Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 1

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Dinar
Fitriyah Hanum
Lailatul Qomariyah
Lutfi Laila
Loly Dwi . K
M.Yasa

(130801055)
(130801055)
(130801055)
(130801055)
(130801055)
(130801055)

7. M.Reza .T
(130801055)
8. Purindra Darma
(130801055)
9. Ririn Dwi
(130801055)
10. Yoga Pratama
(130801055)
11. Wahyu Juli(130801055)
12 Zuhrina Municca (130801055)

BERBAGAI ALASAN EUTHANASIA PRO


1. Pengertian Euthanasia
a. Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani yaitu Euthanatos. Eu berarti baik, tanpa
penderitaan dan Thanatos berarti mati. Jadi dapat disimpulkan bahwa Euthanasia artinya
mati dengan baik, atau mati dengan tanpa penderitaan atau mati cepat tanpa derita.
b. Menurut pandangan dokter, Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu
untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk
memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan dilakukan untuk
kepentingan pasien sendiri.
Bajang Tukul, 2008, Perdebatan Etis atas Euthanasia (Perspektif Filsafat Moral), Yogyakarta,
Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, hlm. 4
2. Alasan Persetujuan dilakukannya Euthanasia
a. Sudut Pandang Agama tentang Pro Euthanasia
Menurut pendapat para ulama, bahwa euthanasia boleh dilakukan apalagi terhadap
penderita penyakit menular apalagi kalau tidak bisa disembuhkan. Pendapat Ibrahim
Hosen ini disandarkan kepada suatu kaidah ushul fiqh: Al- Irtifaqu Akhaffu Dlarurain,
melakukan yang teringan dari dua mudlarat. Jadi katanya, langkah ini boleh dipilih
karena ia merupakan pilihan dari dua hal yang buruk. Pertama, penderita mengalami
penderitaan. Kedua, jika menular membahayakan sekali. Artinya dia menjadi penyebab
orang lain menderita karena tertular penyakitnya, dan itu dosa besar. Dan beliau bukan
hanya menganjurkan euthanasia pasif tapi juga euthanasia aktif (Luthfi Assyaukanie,
1998:180)
Dalam Debat Publik Forum No. 19 Tahun IV, 01 Januari 1996, Ketua Komisi Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (yang selanjutnya disebut MUI) Pusat, Ibrahim Husein
menyatakan bahwa, Islam membolehkan penderita AIDS dieuthanasia bilamana

memenuhi syarat-syarat berikut: obat atau vaksin tidak ada, kondisi kesehatannya makin
parah, atas permintaannya dan atau keluarganya serta atas persetujuan dokter, adanya
peraturan perundang-undangan yang mana mengizinkannya.
Para ulama telah sepakat bahwa apapun alasannya, apabila tindakan itu berupa
euthanasia aktif, yang berarti suatu tindakan mengakhiri hidup manusia pada saat yang
bersangkutan

masih

menunjukkan

adanya

tanda-tanda

kehidupan,

Islam

mengharamkannya.Sedangkan terhadap euthanasia pasif, para ahli, baik dari kalangan


kedokteran, ahli hukum pidana, maupun para ulama sepakat membolehkannya.
Jurnal EUTHANASIA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Oleh Arifin Rada,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ternate e-mail: malukumalut@yahoo.com
b. Euthanasia Pro menurut hukum diberbagai Negara
1. Belanda : Pada tanggal 10 April 2001 Belanda menerbitkan undang-undang yang
mengizinkan eutanasia. Undang-undang ini dinyatakan efektif berlaku sejak tanggal 1
April 2002, yang menjadikan Belanda menjadi negara

pertama di dunia yang

melegalisasi praktik eutanasia. Pasien-pasien yang mengalami sakit menahun dan tak
tersembuhkan, diberi hak untuk mengakhiri penderitaannya.
2. Belgia : Parlemen Belgia telah melegalisasi tindakan eutanasia pada akhir September
2002. Belgia kini menjadi negara ketiga yang melegalisasi eutanasia (setelah Belanda
dan negara bagian Oregon di Amerika). Senator Philippe Mahoux, dari partai sosialis
yang merupakan salah satu penyusun rancangan undang-undang tersebut menyatakan
bahwa seorang pasien yang menderita secara jasmani dan psikologis adalah
merupakan orang yang memiliki hak penuh untuk memutuskan kelangsungan
hidupnya dan penentuan saat-saat akhir hidupnya
3. Amerika : pada tahun 1997 melegalisasikan kemungkinan dilakukannya eutanasia
dengan memberlakukan UU tentang kematian yang pantas (Oregon Death with
Dignity Act)..Hukum juga mengatur secara tegas bahwa keputusan pasien untuk
mengakhiri hidupnya tersebut tidak boleh berpengaruh terhadap asuransi yang
dimilikinya baik asuransi kesehatan, jiwa maupun kecelakaan ataupun juga simpanan
hari tuanya
4. Jepang : Jepang tidak memiliki suatu aturan hukum yang mengatur tentang eutanasia
demikian pula Pengadilan Tertinggi Jepang (supreme court of Japan) tidak pernah
mengatur mengenai eutanasia tersebut. Ada 2 kasus eutanasia yang pernah terjadi di
Jepang yaitu di Nagoya pada tahun 1962 yang dapat dikategorikan sebagai "eutanasia
pasif" ( , shkyokuteki anrakushi) Kasus yang satunya lagi terjadi

setelah peristiwa insiden di Tokai university pada tahun 1995[14] yang dikategorikan
sebagai "eutanasia aktif " ( , sekkyokuteki anrakushi) . Keputusan
hakim dalam kedua kasus tersebut telah membentuk suatu kerangka hukum dan suatu
alasan pembenar dimana eutanasia secara aktif dan pasif boleh dilakukan secara legal.
http://id.wikipedia.org/wiki/Eutanasia
c. Argumen pro-euthanasia
1. Terdapat beberapa argumen yang mendukung terjadinya euthanasia. Pertama,
kelompok pro-euthanasia beranggapan bahwa setiap individu memiliki hak untuk
menentukan masa depan kehidupannya. Terlebih jika individu tersebut dalam
keadaan sakit berat yang menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri. Argumen
lain menyatakan bahwa dengan melegalkan euthanasia terhadap pasien dengan
keadaan yang tidak dapat disembuhkan, tenaga dan perawatan kesehatan dapat
dialihkan untuk pasien yang memiliki harapan sembuh lebih besar dan
memerlukan perawatan intensif.
Negara di dunia umumnya tidak melegalkan euthanasia. Namun terdapat
beberapa negara yang telah melegalkan proses ini seperti beberapa negara bagian
di Amerika Serikat, Jepang, Belanda dan Luxemburg.
Artikel : http ://www.klikdokter .com/tanya dokter
2. Secara Spesifik Alasan Pro Euthanasia Aktif:
a. Adanya hak moral bagi setiap orang untuk mati terhormat. Maka seseorang
mempunyai hak memilih cara kematiannya.
b. Adanya hak privacy yang secara legal melekat pada tiap orang. Maka
seseorang berhak sesuai privacy-nya (band. Pro-choice dalam kasus Aborsi).
c. Euthanasia adalah tindakan belas kasihan/kemurahan pada si sakit. Maka
tidak bertentangan dengan peri-kemanusiaan. Meringankan penderitaan
sesama adalah tindakan kebajikan.
d. Euthanasia adalah juga tindakan belas kasih pada keluarga. Bukan hanya si
sakit yang menderita, tetapi juga keluarganya. Meringankan penderitaan si
sakit berarti meringankan penderitaan keluarga khususnya penderitaan
psikologis.
e. Euthanasia mengurangi beban ekonomi keluarga. Dari pada membuang dana
untuk usaha yang mungkin sia-sia, lebih baik uang dipakai untuk keluarga
yang masih hidup.
f. Euthanasia meringankan beban biaya sosial masyarakat, bukan hanya dari
segi ekonomi tetapi juga beban sosial misalnya dengan mengurangi biaya
perawatan mereka yang cacat secara permanen.

Ada tiga petunjuk yang dapat digunakan untuk menentukan syarat prasarana luar biasa.
Pertama, dari segi medis ada kepastian bahwa penyakit sudah tidak dapat disembuhkan lagi. Kedua,
harga obat dan biaya tindakan medis sudah terlalu mahal. Ketiga, dibutuhkan usaha ekstra untuk
mendapatkan obat atau tindakan medis tersebut. Dalam kasus-kasus seperti inilah orang sudah tidak
diwajibkan lagi untuk mengusahakan obat atau tindakan medis.
Alternatif terakhir yang mungkin bisa diambil adalah penggunaan sarana via extraordinaria.
Jika memang dokter sudah angkat tangan dan memastikan secara medis penyakit tidak dapat
disembuhkan serta masih butuh biaya yang sangat besar jika masih harus dirawat, apalagi perawatan
harus diusahakan secara ekstra, maka yang dapat dilakukan adalah memberhentikan proses
pengobatan dan tindakan medis di rumah sakit.
http://rinaningtyasbiology.blogspot.ae/2011/01/euthanasia-lengkap.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai