Epidermolisis Bulosa Pada Anak: Oleh Imam Budi Putra
Epidermolisis Bulosa Pada Anak: Oleh Imam Budi Putra
PADA ANAK
OLEH
IMAM BUDI PUTRA
EPIDERMOLISIS BULOSA
PADA ANAK
PENDAHULUAN
Epidermolisis
bulosa
(EB)
merupakan
kelainan
genetik
berupa
KLASIFIKASI
Mula-mula klasifikasi di buat berdasarkan jaringan parut yang terbentuk
kemudian yaitu E.B nondistrofik (bula terletak diatas stratum basal) dan distrofik
(bula terletak di bawah stratum basal). Dengan perkembangan imunologi dan
pemeriksaan imunohistokimia, klasifikasi lebih rinci di sesuaikan dengan letak
bula terhadap taut dermo-epidermal, yaitu epidermolisis bulosa simpleks
(E.B.S.),E.B. distrofik, dan E.B. junitional, masing-masing memiliki bentuk
variasi (subtipe)1-4
E.B. simplek
Bentuk yang sering dijumpai, yaitu:
1. E.B.S. lokalisata pada tangan dan kaki (Weber Cockayne)
2. E.B.S. generalisata (Kobner)
3. E.B.S. herpetiformis (Dowling-Meara)
Bentuk E.B.S. yang jarang dijumpai, yaitu:
1. E.B.S. yang disertai atrofi otot
2. E.B.S. superfiasial
3. Sindrom Kallin
4. E.B.S disertai pigmentasi mottled
5. E.B.S. resesif autosom yang fatal
E.B. junctional
Bentuk varian yang sering dijumpai :
1. Bentuk letal (gravis,Herlitz)
2. Nonletal (mitis, non-Herlitz)
3. E.B. inversa
E.B. distrofik
1. Distrofik (dermolitik) dominan
2. Distrofik resesif generalisata
3. Distrofik resesif lokalisata
4. Bentuk varian
PATOGENESIS
Sampai sekarang etiologi dan patogenesis EB belum semuanya diketahui.
Beberapa penulis mengemukakan berbagai dugaan patogenesis.1-4,10
terhadap
perubahan
suhu.
Diduga
defisiensi
enzim
archoring fibril dan jaringan kolagen mempunyai peranan yang penting. Pada
epidermolisis bulosa distrofik resesif terjadi peningkatan aktifitas kolagenase,
sedangkan pada yang dominan umumnya tidak terjadi.1,2,4
GEJALA KLNIS1-1O
Kunci utama diagnosis EB secara klinis didasarkan lokalisasi bula yang
terbentuk yaitu ditempat yang mudah mengalami trauma walaupun trauma yang
ringan, misalnya trauma dijalan lahir. Bula yang terbentuk biasanya jernih,
kadang-kadang hemoragik, pada penyembuhan perlu diperhatikan, apakah
meninggalkan bekas jaringan parut. Selain kulit, biasanya mukosa ikut terkena,
demikian pula kuku dapat distrofik. Pada tipe distrofik resesif dapat disertai
retardasi mental dan pertumbuhan, kontraktur, dan pelekatan (fusi) jari-jari
tangan.
Epidermolisis bulosa simplels lokalisata pada tangan dan kaki (tipe WeberCockayne)
Meskipun dinamakan tipe Weber-Cockayne sebenamya EBS tipe ini telah
dikemukakan oleh Elliott tahun l875. Penyakit ini diturunkan secara otosomal
dominan namun pernah dilaporkan beberapa kasus EBS tipe Weber-Cockayne
diturunan secara otosomal resesf.
Tipe ini paling sering dijumpai diantara varian EBS. Onset EBS tipe
Weber-Cockayne terjadi awal kehidupan. Umumnya bula timbul pertama kali
sekitar usia 3-12 bulan awal kehidupan sampai usia 2 tahun. Hal ini berhubungan
dengan aktifitas motorik anak jarang pada usia yang lebih tua atau dewasa.
Penelitian Horn dan Tindan pada tahun 1999 di Inggris dari 130 pasien EBS
didapat 53% EBS tipe Weber-Cockayne dengan onset pada usia rata-rata 7bulan
sampai 2 tahun kehidupan.
Sesuai namanya, bula pada tipe ini terutama terletak dikedua tangan dan
kaki, Khususnya di daerah palmaplantar. Pada anak yang baru lahir bula terutama
terdapat pada tangan, kaki, leher dan tungkai bawah, sedangkan pada anak yang
baru merangkak dan berjalan bula sering timbul di tangan siku, bokong, lutut,
pergelangan kaki dan kaki. Bula timbul berulang karena adanya trauma mekanik
seperti gesekan antara kaki dengan sandal atau sepatu. Bula berukuran sampai
dengan diameter 2cm, umumnya tegang kadang-kadang terdapat bula hemoragi
dan daerah sekeliling bula tampak halo eritematosa. Bula yang pecah akan
menyebabkan erosi yang dapat disertai infeksi sekunder. Lesi menjadi lebih sering
terjadi pada musim panas. Umumnya lesi kulit membaik tanpa meninggalkan
jaringan parut ataupun atrofi, hanya terdapat kurang-lebih 10% lesi kulit yang
meninggalkan jaringan parut.
Hiperhidrosis pada telapak tangan dan kaki serta hiperkeratosis dijumpai
pada pasien EBS tipe Weber-Cockayne. Berat-ringannya hiperkeratosis terlihat
ditempat bula rekuren. Kelainan kulit berupa distrofi, kelainan gigi dan mukosa
mulut sangat jarang di jumpai pada pasien ini.
dijumpai sekitar 20% pasien berupa distrofi kuku. Kadang disertai bula
subungual, umumnya kuku dapat tumbuh kembali normal. Lesioral atau membran
mukosa jarang terjadi atau bersifat oral atau membran mokosa jarang terjadi atau
bersifat ringan. Sedangkan pertumbuhan gigi dan rambut normal.
Pada masa bayi, bula tetap timbul tangan dan kaki serta periungual,
kemudian mulai meluas ke daerah lain seperti proksimal ekstremitas, leher, dagu
dan aksila. Bula mulai tersusun berkelompok, herpetiformis disertai vesikel, bula
hemoragik yang terjadi sesudah trauma maupun terjadi secara spontan didasar
kulit yang eritem maupun kulit sehat. Erosi yang luas sering tampak di daerah
telapak tangan dan kaki. Pada masa anak-anak, lesi mulai tampak lebih tersusun
herpetiformis dan letak lesi lebih proksimal, sering kali mengenai bada, paha dan
lengan atas. Bula mulai berkurang di telapak tangan dan kaki. Kelompok bula
menyembuh dibagian tengah dan timbul kembali bula yang baru di tepi daerah
yang menyembuh tersebut, seringkali bula rekuren pada tempat yang sama.
Dimasa dewasa, bula jarang terjadi secara spontan sebagian besar bula
terjadi karena trauma. Vesikel dan bula hemoragik berkelompok lebih sedikit dan
lebih cepat sembuh. Bula yang pecah menimbulkan daerah erosi yang luas dan
seperti EBS yang lain dapat terjadi infeksi sekunder. Lesi kulit yang menyembuh
biasanya meninggalkan makula hipo atau hiperpigmentasi, jarang menimbulkan
jaringan parut dan milia.
Pada EBS Dowling-Meara, cuaca yang panas dapat mengurangi terjadinya
bula. Pasien EBS Dowling-Meara yang sedang demam tinggi mengalami
perbaikan lesi, namun pada penelitian Mc Grath dan kawan-kawan tahun l99l,
hanya 4 dari 14 orang pasien EBS Dowling-Meara yang membaik pada cuaca
panas.
Hiperkeratosis palmoplantar mulai terjadi sekitar usia 1-3 tahun dan makin
menjadi nyata setelah usia 6-7 tahun. Umumnya asimptomatik. Kadang-kadang
menimbulkan rasa seperti terbakar dan sakit bila disertai bula pada daerah
hiperkeratosis tersebut. Hiperkeratosis ini sangat berat sehingga dapat
menimbulkan deformitas dan hilangnya fungsi fleksi jari tangan.
Kelainan kuku pada EBS Dowling-Meara umumnya terjadi pada masa
monatal, berupa distrofi disertai penebalan kuku iregular, yang akan tumbuh
kembali normal.
Pada tipe ini lesi pada mukosa oral dapat dijumpai terutama pada masa
anak-anak. Kadang-kadang dimasa monatal terdapat pula didaerah orofaring
recessive
epidermolysis
bullosa
simplex
with
associated
2. Sindrom kalin
Sindrom ini diturunkan secara otosomal resesif dengan awitan pada usia 3
bulan sampai 1 tahun. Gambaran klinis sindrom ini hampir sama dengan EBS tipe
Weber-Cockayne. Butelar dapat pada tangan dan kaki, sering berupa bula
hemoragik terutama timbul pada musim panas. Kadang kala pada anak-anak
disertai hipodontia yang berhubungan dengan displasia enamel gigi. Kelainan
kuku yang menyertai berupa penebalan kuku atau lekukan kuku bertambah. Pada
pasien ini dijumpai pula alopesia parsial tanpa disertai jaringan parut dan rambut
yang mudah rontok.
kadang hanya diiumpai erosi yang superfisial dan krusta pada hampir seluruh
tubuh, serta hipopigmentasi atau hiperpigmentasi pasca inflamasi. Kelainan yang
dapat menyertai EBS tipe ini adalah milia, jaringan parut atrofi, distrofi kuku, lesi
pada mukosa oral dan konjungtiva.
kadang-kadang
gambarnya
menyerupai
poikiloderma
atau
E.B. tipe junitional adalah tipe E.B. yang pembentukan bula terjadi di
lamina lusida di taut dermoepidermal,merupakan tipe E.B. yang paling berat serta
mengancam kehidupan.Semua tipe di turunkan secara resesif autosom.
Imunoperoksidase memperlihatkan bula terdapat di atas kologen tipe IV.
Pemeriksaan dengan antibodi monoklonal lainya ditujukan terhadap laminin-5
(rantai 332), intigrin 4, BPAG-2, dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
Herlitz adalah bentuk yang paling berat diantara tipe junctionali ditandai
bula besar-besar terutama di bokong badan dan kepala, tanpa meninggalkan
sikatriks dan milia kecuali bila diikuti infeksi sekunder.Meskipun hampir 50%
pasien meninggal sebelum usia 2 tahun, namun sebagian dapat hidup sampai
dewasa. Oleh karena itu pendapat bahwa merupakan E.B. tipe letalis tidak lagi
dipertahankan. Pada bentu Herlitz biasanya tangan dan kaki tdak tidak terkena,
mukosa dapat terkena dan dapat terjadi afesia pilorik. Di perioral dapat terbentuk
bula, sedangkan bibir tidak terkena. Pada perkebanganya pita suara serta laring
dapat terkena kemudian. Demikian pula kuku dapat terkena serta terlepas dan
disertai paronikia. Tanda khas lainnya adalatr displasia gigi serta permukaannya
berbenjol-benjol (coblestone appearance). Pada bentuk Herlitz terjadi detardasi
mental dan anami rekalsitan. Penyebab kematian tidak di ketahui. Dengan
pemeriksaan mikroskop biasa tampak celah di atas membran basal, dengan
mikroskop elektron terlihat bula terbentuk di lamina lusida disertai berkurangnya
jumlah dan berubahnya struktur hemidosmosom. Namun sampai sekarang
patogenesis belum semuanya diketahui.
E.B. nonletal (mitis, non-Herlitz) bentuk ini dimulai pembentukan bula
serosa atau hemoragik saat lahir dan meninggalkan kulit yang rapuh, tanpa
pembentukan sikatriks dan milia. Umumnya dapat terjadi alopesia, distrofik kuku
atau kuku tidak tumbuh kembali, hiperkeratosis palmoplantar, skalp atrofi.
Mukosa mulut esofagus, laring dan takea serta mata, dapat terkena ringan sampai
berat tetapi tidak terjadi struktur esofagus. Berbeda dengan tipe junctional pada
tipe non-Herliz tidak terjadi retardasi mental dan anemia. Gambaran patologi
anotomik mirip dengan tipe Herlith. Pada kasus E.B. nonletal dapat sembuh
dengan bertanbahnya umur.
E.B. juntional tipe inversa tejadi pada saat lahir atau pada masa neonatal,
klinis mirip pioderma generalisata, kemudian pembentukan bula lebih banyak di
aksila, leher, inguinal, dan perianal (inversa), kuku mengalami distrofik, gigi
displasia, laring dapat terkena demikian juga pita suara (suara menjadi kasar).1-3
Umumnya pada E.B. bentuk dominan, bayi yang terkena sehat dan tumbuh
normal,rambut dan kuku tidak terganggu. Pada bentuk desesif dapat pertumbuhan
dan perkembangan tidak terganggu, gigi tumbuh abnormal, rambut berkurang
sampai
alopesia.
Gambaran
histopatologi
menunjukkan
bula
di
taut
E.B distrofik resesif terbagi atas bentuk ringan lokalisata (mitis), berat
(gravis, Hallopea Siemens), atau bentuk varian inversa. Pada umumnya bentuk
E.B. distrofik resesif berat terjadi pembentukan bula diikuti pembentukan sikatrik,
mukosa mengalami gangguan yang berat. Erosi segera tampak pada saat lahir,
bula spontan terjadi terutama ditempat yang mengalami trauma, misalnya di
tangan, kaki, bokong, skapula, muka, oksiput, siku dan lutut. Bula steril besarbesear serta dapat hemoragik, erosi dan rasa nyeri, mirip pada bentuk E.B. etal.
Tanda Nikolski positif. Bayi mudah mengalami infeksi sekunder dan sepsis.
Penyembuhan bula disertai sikatriks, hipopigmentasi dan atau hiperpigmentasi,
disertai milia. Sikatriks yang atrofi mirip kertas sigaret. Pada bula berulang, lama
kelamaan kulit menjadi sikatriks hiprsofi. Bila jari-jari tangan yang luka jarang
digerakan untuk waktu yang lama, dapat terjadi perlekatan satu dengan yang lain
sehingga pada penyembuhan dapat mengalami fusi mirip pseudosindaktili, atau
mirip sarung tinju tangan. Posisi tangan dan pergelangan berubah menjadi fleksi
dan kontraktur. Kuku mengalami kerusakan parah degenerasi atau hilang sama
sekali. Mata terkena berupa bleparitis, simbleparon, konyingtivitis, vesikal dan
menjadi opak dan atau keratitis. Suara kasar sampai tidak terdengar, sulit menelan
sehingga kekurangan nutrisi dan dapat meninggal. Bila bayi bertahan dan tumbuh,
berat penyakit makin berkurang, selanjutnya di anjurkan untuk menghindari
makanan yang panas, keras, ukuran besar, apapun yang memungkinkan
pembentukan bula di mulut, faring maupun osefagus. Erupsi gigi biasanya
terlambat dan tumbuh dengan bentuk abnormal. Rambut tumbuh normal, alopesia
terjadi akibat sikatrik. Kematian dapat terjadi saat neonatus atau anak akibat
kurang nutrisi, kehilangan cairan, infeksi bakteri dan sepsis, ataau pneumonia.1-6
TAUT DERMAL-EPIDERMAL
Taut dermal-epidermal pengikat antara epidermis dan dermis yang sangat
kompleks. Dengan mikroskop elelctron dapat di lihat terdiri atas beberapa lapisan.
Paling atas dimulai dari sisi epidermis adalah hemidesmosom. Membran plasma
pada sel basal mengandung sejumlah bagian padat yang mempunyai interval
tertentu yang disebut hemidesmosom. Tiap-tiap hemidesmosom terdiri atas plak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORITJM
Pemeriksaan laboratorium darah pada epdermolisis bulosa simpleks
biasanya normal. Kombinasi anemia defisiensi besi dan anemia karena penyakit
kronik dapat dijumpai pada pasien EBS with muscular dystrophy. Pada bentuk
lain EBS, anemia jarang di jumpai, dan bila didapatkan anemia biasanya
berhubungan dengan adanya gangguan pertumbuhan dan malabsorsi. Pada anemia
berat sering dissertai penurunan kadar seng dalam serum ringan sampai sedang.8
PATOLOGI ANATOMI
Tehnik biopsi jaringan pasien EBS sangat penting biobsi sebaiknya
diambil dari tepi bula yang baru. Jika biobsi diambil dari bula yang lama maka
kemungkinan letak bula telah berubah karena regenerasi keratinosit pada dasar
bula atau karena degenerasi keratinosit di atas bula.14
Bula baru dapat diinduksi dengan cara menggesek-gesek kulit dengan jari
atau karet beberapa menit sebelum biopsi. Lebih baik digunakan teknik biopsi
shave atau elips. Biopsi shave lebih baik untuk mendapatkan bahan pemeriksaan
karena sedikit artepak. fiksasinya cepat dan penyembuhan baik. Biopsi plong
tidak direkomendasikan karena sering kali menyebabkan terpisahnya jaringan
epidermis.14
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop
cahaya, mikroskop elektron serta pemeriksaan imunohistokimia. Pemeriksaan
rutin dengan mikroskop cahaya tidak direkomendasikan untuk diagnostik. Sebagai
baku emas diagnostik EB di gunakan mikroskop elektron. Selain dengan
pewamaan hematoksilin eosin (HE) dapat juga dilakukan pewarnaan sediaan
dengan PAS (periodic acid schiff) untuk melihat membran basalis.
Pada EBD biopsi kulit menunjukkan bula sublamina densa dan dengan
pemeriksaan mikroskop elektron menunjukan penurunan atau tidak didapatkan
anchoring fibril / kolagen tipe VII pada tempat bula terjadi, sedangkan pada
tempat non bula anchoring fibril normal. Diagnosis lain dapat di tegakan dengan
monoklonal dan poliklonal antibodi menggunakan antibodi LH7:2 atau AF1/AF2
juga analisis DNA menggunakan metode PCR.
DIAGNOSIS BANDING 3,6
Umumnya diagnosis banding dari EBS adalah EB tipe lainnya tergantung
dari berat ringannya gejala. Beberapa diagnosis banding antara lain :
namun
histopatologi
membran
dengan
mukosa
jarang
imunoflouresensi
terkena.
langsung
Pada
pemeriksaan
ditemukan
deposit
atau salap antibiotik. Kerja sama dengan ahli fisioterapi dapat di tingkatkan.
Cegah terjadinya fusi dan kontraktur dengan mengatur posisi jari dan sendi.
Makanan.
Sebaiknya di berikan makanan tinggi kalori tinggi protein dalam bentuk
yang lembut atau cair sehingga mudah ditelan terutama bila terdapat luka di
mukosa mulut. Hindari penggunaan dot pada bayi. Perlu dipertimbangkan setiap
tindakan sewaktu pemberian makanan dapat merupakan trauma.
Pengobatan medikamentosa
Pengobatan yang ideal dan memuaskan sampai saat ini belum ada,
umumnya terapi di lakukan secara paliatif. Beberapa hal perlu di pertimbangkan
mengingat penyakit ini berlangsung kronik sampai dewasa. Sebagai pengobatan
topikal dapat digunakan kortikosteroid potensi sedang dan anti biotik bila terdapat
infeksi sekunder. Pemberian kortikosteroid sistemik yang bermanfaat pada kasus
yang berat dan fatal. Vitamin E dapat menghambat aktivitas kolagenase atau
merangsang produksi enzim lain yang dapat merusak kolagenase. Dosis efektif
600-2000 iu/hari. Pengobatan lain adalah difenilhidantoin 2,5-5,0 mg/kg BB/hari,
dosis maksimal 30 mg/hari.
Konseling genetik
Konseling genetik dianjurkan bila telah jelas ada penurunan genetiknya,
sehingga dapat di beritahukan besarnya resiko penyakit pada setiap kelahiran.
Pemeriksaan untuk menentukan diagnosis prenatal dapat dilakukan dengan
fetoskopi, namun hal tersebut saat ini masih dalam penelitian.
PROGNOSIS
Secara umum prognosis baik walaupun perjalanan penyakitnya kronis.
Prognosis EBS Dowling-Meara, EBS with muscular dystrophy dan lethal
autosamal recessive EBS kurang baik, karena ada kemungkinan terjadi kematian
pada masa bayi.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Boodiardja SA. Epidemolisis bulsa Dalam : Djuanda A, Hamzah M,
Boediardjo SA, editor. Ilmu penyrkit Kulit dan Kelamin; edisi ke-3. Jakarta:
Bali Penerbit FKUI, 2002,200-7.
2. Hurwitz S. Bullous disorders of childhoood. Clinical pediatric dcrmatology, a
textbook of skin disordes of Childhood and alolennsceence. Edisi ke-2
Philadelphia, W.B. Sauders. Co 1993 : 432-5,439-41.
3. Atherton DJ. Epidermolysis Bullosa, Dalam : Harper J. Oranje A, Prose N,
editor Texbook of Peditric Dermatology London : Blackwell, Scicnce Ltd.
2000,1075-80.
4. Marinhovich Herroon GS. Khavari PA. Bauer EA. Hereditary epidarmolysis
bullosa Dalam: Fredbeerg IM. Eisen AZ Wolff K, Austen KF , Goldsmith LA.
Katz SI et al .. editor Fitzpatrick's dermotolody in general medicine, .. Edisi
ke-5 New York. Mc Graw Hill, Inc, 1999:690-701.
5. Pey R.J Bullous eruptions. Dalam Champion RH. BURTON JL, Ebling FJG,
editor. Textbook of dermatolofy. Edisi ke-5. London; Blackwell Scien tific
Publ. 1992-1635-6.
6. Arnold HL. Odom BR. James WD. Andrews diseases of the skin, clinical
dermatology. Edisi ke-8 Philadelphia WB. Saunders Co,. 1990:646-50.
7. Habif TP Chinical dermatology, a color guide to diagnosis and therapy. Edisi
ke-3. St. louse: Mosby-Year. Inc 1996:521.
8. Fine
JD.Bullous
diseases.
Dalam:
Mosechella,
Hurley
HJ,
editor.
12. Burgeson RE. Basement membranes. Dalam Futzpatrick IB. Eisen AZ, Wolff
K, Freedberg IM, Austen KF, editor. Dermatology in general medicine; edisi
ke-4 New York: Mc Graw-Hill Inc. 1993:329-39
13. Murphy GF. Histology of the skin. Dalam Elder D, Levers Hidtophatology of
the skin; edisi ke-8 Philadelphia: Lippincott-Reven, 1997:5-17
14. Elder D. Epidermolysis Bullosa. Dalam Elder D, ELENISTSAS R. Jaworsky
Cara, Johanson B. editor. Lever,s Histopathology of the skin. Edisi ke-8
Philadelphia: Lippincott-Raven Publ.. 1997:128-31.