Tugas Ujian Digestif
Tugas Ujian Digestif
Hiperbilirubinemia 1
Bilirubin adalah anion organik endogen yang dihasilkan secara primer dari degradasi hemoglobin
yang dilepas oleh sel darah merah yang matur. Pengukuran kadar bilirubin serum diperiksa
melalui reaksi van den Bergh, yang memisahkan bilirubin menjadi dua bagian : bagian larut-airreaksi-direk yang merupakan bilirubin terkonjugasi dan bagian larut-lemak-reaksi-indirek yang
merupakan bilirubin tak terkonjugasi.
Kadar bilirubin serum diukur untuk konfirmasi derajat beratnya ikterus dan derajat konjugasinya.
Konsentrasi serum bilirubin tak terkonjugasi antara 1 dan 4 mg/dL biasanya menunjukan
gangguan metabolisme bilirubin, misalnya produksi berlebihan (hemolisis), gangguan transpor
ke hepatosit, atau gangguan konjugasi oleh hepatosit. Bahkan pada kasus hemolisis berat,
bilirubin serum total jarang di atas 5 mg/dL pada keadaan fungsi hepar normal. Kadar bilirubin
serum di atas 5 mg/dL, atau lebih rendah yang disertai oleh abnormalitas LFT lainnya, biasanya
Mannitol 4
Diuresis osmotik dengan mannitol sudah lama dipercaya memproteksi terhadap cedera
nefrotoksik, termasuk yang terjadi dengan kontras radiologis, rhabdomyolisis, dan ikterus
obstruktif. Namun, jika volume yang keluar tidak dikoreksi, pemberian mannitol justru dapat
menyebabkan cedera nefrotoksik. Dari penelitian, diketahui mannitol menghasilkan proteksi
renal melalui diuresis osmotik dan meningkatkan aliran tubular. Pada kolestasis ekskresi garam
biliar yang berat, terjadi gangguan ikatan dan inaktivasi endotoksin organisme usus, sehingga
terjadi septikemia portal dan kerusakan renal. Risiko disfungsi renal pascaoperasi meningkat bila
ikterus peroperatif 8 mg/dL, dengan insidens ARF (acute renal failure) pascaoperasi 4-18%
dengan mortalitas 76%.
Diuretik
1. Loop diuretik. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat reabsorpsi natrium di tubulus
asendens nefron, sehingga volume ekskresi air di urin bertambah karena natrium bersifat
menarik air. Contohnya adalah furosemid.
2. Osmotik diuretik. Komponen tertentu, seperti mannitol, difilter oleh glomerulus tetapi tidak
dapat direabsorpsi. Komponen tersebut akan meningkatkan osmolaritas filtrat dan menghasilkan
retensi air dalam urin.
3. Thiazid diuretik. Kerjanya di tubulus konvultus distal dengan menghambat simporter natriumklorida sehingga menyebabkan retensi air.
4. Inhibitor karbonik anhidrase. Bekerja dengan menghambat enzim karbonik anhidrase yang
ditemukan di tubulus konvultus proksimal. Hasilnya antara lain, retensi bikarbonat dalam urin,
retensi potasium urin, dan penurunan absorpsi natrium. Contohnya, asetazolamid.
5. Diuretik hemat-kalium. Pada antagonis aldosteron, seperti spironolakton, terjadi antagonis
kompetitif dengan aldosteron. Normalnya aldosteron menambah kanal natrium di sel utama
collecting duct dan late distal tubule nefron. Spironolakton menghambat aldosteron memasuki
sel utama, sehingga reabsorpsi natrium dihambat.
50% pada suhu 37C dan pH 7,4. Setiap faktor dapat menggeser kurva disosiasi ke kanan
(meningkatkan P50) atau ke kiri (mengurangi P50). Pergeseran ke kiri akan menurunkan afinitas
O2, melepaskan O2 dari hemoglobin, dan lebih banyak O2 yang tersedia untuk jaringan; dengan
kata lain, bila kurva bergeser ke kiri maka tekanan oksigen yang lebih rendah dari normal akan
mensaturasi hemoglobin di paru dan selanjutnya diikuti oleh pelepasan oksigen di jaringan pada
tekanan oksigen kapiler yang lebih rendah dari normal. Sedangkan pergeseran ke kiri
meningkatkan afinitas hemoglobin terhadap O2, sehingga lebih sedikit O2 yang tersedia di
jaringan. P50 normal pada orang dewasa adalah 26.6 mmHg.
Pergeseran ke kanan disebabkan oleh faktor yang mengurangi afinitas hemoglobin terhadap O2.
Pergeseran ke kanan tidak menguntungkan bagi paru karena darah mengambil lebih sedikit
oksigen. Namun, menguntungkan bagi jaringan karena darah melepaskan lebih banyak oksigen.
Normalnya, keuntungan ini melebihi ketidakuntungannya, sehingga jumlah oksigen yang dikirim
ke jaringan membaik pada pergeseran ke kanan. Tubuh manusia memanfaatkan keuntungan ini
pada hipoksia ringan-sedang. Pada hipoksia, kurva disosiasi O2 secara otomatis bergeser ke
kanan. Namun, pada hipoksia berat ketika PO2 40 mmHg. Faktor yang menyebabkan
pergeseran ke kanan adalah PCO2 tinggi (Bohr efek), pH asidosis, peningkatan suhu, dan
peningkatan konsentrasi DPG sel darah merah. Hipoksia meningkatkan produksi DPG dengan
menghambat siklus Krebs. Hormon tiroid, growth hormon, dan androgen meningkatkan
konsentrasi DPG dalam sel darah merah.
Pergeseran ke kiri disebabkan oleh faktor yang meningkatkan afinitas hemoglobin terhadap O2.
Pergeseran ke kiri menguntungkan bagi paru karena darah mengambil lebih banyak oksigen.
Namun, tidak menguntungkan bagi jaringan karena darah melepas lebih sedikit oksigen.
Normalnya, ketidakuntungannya melebihi keuntungannya, sehingga jumlah O2 yang dikirim ke
jaringan lebih sedikit. Namun, pergeseran ke kiri menguntungkan pada hipoksia berat, ketika
PO2 arteri 40 mmHg. Contohnya pada fetus in utero yang normal memiliki PO2 rendah.
Faktor yang menyebabkan pergeseran ke kiri adalah PCO2 rendah, pH tinggi, suhu rendah, dan
kadar konsentrasi DPG sel darah merah yang rendah.
Referensi :
1. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK, Cahalan M, Stock MC. Clinical Anesthesia Sixth
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, USA, 2012.
2. Morgan GE, Maged SM, Murray MJ. Clinical Anesthesiology Fourth Edition, McGraw-Hill
Companies, USA, 2006.
3. Miller RD, Eriksson LI et al. Miller's Anesthesia Seventh Edition, Churchill Livingstone,
USA, 2005.
4. Murray MJ, Coursin DB, Pearl RG, Prough DS. Critical Care Medicine Perioperative
Management Second Edition. Lipincott Williams & Wilkins, Philadelphia 2002.
5. Sircar S. Principles of Medical Physiology, Thieme, New York 2008.