PENDAHULUAN
I.
1 Latar Belakang
Penyakit inflamasi orbital merupakan istilah umum yang mencakup semua
penyakit inflamasi yang mempengaruhi beberapa atau semua struktur yang
terkandung dalam orbital eksternal sampai ke dalam orbita. Dalam beberapa
kasus,
seperti ke sinus kavernosus melalui apeks orbital atau kelopak mata melalui
septum orbital.1 Inflamasi orbital dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar
yaitu
penyebaran infeksi berdekatan yaitu sinus paranasal. Lebih dari 90% kasus
selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder karena sinusitis bakterial akut atau
kronis.
Infeksi
mata
terjadi
pada
populasi
pediatrik
dengan
keluhan
pembengkakan pada kelopak mata dan rasa sakit.4 Pasien biasanya datang dengan
kelopak mata bengkak unilateral yang disertai dengan mata merah atau tidak
merah.5 Diagnosis yang cepat dan tepat sangat penting karena ada potensi
morbiditas dan mortalitas yang signifikan.4
Infeksi selulitis orbita adalah suatu kegawat darurat dan membutuhkan
penanganan segera.6 penyakit ini dapat mengancam jiwa dan pasien harus dirujuk
segera tanpa penundaan, dapat menyerang pada semua umur terutama pada anakanak.5 Oleh karena itu pengobatan penyakit ini bersifat urgensi. Pengobatan
dengan pemberian antibiotik sistemik dapat mengatasi infeksi bakteri penyebab 2.
Keterlambatan pengobatan akan mengakibatkan progresifitas dari infeksi dan
timbulnya sindroma apeks orbita atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi
yang terjadi antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan
bahkan dapat terjadi kematian.7
I.2 Tujuan
Tujuan pembuatan referat ini adalah untuk mengetahui bagaimana diagnosis
selulitis orbita yang disertai definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi,
klasifikasi, komplikasi serta prognosis dari keratitis jamur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak
posterior dari septum orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat
kasus sekunder karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya
antara lain demam (lebih dari 75% kasus disertai lekositosis), proptosis, kemosis,
hambatan pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan bola mata. Keterlambatan
pengobatan akan mengakibatkan progresifitas dari infeksi dan timbulnya
sindroma apeks orbita atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi yang terjadi
antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat
terjadi kematian.5
II. 2 ANATOMI
Kavum Orbita
Orbita berhubungan dengan :8
Atas
Sinus frontalis
Bawah
Sinus maksilaris
Medial
Dasar
os zygomaticum (lateral)
Lateral
Medial
os ethmoidale
os lakrimale
korpus sphenoidale
Bawah
: os lacrimale
Diantara kedua crista lacrimalis terdapat sulkus lakrimalis dan berisi sakus
lakrimalis.
Anatomi Orbita
Mata merupakan organ penglihatan primer. Manusia memiliki dua buah
bola mata yang terletak di dalam rongga orbita yang dikelilingi tulang-tulang yang
membentuk rongga orbita. Selain itu juga terdapat jaringan adneksa mata yaitu :
palpebra,
sistem
lakrimalis,
konjungtiva,
otot-otot
ekstraokular,
fasia,
lemak,orbita, pembuluh darah dan sistem saraf.Mata memiliki berat 7.5 gram dan
panjang 24 mm. Bola mata mendapatkan perdarahan dari arteri oftalmika, yaitu
cabang dari arteri karotis interna.
Transparan
Permukaan licir dan regular
Kurvatur sferis dan kekuatan refraksi yang sesuai
Indeks refraksi yang baik
Septum orbital adalah membran tipis pada kelopak mata yang memisahkan
bagian anterior dan posterior struktur orbital. Septum ini membentuk penghalang
potensial, mencegah infeksi kelopak mata dari penetrasi orbita
lebih dalam.
Infeksi pada jaringan lunak septum anterior orbital disebut selulitis periorbital dan
mempengaruhi kelopak mata dan adneksa. Infeksi septum posterior
disebut
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
yang lain serta dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor
iris.
Vena utama : Vena Oftalmika superior dan inferior. Vena Oftalmika
Superior dibentuk dari :
Vena supraorbitais
Vena supratrokhlearis
di daerah periorbita
Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dengan sinus
kavernosus sehingga dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus yang
potensial fatal akibat infeksi superfisial di kulit periorbita.
10
11
1. Infeksi eksogen. Hal ini disebabkan oleh cedera penetrasi terutama bila
dikaitkan dengan retensi benda asing intraorbital, dan tindakan operasi
seperti eviserasi, enukleasi , dacryocystectomydan orbitotomy.
2. Perluasan atau penyebaran infeksi dari organ stuktur sekitar bola mata.
Hal ini disebabkan oleh infeksi sinusitis paranasal, gigi, wajah, kelopak
mata, rongga intrakranial dan struktur intraorbital. Ini adalah jalu yang
paling sering penyebab infe dari infeksi orbital.
3. Infeksi endogen. Mungkin jarang terjadi sebagai Infeksi metastasis dari
abses payudara, nifas sepsis, tromboflebitis kaki dan septikemia.
Organisme penyebab sering ditemukan adalah: Streptococcus pneumoniae,
Staphylococcus
aureus,
Streptococcus
pyogenes
dan
Haemophilusinfluenzae.
Trauma mungkin merupakan penyebab masuknya bahan
tercemar
12
II.4 PATOFISIOLOGI
Rinosinusitis, terutama ethmoiditis, adalah yang paling sering sebagai
Faktor predisposisi umum untuk selulitis orbital anak. Namun selulitis orbital bisa
juga disebabkan dari perluasan infeksi mata eksternal seperti sebuah hordeolum
atau dakriosistitis / Dakrioadenitis (infeksi pada sistem lakrimal); infeksi saluran
pernapasan atas,abses gigi, luka superfisial pada kulit, gigitan serangga, impetigo,
jerawat, eksim, operasi periokular, atau penetrasi langsung pada trauma orbita;
dan infeksi secara hematogen.4
secara umum gambaran patologis selulitis orbital mirip dengan inflamasi
supuratif tubuh, kecuali bahwa: 4
karena tidak adanya sistem limfatik sebagi sebuah sistem agen pertahanan
dari jaringan
dalam kebanyakan kasus penyebaran infeksi sebagai tromboflebitis dari
struktur sekitarnya, dapat menyebar secara cepat dengan nekrosis yang
luas .
Penyebab utama selulitis adalah infeksi bakteri. Infeksi bakteri pada
13
14
dan
motilitas
terbatas
tidak
hadir.
Klinis
sindrom
yang
juga
harus
15
Rhabdomiosarkoma
Rhabdomiosarkoma adalah tumor yang sangat ganas orbita yang berasal
dari otot-otot ekstraokular. Rhabdomiosarkoma adalah tumor orbital primer yang
paling umum di antara anak-anak, biasanya terjadi di bawah usia 15 tahun.2 tumor
dapat menghancurkan tulang orbital di dekatnya dan dapat menyebar ke otak.8
Gejala klinis berupa adanya proptosis yang berkembang secara cepat dan
progresif dengan onset mendadak pada anak 7-8 tahun. Proptosis besar karena
rhabdomyosarcoma terletak di kuadran superonasal.2 Presentasi klinis mirip suatu
proses inflamasi. Tumor biasanya melibatkan kuadran superionasal; namun dapat
menyerang setiap bagian dari orbit.2
16
dan sering
disertai nyeri. Lokasinya biasanya unilateral, bila mengenai kedua bola mata,
kelainan ini sering disebut vaskulitis.8
Gejala klinis berupa nyeri, reaksi inflamasi cukup parah dengan
pembengkakan kelopak mata, chemosis, dan exophthalmos unilateral atau
bilateral.Keterlibatan otot okular menghasilkan motilitas terbatas dengan
diplopia.12 Pasien datang dengan onset subakut nyeri dengan gerakan mata,
diplopia, sakit kepala, dan tanda-tanda sistemik.
Pseudotumor bisa terjadi sepanjang lintasan dari kelenjar lakrimal hingga
ke apeks orbital dan dengan demikian menghasilkan
terjadi.
Kondisi ini biasanya terjadi pada usia antara 40 dan 50 tahun. Namundapat
18
tipis berdekatan dengan sinus ethmoid dan daras orbital yang terletak di atas sinus
maksilaris.3
Ada beberapa kontroversi mengenai apakah semua pasien yang diduga
selulitis orbita memerlukan CT scan, terutama untuk pasien anak, di mana
paparan radiasi berpotensirisiko kanker. Banyak dokter percaya bahwa jika tandatanda klinis menunjukkan keterlibatan orbital, segera pencitraan radiografi harus
dilakukan untuk mengkonfirmasi keterlibatan orbit, menilai keberadaan abses atau
benda asing, menentukan tingkat keterlibatan orbital, dan mengevaluasi potensi
sumber infeksi. Hal ini dibenarkan terutama dalam kasus di mana pemeriksaan
terbatas (anak-anak,signifikan edema periorbital), ada kekhawatiran keterlibatan
SSP, proptosis berat dan optalmoplegia, ada tidaknya perbaikan atau respon
terhadap kemajuan meskipun sesuai pengobatan, dan mempertimbangkan
intervensi bedah.3
Magnetic resonance imaging (MRI) orbita adalah pilihan lain dengan
paparan radiasi yang minimal dan memberikan resolusi yang baik pada jaringan
lunak orbital dibandingkan dengan CT dan USG. MRI dapat memberikan
keuntungan lebih lanjut dalam evaluasi benda asing yang nonlogam dan diduga
adanya keterlibatan intrakranial. Adapun Kerugian utama dari MRI,adalah
membutuhkan waktu yang lama untuk scanning, memerlukan sedasi dan
konsultasi anestesi pediatrik. Selain itu, Layanan MRI mungkin tidak tersedia di
semua rumah sakit.3
secara umum bahwa CT Scan atau MRI orbit berguna dalam
menggambarkan tingkat dan sifat kerusakan infeksi pada kasus-kasus yang rumit.
Indikasi untuk CT scan di selulitis orbital:9
ketajaman visual
Tidak ada perubahan meskipun telah diberikan antibiotik IV dalam 24 jam
Tanda-tanda atau gejala keterlibatan sistem saraf pusat
Semua pasien yang diindikasikan drainase.
19
Gambar 7. CT Scan Kontras pada mata kiri potongan sagital. seorang pasien
yang memiliki selulitis orbital. Memebrikan gambaran proptosis kiri, udara
bebas intraorbital (panah padat), Pembentukan phlegmon, dan opacification
sinus paranasal kiri. penimbunan lemak intraconal sepanjang lantai orbital
(panah putus-putus).4
Pada CT scan, beberapa perubahan mungkin jelas dalam selulitis orbital,
termasuk infiltrasi lemak yang difuss, subperiosteal abses, dan abses orbital .
Benda asing mungkin dideteksi, tergantung pada karakteristikbenda asing.4
20
staphylococcal
dapat
diberikan
penisilinase
(misalnya,
oksasilin)
21
22
CT scan.
Abses Orbital adalah akumulasi cairan
II. 10 Prognosis
Selulitis orbital dapat berlanjut menjadi abses orbital dan menyebar secara
posterior menyebabkan trombosis sinus kavernosus.
Pada studi terhadap pasien pediatrik, faktor risiko tinggi adalah sebagai
berikut:
Abses subperiosteal
23
24
BAB III
KESIMPULAN
Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak
posterior dari septum orbita. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat
kasus sekunder karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaran klinisnya
antara lain demam (lebih dari 75% kasus disertai lekositosis), proptosis, kemosis,
hambatan pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan bola mata. Keterlambatan
pengobatan akan mengakibatkan progresifitas dari infeksi dan timbulnya
sindroma apeks orbita atau trombosis sinus kavernosus. Komplikasi yang terjadi
antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat
terjadi kematian.
25
Daftar Pustaka
1. Kwitko
GM.
Preseptal
cellulitis.
http://emedicine.medscape.com/article/1218009-overview. 2012. Diakses:
Maret 2013.
2. Sullivan JA,. Orbita. Dalam : Vaughan DG, Asbury T, Riordan EP, editor.
Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.
2007. p. 251-256.
3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a systemic approach. 7th
ed. Elsevier, 2011.
4. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New age
international, 2007. p. 377-378, 384-386.
5. Kersten RC, et al. (eds). Orbits, Eyelids, and Lacrimal System. Basic and
Clinical Science Course. Section 7. American Academy of Ophthalmology.
San Franscisco, California 2005; 424.
6. Chaudhry IA, et al. Outcome of Treated Orbital Cellulitis in a Tertiary Eye
Care Center in the Middle East. Ophthalmology. 2007; 114(2): pp. 34554.
7. Riyanto H, et al. Orbital Cellulitis and Endophthalmitis Associated with
Odontogenic Paranasal Sinusitis. Ind J Ophtalmol. 2009; 28-31
8. Maccheron LJ, et al. Orbital Cellulitis, Panophthalmitis, and Ecthyma
Gangrenosum in an Immunocompromised Host with Pseudomonas
Septicemia. Am J Ophthalmol. 2004; 137: 1768.
9. Chaudry IA, Rashed WA. The Hot Orbit: Orbital Cellulitis. Middle East
Afr J Ophthalmol. 2012 Jan-Mar; 19(1): 3442. Downloaded from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3277022/
10. Babu RP. A Case Report of Orbital Cellulitis. Indian Journal of
Mednodent and Allied Sciences Vol. 2, No. 3, November, 2014, pp- 286289
11. Sadovsky R, Givner LB. Periorbital versus orbital cellulitis. Pediatr Infect
Dis
J.
December
2002;21:11578.
Downloaded
from:
http://www.aafp.org/afp/2003/0315/p1349a.html
26
2010:31(6)242-9.
Downloaded
from:
http://peds.stanford.edu/Rotations/blue_team/documents/Periorbital_and_
Orbital_Cellulitis_Summary.pdf
27