Anda di halaman 1dari 5

ATRESIA ESOFAGUS

Malformasi kongenital dari esofagus terjadi cukup sering, kira-kira 1


dari 3000-4500 kelahiran hidup. Atresia esofagus adalah suatu kelainan di mana
esofagus berakhir pada sebuah kantung buntu, umumnya (85%) disertai dengan
fistula antara esofagus dan trakea di sebelah distal. Paling sedikit 50% bayi dengan
defek esofagus juga mempunyai kelainan kongetal lain. Atresia esofagus mungkin
disertai oleh kelainan jantung (20%), atresia rektum atau anus (12%), kelainan tulang
belakang serta kelahiran prematur. Kelainan ini terjadi karena gangguan
perkembangan jaringan pemisah antara trakea dan esofagus yang dibentuk selama
minggu keempat sampai keenam kehidupan dalam rahim.

Defek terjadi saat

perkembangan endodermis. Gangguan fusi dari dinding lateral foregut berakhir pada
kurang sempurnanya penutupan laryngotracheal tube dan terbentuknya fistula.

Gambar 1. Macam-macam atresia esofagus

Pada tipe A dan C, terjadi refluks ludah dan minuman dari esofagus
yang buntu ke dalam jalan napas. Pada tipe B dan D, ludah dan minuman langsung
masuk ke jalan napas melalui fistula proksimal. Pada tipe C dan D, erjadi refluks
cairan lambung ke jalan napas. Tipe E mungkin mirip tipe D. Tipe atresia esofagus
yang umum ditemukan adalah tipe C dengan aspirasi ludah dan minuman, dan refluks
cairan lambung ke jalan napas.
GAMBARAN KLINIS
Polihidramnion dilaporkan terjadi pada 14% - 90% ibu dari bayi
dengan atresia esofagus. Atresia esofagus perlu dicurigai bila pada bayi baru lahir
yang mulut dan tenggorokkannya telah dibersihkan dengan baik, beberapa jam
berikutnya timbul napas mengorok, atau terlihat gelembung udara bercampur lendir
putih pada lubang hidung dan mulut. Keadaan ini terjadi karena regurgitasi air ludah
atau minuman pertama. Pada keadaan ini perlu diperiksa keutuhan lumen esofagus
dengan memasukkan kateter kecil melalui hidung ke dalam esofagus. Jika kateter
tertahan setelah masuk 10-12 cm dari lubang hidung diagnosis atresia esofagus dapat
ditegakkan.

Bila fistula menghubungkan trakea dengan esofagus distal, maka


abdomen akan terisi udara dan terjadi distensi. Distensi ini mungkin cukup berat
hingga menimbulkan kesulitan bernapas. Fistula antara esofagus proksimal dan trakea
dapat menimbulkan masalah saat pemberian minuman pertama. Diagnosis harus
ditegakkan sebelum bayi diberi minum, apalagi susu, karena dapat timbul kegawatan
akibat aspirasi susu ke dalam paru. Bayi akan batuk-batuk dan timbul sianosis.
Dianjurkan pemberian air tawar atau glukosa sebagai minuman pertama untuk
mengurangi komplikasi aspirasi. Pemberian makanan peroral ditangguhkan bila
terdapat indikasi ke arah atresia sampai diagnosa ditegakkan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan radiologi dada dan perut
untuk menentukan adanya fistula distal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
memasukkan keteter melalui hidung ke esofagus. Pada foto akan terlihat kateter yang
mungkin melengkung ke atas dan lambung berisi udara.

Gambar 3. Gambaran radiologi

KOMPLIKASI
Komplikasi paru disebabkan oleh refluks udara dan sekresi gaster ke
dalam trakea melalui fistula, menimbulkan iritasi kimia berat. Lobus atas paru kanan
adalah yang paling sering terlibat karena posisinya yang lebih dekat dengan fistula.
Bayi dengan atresia esofagus tanpa fistula memberikan gambaran abdomen boatshaped dan tanpa gas. Pada fistula tanpa atresia, gejala yang umum adalah aspirasi
rekuren, pneumonia, dan atelektasis yang baru muncul dalam beberapa hari atau
bulan setelah kelahiran. Komplikasi lanjut dari atresia atau fistula antara lain
striktura, refluks dan disfagia.
PENATALAKSANAAN
Bayi diletakkan setengah duduk (posisi semierect) dan dimasukkan
kateter melalui hidung ke esofagus yang buntu. Tiap 10 menit lendir dan ludah
dihisap melalui kateter untuk mencegah refluks dan aspirasi. Gastrotomi dilakukan
untuk mengeluarkan udara dari lambung dan untuk memberikan susu. Infus intravena
untuk memberi cairan dan elektrolit selama pemberian air minum melalui gastrostomi
tidak mencukupi.
Pembedahan dapat dilakukan satu tahap atau dua tahap, bergantung
pada tipe atresia dan penyulit yang ada. Biasanya dilakukan dengan membuat stoma
dan gastrostomi. Penutupan fistula, anastomosis, atau interposisi kolon dilakukan
kemudian hari pada saat bayi berumur satu tahun.
PROGNOSIS
Prognosis menjadi lebih buruk bila diagnosis terlambat akibat penyulit
pada paru. Keberhasilan pembedahan bergantung pada beberapa faktor resiko, antara
lain berat badan lahir bayi, ada tidaknya komplikasi pneumonia, dan kelainan

kongenital lain yang menyertai. Prognosis jangka panjang bergantung pada kelainan
bawaan lain yang mungkin multipel.
Setelah pembedahan, bayi mungkin tetap mempunyai masalah
aspirasi, refluks gastroesofageal dan esofagitis. Secara keseluruhan angka
keberhasilan hidup pada bayi dengan defek esofagus adalah sekitar 75%.

Anda mungkin juga menyukai