Abstrak
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
2012
35158
8682
1238
2961800
981800
2012
5727
7692
4782
7096
4098
Tabel 3 menunjukkan bahwa ikan air tawar yang menjadi primadona masyarakat
untuk dibudidayakan adalah ikan mas. Hal tersebut didukung dengan nilai
volume produksi ikan mas yang terus mengalami peningkatan dan lebih banyak
jika dibandingkan dengan volume produksi ikan tawar lainnya. Meningkatnya
volume produksi ikan mas tersebut dikarenakan oleh faktor cara budidaya ikan
mas yang relatif mudah dan waktu panen yang relatif lebih cepat dari budidaya
ikan air tawar lainnya sehingga petani dapat melakukan budidaya ikan mas
tersebut. Ikan mas cocok dikembangkan di daerah yang memiliki kelimpahan
sumber air tawar. Dengan demikian, petani dapat memanfaatkan potensi perairan
tawar di Lampung yang masih luas untuk melakukan budidaya ikan mas.
B. Perumusan Masalah
Ikan mas merupakan ikan konsumsi air tawar yang cukup berkembang di
Indonesia. Permintaan terhadap produk ikan mas segar cukup besar dan
menjadikan ikan mas sebagai salah satu ikan favorit masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, ikan mas banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Dalam
pembudidayaannya, ikan mas cocok dibudidayakan dalam air deras atau memiliki
ombak kecil. Dengan demikian, ikan mas dapat dibudidayakan di perairan tawar
yang memiliki ombak kecil seperti waduk, danau, dan sungai.
Kabupaten Lampung Utara merupakan daerah pengembangan budidaya perikanan
air tawar yang memiliki daerah aliran-aliran hulu sungai dan memiliki banyak
jaringan-jaringan irigasi teknis seperti bendungan Way Rarem, Way Tulung Mas,
Way Abung, Tirta Shinta, dan Way Tebabeng yang memiliki potensi sumberdaya
perikanan yang sangat besar, baik potensi wilayah maupun sumberdaya alam.
Selain pada perairan umum, potensi perikanan budidaya di Kabupaten Lampung
Utara terdapat pada potensi lahan dengan jenis usaha kolam, tanah, kolam
pekarangan, kolam air deras, keramba, jaring apung, dan mina padi. Dari
beberapa potensi perikanan budidaya yang diusahakan, ikan mas merupakan jenis
Peluang
(Ha)
1.581,6
338,4
2,5
224,88
2.627,09
503,7
5.278,17
di mana:
NB = Net Benefit = Benefit Cost
Net B/C adalah perbandingan antara net benefit yang telah di discount
positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negative (-).
Formula:
Kriteria:
Jika Net B/C lebih besar dari 1 berarti gagasan usaha/proyek tersebut layak
untuk dikerjakan dan jika lebih kecil dari 1 berarti tidak layak untuk
dikerjakan. Untuk Net B/C sama dengan 1 berarti cash in flows sama
dengan cash outflows, dalam present value disebut Break Event
Point (BEP), yaitu total cost sama dengan total revenue.
3.
Gross Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara jumlah present value
dari benefit kotor dengan jumlah present value dari biaya kotor.
n
GrossB / C
Bt 1 i
t 0
n
Ct 1 i
t 0
Keterangan:
Bt
= Penerimaan (benefit) pada tahun ke-i
Ct
= Biaya (Cost) pada tahun ke-i
i
= suku bunga (%)
n
= umur proyek (tahun)
Kriteria pada pengukuran ini adalah :
a. Jika Gross B/C > 1, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan.
b. Jika Gross B/C < 1, maka kegiatan usaha tidak layak untuk
dilaksanakan
c. Jika Gross B/C = 1, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event
point.
4. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang
menunjukan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh
investasi proyek atau dengan kata lain tingkat suku bungan yang
menghasilkan NPV sama dengan nol.
NPV 1
(i 2 i1 )
NPV
1
NPV
2
IRR i1
Keterangan:
NPV1 = Present Value positif
NPV2 = Present Value negatif
i1
= discount faktor, jika NPV > 0
i2
= discount faktor, jika NPV < 0
Dengan kriteria:
a. Jika IRR > i, maka kegiatan usaha layak untuk dilaksanakan
b. Jika IRR < i, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dilaksanakan
c. Jika IRR = i, maka kegiatan usaha dalam keadaan break event point
5. Payback Period
Payback Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang
didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari
suatu proyek.
PP
Ko
1 tahun
Ab
Keterangan:
Pp = payback period
I0= investasi awal
Ab= manfaat (benefit) yang diperoleh setiap periode
Kriteria kelayakan :
a. Jika Payback period lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka
proyek tersebut layak untuk dijalankan
b. Jika Payback period lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka
proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.
Nilai
Kecil
Sedang
Besar
64.417.995
86.132.351
260.397.659
IRR (%)
49
44
66
Net B/C
2,16
1,89
2,38
Gross B/C
1,08
1,06
1,07
Payback Period
2,30
2,21
1,28
dikembangkan di Waduk Way Rarem adalah 600 kolam Jaring Apung. jumlah
keramba yang di kembangkan baru 40 unit keramba. Artinya tingkat pemanfaatan
Waduk untuk pengembangan Keramba Jaring Apung baru dari 8%. Potensi sumber
daya waduk way rarem dalam pengembangan usaha ini pada masa yang akan datang
sangat besar, hal ini dapat dilihat pada beberapa aspek, yaitu
a. Aspek Finansial
Berdasarkan aspek financial yang dilakukan terhadap usaha budidaya menunjukan
Besarnya nilai NPV pada tingkat suku bunga 14 % sebesar Rp. 64.417.995 (ukuran
kecil), Rp. 86.132.351 (ukuran sedang), dan Rp. 260.397.659 (ukuran besar), yang
berarti bahwa nilai NPV lebih besar dari nol atau bernilai positif,dan IRR lebih besar
dari suku bunga menunjukan usaha layak untuk di kembangkan. Payback Period
lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka proyek
tersebut layak untuk
dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA