Anda di halaman 1dari 14

PEMILIHAN PASIEN DAN FAKTOR RESIKO

Pemilihan pasien yang tepat untuk bedah plastik dapat memberikan


dampak positif terhadap hasil operasi, meningkatkan kepuasan pasien
dan mungkin dapat mengarahkan kepada rujukan yang sesuai terhadap
pasien yang permasalahannya tidak dapat ditangani dengan cara
pembedahan.
Beberapa Pertimbangan Pendahuluan
Pemilihan pasien sering dianggap sebagai suatu proses simpel yakni
mengeluarkan pasien yang memiliki resiko yang tidak sesuai untuk proses
litigasi. Meskipun hal ini pastinya merupakan sebuah pertimbangan, akan
tetapi harusnya proses pemilihan melibatkan lebih banyak hal. Terkadang
pasien melihat konsultasi ibarat sedang melakukan pemesanan, layaknya
sedang membeli sebuah barang. Sementara sebaliknya dokter spesialis
bedah butuh memastikan diagnosis sebelum menentukan terapi.
Permasalahan mendasar perlu diidentifikasi dan dievaluasi untuk
memastikan bahwa prosedur yang akan dilakukan tepat. Selain itu perlu
dipastikan bahwa kondisi pasien baik, mampu memenuhi perawatan
esensial preoperatif dan postoperatif, serta memiliki harapan hasil
pembedahan yang realistis.
Edgertin dkk menitikberatkan bahwa alasan terbaik bedah estetik adalah
untuk meningkatkan kesehatan esmosional pasien. Ini ditambahkan pada
semua kasus bedah untuk meningkatkan penampilan, apakah tujuannya
adalah peningkatan secara kosmetis atau memperbaiki suatu deformitas.
Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa setiap orang yang membutuhkan
bedah plastik dengan tujuan estetis memiliki masalah psikiatrik.
Penekanannya adalah kondisi psikologis berpengaruh dalam bedah
plastik, dimana akan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan car
memfasilitasi peningkatan persepsi tubuh atau body image.
Body image didefinisikan sebagai gambaran mental dimana seseorang
memiliki gambaran fisik dirinya, dan biasanya gambaran tersebut berbeda
dengan yang biasa digambarkan. Hal ini dibandingkan dengan
homunculus yang sering digambarkan pada fisura sylvian pada korteks
serebral, serta seringkali dilebih-lebihkan apa yang orang lihat sebagai
wujud terbaik dan terburuk mereka. Kesenjangan antara persepsi tubuh
dan apa yang mereka lihat sebagai kondisi normal sering menimbulkan
ketidaknyamanan emosi atau stres yang menyebabkan timbulnya
permintaan tindakan bedah. Pada saat kasus cedera menyebabkan
perubahan mendadak dari tubuh, muncul stres akut akibat deformitas
yang ganjil ditambah dengan munculnya persepsi tubuh. Stres ini dapat
menetap seumur hidup.

Kepuasan pasien ditentukan pula dari tipe tindakan bedah. Bedah


restoratif, yang akan mengembalikan penampilan ke keadaan sebelum
body image, seperti facelift atau rekonstruksi mammae post mastektomi
lebih memberikan hasil nyata dalam meningkatkan kepuasan pasien
ketimbang tindakan operasi yang merubah penampilan yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari body image. Prosedur-pprosedur seperti
rhinoplasty dan augmentasi mammae, menciptakan penampilan baru
yang kontras dengan persepsi diri sendiri dan dapat menyebabkan
kecemasan sampai perubahan tersebut menyatu dengan body image.
Kelompok umur dewasa cenderung lebih nyata menerima perubahan
ketimbang kelompok umur lebih tua, kemungkinan dikarenakan
perubahan yang terus berlangsung.
Pada awalnya, seleksi pasien nampak lebih berfokus pada pasien bedah
kosmetik. Evaluasi yang cermat penting pada seluruh bedah elektif,
khususnya ketika pada kasus koreksi disabilitas atau deformitas yang
telah lama ada. Faktor resiko dipengaruhi oleh berbagai isu dan harapan
tidak realistis dari pasien, juga meluas pada kasus keganasan, serta pada
prosedur kegawatdaruratan untuk trauma. Meskipun pasien tipe terakhir
ini jarang dipilih atau dirujuk kepada dokter lain, tetaplah penting untuk
mengenali beberapa isu yang menjadi dasar pertimbangan.
Evaluasi Awal
Hasil pemeriksaan medis tradisional masih cukup efektif untuk
memperoleh dan merekam data penting dalam proses seleksi
pasien.Pemeriksaan medis kini memaksa mencetak dokter yang
cenderung mengutamakan bisnis, pemeriksaan mengingatkan ahli bedah
plastik bahwa mereka tetaplah dokter yang berurusan dengan pasien
Baik pasien dan dokter bedah bersama-sama berangkat dengan dugaan
awal pada saat interview awal, dan hal ini harus sejelas mungkin.
Pemahaman pasien akan apa yang disampaikan oleh dokter bedah
ditentukan pula oleh rujukan dokter sebelumnya atau pasien sebelumnya
atau keterangan yang diperoleh dari media. Terlalu sering rekan sejawat
mengatakan bahwa tindakan bedah dapat menghilangkan bekas luka atau
membuat seseorang menjadi bagus seperti baru akan membuat
keterampilan dokter bedah menjadi tampak dilebih-lebihkan dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Beberapa pasien, khususnya mereka yang
sering berkeliling ke beberapa ahli bedah plastik, kemungkinan akan
mencoba memberikan jawaban yang benar untuk pertanyaan yang
menentukan apakah pasien layak atau tidak dilakukan tindakan bedah.
Kemungkinan pula beberapa faktor penting seperti riwayat penyakit
dahulu, operasi sebelumnya, penyalahgunaan obat dan alkohol, akan

terlewat untuk ditanyakan kecuali kebetulan menanyakan pertanyaan


tertentu yang spesifSebaliknya dokter bedah cenderung mengasumsikan
bahwa pasien dengan perjanjian lebih mengharapkan tindakan tersebut.
Pada kenyataanya, beberapa pasien akan mencari pendapat kedua
second opinion dengan tujuan untuk menghindari tindakan bedah, dan
kebanyakan belum memutuskan apakan akan dilakukan tindakan bedah.
Dokter bedah harus sensitif dan bersedia mendengarkan pasien untuk
menggali alasan pasien melakukan konsultasi. Pertanyaan-akhir yang
bersifat terbuka dapat membantu mengumpulkan informasi untuk
menentukan diagnosis dan merancang rencana terapi.
Penting untuk mencari keluhan utama. Seringkali mengejutkan betapa
langkah pertama saat anamnesis pasien seringdiabaikan atau dipoles
sedemikian rupa. Resepsionis yang memegang daftar pasien mungkin
akan menanyakan,Apa yang menyebabkan Anda datang berkunjung?
Jawaban seperti facelift, atau bekas luka dapat dikategorikan sebagai
keluhan utama atau riwayat penyakit. Pertanyaan-akhir yang bersifat
terbuka dalam wawancara tatap muka akan memberikan hasil diskusi
terus terang tentang kerutan dan bentuk rahang. Tidak jarang akan
ditemukan hasil bahwa pasien merasa depresi setelah kehilangan suami,
misalnya dan berpikir bahwa tindakan operasi akan mengembalikan
gairah hidup mereka. Atau alasan seperti baru mengalami perceraian,
butuh memasuki pekerjaan baru, kehilangan pekerjaan atau tidak pernah
dipromosikan dalam pekerjaan. Adalah penting untuk mengidentifikasi
apakah pasien menggunakan tindakan operasi sebagai kebutuhan
sekunder, mencapai hasil yang tidak realistis.
Faktor penting adalah menentukan apa yang menjadi perhatian utama
pasien. Aturan utamanya, tidak ada pasien yang membutuhkan tindakan
bedah semata karena ada cacat. Dampak dari cacat ini dalam kualitas
kehidupan pasien lah yang menyebabkan mereka melakukan konsultasi.
Stres emosional merupakan kombinasi dari emosi-emosi negatif, perilaku
defensif, dan pola berpikir rendah diri. Tipe pasien ini selalu menginginkan
koreksi untuk menyembuhkan stres emosional yang mereka alami. Seleksi
pasien memisahkan mereka yang hanya mengangankan bahwa tindakan
bedah mampu melegakan mereka.
Jadi penting untuk menanyakan tentang riwayat keluhan sekarang seperti
berikut :
Sudah berapa lama keluhan atau deformitas tersebut muncul?
Sudah berapa lama keluhan tersebut menjadi perhatian?
Pada kondisi apa pasien menyadari keluhan tersebut?
Bagaimana pasien mengatasi di masa lalu?
Apa yang menjadi dasar memilih melakukan tindakan bedah?
Apakah sebelumnya pasien telah melakukan tindakan bedah untuk
keluhan yang sama atau keluhan lain, dan bagaimana hasilnya?

Mengapa perlu dilakukan koreksi?


Mengapa pasien bersedia mengeluarkan biaya dan waktu serta
menanggung ketidaknyamanan akibat tindakan operasi?
Apakah pasien memiliki teman yang juga melakuka tindakan bedah
sejenis, dan apakah mereka puas dengan hasilnya?
Apakah hidup mereka akan lebih baik apabila operasi berlangsung
dengan sukses?

Semua pertimbangan ini penting untuk menilai apakah tujuan pasien


realistis atau tidak.
Banyak pasien yang merasakan takut atau terintimidasi saat kunjungan
pertama. Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa setelah melalui
serangkaian diskusi, kemungkinan belum dapat ditentukan keputusan
final dilakukan tindakan pada kunjungan pertama. Dokter bedah harus
menjelaskan bahwa kunjungan ini bertujuan mengevaluasi keluhan,
melakukan serangkaian pemeriksaan dengan seksama, menjelaskan
berbagai pilihan tindakan, termasuk resiko dan manfaat bagi pasien, serta
memberi kesempatan pasien untuk bertanya. Dokter harus meyakinkan
bahwa kunjungan sebelum tindakan dibutuhkan untuk memperoleh
kesepakatan antara dokter dan pasien.
Terdapat teknik yang berguna, yakni menyampaikan kepada pasien bahwa
Anda kan membuat kesimpulan secara tertulis yang dapat mereka
gunakan sebagai rujukan sementara mempertimbangkan tindakan
operasi. Teknik ini juga merupakan kesempatan emas untuk
mendokumentasikan poin dalam informed consent secara tertulis dan
menambahkan beberapa informasi penting lain yang mungkin terlupakan
saat anamnesis. Format tertulis standar dapat dirancang dan
dipersonalisasi bagi tiap pasien.
Anamnesis awal harus mencantumkan secara singkat namun teliti akan
riwayat penyakit pasien. Meskipun dalam rekam medis pasien telah
tercantum riwayat medis sebelumnya, perlu digali informasi penting lain
seperti riwayat penyakit berat (contoh : hepatitis, infeksi HIV), terapi
terbaru dan sebelumnya, riwayat alergi, tindakan operasi sebelumnya dan
komplikasinya. Keluhan kronis seperti asma, migrain, atau depresi dapat
bersifat asimptomatis sehingga tidak disebutkan oleh pasien;
penyalahgunaan alkohol dan zat aditif juga jarang disampaikan oleh
pasien.
Elemen seperti riwayat keluarga dan sosial juga penting ditanyakan dalam
anamnesis. Pekerjaan atau profesi pasien, riwayat pekerjaan, status
pernikahan, tujuan rekreasional, dan orientasi seksual pun turut
memberikan wawasan berguna akan motivasi pasien. Misalnya seorang
aktor yang telah lama menganggur, menganggap bahwa rhinoplasty
merupakan kunci sukses dalam audisi, bukan tidak mungkin akan memiliki

karir dramatis paska operasi. Hal yang sama berlaku pula bagi wanita
paruh baya yang meyakini bahwa facelift dapat mengembalikan sang
suami yang telah meninggalkannya.
Bukan suatu hal yang luar biasa apabila seorang pasien telah melakukan
lebih dair satu kali tindakan bedah plastik. Persepsi akan kesuksesan dan
kegagalan suatu tindakan bedah dan sikap terhadap tindakan operasi
sebelumnya juga turut membantu evaluasi ini. Pasien yang telah puas
akan hasil operasi terdahulu cenderung menuntut kepuasan yang sama
pada tindakan operasi di masa datang. Apabila tindakan operasi
sebelumnya gagal, perlu dicari tau apakah pasien memahami penyebab
kegagalannya. Bila timbul komplikasi, dokter bedah yang melakukan
tindakan perlu dihubungi untuk mengetahui permasalahannya, terutama
apabila operasi sebelumnya dilakukan untuk keluhan yang sama.
Merupakan hal yang arogan dan gila bila menganggap dampak operasi
yang baru lebih baik dari sebelumnya kecuali alasan kekecewaan
terhadap hasilnya berhasil diidentifikasi.
Apabila pasien menolak untuk menyebutkan nama dokter bedah atau
demi kepentingan perijinan, dokter harus memprosesnya secara lebih
hati-hati. Alasan untuk hasil yang tidak menguntungkan kemungkinan
minim untuk dilakukan operasi, kecuali pasien patuh.
Bila pasien berseteru dan marah kepada dokter bedah sebelumnya,
penting untuk ditanyakan apakah dipikirkan untuk dilakukan tuntutan
hukum atau prosesnya sedang berlangsung. Dokter bedah seringkali
terkejut saat mendapati bahwa pasien yang sedang mereka evaluasi
untuk dilakukan tindakan, seringkali mencari saksi yang tidak setuju
dengan operasi sebelumnya. Pasien dan kuasa hukumnya sering gagal
untuk memahami bahwa saksi ahli akan fokus pada informasi lain
daripada yang direncanakan oleh dokter bedah untuk tindakan yang baru,
dan mereka akan menunggu sampai selesai perjanjian untuk menemukan
topik baru lainnya.
Pemeriksaan sesungguhnya telah terjadi sejak pertama kali pasien dana
dokter bedah bertemu. Karakteristik personal serta sikap dan perilaku
pasien diperhatikan. Apakah penampilan fisik pasien menunjang dengan
perubahan yang diinginkan.
Pada kunjungan pertama, pemeriksaan fisik fokus pada kelainan yang
menjadi keluhan utama. Pemeriksaan fisik secara lengkap, meskipun
bermanfaat sebelum merencanakan tindakan biasanya dilakukan pada
kunjungan berikutnya. Apakah yang menjadi keluhan pasien sesuai
dengan yang dilihat oleh dokter bedah? Bekas luka yang samar mungkin
saja menjadi begitu menjijikkan bagi pasien bila dikaitkan dengan emosi
yang muncul saat mengingat apa menyebabkan munculnya luka tersebut.
Evaluasi termasuk menilai apakah pembedahan akan mampu

meringankan keluhan pasien. Fokus dari pemeriksaan awal adalah


anatomi keluhan dan aspek teknis perubahan yang diinginkan.
FAKTOR RESIKO
Bedah plastik meningkatkan kualitas hidup dengan cara memfasilitasi
perubahan body image. Perubahan anatomi tidak terkait langsung dengan
perubahan body image. Banyak resiko penting yang terkait dengan
kenyataan ini.
Harapan yang Tidak Realistis
Harapan yang tidak realistis dan persisten, bila dikenali, mungkin dapat
menjadi kontraindikasi mutlak dilakukan operasi. Tetapi seringkali, hal
tersebut tidak dikenali atau tidak nampak. Mungkin pasien menginginkan
hasil yang secara teknis mustahil, bisa saja akibat ketidaktahuan pasien.
Karenanya butuh beberapa kali pertemuan sebelum dilakukan tindakan
untuk menggali adanya harapan tidak realistis ini.
Penting untuk menekankan kembali bahwa permintaan pasien dilakukan
tindakan tidak serta-merta hanya karena adanya bentuk atau kelainan
tertentu. Motivasi yang melatarbelakangi keinginan dilakukan tindakan
bisa bersifat internal dan eksternal. Karena itu, pasien harus
diperlihaatkan perasaan nyaman akan penampilan mereka atau keinginan
akan perubahan bisa berasal dari perasaan ingin merubah anggapan atau
reaksi orang lain akan kelainan mereka. Pasien akan merasa tertekan
karena adanya persepsi mereka bahwa penampilan mereka tidak sesuai
dengan gambaran mental akan nilai normal. Bila kesuksesan pasien
tergantung dari faktor diluar pasien, akan mustahil untuk memperoleh
outcome / dampak
yang baik. Apabila kesuksesan tindakan yang
dimaksud adalah akan lebih mudah dalam mencari pekerjaan, maka
sebaiknya uang yang dialokasikan tersebut dibelanjakan untuk
peningkatan keterampilan yang dibutuhkan.

Penyesuaian Dokter dan pasien


Pasien harus mematuhi aturan sebelum dan setelah dilakukan operasi bila
ingin hasilnya baik. Karenanya, dokter bedah harus menentukan apakah
pasien dapat diajak bekerjasama. Dapat secara mudah dilihat dari
kepatuhan pasien untuk tetap datang tepat waktu pada kunjungan yang
dijanjikan. Bila rencana sebelum operasi sulit dipatuhi, kemungkinan besar
saat perawatan dan perjanjian visit post operasi pun akan sulit terlaksana.
Pasien yang terus-menerus membatalkan jadwal yang ditentukan juga
akan sulit untuk patuh. Pasien yang memiliki kendala dengan jarak yang
jauh dengan dokter bedah juga bukan kandidat yang baik untuk dilakukan
operasi, kecuali adanya kesepakatan bahwa mereka dapat kembali sesuai
dengan kebutuhan bila diperlukan tindakan post operasi.
Kategori khusus adalah pasien dengan ketergantungan alkohol dan
penyalahgunaan obat. Karena akan sulit memahami instruksi untuk
melakukan serangkaian perjanjian kunjungan dan perawatan bekas luka
operasi. Lewis dkk membahas bagaimana mengenali pasien dengan
ketergantungan alkohol dan yang memiliki potensial menimbulkan
masalah.
Penting untuk menanyakan kepada pasien terkait tindakan operasi
sebelumnya yang kurang memuaskan saat manajemen postoperatif dan
diskusi dengan dokter bedahnya. Pasien yang tidak bersedia
mendiskusikan permasalahan manajemen postoperatif, sebaiknya tidak
menjadi kandidat dilakukan tindakan operasi.
Komunikasi yang Buruk
Ketidakmampuan berkomunikasi secara jelas selama wawancara pertama
secara mudah menunjukkan gambaran untuk wawancara lebih lanjut.
Mungkin pasien membutuhkan waktu untuk memiliki rasa percaya
terhadap dokter untuk mengungkapkan fokus utama mereka dilakukannya
operasi karena keluhan dapat samar pada kunjungan pertama. Beberapa
pasien mungkin kesulitan untuk mencari fokus utama mereka. Beberapa
mungkin hanya mencoba menyanjung dengan menyampaikan bahwa
mereka mempercayai justifikasi profesional dokter bedah tersebut.
Beberapa pasien lain mungkin tidak fokus pada satu keluhan, misal
menginginkan perubahan pada hidung, payudara, kemudian liposucction,
dan tidak dapat menjelasnkan perubahan anatomi seperti apa yang
mereka harapkan.
Kemampuan komunikasi pasien tidak hanya berdasarkan apa yang
mampu mereka sampaikan, tetapi juga mampu untuk mendengar dan
memahami apa yang disampaikan oleh dokter bedah. Butuh 2 hingga 3
kali kunjungan sebelum tindakan. Kesimpulannya, tindakan operasi tidak
dianjurkan dilakukan apabila tidak ada solusi secara bedah yang sesuai
dengan keluhan pasien. PASien yang selalu menunda operasi pun masuk

dalam kategori ini, mengingat


mengidentifikasi fokus utamanya.

bahwa

mereka

tidak

mampu

Deformitas Minimal
Meskipun bukan merupakan faktor resiko, deformitas minimal harus
menjadi perhatian dokter bedah. Apabila pasien secara konsisten, spesifik,
dan tidak mencari hasil sekunder, kemungkinan operasi bisa berlangsung
lancar. Permasalahan timbul apabila dokter bedah tidak mampu melihat
deformitas yang dilihat dari sudut pandang pasien atau secara spesifik
memahami perubahan yang diinginkan. Pruzinsky mencatat bahwa
deformitas minimal pasien dapat dipandang berlebihan oleh si pasien
sendiri dan hal ini dapat menimbulkan masalah baik sebelum dan setelah
operasi.
Operasi Ulang
Ketika pasien meminta operasi dengan keluhan yang sama, seperti ditulis
di awal, dokter bedah harus menemukan apakah hasil yang tidak
diharapkan disebabkan masalah teknis atau ekspektasi yang berlebih dari
pasien, komunikasi yang buruk, atau karena hasil yang tidak tercapai.
Operasi yang kedua tidak boleh di kerjakan apabila sebab dari terjadinya
hasil yang diharapkan pada operasi pertama tidak teridentifikasi. Kadang
terjadi operasi yang salah atau prosedur sudah benar tetapi dengan
indikasi yang salah. Dokter bedah tidak boleh berasumsi atau
mengatakan dokter bedah yang mengerjakan sebelumnya tidak kompeten
atau terjadi kesalahan prosedur.
Anak-Anak
Ketika berhadapan dengan pasien anak-anak, pemilihan pasien dan factor
resiko seringkali diabaikan, pada pasien ank-anak dokter bedah harus
mengetahui kesulitan dan rasa bersalah dari orang tua tentang kelainan
atau deformitas yang terjadi pada anak. Pada kasus-kasus trauma,
posttrauma scar, kelainan congenital seringkali mengakibatkan rasa
bersalah pada orang tua dan menginginkan diterapi secara bedah. Ketika
terjadi scar pasca operasi orang tua menjadi gelisah atau bahkan marah.
Pada trauma akut, informe concer sangat penting. Sebelum tindakan
dokter bedah harus menjelaskan bahwa 1) bekas operasi akan timbul.
2)bekas operasi
lebih disebabkan
dari mekanisme cederanya
dibandingkan karena jahitan 3)penyembuhan bekas operasi memerlukan
waktu 4)hasil akhir dari operasi baru terlihat jelas setelah 1 tahun atau
lebih 5) kerjasama dengan orang tua sangat penting pada masa
penyembuhan.
Orang tua sering mengkhawatirkan timbulnya masalah psikologi anak
akibat dari deformitas yang timbul . Secara umum, anak-anak lebih
menerima kelainan congenital dibadingkan kelainan yang didapat pada
masa sekolah atau setelahnya. Anak-anak prasekolah apabila menyadari
ada perbedaan pada temannya akan membicarakanya secar baik-baik,

berbeda pada usia sekolah umur 5-6 tahun dimana merka sudah belajar
untuk mengejek apabila ada perbedaan pada temannya, hal ini dapat
mengakibatkan gangguan psikologi anak. Oleh karena itu secara umum
diaanjurkan utuk dilakukan terapi bedah sebelum usia sekolah. Namun
pertimbangan psikologi ini jangan dijadikan patokan apabila terdapat
kontraindikasi dalam terapi bedah.
Penyesuaian pada pasien anak-anak berhubungan dengan keseimbangan
antara perhatian pada kelainannya dan ketakukutan mereka pada proses
operasi. Pendekatan kepada anak-anak harus disesuaikan dengan rasa
takut mereka dan memberikan pertaanyaan dengan cara lembut. Anakanak harus diberitahu secara sederhana proses yang akan dilalui dan
alasannya. Selain itu penting untuk anak-anak melihat defek yang terjadi
agar mereka mengerti kesulitan pada saat penyembuhan, dan mematuhi
agar menjaga dan menghindari banyaknya gerakan pada daerah operasi.
Meskipun peran dan penyesuaian orang tua sangat penting pada proses
penyembuhan namun seringkali dokter bedah hanya mendiskusikannya
dengan orang tua saja tanpa melibatkan anak.
Waktu yang tepat untuk dilakukan tindakan bedah pada anak-anak
tergantung pada
resiko yang sesuai pada umur tertentu. Contoh, pada umur 1 tahun akan
sulit untuk melakukan pelepasan kontraktur pada tangan, karena
imobilisasi dengan spalk sulit dipertahankan, revisi dari scar di wajah pada
anak- anak usia sekolah dimana seringkali berkelahi dengan saudara atau
tindakan rhinoplasty pada pemain rugby
akan sering mengalami
kegagalan.
Bedah Estetik Pada Pria
Beberapa tahun terakhir, literature bedah plastic menyebutkan tentang
resiko tertentu pada pasien pria yang mengiginkan bedah estetik.
Berdasarkan laporan pasien pria sering kurang puas terhadap hasil
operasi dibandingkan wanita. Pada saat yang sama ada pandangan yang
bias jika pria tidak memerlukan pembedahan estetik
Semakin banyak pria menginginkan pembedahan estetik, sedangkan
pendapat umu mengatakan sebaliknya. Adanya tekanan untuk tampil fit
dan atraktif secara fisik telah menjadi budaya, sehingga lebih banyak pria
ingin mempertahnkan penampilannya dengan cara aktifitas fisik bahkan
dengan cara operasi. Jika pada observasi awal resiko bedah kosmetik pada
pria sudah valid secara empiris, saat ini menjadi tidak jelas karena
luasnya spectrum pria yang menginginkan bedah estetik.
Dilihat dari sejarahnya. Bedah estetik pada pria terfokus pada rhinoplasty.
Pada pria dan wanita, seperti sudah dibicarakan sebelumnya terdapat
perbedaan secara psikologis antara merubah penampilan dan membuat
penampilan menjadi lebih muda. Pada beberapa pria pertanyaan yang

penting yang harus diajukan adalah motivasi dan apakah harapannya


realistis atau tidak .
Ada sekelompok pasien terutama pria muda yang disebut tidak pernah
puas. Mereka mengetahui tindakan yang dilakukan sudah memberikan
hasil yang baik, namun tetap mengiginkan lebih. Pasien pasien ini cocok
dengan criteria diagnostic untuk Body dismorfik disorder
Deformitas Karena Trauma
Deformitas karena trauma seringkali disertai dengan beban emosi yang
berat. Pruzinsky mengembangkan penilaian kualitas hidup dengan
menggunakan Cognitive Behavioural Theory (CBT) perspektif., dan
mendapatkan bahwa kelainan . deformitas yang didapat lebih berat beban
emosinya dibandingkan deformitas yang terjadi sejak lahir. Pasien trauma
mungkin bisa menjadi atau telah mempunyai masalah obat-obatan
terlarang atau alcohol. Dokter bedah harus hati hati dalam mengeksplore
bagaimana pasien bias mendapatkan trauma dan masalah psikologis yang
menyertainya. Apabila deformitas karena trauma sudah terjadi sejak lama
dokter bedah harus menanyakan mengapa pasien baru menginginkan
pembedahan sekarang. Seringkali disebabkan karena munculnya stress
emosional yang baru dan pembedahan dapat / tidak dapat menjadi jalan
keluar. Dengan menggunakan CBT, dokter bedah dapat memperkirakan
efek dari bedah plastic pada kualitas hidup pasien.
Pandangan Dokter Bedah
Konsep comfort zone pada ahli bedah harus lebih malihat pertimbangan
pada seleksi pasien. Pada level awal ahli bedah lebih tidak nyaman untuk
melakukan suatu operasi tertentu, pada tahap selanjutnya ahli bedah
tidak nyaman untuk melakukan suatu operasi pada pasien tertentu.
Meskipun karena ada alasan tertentu, biasanya karena adanya reaksi
emosional pada kepribadian pasien. Ahli bedah harus menyadari hal ini,
danm jangan menerima pasien untuk tindakan bedah sampai hal ini
teratasi. Sama seperti semua orang tidak bisa saling cocok, ahli bedah
juga tidak dapat cocok dengan setiap pasien. Hal ini akan menjadi
penyulit untuk
untuk perawatan pasien terutama perawatan pasca
operasi. Pada saat terjadi hasil operasi yang tidak sesuai keinginan, pasien
akan menunjukkan sikap yang tidak puas. Hal ini mungkin akan
disembunyikan apabila dokter datang, tetapi akan ditunjukkan pada
pegawai RS lainnya. Apabila berlanjut, maka akan sulit mendapatkan
kepuasan pasien bahkan dengan hasil yang bagus secara anatomi

Pendampingan Psikiatri

Pruzinsky pernah menekankan Kesuksesan dari suatu operasi plastic


ditentukan oleh psikologi dari pasien sebanding dengan hasil dari operasi
itu sendiri. Pada saat wawancara pasien, dokter bedah harus bisa
mendapatkan kepribadian, kebiasaan dan kemampuan pasien untuk
berfikir rasional, selain itu juga harus diperhatikan apakah ada riwayat
pengobatan psikiatri. Apabila didapatkan diagnose atau kecurigaan
adanya masalah kejiawaan, pasien dapat dikonsulkan ke psikiatri untuk
evaluasi diagnosis dan rekomendasi operasi. Ahli bedah mungkin tidak
nyaman menyampaikan ke pasien pentingnya evaluasi kejiawaan dan
penundaan operasi sampai ada hasil dari konsultasi. Goin and Goin
menyarankan untuk menyampaaikan ke pasien secara langsung dan
terbuka. Dengan mengatakan sama pentingnya peran psikologi dan fisik.
Seperti contoh, ahli bedah tidak akan menerima pasien untuk operasi
pada muka tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli jantung untuk
melihat kelainan jantung. Penulis menekankan pentingnya konsultasi
dengan psikiatri pada pasien-pasien bedah plastic. Pada masa lalu ahli
bedah diperingatkan untuk menhindari pembedahan pada pasien dengan
kelainan psikiatri karena resiko menimbulkan masalah yang baru dan
kemungkian hasilnya tidak baik, bagaimanapun lebih dari 40 tahun yll,
Edgerton et all memberikan data substansial yang menunjukkan kelainan
psikiatri itu sendiri bukan merupakan kontraindikasi untuk pembedahan.
Beberapa pasien dengan masalah kelainan jjiwa mendapatkan
keuntungan yang signifikan dari bedah plastic
Setelah diagnosis dari kelainan psikiatri ditegakkan, dokter bedah plastic
harus memutuskan apakah ada indikasi untuk pembedahan atau tidak .
Seperti pada pasien lainnya, dokter bedah plastic harus menilai motivasi
pasien, harapan, kemampuan berkomunikasi dan kebutuhan pasien.

PERTIMBANGAN LAIN
Penolakan Operasi
Dokter Bedah kadang berkata Saya tidak mau mengoperasi pasien
tersebut namun pasien tetap memaksa, akhirnya saya operasi juga. Ini
merupakan pernyataan sederhana yang menunjukkan bahwa dokter
bedah tidak boleh kehilangan control dan membuat keputusan medis
berdasarkan keinginan pasien, Hal ini seringkali sulit untuk mengatakan
bahwa keinginan untuk pembedahan tidak dapat dilakukan , reaksi yang
umum pada pasien adalah, mereka merasa bahwa merka gagal pada
suatutest atau tidak memenuhi persyaratan dari dokter bedah.

Peraturan pertama adalah menolak permintaan dengan tegas, tidak raguragu seperti halnya keputusan masih bisa didiskusikan.ahli bedah dapat
mengatakan saya telah mengevaluasi secara hati-hati apayang anda
katakan, sepengetahuan saya , saya tidak tahu bagaimana melakukan
operasi untuk mendapatkan hasil yang ada mau.
Apabila seorang dokter bedah telah menyimpulkan suatu pembedahan
tidak cocok pada pasien, merupakan hal yang tidak konsisten apabila dia
memberikan rujukan ke dokter bedah plastic lainnya. Suatu rujukan
dikatakan pantas apabila alasannya ada dari ahli bedahdan tidak ada
kontraindikasi untuk operasi. Ahli bedah jika berhadapan dengan pasien
yang tidak ada indikasi operasi, tidak boleh berfikir seperti pasien akan
terus mencari ke dokter bedah lain, dan akhirnya akan menemukan
dokter bedah yang bersedia untuk mengoperasi, jadi sebaiknya saya saja
yang melakukan
Manajemen Resiko
Resiko medikolegal dimulai sejak kontak pertama dengan pasien. Semua
factor pada bab ini dianggap penting . pasien yang membuat tuntutan
tidak selalu terlihat seperti orang yang suka berpekara pada evaluasi pre
operasi, namun mereka selalu tidak puas dengan hasil operasi apalagi jika
hasilnya tidak sesuai dengan harapan pasien. Proses seleksi yang telah
dibicarakan sebelumnya merupakan hal yang penting untuk manajemen
resiko, masalah pasien harus jelas dimengerti oleh dokter dan pasien
begitu juga harapan dari hasil operasi.
Untuk mendapatkan kesepahaman sebelum pembedahan, informed
concern memainkan peran yang penting. Informed concern bukan sekedar
kertas yang ditandatangan pasien. Informed concern adalah suatu proses
dimana dokter memberikan cukup informasi , shingga pasien dapat
membuat suatu keputusan untuk menerima atau menolak operasi.
Informed concern didalamnya temasuk prosedur, hasil yang diharapkan,
hasil final, kemungkinan reiko dan komplikasi, serta pilihan bedah dan non
bedah. Rekam medis yang akurat merupakan hal yang penting pada
setiap aspek perawatan pasien . Pada ranah hukum yang dipercaya suatu
kebenaran bukan apa yang dokter atau pasien katakana tetapi apa yang
terdokumentasi di rekam medis. Semua interaksi dengan pasien baik itu
secara langsung atau tidak langsung (telepon) harus tercatat dalam
rekam medis.
KONTROL EMOSI
Pasien yang marah merasa bahwa mereka telah diperlakukan tidak
semestinya. Penting untuk mencari alas an dan mengklarifikasi masalah,

bahkan jika alas an pasien marah tidak msuk akal, dokter tidak boleh
membalas dengan kemarahan. Kadang sulit untuk menghindari pasien
yang marah. Seringkali petugas atau perawat melindungi dokter dari
telepon yang mengganggu. Bagaimanapun penting bagi ahli bedah untuk
selalu dapat ditemui/dihubungi sehingga pasien yang
kecewa tidak
merasa terisolasi atau ditinggalkan lebih-lebih jika terjadi komplikasi
operasi.

Anda mungkin juga menyukai