Manajemen Anestesi Kelainan Katup Jantung
Manajemen Anestesi Kelainan Katup Jantung
keduanya akan normal sampai ada gangguan LV. Tindakan pembedahan disarankan sebelum EF
< 55% dan ESV > 55 ml.
Pasien dengan AR akut akan mengalami overload LV berat secara mendadak. Akibatnya adalah
iskemi koroner, perburukan fungsi LV secara cepat, dan gagal jantung.
Diagnosis : Dari auskultasi dapat terdengar murmur Austin-Flint, yaitu murmur diastolik di left
sternal border, yang diakibatkan oleh tekanan regurgitan yang menyebabkan flutter katup mitral.
Tanda perifer yang dapat ditemukan adalah tekanan nadi melebar, TD diastolik menurun, dan
bounding pulses. Sama seperti MR, pasien dengan AR tidak akan menunjukkan gejala sampai
terjadi gangguan fungsi LV dengan gejala dyspnea, orthopena, fatigue dan iskemi koroner. Dari
EKG dan foto thoraks dapat terlihat tanda-tanda LVH.
Grading AR dengan echocardiografi
Mild
Moderate
Severe
25-46
47-64
> 65
4-24
25-59
>60
Aliran retrograd
Tidak ada
holodiastolik di aorta
desendens
Mean
Mild
Moderate
Severe
transvalvular
gradient
< 20
20-50
> 50
(mmHg)
Peak transvalvular
pressure
< 36
> 50
> 80
1.0-1.5
0.8-1.0
< 0.8
gradient (mmHg)
Aortic valve area (cm2)
Manajemen Anestesi : Tujuan utama manajemen anestesi pada AS adalah pencegahan hipotensi
dan perubahan hemodinamik yang menurunkan CO. Pasien AS yang akan menjalani
pembedahan non-kardiak berisiko tinggi mengalami komplikasi kardiak mayor perioperatif.
1. Preload : Pertahankan normal, jangan sampai kurang.
2. HR : Hindari bradikardi atau takikardi. Idealnya 60-80 x/mnt. Bila terjadi bradikardi
harus ditangani cepat dengan glikopirolat, atropin, atau efedrin. Takikardi persisten dapat
diatasi dengan beta-antagonis, misalnya esmolol. SVT harus ditangani cepat dengan
kardioversi.
3. Irama jantung : Pertahankan irama sinus. Lidokain dan defibrilator harus siap pakai
karena risiko terjadi disritmia ventrikel.
4. Kontraktilitas : Pertahankan. Siapkan topangan inotropik.
5. Afterload : Pertahankan SVR atau boleh meningkat sedikit untuk mempertahankan
tekanan perfusi koroner.
Neuraksial Anestesi pada AS : Umumnya anestesi umum menjadi pilihan daripada regional
karena dengan induksi intravena dapat dilakukan secara titrasi sehingga menghindari terjadinya
perubahan hemodinamik terlalu drastis. Anestesi epidural masih kontroversial karena pasien
mungkin tidak dapat mentoleransi penurunan preload dan afterload akibat blokade simpatis.
Namun pada studi kasus yang dilakukan oleh Easterling dkk, yang melakukan anestesi epidural
pada empat pasien dengan AS moderate - severe, anestesi berhasil dilakukan tanpa komplikasi
dengan memberikan obat epidural secara titrasi dan segera mengatasi perubahan hemodinamik
dengan obat-obat yang sesuai.
Diagnosis : Tanda-tanda TR adalah distensi vena jugularis, hepatomegali, asites dan edema
perifer.
Manajemen Anestesi pada TR : Pada prinsipnya, karena TR biasanya adalah kelainan
sekunder, maka perlu diatasi penyebab primernya dulu. Tujuan utama anestesi untuk pasien TR
adalah mempertahankan volume cairan intravaskular dan CVP pada kisaran tinggi normal untuk
memungkinkan preload RV dan pengisian LV adekuat. Ventilasi tekanan positif dan obat
vasodilator perlu diberikan secara seksama karena dapat menurunkan venous return.
1.
2.
3.
4.
5.
6.