LATAR BELAKANG
A. Pendahuluan
Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk
tujuan
pengorganisasian
dan
pemahaman,
kita
umumnya
menggambarkan
pertumbuhan
dan
perkembangan,
diantaranya
adalah
faktor
lingkungan. Bila lingkungan karena suatu hal menjadi buruk, maka keadaan tersebut
hendaknya diubah (dimodifikasi) sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak
dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
Fase perkembangan manusia secara umum dibagi kedalam lima tahapan,
yaitu: 1) bayi, 2) anak-anak, 3) remaja, 4) Dewasa dan 5) lansia. Setiap fase atau
tahapan perkembangan kehidupan manusia senantiasa berlangsung seiringdengan
kegiatan belajar. Tugas fase yang muncul dalam setiap perkembangan, merupakan
keharusan universal dan idealnya berlaku secara otomatis, seperti kegiatan belajar
terampil melakukan sesuatu pada fase perkembangan tertentu yang lazim terjadi pada
manusia normal.
belajar
melakukan
kebiasaan-kebiasaan
tententu,
misalnya
kebiasaan
belajar berjalan dan berbicara pada rentang usia 1-5 tahun. Belajar melakukan
kebiasaan-kebiasaan tententu pada saat atau masa perkembangan yang tepat
dipandang berkaitan langsung dengan tugas-tugas perkembangan berikutnya.
B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang proses
adaptasi Psikologi dalam penerapan setiap tahap.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Dan Ciri Ciri Perkembangan
Perkembangan adalah perubahan perubahan yang dialami individu atau organisme
menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.
Sistematis adalah perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling ketergantungan
atau saling mempengaruhi antara bagian bagian organisme dan merupakan satu
kesatuan yang harmonis.
Progresif adalah perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam baik
secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).
Berkesinambungan adalah perubahan pada bagian atau fungsi organisme berlangsung
secara beraturan.
Ciri ciri perkembangan secara umum yaitu :
Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (perubahan beratbadam dan organ organ
tubuh) dan aspek psikis (matangnya kemampuan berpikir, mengingat dna berkreasi)
Terjadinya perubahan dalam proporsi aspek fisik (proporsi tubuh anak berubah sesuai
dengan fase perkembangannya) dan aspek psikis (perubahan imajinasi dari fantasi ke
realitas)
Lenyapnya tanda tanda fisik (lenyapnya kelenjar timus seiring bertambahnya usia)
dna tanda tanda psikis (lenyapnya gerak gerik kanak kanak dan perilaku impulsif)
Diperolehnya tanda tanda fisik yang baru (pergantian gigi dan karakter seks pada usia
remaja) dan psikis yang baru (berkembangannya rasa ingin tahu tentang pengetahuan,
moral, interaksi dengan lawan jenis)
B. Prinsip Prinsip Perkembangan
1. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending proses)
2. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi
3. Perkembangan mengikuti pola atau arah tertentu
Arah atau pola perkembangan itu ditemukan oleh Yelon dan Weinstein (1997) :
a. Cephalocaudal (perkembangan manusia dimulai dari kepala ke kaki) dan proximal
distal (dari tengah ke pinggir)
C. Fase Perkembangan
Pendapat para ahli mengenai periodesasi yang bermacam macam digolongkan
dalam 3 bagian yaitu :
1. Periodisasi yang berdasar biologis
Pada periode ini ditentukan oleh proses biologis tertentu. Pembagian Aristoteles
didasarkan atas gejala pertumbuhan jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua
dibatasi oleh pergantian gigi, antara fase kedua dengan fase ketiga ditandai dengan
mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin.
2. Periodisasi yang berdasar psikologis
Tokoh utama yang mendasakan periodisasi ini kepada keadaan psikologis adalah
Oswald Kroch. Beliau menjadikan masa masa kegoncangan sebagai dasar
pembagian masa masa perkembangan,
kegoncangan inilah yang merupakan keadaan psikologis yang khas dan dialami oleh
setiap anak dalam masa perkembangannya
3. Periodisasi yang berdasar didaktis
Pembagian masa masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh
Harvey A Tilker, PhD dalam Developmental Psycology To Day dan Elizabeth B
Hurlock dalam Developmental Sycology tampak sudah lengkap mencakup
sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang
berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya sebagai
berikut :
a. Masa Sebelum Lahir
b. Masa Bayi Baru Lahir
c. Masa Bayi
d. Masa Kanak Kanak Awal
e. Masa Kanak Kanak Akhir
f. Masa Puber
g. Masa Dewasa Awal
h. Masa Dewasa Madya
i. Masa Usia Lanjut
D. Pengertian Dan Kriteria Menentukan Fase Perkembangan
1. Tahap Perkembangan Berdasarkan Analisis Biologis
a. Aristoteles menggambarkan perkembangan individu sejak anak anak sampai
dewasa menjadi 3 tahapan :
Tahap I (0 7 tahun)
Tahap II (7 14 tahun)
Tahap III (14 21 tahun) : masa peralihan dari masa usia anak menjadi dewasa
Tahap I (0 3 tahun)
Tahap II (3 7 tahun)
Tahap III (7 13 tahun) : Fullungs periode II anak keliahatan pendek dan gemuk
kembali
c. Elisabeth Hurlock
Tahap I
Adolesence
2. Tahap Perkembangan Berdasarkan Didaktis
Menurut pendapat dari Comenius dan pendapat Rosseau penahapan ini digolongkan
sebagai berikut :
a. Comenius. Dipandang dari segi pendidikan, pendidikan lengkap bagi seorang ibu
berlangsung dalam 4 jenjang yaitu :
b. Rosseau. Penahapannya :
Tahap I (0 2 tahun)
: usia asuhan
Tahap II (2 12 tahun)
biasanya anak gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama sama
c. Masa usia sekolah menengah
Masa ini daat diperinci menjadi beberapa masa yaitu :
Masa praremaja (remaja awal), masa ini ditandai oleh sifat sifat negatif
pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa negatif seperti
tidak senang, kurang suka bekerja dan pesimistik
Masa remaja (remaja madya), pada masa ini remaja mencari sesuatu yang
dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja puja, ia
membetuhkan teman yang dapat memahami dan menolongnya saat suka
maupun duka
Masa remaja akhir, masa ini remaja dapat mentukan pendirian hidunya
Masa usia mahasiswa, masa usia mahasiswa biasanya berusia 18 -25 tahun
dan pada masa inilah remaja memiliki pemantapan pendirian hidu
Belajar berjalan
Belajar berbicara
Usia 4 5 bulan : bayi suka digendong oleh siapa saja, memberi reaksi yang
berbeda terhadap wajah yang tersenyum, suara yang ramah dan suara yang
menunjukkan kemarahan
Usia 8 9 bulan : mencoba meniru kata kata, isyarat atau gerakan sederhana
dari orang lain
Usia 16 18 bulan : muncul negativisme dalam bentuk kepala dan tidak mau
mengikuti permintaan atau perintah orang dewasa
Usia 22 24 bulan : melalui bekerjasama dalam kegiatan rutin seperti makan dan
mandi
Usia 6 7 bulan : tersenyum pada bayi lain dan menunjukkan minat pada
tangisan bayi lain
Usia 9 13 bulan : mencoba memegang pakaian dan rambut bayi lain, mencoba
bekerjasama dalam bermain tetapi bingung jika mainannya diambil bayi lain
d. Perkembangan Bermain
Ada bebera ola bermain yang umum dari masa bayi :
Sensomotorik
Menjelajah
Meniru
Berpura pura
Permainan
Hiburan
Disiplin ditegakkan dengan tujuan mengajarkan pada anak apa yang dianggap oleh
kelompok sosialnya benar atau salah. Pada masa ini bayi harus belajar melakukan
reaksi yang benar terhadap berbagai situasi. Tindakan yang salah selamanya harus
dianggap salah tidak peduli siapa pengasuhnya. Pertama bayi harus tahu mana
tindakan yang benar dan mana yang salah, meskipun bayi belum mengerti
sepenuhnya pembicaraan, namun mereka menangkap maksud orang tua atau orang
disekulilingnya melalui mimik muka, gerakan tangan dan tubuh atau suara suara.
Dengan memberlakukan disiplin yang ketat, bayi yang muda belia ini dapat dilatih
melakukan suatu pola yang tidak menyulitkan orangtua, terutama dalam menghadapi
masa sulit tahun kedua dimana dia membantah permainan dan perintah orang
orang disekitarnya.
f.
Deficit/
Hiperactivity
Disorder
(ADHD)/
Attetion
Deficit/
Bersikap positif dan pujilah anak ketika membaca dengan benar atau berilah hadiah
3. Gangguan Artikulasi
a. Kosakata yang kurang karena keterbelakangan mental atau kurangnya rangsangan
dari orang tua.
b. Perkembangan kepribadian yang kurang menyebabkan anak pendiam, menarik diri
dari lingkungannya dan anak takut untuk mengungkapkan keinginanya,
perasaannya.
4. Autisme
Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Penyandang autism seolah
olah berada dalam duanianya sendiri.Autisme dibagi menjadi dua yaitu:
a. Klasik yaitu apabila kerusakan otak sudah terdapat sejak lahir karena sewaktu
dalam kandungan ibu terinfeksi virus (rubella, toksoplasma, CMV, Herpes),
jamur (candida) atau terpapar logam berat berbahaya seperti mercuri dan timbal.
b. Regresif yaitu timbul saaat anak berusia12-24 bulan
Karakteristi anak Autisme:
a. Hambatan dalam membentuk hubungan social
b. Cenderung menyendiri
c. Kurang dapat bereaksi dengan tepat terhadap perasaan dan emosi orang lain
d. Memperlakukan
orang
lain
seperti
objek,
hanya
berinteraksi
boila
membutuhkan.
e. Tidak mampu membentuk pertemanan dan berinteraksi sosial sesuai dengan
usianya.
f.
Pemberian makan pada anak memang sering menjadi masalah buat orangtua atau
pengasuh anak. Keluhan tersebut sering dikeluhkan orang tua kepada dokter yang
merawat anaknya. Faktor kesulitan makan pada anak inilah yang sering dialami oleh
sekitar 25% pada usia anak, jumlah akan meningkat sekitar 40-70% pada anak yang
lahir prematur atau dengan penyakit kronik. Hal ini pulalah yang sering membuat
masalah tersendiri bagi orang tua, bahkan dokter yang merawatnya. Penelitian yang
dilakukan di Jakarta menyebutkan pada anak prasekolah usia 4-6 tahun, didapatkan
prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar 79,2% telah berlangsung
lebih dari 3 bulan.
Kesulitan makan karena sering dan berlangsung lama sering dianggap biasa.
Sehingga akhirnya timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada
anak. Salah satu keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin
tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan.
Akhirnya orang tua berpindah-pindah dokter dan berganti-ganti vitamin tapi tampak
anak kesulitan makannya tidak membaik. Sering juga terjadi bahwa kesulitan makan
tersebut dianggap dan diobati sebagai infeksi tuberkulosis yang belum tentu benar
diderita anak.
Dengan penanganan kesulitan makan pada anak yang optimal diharapkan dapat
mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak
Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi mendatang khususnya.
Tumbuh kembang dalam usia anak sangat menentukan kualitas seseorang bila sudah
dewasa nantinya.
a. Gejala Suatu Penyakit
Kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi merupakan gejala atau
tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh
anak. Pengertian kesulitan makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk
makan, atau mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis
dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari membuka
mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai terserap dipencernaan
secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu. Gejala
kesulitan makan pada anak (1). Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan
atau hanya bisa makanan lunak atau cair, (2) Memuntahkan atau menyemburnyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut anak, (3).Makan berlama-lama dan
memainkan makanan, (4) Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam
mulut atau menutup mulut rapat, (5) Memuntahkan atau menumpahkan makanan,
menepis suapan dari orangtua, (6). Tidak menyukai banyak variasi makanan dan (7),
Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.
malam rewel, kolik, tiba-tiba mengigau atau menjerit, tidur bolak balik dari ujung ke
ujung lain tempat tidur. Lidah tampak kotor, berwarna putih serta air liur bertambah
banyak atau mulut berbau.
Gangguan saluran cerna biasanya disertai kulit yang sensitif. Sering timbul bintikbintik kemerahan seperti digigit nyamuk atau serangga, biang keringat, kulit berwarna
putih (seperti panu) di wajah atau di bagian badan lainnya. Saat bayi sering timbul
gangguan kulit di pipi, sekitar mulut, sekitar daerah popok dan sebagainya.
Tanda dan gejala tersebut di atas sering dianggap biasa karena sering terjadi pada
banyak anak. Padahal bila di amati secara cermat tanda dan gejala tersebut merupakan
manifestasi adanya gangguan pencernaan, yang sangat mungkin berkaitan dengan
kesulitan makan pada anak.
c. Gangguan Proses Makan Di Mulut
Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan dimulut, mengunyah dan
menelan. Ketrampilan dan kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar di sekitar
mulut sangat berperanan dalam proses makan tersebut. Pergerakan morik tersebut
berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah dan menelan dilakukan oleh otot di
rahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar mulut. Gangguan
proses makan di mulut tersebut seringkali berupa gangguan mengunyah makanan.
Tampilan klinis gangguan mengunyah adalah keterlambatan makanan kasar tidak bisa
makan nasi tim saat usia 9 bulan, belum bisa makan nasi saat usia 1 tahun, tidak bisa
makan daging sapi (empal) atau sayur berserat seperti kangkung. Bila anak sedang
muntah dan akan terlihat tumpahannya terdapat bentukan nasi yang masih utuh. Hal ini
menunjukkan bahwa proses mengunyah nasi tersebut tidak sempurna. Tetapi
kemampuan untuk makan bahan makanan yang keras seperti krupuk atau biskuit tidak
terganggu, karena hanya memerlukan beberapa kunyahan. Gangguan koordinasi
motorik mulut ini juga mengakibatkani kejadian tergigit sendiri bagian bibir atau lidah
secara tidak sengaja.
Kelainan lain yang berkaitan dengan koordinasi motorik mulut adalah
keterlambatan bicara dan gangguan bicara (cedal, gagap, bicara terlalu cepat sehingga
sulit dimengerti). Gangguan motorik proses makan ini biasanya disertai oleh gangguan
keseimbangan dan motorik kasar lainnya seperti tidak mengalami proses perkembangan
normal duduk, merangkak dan berdiri. Sehingga terlambat bolak-balik (normal usia 4
bulan), terlambat duduk merangkak (normal 6-8 bulan) atau tidak merangkak tetapi
langsung berjalan, keterlambatan kemampuan mengayuh sepeda (normal usia 2,5
tahun), jalan jinjit, duduk bersimpuh leter W. Bila berjalan selalu cepat, terburu-buru
seperti berlari, sering jatuh atau menabrak, sehingga sering terlambat berjalan. Ciri
lainnya biasanya disertai gejala anak tidak bisa diam, mulai dari overaktif hingga
hiperaktif. Mudah marah serta sulit berkonsentrasi, gampang bosan dan selalu terburuburu.
Gangguan saluran pencernaan tampaknya merupakan faktor penyebab terpenting
dalam gangguan proses makan di mulut. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan teori
Gut Brain Axis. Teori ini menunjukkan bahwa bila terdapat gangguan saluran cerna
maka mempengaruhi fungsi susunan saraf pusat atau otak. Gangguan fungsi susunan
saraf pusat tersebut berupa gangguan neuroanatomis dan neurofungsional. Salah satu
manifestasi klinis yang terjadi adalah gangguan koordinasi motorik kasar mulut.
Kelainan bawaan adalah gangguan fungsi organ tubuh atau kelainan anatomis organ
tubuh yang terjadi sejak pembentukan organ dalam kehamilan.Diantaranya adalah
kelainan mulut, tenggorok, dan esofagus: sumbing, lidah besar, tenggorok terbelah,
fistula trakeoesofagus, atresia esofagus, Laringomalasia, trakeomalasia, kista laring,
tumor, tidak ada lubang hidung, serebral palsi, kelainan paru, jantung, ginjal dan organ
lainnya sejak lahir atau sejak dalam kandungan.
Bila fungsi otak tersebut terganggu maka kemampuan motorik untuk makan akan
terpengaruh. Gangguan fungsi otak tersebut dapat berupa infeksi, kelainan bawaan atau
gangguan lainnya seperti serebral palsi, miastenia gravis, poliomielitis.. Bila kelainan
susunan saraf pusat ini terjadi karena kelainan bawaan sejak lahir biasanya disertai
dengan gangguan motorik atau gangguan perilaku dan perkembangan lainnya.
d. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dahulu dianggap sebagai penyebab utama kesulitan makan
pada anak. Tampaknya hal ini terjadi karena dahulu kalau kita kesulitan dalam
menemukan penyebab kesulitan makan pada anak maka gangguan psikologis dianggap
sebagai diagnosis keranjang sampah untuk mencari penyebab kesulitan makan pada
anak. Untuk memastikan gangguan psikologis sebagai penyebab utama kesulitan
makan pada anak harus dipastikan tidak adanya kelainan organik pada anak.
Kemungkinan lain yang sering terjadi, gangguan psikologis memperberat masalah
kesulitan
makan
yang
memang
sudah
terjadi
sebelumnya.
Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila kesulitan makan itu
waktunya bersamaan dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis
tersebut membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik. Untuk
memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat
dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin
dilakukan
oleh
orang
tua
bekerjasama
dengan
psikater
atau
psikolog.
Pada penderita kesulitan makan sering terjadi kenaikkan berat badan terjadi agak susah
bahkan terjadi kecenderunagn tetap dalam keadaan yang cukup lama.
f. Penanganan Kesulitan Makan Pada Anak
Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan makan pada
anak yang harus dilakukan adalah : (1). Pastikan apakah betul anak mengalami
kesulitan makan Cari penyebab kesulitan makanan pada anak, (2). Identifikasi adakah
komplikasi yang terjadi, (3) Pemberian pengobatan terhadap penyebab, (4). Bila
penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi, intoleransi atau coeliac), hindari
makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan.
Gangguan fungsi pencernaan kronis pada anak tampaknya sebagai penyebab paling
penting dalam kesulitan makan. Gangguan fungsi saluran cerna kronis yang terjadi
seperti alergi makanan, intoleransi makanan, penyakit coeliac dan sebagainya. Reaksi
simpang makanan tersebut tampaknya sebagai penyebab utama gangguan-gangguan
tersebut. Hal ini bisa dilihat dengan timbulnya permasalahan kesulitan makan ini
terbanyak saat usia di atas 6 bulan ketika mulai diperkenalkannya variasi makanan
tambahan baru. Penelitian yang dilakukan di Picky Eater Clinic Jakarta menunjukkan,
setelah dilakukan penghindaran makanan tertentu pada 218 anak dengan kesulitan
makan dengan gangguan intoleransi makanan, alergi makanan, penyakit coeliac,
Setelah dilakukan penghindaran makanan selama 3 minggu, tampak perbaikan
kesulitan makan sejumlah 78% pada minggu pertama, 92% pada minggu ke dua dan
96% pada minggu ketiga. Gangguan saluran cerna juga tampak membaik sekitar 84%
dan 94% penderita antara minggu pertama dan ketiga. Tetapi perbaikan gangguan
mengunyah dan menelan hanya bisa diperbaiki sekitar 30%. Mungkin gangguan ini
akan membaik maksimal seiring dengan pertambahan usia.
Penanganan dalam segi neuromotorik dapat melalui pencapaian tingkat kesadaran
yang optimal dengan stimulasi sistem multisensoris, stimulasi kontrol gerak oral dan
refleks menelan, teknik khusus untuk posisi yang baik. Penggunaan sikat gigi listrik
dan minum dengan sedotan kadang membantu memperbaiki masalah ini. Aktifitas
meniup balon atau harmonika dan senam mulut dengan gerakan tertentu juga sering
dianjurkan untuk gangguan ini.
Pemberian suplemen vitamin atau obat tertentu sering diberikan pada kasus
kesulitan makan pada anak. Tindakan ini bukanlah cara terbaik untuk menyelesaikan
masalah, bila tidak disertai dengan mencari penyebabnya. Kadangkala pemberian
vitamin atau obat-obatan justru menutupi penyebab gangguan tersebut, kalau
penyebabnya tidak tertangani tuntas maka keluhan tersebut terus berulang. Bila
penyebabnya tidak segera terdeteksi maka anak akan tergantung dengan pemberian
vitamin tersebut Bila kita tidak waspada terdapat beberapa akibat dari pemberian obatobatan dan vitamin dalam jangka waktu yang lama.
Selain mengatasi penyebab kesulitan makan sesuai dengan penyebab, harus
ditunjang dengan cara pemberian makan yang sesuai untuk anak dengan kesulitan
makan pada anak. Karena anak dengan gangguan makan kebiasaan dan perilaku
makannya berbeda dengan anak yang sehat lainnya. Kesulitan makan disertai gangguan
fungsi saluran cerna biasanya terjadi jangka panjang, dan sebagian akan berkurang pada
usia tertentu. Gangguan alergi makanan akan membaik setelah usia setelah usia 5-7
tahun. Tetapi pada kasus penyakit coeliac atau intoleransi makanan terjadi dalam waktu
yang lebih lama bahkan tidak sedikit yang terjadi hingga dewasa.
6. Depresi Pada Anak
Kita semua pasti pernah memasuki usia akil balik. Usia yang paling fluktuatif di
sepanjang perjalanan manusia. Di usia ini, semuanya seolah menumpuk jadi satu. Mulai
dari berprestasi di sekolah, pencarian jati diri, hingga keinginan untuk memiliki banyak
teman. Tak jarang semua ini membuat anak remaja masuk ke dalam kegamangan
hingga depresi.
Tanda-tanda depresi pada anak adalah, kurang nafsu makan, sering melamun,
mengurung diri, hingga emosinya mudah sekali tersulut. Sebagai orangtua, situasi ini
pasti akan membuat kita panik dan kebingungan mau melakukan apa agar anak kembali
ceria.
University of Bologna di Itali, menyarankan kita untuk memberikan pelukan pada
anak yang sedang mengalami masalah dan depresi. Sebab berdasarkan penelitian yang
mereka lakukan selama 1 tahun, pelukan lebih efektif ketimbang obat-obat antidepresi.
Ini terlihat pada anak-anak yang mengalami depresi dan diberikan obat antidepresan,
ternyata mereka memiliki kecenderungan untuk kembali depresi.
Hal berbeda terjadi pada anak yang didampingi orangtuanya untuk melalui periode
depresi. Bahkan hanya dengan pelukan hangat dari kedua orangtuanya, anak yang
mengalami depresi bisa lebih percaya diri untuk menyelesaikan masalah.
Ada dua hal yang disarankan universitas yang ada di Itali ini kepada kita. Pertama,
ketika anak mulai mengalami perubahan sikap, cobalah untuk berbicara sebagai teman
baiknya agar mereka bisa lebih terbuka menceritakan segalanya. Kedua, jangan lupa
berikan pelukan hangat bagi anak-anak, karena ternyata sentuhan ini tak hanya
menekan stres tapi juga membebaskan mereka dari depresi.
7. Gangguan Saraf Bisa Pengaruhi Proses Persepsi Anak
Ada kalanya gangguan saraf yang dialami anak bisa mempengaruhi proses persepsi
atau pemrosesan informasi anak tersebut, sehingga ia tidak dapat merasakan adanya
perhatian yang diarahkan padanya. Contohnya, ada kasus seorang bayi yang rewel terus
dan restless karena dalam tubuhnya terdapat unsur cocaine atau zat addictive yang
sudah mempengaruhi pertumbuhan struktur saraf otak sejak masa konsepsi
(pembentukan jaringan).
Problem ini bisa disebabkan masalah alkoholisme atau obat-obatan yang biasa
dikonsumsi orangtua sebelum dan selama masa kehamilan; atau karena efek samping
obat-obatan yang harus diminum anak akibat penyakit yang sedang dideritanya.
Dampak problem kelekatan anak dengan orangtua. Anak-anak yang kebutuhan
emosionalnya tidak terpenuhi akibat problem kelekatan yang dialami, berpotensi
mengalami maralah intelektual, masalah emosional dan masalah moral dan sosial di
kemudian hari.
Masalah intelektual mempengaruhi kemampuan pikir seperti halnya memahami
proses sebab-akibat. Ketidakstabilan atau ketidakkonsistenan sikap orangtua,
mempersulit anak melihat hubungan sebab-akibat dari perilakunya dengan sikap
orangtua yang diterimanya. Dampaknya akan meluas pada kemampuannya dalam
memahami kejadian atau peristiwa-peristiwa lain yang dialami sehari-hari. Akibatnya,
anak jadi sulit belajar dari kesalahan yang pernah dibuatnya.
Kesulitan belajar.Kurangnya kelekatan dengan orangtua, membuat anak lamban
dalam memahami baik itu instruksi maupun pola-pola yang seharusnya bisa dipelajari
dari perlakuan orangtua terhadapnya atau kebiasaan yang dilihat atau dirasakannya.
Sulit mengendalikan dorongan. Kebutuhan emosional yang tidak perpenuhi, membuat
anak sulit menemukan kepuasan atas situasi atau perlakuan yang diterimanya, meski
bersifat positif. Ia akan terdorong untuk selalu mencari dan mendapatkan perhatian
orang lain. Untuk itu, ia berusaha sekuat tenaga, dengan caranya sendiri untuk
mendapatkan jaminan bahwa dirinya bisa mendapatkan apa yang diinginkan.
Menurut sebuah hasil penelitian, problem kelekatan yang dialami anak sejak usia
dini, dapat mempengaruhi kemampuan bicaranya. Dalam dunia psikologi, hingga usia 2
tahun dikatakan sebagai masa oral, di mana seorang anak mendapat kepuasan melalui
mulut (menghisap-mengunyah makanan dan minuman). Oleh sebab itulah proses
menyusui menurut para ahli merupakan proses yang amat penting untuk membangun
rasa aman yang didapat dari pelukan dan kehangatan tubuh sang ibu. Ada kemungkinan
anak yang mengalami hambatan pada masa ini akan mengalami kesulitan atau
keterlambatan bicara.
Memang, secara psikologis anak yang merasakan ketidaknyamanan akan kurang
percaya diri dalam mengungkapkan keinginannya. Atau, kurangnya kelekatan tersebut
membuat anak berpikir bahwa orangtua tidak mau memperhatikannya sehingga ia lebih
banyak menahan diri. Akibatnya, anak jadi tidak terbiasa mengungkapkan diri,
berbicara atau mengekspresikan diri lewat kata-katanya.
Ada pula penelitian yang mengatakan, bahwa melalui komunikasi yang hangat
seorang ibu terhadap bayinya, lebih memacu perkembangan kemampuan bicara anak
karena si anak terpacu untuk merespons kata-kata ibunya. Ada banyak orangtua yang
kurang responsif/kurang tanggap terhadap tangisan bayinya. Mereka takut jika terlalu
menuruti tangisan bayinya, kelak ia akan jadi anak manja dan menjajah orangtua.
Padahal, tangisan seorang bayi adalah suatu cara untuk mengkomunikasikan adanya
kebutuhan seperti halnya rasa lapar atau haus. Ketidakkonsistenan orangtua dalam
menanggapi kebutuhan fisiologis anak, akan ikut mengacaukan proses metabolisme dan
pola makan anak.
Ketiadaan perhatian orangtua, sering mendorong anak membangun image bahwa
dirinya mandiri dan mampu hidup tanpa bantuan siapa pun. Image itu berusaha keras
ditampilkan untuk menutupi kenyataan yang sebenarnya.
Padahal, dalam dirinya tersimpan ketakutan, rasa kecewa, marah, sakit hati
terhadap orangtua, sementara ia juga menyimpan persepsi yang buruk terhadap diri
sendiri. Ia merasa tidak diperhatikan, merasa disingkirkan, merasa tidak berharga,
sehingga orangtua tidak mau mendekat padanya (dan, memang ia juga merasa tidak
ingin didekati).
8. Masalah Ngompol Pada Anak
Mengompol atau enuresis adalah problem umum pada bayi dan balita. Tapi bila
masalah mengompol terjadi pada anak usia lebih dari lima tahun, Anda patut gelisah.
Ada beberapa hal yang menyebabkan anak mengompol. Hal pertama adalah terlalu
banyak minum menjelang tidur. Balita biasanya belum memiliki alarm yang membuat
mereka terbangun saat ingin buang air kecil pada waktu tidur.
Bisa juga anak mengompol karena kelelahan fisik. Misalkan setelah bepergian jauh
atau aktivitas lain yang membuatnya kelelahan sehingga tidur terlalu lelap dan
bersifat
Faktor non social seperti guru, alat pembelajaran, kondisi tempat belajar
dan kurikulum.
10. Gagap
Gagap adalah suatu gangguan kelancaran berbicara. Anak usia 2 sampai 5 tahun
sering mengulang-ulang kata-kata atau bahkan seluruh kalimat yang diucapkan
kepadanya. Ia kadang-kadang juga mengucapkan ungkapan-ungkapan seperti ee atau
mm saat ia berbicara. Hal ini dianggap normal bila terjadi pada anak yang masih
belajar berbicara.
Anak pada golongan usia tersebut masih mempelajari cara berbicara,
mengembangkan kendali terhadap otot-otot berbicaranya, mempelajari kata-kata baru,
menyusun kata-kata dalam suatu kalimat, dan mempelajari bagaimana cara bertanya
serta mempelajari akibat dari kata-kata yang mereka ucapkan. Oleh karena itu, anak
pada golongan usia tersebut umumnya masih mengalami gangguan kelancaran
berbicara.
Penyebab Gagap
Banyak orang tua yang merasa bahwa gagap disebabkan oleh cara mendidik anak
atau pola pengasuhan orang tua yang salah. Tetapi menurut para ahli, gagap tidak
disebabkan oleh perilaku orang tua. Kenyataannya, penyebab gagap sampai saat ini
belum dapat dijelaskan secara pasti. Gagap merupakan suatu keadaan yang sangat rumit
dan banyak berkaitan dengan hal-hal lain.
Anak laki-laki lebih banyak mengalami gagap dari pada anak perempuan dengan
perbandingan tiga banding satu. Hal ini berkaitan dengan faktor-faktor lingkungan,
seperti stres.
Tanda-Tanda Awal
Umumnya tanda-tanda awal kegagapan terlihat pada usia dua tahun atau pada saat
anak mulai belajar merangkai kata-kata menjadi suatu kalimat. Sering kali orang tua
merasa jengkel dengan kegagapan anak, tetapi hal ini merupakan hal yang umum
ditemui saat anak masih dalam tahap perkembangan berbicara. Kesabaran merupakan
sikap terpenting yang harus dimiliki oleh orang tua selama anak berada dalam tahap ini.
Seorang anak mungkin mengalami gangguan kelancaran berbicara selama beberapa
minggu atau bulan dengan gejala yang hilang timbul. Sebagian besar anak akan lancar
berbicara dan tidak akan gagap lagi bila kegagapannya itu dimulai pada usia kurang
dari 5 tahun.
Anak Usia Sekolah
Saat anak mulai memasuki usia sekolah, kemampuan dan keterampilan
berbicaranya akan semakin terasah. Umumnya anak akan semakin lanca berbicara dan
ia sudah tidak gagap lagi. Jika ia masih gagap, umumnya pada usia tersebut ia sudah
mulai merasa malu akan hal tersebut. Anak seperti ini membutuhkan latihan khusus
untuk membantunya dalam berkomunikasi.
Bantuan Yang Diperlukan
Seorang anak sebaiknya mulai mendapat bantuan khusus bila:
merasa khawatir akan kelancaran berbicara anaknya
mengulang kata-kata atau bahkan seluruh kalimat
aa semakin sering diucapkannya
bernada tinggi
Jika ada tanda-tanda diatas yang tampak saat anak berbicara maka sebaiknya orang
tua mulai menghubungi dokter atau ahli terapi bicara. Semakin dini bantuan yang
diberikan kepada seorang anak maka semakin baik pula hasil yang akan diperoleh.
I. Kebutuhan Bimbingan Psikologi
1. Kebutuhan Dasar Psikologi
Kebutuhan dasar psikologi merupakan kebutuhan untuk bertahan hidup misalnya
makanan, minuman, air, istirahat, sex dan sumber penghasilan untuk mengurus anak.
Baik manusia mauun hewan memiliki kebutuhan kebutuhan ini, tapi maslow
mempertimbangkan bahwa mempelajari binatang tidak bisa membuat pemahaman yang
baik terhadap motivasi manusia karena binatang memiliki motivasi yang kecil.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Rasa aman merupakan salah satu kebutuhan dasar psikologis seperti perlindungan dari
bahaya, keamanan, perlindungan, stabilitas, struktur dan batas. Sifat dasar dari
kebutuhan rasa aman bisa kita pelajari dari bayi dan anak anak karena mereka
membutuhkan rasa aman ini lebih sederhana dan jelas dibandingkan dengan orang
dewasa. Anak kecil lebih sensitif dengan keadaan luar yang mengganggunya seperti
suara yang terlalu keras atau cahaya yang terlalu menyilaukan.
3. Kebutuhan Pengakuan Dan Kasih Sayang
Kebutuhan ini berhubungan dengan kebutuhan memiliki hubungan perasaan dengan
orang lain. Manusia butuh untuk disukai, disayangi, direspon dan diakui. Maslow
menyebutkan bahwa tidak terpenuhinya kebutuhan ini menyebabkan maladjustment.
Menurut pandangannya cinta dan seks tidak memiliki persamaan dalam psikologi,
walauun dalam kenyatanannya perilaku seksual tidak ditentukan oleh kebutuhan
seksual saja tetapi juga oleh kasih sayang dan perasaan. Dan kebutuhan akan kasih
sayang itu di dalamnya termasuk kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi.
4. Kebutuhanp Penghargaan
Penghargaan yang tertinggi yaitu penghargaan terhadap diri sendiri yang dibangun dari
pencapaian, self respect, self sufficiency (berkecukupan) dan kebebasan. Penghargaan
terendah datang dari respek orang lain terhadap apa yang kita capai termasuk perhatian
status dan apresiasi. Kebutuhan akan penghargaan bersifat kontinyu berbeda dengan
kebutuhan akan kasih sayang yang bersifat insidental.
5. Kebutuhan Kognitif
Pengetahuan menjadi prasyarat untuk mengaktualisasikan diri karena jumlah
pengetahuan sangat penting untuk motivasi mengembangkan potensi dan perencanaan
hidup. Ketika individu mengetahui dengan pasti petunjuk dimana aktualisasi diri
ditemukan, aktualisasi diri membantu memotivasi untuk mengikuti belajar tambahan.
Menurut Maslow roses pembelajaran dan pemahaman itu tidak memiliki arti apa apa
jika tidak ditanamkan.
6. Kebutuhan Estetika
Kebutuhan estetika meliputi kebutuhan akan keindahan, kesenian dan musik yang
merupakan bagian dari aspirasi dari individu. Kebutuhan ini akan muncul jika
kebutuhan kebutuhan yang lain sudah terpenuhi. Melalui kebutuhan inilah individu
dapat mengembangkan kreativitasnya.
7. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah realisasi dari keseluruhan potensi yang ada pada manusia.
Maslow menyamakan aktualisasi diri dengan pertumbuhan motivasi. Maslow
berpendaat bahwa manusia dimotivasi untuk menjadi segala sesuatu yang dia mampu.
Walaupun kebutuhan lain terpenuhi tapi apabila kebutuhan akan aktualisasi diri tidak
terpenuhi, tidak mengembangkan atau tidak mampu menggunakan kemampuan
bawaannya
secara
penuh,
maka
si
individu
akan
mengalami
kegelisahan,
BAB III
KESIMPULAN
Psikologi adalah semua bentuk tingkah laku yang merupakan kegiatan individu.
Perilaku adaptif psikologis individu membantu kemampuan seseorang untuk menghadapi
stressor. Perilaku ini diarahkan pada penatalaksanaanstress dan didapatkan melalui
pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan individu mengidentifikasi perilaku yang dapat
diterima dan berhasil.
Perilaku adapatif psikologis juga disebut sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini
dapat berorientasi pada tugas, yang mencakup penggunaan tehnik pemecahan masalah secara
langsung untuk menghadapi ancaman, atau dapat juga mekanisme pertahanan ego, yang
tujuannya adalah untuk mengatur distress emosional dan dengan demikian memberikan
perlindungan individu terhadap ansietas dan stress. Mekanisme pertahanan ego adalah
metode koping terhadap stress secara tidak langsung.
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan
tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas
perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut.
Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan
tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat
mengarah pada krisis pendewasaan
DAFTAR PUSTAKA
Sabri Alisuf. 1993. Psikologi Umum dan Perkembangan. Ilmu Jaya, Jakarta
McGraw-Hill. 1980. Psikologi Perkembangan. Erlangga, Jakarta
Potter Perry. 1997. Fudamental Keperawatan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Kozier, Barbara, Glenora, dkk. 2004. Fudamamental Keperawatan. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
Nikolopoulou, Mariena. 2003. Thermal comfort and Psychological Adaptation as a Guide for
Designing urban spaces. Elsevier