Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA IBU HAMIL


DENGAN RESIKO TINGGI

A. Konsep Dasar Ibu Hamil


1. Pengertian
Bumil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami kehamilan.
Kehamilan adalah suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan persenyawaan
antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Kehamilan terbagi atas trimester
I (1 14 minggu), trimester II (14 28 minggu), trimester III (28 42 minggu).

2. Konsep Pertumbuhan / PerkembanganFisik


a. Perubahan/ Pertumbuhan Fisik
1)

Perubahan Pada Kulit


Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu. Pada
wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai
topeng (topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan
Puting susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar puting susu akan
menghitam. Sekitar areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna
hitam. Hal ini disebut areola mamae sekunder. Puting susu menghitam dan
membesar sehingga lebih menonjol. Pada areola suprapubis, terdapat garis
hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai pusat. Warnanya lebih
hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang memanjang
ditengah atas pusat (linea nigra). Pada perut, selain hiperpigmentasi terjadi
stria gravidarum yang merupakan garis pada kulit. Terdapat 2 jenis stria
gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis
berwarna putih). Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore stimulating
hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.

2) Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher pria.
Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.

3) Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin
dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan
pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:
a) Payudara membesar, tegang dan sakit
b) Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
c) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola
mamae sekunder
d) Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar
dan kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak
cairan agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi
tempat berkembang biak bakteri.
e) Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16
minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu
sampai 32 minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat
encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang
dikeluarkan lebih kental, berwarna kuning, dan banyak mengandung
lemak. Cairan ini disebut kolostrum.
4) Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar. Biasanya hingga
kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan. Setelah kehamilan 5
bulan, perut mulai kelihatan membesar. Saat hamil tua, perut menjadi tegang
dan pusat menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi
pada linea alba serta linea nigra.
5) Perubahan Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada
peredaran darah. Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah
yang menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk
membesarkan dan memberi makan janin. Gambaran mukosa vagina yang
mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan (tanda Chadwick).
6) Perubahan padaTungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada hamil tua, sering
terjadi edema pada salah satu tungkai. Edema terjadi karena tekanan uterus
yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.

7) Perubahan Sikap tubuh


Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.

b. Perkembangan/ Perubahan Psikologis


Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada:
1) Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
2) Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris
dan berpusat pada diri sendiri.
3) Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan
merefleksikan pengalaman masa lalu.

c. Masalah yang Sering Terjadi


1) Respon Terhadap Perubahan Citra Tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang
cepat dan nyata. Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada
trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan
pembesaran payudara memastikan status kehamilan. Wanita merasa seluruh
tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini
semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi
kehilangan batasanbatasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan
diri sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai nilai yang
diyakininya dan sifat pribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan
kehamilan. Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I.
Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih
negatif. Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap
tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak
menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri mereka.

2) Ambivalensi Selama Masa Hamil


Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti
cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan. Ambivalensi
adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk

suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen


selama hamil. Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu
ke waktu dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin.
Pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil
atau peristiwa promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki
seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa
ambivalen. Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung
jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat
mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman,
1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan
ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita
kemungkinan akan mengingat kembali saatsaat ia tidak menginginkan anak
tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang
memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya telah
menyebabkan anaknya cacat.

3) Hubungan Seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan
menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain
mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbedabeda ini dipengaruhi oleh
faktor faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks
selama masa hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada
wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan
rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk
menyatakan seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan
seksual wanita menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk.
Saat memasuki trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan
kongesti pelvis yang meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya
untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada trimester III peningkatan keluhan
somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa
tertarik terhadap seks menurun (Rynerson, Lowdermilk, 1993)

Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual


mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain
dan keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual
mereka. Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting. Pasangan
yang tidak memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan
cepat selama masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku
pasangannya. Dengan membicarakan perubahan perubahan yang mereka
alami, pasangan dapat mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan
dukungan yang diperlukan. Perawat dapat memperlancar komunikasi antar
pasangan dengan berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan
perilaku yang mungkin dialami wanita selama masa hamil (Rynerson,
Lowdermilk, 1993).

4) Kekhawatiran terhadap Janin


Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbedabeda selama masa
hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan
berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang
sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai
periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan
adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama
ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan
membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk
memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap
lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin
melemah. Kemungkinan kematian ini terbukti semakin tidak dipikirkan
orang tua.

d. Tugas Perkembangan
1) Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide
kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita
tersebut (Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan
wanita dan respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.

a) Kesiapan menyambut kehamilan


Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan
bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama
pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti
menerima kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang
kehamilan sebagai suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik
diinginkan maupun tidak diinginkan, bergantung pada keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala
awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa
wanita yang memiliki perasaan kuat, seperti tidak sekarang, bukan
saya, dan tidak yakin, mungkin menunda mencari pengawasan dan
perawatan (Rubin, 1970). Namun , beberapa wanita menunda validasi
medis karena akses keperawatan terbatas, merasa malu, atau alasan
budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa
alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari
perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa. Reaksi
yang diperlihatkan banyak wanita ialah respon suatu hari nanti, tetapi
tidak sekarang.
Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak
alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka
hamil. Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran
seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan. Tidak menerima
kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita
mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu
dilahirkan.
b) Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering
memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan
bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan
cenderung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk
bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum
keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang terlihat pada
perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil.

Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang


lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya.
Peningkatan iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan
suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya
karena suatu provokasi kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap
kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama
seperti saat akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti
masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga
dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak menentu ini.
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang
terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal
yang tidak pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan
tampak yakin bahwa pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang
dialaminya akan menarik untuk si pendengar yang dianggapnya protektif.
Keterbukaan

ini,

disertai

kesiapan

untuk

belajar,

meningkatkan

kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan meningkatkan


kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan terapeutik
untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat
kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan
untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan.
Rasa senang yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan
perasaan dekat dengan anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa
tidak nyaman ini.
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak
nyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu
dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan
kemampuan koping perlu dilakukan (Lederman, 1984)
2) Mengenal Peran Ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan
seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang
anak, diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran
feminim juga membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita

karir, menikah atau tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen.
Peran - peran batu loncatan, seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi,
dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan pemahaman tentang arti
menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak-anak, dan
menanti untuk menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi
orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan
akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua
(Grossman, Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain
tidak mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri
mereka sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan
kehamilan dan keputusan - keputusan yang berkaitan denga karir dan anak
harus diselesaikan.
3) Hubungan Ibu-Anak
Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni
ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu
(Rubin, 1975; Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan-akan dirinya
adalah seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka
miliki.
Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang
tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba
untuk mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada
kehidupannya akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka
bisa tahan terhadap kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk
perawatan yang harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan
mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini.
Rubin (1967) menemukan bahwa wanita menerapkan dan menguji
perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita
lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai
sumber informasi dan pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu
proses perkembangan(Rubin, 1975)
Banyak wanita khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk
menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk

orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan,
teman, orang yang tidak dikenal).Mereka akan mencari orang terbaik untuk
memberi nasihat, arahan, dan perawatan (Patterson, Freese, Goldenberg,
1990). Rasa cemas dapat timbul akibat kekhawatiran akan proses kelahiran
yang aman untuk dirinya dan anaknya (Rubin, 1975).
4) Hubungan Dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah
sang anak (Richardson,1983). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa
wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil
akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit
komplikasi persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa
nifas (Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama
yang ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983). Kebutuhan
pertama ialah menerima tanda tanda bahwa ia dicintai dan dihargai.
Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap
sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975)
menyatakan bahwa wanita hamil harus memastikan tersedianya akomodasi
sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk anggota baru
tersebut.
Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu.
Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk
selamalamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan
suami bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan
bahwa kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami istri akibat
peran dan aspek aspek baru yang ditemukan dalam diri masing masing
pasangan.
5) Kesiapan Untuk Melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan
gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu. Nyeri
pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan
timbulnya varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan
rasa canggung mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah
tangga rutin, dan mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.

Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan,
apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan
yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera
menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.

B. KONSEP KEHAMILAN DENGAN RESIKO TINGGI


1. Pengertian
Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor resiko yang
dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau mengancam jiwa ibu dan
janin
Ibu hamil dengan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mengalami risiko atau
bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan, bila
dibandingkan dengan Ibu Hamil yang normal.
a. Kriteria Ibu Hamil dengan Faktor Resiko, yaitu :
1) Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2) Paritas primipara (kehamilan pertama) atau kehamilan telah lebih dari empat.
3) Jarak persalinan terakhir kurang dari 2 tahun
4) Tinggi badan kurang dari 142 cm
5) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm pada trimester III
b. Ibu Hamil Yang Tergolong Resiko Tinggi yaitu :
1) Ibu hamil yang sering pusing berat, penglihatan kabur, kaki bengkak dan
kenaikan tekanan darah
2) Ibu hamil dengan kelainan letak (sungsang atau lintang
3) Ibu hamil yang diperkirakan bayinya kembar
4) Riwayat kehamilan jelek
5) Ibu dengan riwayat penyakit jantung, ginjal, TBC, liver, hipertensi dan
penyakit berat lainnya.
2.

Masalah Yang sering Terjadi


Ada beberapa masalah yang sering ditemukan pada wanita hamil dengan usia di atas
35 tahun, seperti diabetes gestational (diabetes yang muncul pada saat kehamilan),
tekanan darah tinggi dan juga masalah-masalah pada janin. Wanita hamil dengan
usia yang lebih tua juga akan lebih sering mengalami masalah pada kandung kemih
dibandingkan wanita hamil dengan usia yang lebih muda. Resiko-resiko lainnya
adalah resiko keguguran lebih besar, lebih banyak yang melahirkan melalui operasi

Caesar karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal,
dan juga memiliki resiko lebih tinggi melahirkan bayi cacat.

Saat berusia akhir 30-an, wanita cenderung mengalami kondisi-kondisi medis


berkaitan dengan sistem reproduksi, seperti fibroid uterine dan tumor otot. Fibroid
uterine adalah pertumbuhan sel otot atau jaringan lain di dinding uterus, membentuk
tumor. Fibroid uterine dan tumor otot bisa menimbulkan rasa nyeri atau perdarahan
vagina saat kehamilan berkembang. Jika wanita tersebut hamil di atas usia 40 tahun,
tingkat keparahannya bahkan lebih berat lagi. Problem-problem tadi bisa bertambah
dengan adanya hemoroid (wasir), inkontinensi (kesulitan menahan keluarnya urin),
varises, problem-problem pembuluh darah, nyeri otot, nyeri punggung, dan juga
proses melahirkan yang lebih sulit dan lebih panjang.

Selain resiko melahirkan bayi dengan Sindroma Down, resiko keguguran dan
melahirkan dengan operasi Caesar, wanita hamil berusia di atas 35 tahunan juga
memiliki resiko bayi meninggal saat dalam rahim atau saat proses melahirkan.
Walaupun resiko ini ada di setiap usia kehamilan, namun pada wanita dengan usia
35 tahun ke atas, resiko ini lebih besar, yaitu 7 dari 1000 kehamilan.

Hal lain yang perlu diwaspadai pada kehamilan diusia 35 tahun keatas aalah
terjadinya pre-eklamsia. Gejala awalnya adalah tekanan darah yang meningkat
secara drastis hingga lebih dari 140/90 mmHg, rin mengandung protein, terjadi
pembengkakan pada pergelangn kaki, tangan dan wajah. Bila terdiagnosis preeklamsia harus diperiksa juga fungsi organ-organ tubuh yang lain seperti ginjal,
jantung, paru, mata, otak dan sistem syaraf.

Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. (Baliwati, 2004 : 3).
Karena pada ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi
makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan
adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995 :
96).

Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang
dapat menyebabkan non dijunction pada kromosom. Perubahan endokrin seperti
meningkatnya

sekresi

androgen,

menurunnya

kadar

hidroepiandrosteron,

menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon


danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selama menopause.
Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.
Adapun bahaya yang dapat ditimbulkan akibat Ibu hamil dengan risiko tinggi adalah
sebagai berikut :
a) Bayi lahir belum cukup bulan.
b) Bayi lahir dengan berat kahir rendah (BBLR).
c) Keguguran (abortus).
d) Persalinan tidak lancar / macet.
e) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
f) Janin mati dalam kandungan.
g) Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
h) Keracunan kehamilan / kejang-kejang.
3.

Pencegahan
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin
sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya, yaitu dengan cara :
a) Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu,
Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
b) Dengan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali.
c) Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih
intensif.
d) Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Proses pengkajian dilakukan selama periode prenatal yang meliputi wawancara,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Data yang perlu dikumpulkan
pada saat pengkajian adalah interpretasi subyektif pasien tentang status kesehatan
dan kehamilannya dan observasi afek pasien, postur, bahasa tubuh, warna kulit,
tanda fisik dan keadaan emosional (Klien, 2000).
Saat wawancara tanyakan riwayat kesehatan komprehensif yang menekankan pada :

a. Kehamilan saat ini: alasan mencari perawatan, keluhan utama atau keluhan yang
dirasakan selama hamil, hamil keberapa, usia kehamilan sekarang, tanggal
perkiraan melahirkan, kebutuhan selama kehamilan, persiapan persalinan dan
persiapan awal menjadi ibu, harapan yang diinginkan tentang cara kelahiran, jenis
kelamin bayi, status nutrisi, pola berkemih.
b. Kehamilan sebelumnya: jumlah anak saat ini, riwayat kehamilan dan pengalaman
persalinan sebelumnya, riwayat kehilangan (abortus) janin, dan riwayat medis
yang meliputi: riwayat pembedahan, penggunaan obat, penyakit yang menyertai,
riwayat menstruasi.
c. Riwayat psikososial dan budaya: pekerjaan wanita dan pasangan, pendidikan,
status pekawinan, latar belakang budaya dan etnik, status sosial ekonomi,
persepsi tentang kehamilan saat ini (apakah kehamilan ini diinginkan,
direncanakan, apakah wanita dan pasangan senang, apakah wanita menerima
kehamilan), masalah yang timbul akibat kehamilan (finansial, karier/pekerjaan,
tempat tinggal), perubahan pola seksual.
d. Keadaan keluarga: kaji sistem dukungan keluarga, hubungan ibu hamil dengan
suami, keluarga ayah, ibu, dan saudara, hubungan dengan keluarga suami,
riwayat cacat dan kelainan genetik Riwayat keluarga memberi informasi tentang
keluarga pasien, orang tua, saudara kandung, anak, Hal ini membantu
mengidentifikasi

gangguan

genetik,

familial

dan

kondisi

yang

dapat

mempengaruhi status kesehatan wanita atau janin.


e. Pengkajian fisik: pemeriksaan fisik difokuskan pada pemeriksaan ginekologi,
payudara, abdomen, pemeriksaan panggul, inspeksi luar, pemeriksaan dalam,
palpasi luar, dan pemeriksaan yang menyangkut keluhan utama dan riwayat
kesehatan atau penyakit yang pernah diderita pasien.
f. Tes kesehatan atau laboratorium yang pernah dilakukan selama hamil:
pemeriksaan darah (kadar Hb, Ht, sel darah putih, glukosa,), tekanan darah, tinggi
badan, berat badan, urin (protein, sel darah putih, pH), USG, VDRL, hepatitis,
EKG, titer rubela, toxo, pap smear.
g. Pengkajian semua faktor resiko yang mungkin ada: Hipertensi, jantung, diabetes,
cacat bawaan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga perlu dilakukan pengkajian yang


berkaitan dengan tugas perawatan kesehatan keluarga, yaitu:

a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan


Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan adalah
1) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang fakta dari masalah yang meliputi
pengertian, tanda kehamilan, gejala kehamilan normal dan penyimpangan
dari normal,
2) Persepsi keluarga terhadap kehamilan

b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai


tindakan kesehatan yang tepat
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil
keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat adalah:
1) Apakah kehamilan yang dialami dianggap suatu masalah
2) Apakah keluarga takut dengan akibat perubahan yang terjadi akibat
kehamilan
3) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap anggota keluarga yang
sedang hamil dan kehamilannya
4) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan
5) Apakah keluarga percaya terhadap petugas kesehatan

c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga


yang sakit
Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit adalah :
1) Sejauh mana keluarga mengetahui kehamilannya: kebutuhan, perubahan dan
perawatan
2) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan dan perkembangan perawatan
yang diperlukan
3) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber sumber yang ada dalam keluarga
(penanggung jawab, sumber keuangan, fasilitas fusik, psikososial, dukungan
keluarga)
4) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sedang hamil
d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan
rumah yang sehat

Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga


memelihara lingkungan rumah yang sehat adalah :
1) Sejauhmana keluarga mengetahui sumber sumber yang dimiliki
2) Sejauhmana keluarga melihat keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan
3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya higiene sanitasi
4) Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan
5) Sejauhmana kekompakan antar anggota keluarga
e. Untuk

mengetahui

sejauhmana

kemampuan

keluarga

menggunakan

fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat.


Hal yang perlu dikaji Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat adalah :
1)

Sejauh mana keluarga tahu keberadaan fasilitas kesehatan yang dapat


digunakan untuk perawatan wanita hamil

2)

Sejauhmana keluarga mengetahui keuntungan yang dapat diperoleh dari


fasilitas kesehatan

3)

Sejauhmana keluarga mempercayai petugas dan fasilitas kesehatan

4)

Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik dengan petugas


kesehatan

5)

2.

Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa ditegakkan berdasarkan data yang didapat selama pengkajian. Diagnosa
yang mungkin muncul adalah :
a. Ansietas yang berhubungan dengan Kekhawatiran terhadap diri sendiri dan janin,
Krisis situasional/maturasional, Perubahan fisik selama hamil, Rasa tidak nyaman
selama krhamilan, Ancaman terhadap konsep diri, Stres, Perubahan status peran,
status kesehatan, pola peran, keadaan ekonomi
b. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan respon keluarga terhadap
diagnosa kehamilan
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman terhadap
penatalaksanaan kesehatan dan kehamilan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Morning
sicknes atau Emesis gravidarum.

e. Perubahan pola seksual yang berhubungan dengan Rasa kurang nyaman pada
kehamilan, Rasa takut bahwa senggama akan mencederai janin.
f. Konflik peran orang tua berhubungan dengan Ketidaktahuan peran yang harus
dijalankan, Perubahan status peran, perkawinan
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan Persepsi negatif terhadap kehamilan,
Psikososial, Perubahan fisik selama kehamilan.
Untuk diagnosa keperawatan keluarga etiologi berdasarkan hasil pengkajian dari
5 tugas perawatan kesehatan keluarga.

3.

Rencana Intervensi
Tujuan utama intervensi yang akan dilakukan pada asuhan keperawatan yang
diberikan pada masa kehamilan adalah :
a. Wanita akan menunjukan pengetahuan yang benar tentang adaptasi yang dialami
tubuh seorang ibu hamil terhadap perkembangan janin sebagai dasar untuk
memahami rasional dan pentingnya perawatan, koping yang digunakan dan
menjalankan perannya.
b. Wanita akan menggunakan pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi, kebutuhan
seksual, aktivitas sehari hari, rasa tidak nyaman akibat kehamilan, dan perawatan
diri.
c. Wanita akan mengenali gejala gejala yang menunjukan deviasi/penyimpangan
dari kehamilan normal dan melaporkan hal hal tersebutuntuk dapat segera diatasi.
d. Wanita dan keluarganya akan berpartisipasi secara aktifdalam perawatannya
selama kehamilan.

Dari beberapa masalah keperawatan yang muncul, perawat dapat melakukan


intervensi yang berkaitan dengan kebutuhan selama kehamilan diantaranya adalah:
a. Ciptakan hubungan perawat-pasien-keluarga yang saling percaya. Hal ini penting
untuk menentukan intensitas, kualitas hubungan dan keberhasilan intervensi yang
direncanakan bersama
b. Kaji keluhan selama hamil: mual, muntah, pusing, perubahan pola seksual, sering
kencing dan pengalaman kehamilan dan persalinan sebelumnya.
c. Berikan informasi adequat tentang kehamilan: perubahan fisik, perubahan emosi,
psikologis dan perubahan peran serta tanda tanda dari masalah kehamilan yang
tidak normal.

d. Beri kesempatan pasien, pasangan, anggota keluarga, atau anak untuk


mengutarakan perasaan terhadap kehamilan yang dijalani, harapan dan masalah
yang mungkin ada terkait kehamilan anggota keluarganya.
e. Libatkan pasien, pasangan, anggota keluarga, atau anak dalam kelompok yang
sama untuk berbagi pengalaman, pendapat dan perasaan
f. Diskusikan bersama pasien, pasangan atau anggota keluarga yang lain tentang
kebutuhan selama hamil, harapan terhadap kehamilan sekarang, dan rencana
persalinan.
g. Ajarkan teknik persiapan yang diperlukan untuk proses persalinan dan persiapan
menjadi ibu: latihan nafas, senam hamil, teknik mengejan yang benar, cara
perawatan payudara, cara menyusui.
h. Berikan alternatif /pilihan penyelesain terhadap masalah yang dirasakan
i. Berikan dukungan secara adequat dan anjurkan pada keluarga untuk melakukan
hal yang sama terhadap perubahan yang tejadi selama kehamilan
j. Jelaskan cara senggama yang aman untuk wanita hamil, perawatan diri yang
diperlukan terkait perubahan selama kehamilan (payudara, personal higiene,kulit)
k. Anjurkan keluarga ikut berperan pada perawatan ibu
l. Beri informasi pada pasien dan anggota keluarga untuk mengakses sumber
informasi terkait kehamilan: buku, internet, konsultasi dengan dokter kandungan.
m. Motivasi pasien untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur termasuk
pemeriksaan darah, dan ginekologi.
n. Diskusikan dengan ibu dan atau anggota keluarga yang lain tentang jadwal
kunjungan dan pemeriksaan kehamilan.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN IBU HAMIL PADA KELUARGA TN. B
DI DESA KEBON JERUK RT 06 LINGKUNGAN II KELURAHAN PINANGJAYA

Stase Keperawatan Komunitas Dan Keluarga

Oleh :
APRIANDO RAHMADANI, S. Kep
NPM. 12350094

PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2013

PENGKAJIAN KELUARGA

A. IDENTITAS KELUARGA
1. Kepala Keluarga
a. Nama

: Tn. B

b. Umur

: 34 Tahun

c. Jenis Kelamin

: Laki-Laki

d. Agama

: Islam

e. Pendidikan

: SMA

f. Pekerjaan

: Buruh

g. Alamat

: Kebon Jeruk LK. II RT 6 Pinang Jaya

2. Komposisi Keluarga
No.

Nama

Umur

L/P

Agama

Hubungan Dgn
KK

Pendidikan

Pekerjaan

Tn. B

34 thn

Islam

Kepala Keluarga

SMA

Buruh

Ny. R

29 thn

Islam

Istri

SMA

IRT

An. G

7 thn

Islam

Anak Kandung

TK

3. Genogram
Keterangan :
= Laki-Laki
= Perempuan
= Perempuan
= Garis Pernikahan
= Garis Keturunan
= Tinggal serumah

4. Tipe Keluarga
Keluarga inti

5. Latar Belakang Budaya


Semua anggota keluarga berasal dari suku Jawa dengan kultur budaya Jawa. Bahasa
yang digunakan

6. Identifikasi Budaya
Bapak B mengatakan keluarganya adalah asli suku Jawa yang berkebangsaan
Indonesia serta tidak ada kebudayaan yang bertentangan dengan kesehatan.
7. Identifikasi Agama
Tn. Bmengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada perbedaan keyakinan semua
beragama islam. Keluarga selalu menjalankan sholat 5 waktu, Tn. B mengatakan
agama sangat penting karena agama merupakan bekal kita untuk kehidupan di akhirat
nantinya.

8. Rekreasi Keluarga
Keluarga berekreasi dengan menonton TV sambil bercengkerama, kalau ada waktu
luang biasanya pergi berkebun.

B. RIWAYAT KESEHATAN KELUAGA


1. Riwayat Kesehatan dalam 6 bulan terakhir
Ny. R mengatakan usianya saat ini 29 tahun dan sedang hamil 7 bulan. Ny. R
mengatakan sudah

kali memeriksakan kehamilannya ke puskesmas dan bidan

terdekat. Ny. R mengatakan saat memeriksakan kehamilannya dianjurkan untuk


makan sayur-sayuran serta lauk-pauk selama kehamilannya.

2. Pemeriksaan Fisik

No
1.
2.

Variabel
Riwayat penyakit saat
ini
Keluhan yang
diraasakan

Tn. B
Sehat
Tidak ada

Nama Anggota Keluarga


Ny. R
An. G
Sedang hamil 28 Sehat
minggu
Tidak ada
Tidak ada

Tanda & gejala

Tidak ada tanda


& gejala yang
membuat Tn.K
sakit

konjungtiva
ananemis, sklera
putih.

Tidak ada tanda


& gejala yang
membuat An.L
sakit

Riwayat Peny.
Sebelumnya
Tanda-tanda vital

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

TTV :
TD : 120/70

TTV :
TD: 100/70
mmHg,
N
: 88x/i,
R
: 18x/i,
S
: 36,8C,
BB
: 58 kg,
LILA : 25 cm
TB
: 160 cm.
Suara jantung
normal, tidak ada
bunyi tambahan

TTV :
N
R
S
BB

mmHg,
N
R
S
BB

: 80x/i,
: 20x/i,
: 36,5c,
: 64 kg.

: 85 x/i,
: 24 x/i,
: 36,7C,
: 12 kg,

Sis.Kardiovaskular

Suara jantung
normal, tidak
ada bunyi
tambahan

Suara jantung
normal, tidak ada
bunyi tambahan

7
8

Sis.Respirasi
Sis.Gastro intestinal

Normal
Bising usus
normal

Normal
Bising usus
normal

Normal
Bising usus
normal

Sis.Persyarafan

Ada respon
terhadap
rangsangan

Ada respon
terhadap
rangsangan

Ada respon
terhadap
rangsangan

10

Sis.muskuloskletal

Tidak ada
kelainan

Tidak ada
kelainan

Tidak ada
kelainan

11

Sis.Genitalia

Tidak dikaji

Tidak dikaji

Tidak dikaji

C. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn. B berada pada tahap perkembangan keluarga dengan ibu hamil, ini
ditandai oleh istri Tn. B yang sedang Hamil 7 bulan.

2. Tugas perkembangan yang belum terpenuhi


Keluarga Tn. B saat ini sudah memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan tahap
perkembangan keluarga saat ini.

3. Riwayat keluarga inti


Tn. B mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan ataupun penyakit
menular seperti kencing manis, TBC, jantung, hepatitis, hipertensi. Apabila anggota
keluarga sakit, keluarga biasanya berobat ke bidan desa atau puskesmas.

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Tn. B mengatakan, keluarga Tn. B ataupun Ny. R tidak mempunyai riwayat penyakit
yang berbahaya seperti kencing manis, TBC, Jantung, hipertensi, hepatitis.

D. LINGKUNGAN
1. Karateristik Rumah
Luas rumah 100 m2 , tipe rumah semi permanen, dimana terdapat 2 kamar tidur, 1
dapur, 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi dan mempunyai 1 kamar tidur
untuk anak. Dimana ventilasi dari tiap ruangan dimanfaatkan setiap hari dengan ada
jendela setiap ruangan, kecuali ruangan tamu mempunyai 2 jendela, sehingga cahaya
dapat masuk ke ruangan pada siang hari. Penerangan rumah dengan menggunakan
lampu listrik, lantai rumah menggunakan plesteran, sedangkan lantai dapur memakai
plesteran. Kondisi rumah secara keseruhan cukup bersih, status rumah masih milik
orang tua (menumpang), mempunyai kamar mandi dan WC. Tn. B mengatakan
mandi di kamar mandi. Sumber air minum keluarga adalah air sumur.

Denah rumah Tn. B adalah sebagai berikut :


KM

Kandang

RM
RK

Dapur

Halaman

KT

RT
KT

Keterangan :
RT

: Ruang Tamu

RM

: Ruang Makan

KT

: Kamat Tidur

KM

: Kamar Mandi
: sUMUR

2. Karateristik Terangga dan Komunitas


Tn. B mengatakan bahwa hubungan seluruh anggota keluarga dengan masyarakat
lainnya cukup harmonis, dalam melakukan suatu kegiatan dilakukan dengan gotong
royong, jarak rumah dengan tetangga cukup dekat, disini tidak ada budaya setempat
yang mempengaruhi kesehatan.

3. Mobilitas geografis Keluarga


Tn. B mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai kebiasaan berpindah tempat
karena keluarga memiliki rumah tetap.

4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat


Tn. B mengatakan sering berkumpul dan berinteraksi pada malam hari setelah makan
malam sambil menonton TV. Dan pada sore hari keluarga jarang berkumpul karena
bekerja. Dalam keluarga tidak ada mengalami masalah serta konflik dalam
berinteraksi.

5. Sistem Pendukung Keluarga


Tn. B mengatakan seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat, istri Tn. B sedang
hamil. Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah tempat tinggalnya berupa Puskesmas.

E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola dan proses komunikasi keluarga
Tn. B mengatakan bahwa anggota keluarga berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa Jawa. Komunikasi berlangsung dengan baik dan keluarga menyelesaikan

masalah dengan membicarakan terlebih dahulu dengan angota keluarga dan


pengambilan keputusan oleh kepala keluarga yang sudah dimusyawarahkan
sebelumnya.

2. Struktur Kekuatan keluarga


Tn. B mengatakan apabila ada masalah maka akan dirundingkan dengan istri.

3. Struktur peran
Tn. B mempunyai peran dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah, Ny Ysebagai
ibu rumah tangga dan juga ikut mencari nafkah serta sebagai anggota masyarakat.

F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Setiap anggota keluarga menghargai dirinya sendiri dan mereka saling
membutuhkan satu sama lain, serta saling memberikan dukungan satu sama lain.
Setiap anggota keluarga selalu membina kehangatan dalam rumah tangganya dan
setiap malam selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan anggota
keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Tn. B mengatakan bahwa hubungan semua anggota keluarga baik, norma budaya
dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di keluarga dan yang
berlaku di masyarakat.
3. Fungsi Ekonomi
Tn. B mengatakan dari penghasilan setiap bulan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan. Keluarga Tn.
B memiliki tabungan atau simpanan uang tapi kadang-kadang simpanan tersebut
bisa habis digunakan untuk keperluan mendadak seperti : apabila ada anggota
keluarga yang sakit jadi diperlukan biaya untuk membawanya ke pelayanan
kesehatan. Dimana Tn. B bekerja sebagai buruh dan jika ada waktu luang Tn. B
sering pergi ke kebun.

4. Fungsi perawatan Keluarga


a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Keluarga mengatakan setiap masalah kesehatan yang ada masih belum mampu
ditangani dengan segera dan apabila ada salah satu dari anggota keluarga yang
sakit keluarga memutuskan untuk membawa ke pelayanan kesehatan seperti
bidan atau puskesmas kalau tidak bisa ditangani dirumah.
c. Kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga mengatakan selama ini sudah cukup mampu merawat anggota
keluarga yang sakit dengan membuatkan jamu kalau ada salah satu anggota
keluarganya yang sakit. Kalau tidak berhasil baru kemudian mengajak berobat
ke bidan atau puskesmas.
d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan
Keluarga mengatakan tahu akan kepentingan kesehatan lingkungan yang dapat
memenuhi kesehatan seperti menyediakan wc (jamban). Kondisi rumah
keluarga cukup bersih, membuang limbah rumah tangga di kebun belakang
rumahnya.
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga mengatakan jika salah satu dari anggota keluarga yang sakit selalu
dibawa ke fasilitas kesehatan, yang dapat dijangkau oleh keluarga seperti
bidan desa atau puskesmas.
5. Fungsi Reproduktif
Ny. R mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun karena saat ini Ny.
R dalam keadaan hamil. Setelah anaknya lahir, Ny. R berharap ingin ikut KB
tetapi belum tahu KB apa yang akan digunakan nantinya.

G. MASALAH KESEHATAN SPESIFIK


1.

Kesehatan ibu dan anak


a. Ibu hamil
Riwayat kehamilan Ny. R G2 P1 AO, (kehamilan kedua, partus pernah dan
abortus tidak pernah). Usia kehamilan saat ini 7 bulan, Ny. R mulai hamil di
usia tahun. Ny. R mengatakan sudah tiga kali rnemeriksakan kehamilanya ke
bidan dan sudah mendapat imunisasi TT se-kali, penambahan BB 4 kg dan

pada waktu memeriksakan kehamilanya ke bidan pernah mendapat obat


penambah darah yang menurut anjuran bidan harus diminum sehari sekali
namun sekarang obatnya telah habis.
Ny. R

mengatakan

tidak mengetahui

tentang

bagaiman

perawatan

kehamilannya, ia mengatakan kadang-kadang perutnya terasa sakit namun


tanpa diobati sakitnya dapat hilang sendiri dan kadang-kadang Ny. R
mengeluh cepat lelah dan pusing. Ibu sudah biasa merasakan hal seperti ini
dan ibu hanya menganggap ini sebagai akibat dari kehamilannya.
1) Inspeksi muka:
a) Tidak ditemukan chloasma gravidarum, ditemukan adanya konjungtiva
anemis, tidak ada oedema pada muka.
b) Dada (Tidak dikaji)
c) Pada tungkai tidak ditemukan farises maupun oedema
2) Palapasi abdomen:
a) Leopold I
TFU setinggi pusat usia janin 30 minggu (tujuh bulan), pada fundus
teraba keras, bulat dan lunak (bokong).
b) Leopold II
Punggung janin tcrletak di bagiart perut kanan dan bagian keci-kecil
(ekstremitas), teraba pada perut sebelah kiri
c) Leopold III
Teraba bulat, melenting dan keras (kepala) dan bagian terbawah masih
dapat digoyang-goyangkan.
d) Leopold IV
Kepala janin belum masuk PAP.

H. STRESSOR DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor
a. Stressor Jangka Pendek
Tn. B mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah menghadapi masalah yang
berkepanjangan, sehingga membuat keluarganya menjadi khawatir, bingung
dan cemas. Bila ada masalah keluarga, mereka selalu menyelesaikan secara
kekeluargaan.
b. Stressor Jangka Panjang
Saat ini keluarga Tn. B sedang memikirkan ekonomi keluarganya agar dapat
terus meningkat.

2. Koping
Tn. B mengatakan bahwa keluarga tidak pernah melakukan hal-hal yang
menyimpang dalam menghadapi segala masalah yang ada seperti menyelesaikan
masalah dengan menggunakan kekerasan dengan bersama-sama dan selalu
menyelesaikan masalah secara kekeluargaan.

I. HARAPAN KELUARGA
Keluarga mengatakan senang bila ada petugas kesehatan yang melakukan kunjungan
rumah, keluarga sangat berharap masalah yang berhubungan dengan kesehatan yang
dialami keluarga dapat teratasi dengan diberikannya informasi yang dibutuhkan oleh
keluarganya serta keluarga juga berharap agar Ny. R bisa melahirkan dengan selamat.
J. ANALISA DATA
Data
Ds :

Masalah Keperawatan
Perubahan

- Ny. R mengatakan suaminya pemeliharaan kesehatan


perokok

Do :
- Ny.R hamil anaknya yang ke-2
- Ny.M sudah memasuki trimester

ke-3

Etiologi
Gaya hidup yang
tidak sehat (merokok)

Ds :

Resiko cedera

Kurangnya kesadaran

- Ny. R mengatakan rumahnya

terhadap bahaya

lantai rumahnya lantai plesteran.

lingkungan

Do :
- Kamar mandi klien agak licin
- Halaman depan rumah licin
- Ny.R hamil anaknya yang ke-2
- Ny.M sudah memasuki trimester

ke-3

Ds :
- Ny.

Ansietas pada Ibu M


R

mengikuti

mengatakan
KB

dan

Kurangnya

belum keluarga bapak B

pengetahuan keluarga

hanya

tentang pengguanaan

melakukan pantan berkala

kontra sepsi( KB )

Do :
- Ny.R hamil anaknya yang ke-2
- Jarak kelahiran lebih dari 2
tahun
- Anak pertama 7 tahun
- Ny.M sudah memasuki trimester

ke-3

K. PRIORITAS MASALAH
1. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan gaya hidup yang tidak
sehat (merokok)
Kriteria
Bobot
Pembenaran
1. Sifat masalah : resiko
Skala
Potensial
:1
Resiko
:2
Aktual
:3

Peningkatan gaya hidup


sehat dengan tidak merokok
2/3X 1 = 2/3

2. Kemungkinan masalah dapat di


ubah : mudah
Skala
Mudah
:2
Sebagian
:1
Tidak dapat : 0
3. Potensi masalah untuk di cegah :
segera ditangani
Skala
Segera ditangani
:2
Tdk perlu segera ditangani : 1
Masalah tidak dirasakan
:0
4. Potensi masalah untuk di cegah :
segera ditangani
Skala
Segera ditangani
:2
Tdk perlu segera ditangani : 1
Masalah tidak dirasakan
:0
Total skor

2. Resiko cedera berhubungan


memodifikasi lingkungan
Kriteria

Keluarga bapak B menyadari


pentingnya gaya hidup sehat
2/2 X 2 = 2

2/2X 1 = 1

Kurangnya kesadaran
keluarga bapak B dalam
menerapkan gaya hidup
sehat

2/2 X 1 = 1

Keluarga merasa bahwa hal


tersebut bukan masalah
serius yang tidak perlu
penanganan cepat

4 2/3

dengan

ketidakmampuan

Bobot

keluarga

dalam

Pembenaran

1. Sifat masalah : Ancaman


Skala
Potensial
:1
Resiko
:2
Aktual
:3

2/3X 1 = 1

Peningkatan kesadaran
terhadap bahaya
lingkungan

2. Kemungkinan masalah dapat di


ubah : mudah
Skala
Mudah
:2
Sebagian
:1
Tidak dapat : 0

2/2 X 2 = 2

Keluarga bapak B
menyadari pentingnya
tentang bahaya lingkungan

3. Potensi masalah untuk di cegah :


cukup
Skala
Tinggi
:3
Cukup
:2
Rendah
:1

2/2X 1 = 1

Tingkat kesadaran
keluarga bapak B terhadap
bahaya lingkungan

4. Potensi masalah untuk di cegah :


segera ditangani
Skala
Segera ditangani
:2
Tdk perlu segera ditangani : 1
Masalah tidak dirasakan
:0
Total skor

2/2 X 1 = 1

Keluarga merasa bahwa


hal tersebut bukan masalah
serius yang tidak perlu
penanganan cepat

/3

3. Ansietas pada Ibu R keluarga bapak B b/d Ketidakmampuan keluarga tentang


pengguanaan kontrasepsi( KB )
Kriteria
Bobot
Pembenaran
1. Sifat masalah : potensial
Skala
Potensial
:1
Resiko
:2
Aktual
:3
2. Kemungkinan masalah dapat di
ubah : mudah
Skala
Mudah
:2
Sebagian
:1
Tidak dapat : 0
3. Potensi masalah untuk di cegah :
tinggi
Skala
Tinggi
:3
Cukup
:2
Rendah
:1
4. Potensi masalah untuk di cegah :
segera ditangani
Skala
Segera ditangani
:2
Tdk perlu segera ditangani : 1
Masalah tidak dirasakan
:0
Total skor

Peningkatan Pengetahuan
tentang kontrasepsi
1/3X 1 = 1

Keluarga bapak A
menyadari pentingnya
konsultasi tentang KB
2/2 X 2 = 2

2/2X 1 = 1

Tingkat kesadaran
keluarga bapak A tentang
penggunaan kontrasepsi
masih minim

2/2 X 1 = 1

Keluarga merasa bahwa


hal tersebut bukan masalah
serius yang tidak perlu
penanganan cepat

4 1/3

L. RENCANA KEPERAWATAN
No.
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Dx.
Kriteria
1 Setelah dilakukan
Setelah dilakukan kunjungan Verbal
penyuluhan,
selama 5 x, keluarga dapat :
keluarga akan dapat 1. Menguraikan tentang gaya
meningkatkan
hidup yang tidak sehat
pemeliharaan
setelah
diberikan
kesehatan dengan
penjelasan
merubah gaya hidup
yang tidak sehat
2. Menyebutkan
tentang
dengan
dampak dari gaya hidup
mengoptimalkan
yang tidak sehat setelah
sumber-sumber
diberikan penjelasan
daya yang dimiliki
3. Mengidentifikasi sumbersumber
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
perubahan pemeliharaan
kesehatan
setelah
diberikan penjelasan
4. Menyatakan kesanggupan
untuk
merubah
pemeliharaan kesehatan
setelah
diberikan
penjelasan

Evaluasi
Intervensi
Standar
1. Keluarga
dapat 1. Tingkatkan
pemahaman
menyebutkan kembali
keluarga tentang perilaku atau
pengertian
dengan
kebiasaan yang tidak sehat :
singkat
2. Berikan informasi tentang
resiko-resiko yang akan timbul
dari kebiasaan yang tidak sehat
2. Keluarga menyebutkan
a. Resiko terhadap yang
dampak dari gaya hidup
bersangkutan
yang tidak sehat
b. Resiko terhadap orang lain
c. Keuntungan
merubah
perilaku
tidak
sehat
3. Keluarga menyebutkan 3. Diskusikan bersama keluarga
strategi-strategi yang dapat
sumber-sumber
dalam
digunakan untuk merubah
keluarga yang dapat
kebiasaan yang tidak sehat
dimanfaatkan
untuk
perubahan pemeliharaan
4. Berikan
dukungan
dan
kesehatan
dorongan pada keluarga untuk
mencapai keberhasilan
klien
untuk
4. Keuarga
menyatakan 5. Bantu
mengupayakan
lingkungan
sanggup untuk merubah
yang
dapat
mendukung
pemeliharaan kesehatan
perubahan kebiasaan yang
(kebiasaan merokok)
tidak sehat

6. Berikan penyuluhan kesehatan


7. Bantu

keluarga
mengidentifikasi
sumbersumber dalam keluarga yang
dapat dimanfaatkan untuk
perubahan
pemeliharaan
kesehatan

Setelah dilakukan
penyuluhan,
keluarga akan dapat
melakukan
pencegahan
terhadap akibat yang
akan timbul dari
bahaya lingkungan
yang ada

Setelah dilakukan kunjungan Verbal


selama 5 x, keluarga dapat :
1. Menyebutkan resiko dan
bahaya lingkungan yang
ada setelah diberikan
penjelasan
2. Menjelaskan pencegahan pencegahan yang dapat
dilakukan
setelah
diberikan penjelasan

1. Keluarga
dapat 1. Bantu keluarga untuk mampu
menyebutkan
kembali
merasakan kerentanan
dengan benar resiko dari
terhadap bahaya lingkungan
bahaya lingkungan
2. Anjurkan keluarga untuk
2. Keluarga
dapat
meningkatkan tanggung jawab
menyebutkan
kembali
diri keluarga dalam
dengan
benar
mencegahan stressor dan
pencegahan
akibat
meningkatkan kesehatan dan
bahaya lingkungan
keselamatan lingkungan
3. Keluarga bersedia untuk 3. Beri penjelasan tentang cara
menjaga
lingkungan
mencegah resiko :
dalam keluarga yang
- Memberikan penjelasan
kondusif
tentang bahaya merokok
terhadap BUMIL dan janin
- Menganjurkan suami dan
ayah untuk tidak merokok
disekitar istri yang sedang
hamil
- Menganjurkan keluarga
untuk menyediakan tempat
untuk pembuangan abu

rokok
3

Setelah dilakukan
penyuluhan,
keluarga akan dapat
mencegah terjadinya
ansietas pada saat
kehamilan

Setelah dilakukan kunjungan


selama 5 x, keluarga dapat :
1. Menjelaskan program KB
yang akan diikuti
2. Menjelaskan
kehamilan

tentang

Verbal
1. Keluarga
dapat 1. Kaji tingkat kecemasan
Pengetahuan
menjelaskan
kembali
program KB yang akan 2. Anjurkan Keluarga mengikuti
diikuti
program KB

4. Mengurangi ansietas pada


saat hamil

2. Keluarga
dapat 3. Berikan penyuluhan tentang
menyebutkan
kembali
ibu hamil
tentang
penjelasan
kehamilan
4. Memberikan asupan gizi ibu
hamil
3. Keluarga dapat
menjelaskan kembali
5. Mengurangi ansietas pada ibu
asupan nutrisi saat hamil
hamil

5. Menjelaskan
breastcare pada
pasca melahirkan

4. Keluarga dapat
mengatasi ansietas yang
terjadi

3. Menjelaskan asupan gizi


saat hamil

cara
saat

5. Keluarga dapat
mendemonstrasikan
kembali cara breastcare
yang benar

6. Berikan penyuluhan tentang


breastcare pada saat pasca
melahirkan

M. IMPLEMENTASI & EVALUASI


No.
Dx.
1

Hari/Tanggal
Sabtu/25 Mei 2013

Implementasi

Paraf

1. Meningkatkan pemahaman keluarga

tentang perilaku atau kebiasaan yang

Evaluasi
Minggu/26 Mei 2013
S:

tidak sehat.

Ny. R mengatakan mengerti


tentang perilaku hidup sehat

2. Memberikan informasi tentang resiko-

Ny. R mengatakan tidak akan

resiko yang akan timbul dari kebiasaan

melakukan kebiasaan yang tidak

yang tidak sehat

sehat

a. Resiko terhadap yang bersangkutan


b. Resiko terhadap orang lain

O:

c. Keuntungan merubah perilaku tidak

sehat

Rumah Ny. R bebas asap rokok

Suami Ny. R merokok di luar


rumah

3. Mendiskusikan

bersama

keluarga

strategi-strategi yang dapat digunakan


untuk merubah kebiasaan yang tidak
sehat

A:
-

Keluarga masih melakukan


kebiasaan tidak sehat ( suami Ny.
R masih merokok)

4. Memberikan dukungan dan dorongan

pada

keluarga

untuk

P:

mencapai

keberhasilan

Diskusikan tentang pemahaman


keluarga tentang perilaku atau
kebiasaan yang tidak sehat.

5. Membantu klien untuk mengupayakan

lingkungan yang dapat mendukung


perubahan kebiasaan yang tidak sehat

6. Memberikan penyuluhan kesehatan

7. Membantu keluarga mengidentifikasi

sumber-sumber dalam keluarga yang


dapat dimanfaatkan untuk perubahan
pemeliharaan kesehatan
2

Senin/27 Mei 2013

1. Membantu keluarga untuk mampu


merasakan kerentanan terhadap
bahaya lingkungan

28 Mei 2013
S:
-

Ny. R mengatakan lantai kamar


mandinya sudah dibersihkan

2. Menganjurkan keluarga untuk


meningkatkan tanggung jawab diri

Tn. B mengatakan halamannya


sudah dibersihkan

keluarga dalam mencegahan stressor

O:

dan meningkatkan kesehatan dan

keselamatan lingkungan

Lantai kamar mandi keluarha


Tn.B sudah tidak licin lagi

3. Memberikan penjelasan tentang cara

Halaman rumah Tn. B tidak licin


lagi

mencegah resiko :
a. Memberikan penjelasan tentang

A:

bahaya merokok terhadap BUMIL

dan janin

Keluarga Tn. B dapat menjaga


kebersihan lingkungn dan

b. Menganjurkan suami dan ayah untuk

menjauhi resiko cedera.

tidak merokok disekitar istri yang


sedang hamil

P:
-

4. Menganjurkan keluarga untuk

Rabu/29 Mei 2013

Diskusikan lagi dengan keluarga


Tn. B tentang modifikasi

menyediakan tempat untuk

lingkungan yang menyebabkan

pembuangan abu rokok

resiko cedera

1. Mengkaji tingkat kecemasan

30 Mei 2013
S:

2. Menganjurkan
program KB

Keluarga

mengikuti

Ny. R mengatakan cemasnya


sudah berkurang setelah diberikan

3. Memberikan penyuluhan tentang ibu

penkes

hamil

Ny.R mengatakan mengerti


dengan apa yang telah

4. Memberikan asupan gizi ibu hamil

disampaikan dalam penkes (Gizi


Bumil, Breast care )

5. Mengurangi ansietas pada ibu hamil

Keluarga Tn. B mengatakan akan


mengikuti program KB

6. Memberikan

penyuluhan

tentang

breastcare pada saat pasca melahirkan

O:
-

Ny. Y menjelaskan dapat kembali


apa penkes yang telah diberikan

Keluatga akan mengikuti program


KB

A:
-

Keluarga Tn. B sudah tidak


cemas dan mengerti persiapan
pasca persalinan

Anda mungkin juga menyukai