Bedah Iskandar Japardi14
Bedah Iskandar Japardi14
Dr ISKANDAR JAPARDI
Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah
Umniversitas Sumatera Utara
I.
PENDAHULUAN
II.
yang sangat tinggi. Diagnosis spesifik dapat dibuat dari hapusan cairan
serebrospinal dan dari kultur dan juga dengan menemukan antigen spesifik
dengan immunodifusion latex particle aggregation atau perbandingan antigen
recognition test. Pemeriksaan cairan serebrospinal harus termasuk pemeriksaan
tubercle basilli danleukosit abnormal oleh karena banyak terjadi infeksi bersama
jamur dengan tuberkulosa dan leukemia atau limfoma.
III.
1. Cryptococcus neofarmans
Cryptococcus neofarmans adalah jamur seperti ragi (yeast like fungus) yang
ada dimana-mana di seluruh dunia. Jamur ini menyebabkan penyakit jamur
sistemik yang disebut cryptococcosis, dahulu dikenal dengan nama Torula
histolitica. Jamur ini paling dikenal sebagai penyebab utama meningitis jamur
dan merupakan penyebab terbanyak morbiditas dan mortalitas pasien dengan
gangguan imunitas. Cryptococcus neofarmans dapat ditemukan pada kotoran
burung (terutama merpati), tanah, binatang juga pada kelompok manusia
(colonized human).
Gejalanya seperti meningitis klasik yang melibatkan meningitis secara difus.
Dengan adanya AIDS, insiden cryptococcal meningitis meningkat drastis. Di
Amerika, meningitis ini termasuk lima besar penyebab infeksi oportunistik
pada pasien AIDS.
a. Mikologi
Cryptococcus neofarmans merupakan yeast like fungus. Pada jaringan
yang terinfeksi organisme ini membentuk kapsul polisakarida yang
merupakan antigenpenting yang dapat mempengaruhi tubuh host. Kapsul
ini terdiri dari empat serotipe antigen yang telah dapat diisolasi yairu
A,B,C dan D. Berdasarkan antigen kapsul ini Cryptococcus neofarmans
dibagi menjadi dua subgroup, V.neofarmans var neofarmans (serotipe A
dan D) dan C.neofarmans var gatti (serotipe B dan C). Serotipe A
merupakan serotipe yang paling sering diisolasi dan yang terutama di
Amerika. Serotipe D biasanya ditemukan di Eropa, B dan C ditemukan di
daerah tropis dan subtropis. Pada pasien AIDS serotipe yang paling sering
ditemukan aialah serotipe B dan C.
Serotipe
B
dan
C
dapat
pula
menginfeksi
manusia
(nonimmunosupressant host) dan lebih banyak menginvasi parenkim otak
menyebabkan lesi massa yang disebut toruloma.
Isolasi jamur dapat dilakukan dengan membuat sediaan cairan
serebrospinal yang dicampur dengan tinta India kemudian diperiksa pada
mikroskop. Ukuran diameter yeast 4-6 m dengan kapsul berukuran 1-30
m. Jika pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati maka dapat positif
pada lebih kurang setengah kasus meningitis cryptococcal, dan lebih tinggi
pada penderita AIDS. Perhitungan kwantitatif pasien meningitis daro 103107 count forming unit (CFU) perdarahan milimeter cairan serebrospinal.
Prognosa
Pada pasien yang tidak diobati, biasanya fatal dalam beberapa bulan
tetapi kadang-kadang menetap sampai beberapa tahun dengan
rekuren,remisi dan eksaserbasi. Kadang-kadang jamur pada cairan
serebrospinal ditemukan selama tiga tahun atau lebih. Telah dipalorkan
beberapa kasus yang sembuh spontan.
2. Mucormycosis
Serebral mucormycosis (phycomycosis) adalah penyakit akut, jarang dapat
disembuhkan yang disebabkan oleh jamur klas phycomycetae khususnya
genera rhizopus. Jamur ini terdapat diseluruh dunia pada tumbuhan busuk,
pupuk dan makanan yang mengandung banyak gula. Infeksi pada manusia
hampir selalu terjadi pada pasien yang mempunyai penyakit utama termasuk
diabetes melitus yang tidak terkontrol, keganasan darah, lymfoma, keadaan
imunosupresif, penggunaan antibiotik jangka panjang dan penggunaan
sitostatik.
Jamur ini masuk ke dalam tubuh manusia yang rentan melalui hidung
menyebabkan sinusitas dan sellulitis orbitalis, kemudian penetrasi ke arteri
dan terjadi trombosis arteri oftalmika danar karotis interna dan selanjutnya
menyerang vena dan saluran linfe. Dapat terjadi penyakit yang desiminata
pada mata, serebral,paru danintestinal.
Gejala klinis biasanya dimulai dengan tanda-tanda infeksi sinus paranasalis
seperti hidung tersumbat, sekret dari hdung kadang-kadang berdarah, nyeri
pada daerah sinus dan demam. Jika tidak diobati, penyakit ini akan menyebar
keotak melalui lamina kribriformis atau setelah terlibatnya tulang tengkorak.
Kemudian terjadi gejala-gejala lobus frontalis dan meningen basalis bersama
dengan penurunan kesadaran drowsyness nyeri kepala, perubahan status
mental. Gejala neurologis yang sering terjadi yaitu proptis,kelumpuhan mata
dan hemiplegi yang mana keadaan ini berhubungan dengan terlibatnya arteri
arteri orbitalis dan karotis danjaringan disekitarnya. Organisme ini dapat
menginvasi meningen atau dapat menembus otak sehingga menimbulkan
ensefalitis jamur dan dapat menyebabkan Infark dan perdarahan otak.
Beberapa hifa terdapat didalam trombus dandinding pembuluh darah dan
sering sekali masuk ke dalam perinkim sekitarnya. Biasanya penyakit ini
cepat berakibat fatal dalam beberapa hari atau minggu.
Diagnosa penyakit in ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sputum, cairan
serebrospinal atau eksudat jaringan sinus paranasalis. Kultur rhizopus dapat
membantu tapi bukan merupakan diagnostik oleh karena kebanyakan
merupakan kontaminan.
Terapi terdiri dari pemberian Amphotericin B dan kontrol faktor predisposisi
seperti diabetes melitus. Juga diperlukan drainase lokal dan operasi jaringan
nekrotik secepatnya untuk mencegah penyebaran penyakit.
3. Candidiasis (moniliasis)
Spesies candida merupakan suatu flora mikrobial yang normal terdpat dalam
tubuh manusia. Candidiasis kemungkinan merupakan infeksi jamur
oportunistik terbanyak. Infasi ke susunan saraf pusat sebenarnya sangat
jarang kecuali terjadi kerusakan sistem kekebalan tubuh host. Banyak faktor
yang menunjang terjadinya infeksi candida seperti terapi antibiotik spectrum
luas, luka bakar berat, nutrisi parental total, prematuritas, keganasan
pemasangan kateter, terapi kortikosteroid, neutropenia, operasi abdomen,
diabetes mellitus, dan penggunaan obat parenteral yang tidak semestinya
(parentral drug abuse)
Bentuk patologi infeksi susunan saraf pusat oleh candida berupa penyebaran
mikro abses intraparenkimal, granuloma nonkaseosa, abses besar, meningitis
dari ependimitis. Pada kebanyakan kasus diagnosis belum dapat ditegakkan
pada saat pasien masih hidup, kemungkinan oleh karena sukarnya
menemukan organisme pada cairan serebrospinal .
IV.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Adams RA. Principles of neurology. 4th ed. New York: McGraw Hill, 1989: 581-3
Bernett JE. Mycoses, in Principles and practice of infectious disease. 4th ed.
New York: Churchill, 1995: 2288-378
Girolami V. The Central Nervous system, in Robbhins. Pathologic basis of
disease. 5th ed. Philadelphia: WB Sounders, 1994: 1324-5
Perfect JR. Diagnosis and treatment of fungal meningitis, in infectious of central
nervous systems. New York: Raven Press, 1991: 729-37
Perfect JR. pathogenesis and pathophysiology of fungal infection of central
nervus system, in infections of the Central Nervous System. New
York: Raven Press, 1991: 693-700
Roos KL. Meningitis 100 maxims. New York: Arnold, 1995: 143-157
Swash M. Clinical neurology. London: Churchill, 1991: 917-8
Treseler CB. Fungal meningitis, in Merrits textbook of neurology. 9th ed.
Baltimore: A.Waverly,1995: 193-6