psikiater anak. Jika anak mengompol karena
stres, cari solusi pada ahlinya untuk menyelesaikan problem psikisnya.
9. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak tampak secara lahiriah. Jenis
kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu dilihat dari :

Jenis kesulitan belajar ( berat dan sedang)

Bidang studi yang dipelajari (sebagian dan kesluruhan)

Sifat kesulitannya (Permanen dan sementara)

Faktor penyebab (intelegensi dan non intelegensi)

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar:


a. Faktor intern
Fisiologis adalah factor dari fisik anak seperti cacat ringan (pendengaran, penglihatandan
gerak); cacat berat ( tuli, butadan bisu).
Psikologis adalah berbagai faktor yang berkenaan dengan perilaku yang dibutuhkan dalam
belajar seperti karena IQ anak bakat, motivsi, kondisi kesehatan mental, dan tipe anak dalam
belajar.
b. Faktor ekstern

Faktor social seperti cara mendidik anak(mendapat perhatian /tidak), pola


hubungan orang tua dengan anak ( harmonis, jarang bertemu atau terpisah)

Faktor non social seperti guru, alat pembelajaran, kondisi tempat belajar
dan kurikulum.

10. Gagap
Gagap adalah suatu gangguan kelancaran berbicara. Anak usia 2 sampai 5 tahun
sering mengulang-ulang kata-kata atau bahkan seluruh kalimat yang diucapkan
kepadanya. Ia kadang-kadang juga mengucapkan ungkapan-ungkapan seperti ee atau
mm saat ia berbicara. Hal ini dianggap normal bila terjadi pada anak yang masih
belajar berbicara.
Anak pada golongan usia tersebut masih mempelajari cara berbicara,
mengembangkan kendali terhadap otot-otot berbicaranya, mempelajari kata-kata baru,
menyusun kata-kata dalam suatu kalimat, dan mempelajari bagaimana cara bertanya
serta mempelajari akibat dari kata-kata yang mereka ucapkan. Oleh karena itu, anak
pada golongan usia tersebut umumnya masih mengalami gangguan kelancaran
berbicara.
Penyebab Gagap
Banyak orang tua yang merasa bahwa gagap disebabkan oleh cara mendidik anak
atau pola pengasuhan orang tua yang salah. Tetapi menurut para ahli, gagap tidak

disebabkan oleh perilaku orang tua. Kenyataannya, penyebab gagap sampai saat ini
belum dapat dijelaskan secara pasti. Gagap merupakan suatu keadaan yang sangat rumit
dan banyak berkaitan dengan hal-hal lain.
Anak laki-laki lebih banyak mengalami gagap dari pada anak perempuan dengan
perbandingan tiga banding satu. Hal ini berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan,
seperti stres.
Tanda-Tanda Awal
Umumnya tanda-tanda awal kegagapan terlihat pada usia dua tahun atau pada saat
anak mulai belajar merangkai kata-kata menjadi suatu kalimat. Sering kali orang tua
merasa jengkel dengan kegagapan anak, tetapi hal ini merupakan hal yang umum
ditemui saat anak masih dalam tahap perkembangan berbicara. Kesabaran merupakan
sikap terpenting yang harus dimiliki oleh orang tua selama anak berada dalam tahap ini.
Seorang anak mungkin mengalami gangguan kelancaran berbicara selama beberapa
minggu atau bulan dengan gejala yang hilang timbul. Sebagian besar anak akan lancar
berbicara dan tidak akan gagap lagi bila kegagapannya itu dimulai pada usia kurang
dari 5 tahun.
Anak Usia Sekolah
Saat anak mulai memasuki usia sekolah, kemampuan dan keterampilan
berbicaranya akan semakin terasah. Umumnya anak akan semakin lanca berbicara dan
ia sudah tidak gagap lagi. Jika ia masih gagap, umumnya pada usia tersebut ia sudah
mulai merasa malu akan hal tersebut. Anak seperti ini membutuhkan latihan khusus
untuk membantunya dalam berkomunikasi.
Bantuan Yang Diperlukan
Seorang anak sebaiknya mulai mendapat bantuan khusus bila:
merasa khawatir akan kelancaran berbicara anaknya
mengulang kata-kata atau bahkan seluruh kalimat
aa semakin sering diucapkannya

bernada tinggi

anak terlalu sering

pengulangan suara-suara seperti

anak tampak kesulitan saat akan berbicara

gangguan kelancaran berbicaranya semakin berat


tegang saat berbicara

orang tua mulai

mimik muka anak tampak

suara anak terdengar tegang saat mengucapkan kata-kata

anak sering menghindari keadaan dimana ia harus berbicara.

Jika ada tanda-tanda diatas yang tampak saat anak berbicara maka sebaiknya orang
tua mulai menghubungi dokter atau ahli terapi bicara. Semakin dini bantuan yang
diberikan kepada seorang anak maka semakin baik pula hasil yang akan diperoleh.
I. Kebutuhan Bimbingan Psikologi
1. Kebutuhan Dasar Psikologi
Kebutuhan dasar psikologi merupakan kebutuhan untuk bertahan hidup misalnya
makanan, minuman, air, istirahat, sex dan sumber penghasilan untuk mengurus anak.
Baik manusia mauun hewan memiliki kebutuhan kebutuhan ini, tapi maslow
mempertimbangkan bahwa mempelajari binatang tidak bisa membuat pemahaman yang
baik terhadap motivasi manusia karena binatang memiliki motivasi yang kecil.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan dasar psikologis seperti perlindungan dari
bahaya, keamanan, perlindungan, stabilitas, struktur dan batas. Sifat dasar dari
kebutuhan rasa aman bisa kita pelajari dari bayi dan anak anak karena mereka
membutuhkan rasa aman ini lebih sederhana dan jelas dibandingkan dengan orang
dewasa. Anak kecil lebih sensitif dengan keadaan luar yang mengganggunya seperti
suara yang terlalu keras atau cahaya yang terlalu menyilaukan.
3. Kebutuhan Pengakuan Dan Kasih Sayang
Kebutuhan ini berhubungan dengan kebutuhan memiliki hubungan perasaan dengan
orang lain. Manusia butuh untuk disukai, disayangi, direspon dan diakui. Maslow
menyebutkan bahwa tidak terpenuhinya kebutuhan ini menyebabkan maladjustment.
Menurut pandangannya cinta dan seks tidak memiliki persamaan dalam psikologi,
walauun dalam kenyatanannya perilaku seksual tidak ditentukan oleh kebutuhan
seksual saja tetapi juga oleh kasih sayang dan perasaan. Dan kebutuhan akan kasih
sayang itu di dalamnya termasuk kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi.
4. Kebutuhanp Penghargaan
Penghargaan yang tertinggi yaitu penghargaan terhadap diri sendiri yang dibangun dari
pencapaian, self respect, self sufficiency (berkecukupan) dan kebebasan. Penghargaan
terendah datang dari respek orang lain terhadap apa yang kita capai termasuk perhatian
status dan apresiasi. Kebutuhan akan penghargaan bersifat kontinyu berbeda dengan
kebutuhan akan kasih sayang yang bersifat insidental.
5. Kebutuhan Kognitif
Pengetahuan menjadi prasyarat untuk mengaktualisasikan diri karena jumlah
pengetahuan sangat penting untuk motivasi mengembangkan potensi dan perencanaan

hidup. Ketika individu mengetahui dengan pasti petunjuk dimana aktualisasi diri
ditemukan, aktualisasi diri membantu memotivasi untuk mengikuti belajar tambahan.
Menurut Maslow roses pembelajaran dan pemahaman itu tidak memiliki arti apa apa
jika tidak ditanamkan.
6. Kebutuhan Estetika
Kebutuhan estetika meliputi kebutuhan akan keindahan, kesenian dan musik yang
merupakan bagian dari aspirasi dari individu. Kebutuhan ini akan muncul jika
kebutuhan kebutuhan yang lain sudah terpenuhi. Melalui kebutuhan inilah individu
dapat mengembangkan kreativitasnya.
7. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah realisasi dari keseluruhan potensi yang ada pada manusia.
Maslow menyamakan aktualisasi diri dengan pertumbuhan motivasi. Maslow
berpendaat bahwa manusia dimotivasi untuk menjadi segala sesuatu yang dia mampu.
Walaupun kebutuhan lain terpenuhi tapi apabila kebutuhan akan aktualisasi diri tidak
terpenuhi, tidak mengembangkan atau tidak mampu menggunakan kemampuan
bawaannya

secara

penuh,

maka

si

individu

akan

mengalami

kegelisahan,

ketidaksenangan atau frustasi. Maslow mengemukakan bahwa seorang musikus harus


membuat musik, seorang pelukis harus melukis. Apabila seorang musikus bekerja
sebagai seorang akuntan maka dia akan mengalami kegagalan dalam memenuhi
aktualisasi dirinya.

BAB III
KESIMPULAN
Psikologi adalah semua bentuk tingkah laku yang merupakan kegiatan individu.
Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi
stressor. Perilaku ini diarahkan pada penatalaksanaanstress dan didapatkan melalui
pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan individu mengidentifikasi perilaku yang dapat
diterima dan berhasil.
Perilaku adapatif psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini
dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan tehnik pemecahan masalah secara
langsung untuk menghadapi ancaman, atau dapat juga mekanisme pertahanan ego, yang
tujuannya adalah untuk mengatur distress emosional dan dengan demikian memberikan
perlindungan individu terhadap ansietas dan stress. Mekanisme pertahanan ego adalah
metode koping terhadap stress secara tidak langsung.
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan
tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut.
Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan
tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat
mengarah pada krisis pendewasaan

DAFTAR PUSTAKA
Sabri Alisuf. 1993. Psikologi Umum dan Perkembangan. Ilmu Jaya, Jakarta
McGraw-Hill. 1980. Psikologi Perkembangan. Erlangga, Jakarta
Potter Perry. 1997. Fudamental Keperawatan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Kozier, Barbara, Glenora, dkk. 2004. Fudamamental Keperawatan. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
Nikolopoulou, Mariena. 2003. Thermal comfort and Psychological Adaptation as a Guide for
Designing urban spaces. Elsevier

Anda mungkin juga menyukai