Anda di halaman 1dari 27

Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan Data


by Hendryadi

A. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah
data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok
fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji,
laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah,
dan lain sebagainya.
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan
apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber
langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan
data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket,
wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket
terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan
wawancara.

1. Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk
dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika
respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam
Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan
penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :

Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk
mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.

Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden.


Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa
Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.

Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka
artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan
tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang
disediakan.

2. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap
dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden
yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau
situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa,
semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation

Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang


penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan
dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data
penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena
hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam
peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan,
kamera photo, dll.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya
jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan
karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel
kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian
kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa
informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya
sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu
tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu
kelancaran wawancara.
2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan
diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang
ingin digali dari responden.

Kelebihan dan Kekurangan dalam Teknik Pengumpulan Data


1. Metode Observasi
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk

keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika
pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:

Pengamatan digunakan untuk penelitian dan telah direncanakan secara


sistematik.

Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah


direncanakan.

Pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan


proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik
perhatian saja.

Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan pengamatan
langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal,
perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku
tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal
dari objek dapat dicatat segera, dantidak menggantungkan data dari ingatan seseorang;
Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi
secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal. Adakalanya subjek tidak mau
berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau peneliti, baik karena takut, karena tidak
ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi.
Selain dari keuntungan yang telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah
satu metode dalam mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
2. Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara
dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
Wawancara Tatap Muka
Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :

Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden

Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah


pertanyaan baru

Bisa membaca isyarat non verbal

Bisa memperoleh data yang banyak

Sementara kekurangannya adalah :

Membutuhkan waktu yang lama

Biaya besar jika responden yang akan diwawancara berada di beberapa


daerah terpisah

Responden mungkin meragukan kerahasiaan informasi yang diberikan

Pewawancara perlu dilatih

Bisa menimbulkan bias pewawancara

Responden bias menghentikan wawancara kapanpun

Wawancara via phone


Kelebihan

Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka

Bisa menjangkau daerah geografis yang luas

Anomalitas lebih besar dibanding wawancara pribadi (tatap muka)

Kelemahan

Isyarat non verbal tidak bisa dibaca

Wawancara harus diusahakan singkat

Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak
terdaftar pun dihilangkan dari sampel

3.Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaanpertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan
lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan
kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka).

Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner secara
pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan
kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun hubungan dan
memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu
kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak
memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan
untuk tujuan tersebut.
Etika dalam Pengumpulan Data
Beberapa isu etis yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :
1. Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan memegang
prinsip kerahasiaan dan menjaga pribadi responden merupakan salah satu
tanggung jawab peneliti.
2. Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat
penelitian kepada subjek. Dengan demikian, peneliti harus menyampaikan
tujuan dari penelitian kepada subjek dengan jelas.
3. Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak ditanyakan,
dan jika hal tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian, maka
penyampaiannya harus diungkapkan dengan kepekaan yang tinggi kepada
responden, dan memberikan alasan spesifik mengapa informasi tersebut
dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
4. Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan subjek
tidak boleh dilanggar
5. Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei dan
responden yang tidak mau berpartisipasi tetap harus dihormati.
6. Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya mengenai alasan
eksperimen setelah mereka berpartisipasi dalam studi.
7. Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam mereka, baik
secara fisik maupun mental.
8. Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam melaporkan
data yang dikumpulkan selama study.

Referensi :
Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat

Note : Materi yang ditulis dalam artikel ini secara lebih lengkap dapat anda dapatkan di buku
kami yang baru terbit.

Regresi Data Panel


Regresi Data Panel
by Hendry
https://teorionline.wordpress.com/category/tutorial-statistik/regresi-data-panel/
Definisi
Regresi data panel merupakan teknik regresi yang menggabungkan data time series dengan cross
section.
Menurut Agus Widarjono (2007) metode regresi data panel mempunyai beberapa keuntungan
jika dibandingkan dengan data time series atau cross section, yaitu :
1.

Data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu
menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang
lebih besar.

2.

Menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi
masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited-variabel).

Keunggulan Regresi Data panel


Keunggulan regresi data panel menurut Wibisono (2005) antara lain :
Pertama. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara ekspilisit dengan
mengizinkan variabel spesifik individu;
kedua. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data panel dapat
digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks.
Ketiga, data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang berulang-ulang (time
series), sehingga metode data panel cocok digunakan sebagai study of dynamic adjustment.
Keempat, tingginya jumlah observasi memiliki implikasi pada data yang lebih informative, lebih
variatif, dan kolinieritas (multiko) antara data semakin berkurang, dan derajat kebebasan (degree
of freedom/df) lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien.

Kelima. data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang kompleks.
Keenam, Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh
agregasi data individu.
Dengan keunggulan tersebut maka implikasi pada tidak harus dilakukannya pengujian asumsi
klasik dalam model data panel (Verbeek, 2000; Gujarati, 2006; Wibisono, 2005; Aulia; 2004,
dalam Shochrul R, Ajija, dkk. 2011 ).
Metode Regresi Data panel
Common Effect
Teknik yang digunakan dalam metode Common Effect hanya dengan mengkombinasikan data
time series dan cross section. Dengan hanya menggabungkan kedua jenis data tersebut maka
dapat digunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan ini tidak
memperhatikan dimensi individu maupun waktu, dan dapat diasumsikan bahwa perilaku data
antar perusahaan sama dalam berbagai rentang waktu. Asumsi ini jelas sangat jauh dari realita
sebenarnya, karena karakteristik antar perusahaan baik dari segi kewilayahan jelas sangat
berbeda
Fixed Effect
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fixed Effect. Metode dengan
menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Metode ini
mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu, namun
intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu (time invariant). Namun metode
ini membawa kelemahan yaitu berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada
akhirnya mengurangi efisiensi parameter.
Random Effect
Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah dengan menambahkan variabel
gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada hubungan antar waktu dan antar
kabupaten/kota. Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator yang
efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode Generalized Least Square (GLS).
Referensi :
Gujarati dan Porter. 2009. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta : Salemba Empat
Shochrul R, Ajija, dkk. 2011. Cara cerdas menguasai EVIEWS. Jakarta : salemba empat
Widarjono. Agus . 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia.
Yogyakarta

POPULASI DAN SAMPEL


Jan 24
Posted by hendry
Oleh : Hendry
A. Definisi
Populasi adalah wilayah generalisasi berupa subjek atau objek yang diteliti untuk dipelajari dan
diambil kesimpulan. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti.
Dengan kata lain, sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi
sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada
populasi.
Penarikan sampel diperlukan jika populasi yang diambil sangat besar, dan peneliti memiliki
keterbatasan untuk menjangkau seluruh populasi maka peneliti perlu mendefinisikan populasi
target dan populasi terjangkau baru kemudian menentukan jumlah sampel dan teknik sampling
yang digunakan.
B. Ukuran Sampel
Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel yang
dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel minimal
untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam penelitian eksperimen jumlah
sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan untuk penelitian survey jumlah sampel
minimum adalah 100.
Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk menentukan
ukuran sampel :

1.

Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian

2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan


sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran
sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang
ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil
antara 10 sampai dengan 20

Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian atau
kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan, pada penelitian sosial
maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka makin
kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah semakin besar jumlah sampel
(semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan
sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar
peluang kesalahan generalisasi.
Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :
1. Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005:65)
n = N/N(d)2 + 1
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka
jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
2. Formula Jacob Cohen (dalam Suharsimi Arikunto, 2010:179)
N = L / F^2 + u + 1
Keterangan :
N = Ukuran sampel
F^2 = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u, diperoleh dari tabel
Power (p) = 0.95 dan Effect size (f^2) = 0.1
Harga L tabel dengan t.s 1% power 0.95 dan u = 5 adalah 19.76

maka dengan formula tsb diperoleh ukuran sampel


N = 19.76 / 0.1 + 5 + 1 = 203,6, dibulatkan 203
3. Rumus berdasarkan Proporsi atau Tabel Isaac dan Michael
Tabel penentuan jumlah sampel dari Isaac dan Michael memberikan kemudahan penentuan
jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan 1%, 5% dan 10%. Dengan tabel ini, peneliti dapat
secara langsung menentukan besaran sampel berdasarkan jumlah populasi dan tingkat kesalahan
yang dikehendaki.
C. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang secara umum terbagi dua yaitu
probability sampling dan non probability sampling.
Dalam pengambilan sampel cara probabilitas besarnya peluang atau probabilitas elemen populasi
untuk terpilih sebagai subjek diketahui. Sedangkan dalam pengambilan sampel dengan cara
nonprobability besarnya peluang elemen untuk ditentukan sebagai sampel tidak diketahui.
Menurut Sekaran (2006), desain pengambilan sampel dengan cara probabilitas jika representasi
sampel adalah penting dalam rangka generalisasi lebih luas. Bila waktu atau faktor lainnya, dan
masalah generalisasi tidak diperlukan, maka cara nonprobability biasanya yang digunakan.
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama
kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik ini meliputi simpel random
sampling, sistematis sampling, proportioate stratified random sampling, disproportionate
stratified random sampling, dan cluster sampling
Simple random sampling
Teknik adalah teknik yang paling sederhana (simple). Sampel diambil secara acak, tanpa
memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi.
Misalnya :
Populasi adalah siswa SD Negeri XX Jakarta yang berjumlah 500 orang. Jumlah sampel
ditentukan dengan Tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan adalah sebesar 5%
sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar 205.
Jumlah sampel 205 ini selanjutnya diambil secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia dan
jenis kelamin.

Sampling Sistematis
Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi baik yang berdasarkan
nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan
urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.
Contohnya :
Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini diurutkan dari 1
125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil berdasarkan nomor
genap (2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dst), atau bisa juga mengambil nomor kelipatan (2,
4, 8, 16, dst)
Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya
memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.
Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus Slovin (lihat
contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri
terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-masing berjumlah
:
Marketing
: 15
Produksi
: 75
Penjualan
: 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng bagian tersebut ditentukan
kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang
ditentukan
Marketing
: 15 / 125 x 95
= 11,4 dibulatkan 11
Produksi
: 75 / 125 x 95
= 57
Penjualan
: 35 / 125 x 95
= 26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.
Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah keterogen (tidak sejenis) yang
dalam hal ini berbeda dalam hal bidangkerja sehingga besaran sampel pada masing-masing strata
atau kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh
Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan
proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun,

ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota populasi


berstrata namun kurang proporsional pembagiannya.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata berdasarkan tingkat
pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang yaitu :
SMP : 100 orang
SMA : 700 orang
DIII : 180 orang
S1
: 10 orang
S2
: 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil
dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai
sampel
Cluster Sampling
Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi sangat luas
misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di
seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka wilayah populasi
terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sample yang digunakan pada
masing-masing daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional stratified random
sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda.
Contoh :
Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di tingkat SMU. Populasi
penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi
dalam berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan sebagai berikut :
Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak 10 Provinsi
yang akan dijadikan daerah sampel.
Tahap kedua. Mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya disebut
sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMU
tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan
seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah digabungkan,
maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan akan menggambarkan
keseluruhan populasi secara keseluruhan.
2. Non Probabilty Sampel

Non Probability artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang
sama sebagai sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam Non Probability ini antara lain :
Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidential, Sampling Purposive, Sampling
Jenuh, dan Snowball Sampling.
Sampling Kuota,
Adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri
tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar guru.
Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan masing-masing 10 siswa per
sekolah.
Sampling Insidential,
Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan
(insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang
ditentukan akan dijadikan sampel.
Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel ditentukan
berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut, maka siapa saja
yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan
dijadikan sampel.
Sampling Purposive,
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga
layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya tahan mesin
tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli mesin yang mengetahui dengan
jelas permasalahan ini. Atau penelitian tentang pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel
yang diambil adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki kompetensi di bidang ini.
Teknik ini biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif.
Sampling Jenuh,
Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi
dianggap kecil atau kurang dari 100. Saya sendiri lebih senang menyebutnya total sampling.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah
guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian.

Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus
membesar ibarat bola salju (seperti Multi Level Marketing.). Misalnya akan dilakukan
penelitian tentang pola peredaran narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi,
kemudian terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden teruuus
berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang diteliti.
Teknik ini juga lebih cocok untuk penelitian kualitatif.
C. Yang perlu diperhatikan dalam Penentuan Ukuran Sampel
Ada dua hal yang menjadi pertimbannga dalam menentukan ukuran sample. Pertama ketelitian
(presisi) dan kedua adalah keyakinan (confidence).
Ketelitian mengacu pada seberapa dekat taksiran sampel dengan karakteristik populasi.
Keyakinan adaah fungsi dari kisaran variabilitas dalam distribusi pengambilan sampel dari ratarata sampel. Variabilitas ini disebut dengan standar error, disimbolkan dengan S-x
Semakin dekat kita menginginkan hasil sampel yang dapat mewakili karakteristik populasi, maka
semakin tinggi ketelitian yang kita perlukan. Semakin tinggi ketelitian, maka semakin besar
ukuran sampel yang diperlukan, terutama jika variabilitas dalam populasi tersebut besar.
Sedangkan keyakinan menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran kita benar-benar berlaku bagi
populasi. Tingkat keyakinan dapat membentang dari 0 100%. Keyakinan 95% adalah tingkat
lazim yang digunakan pada penelitian sosial / bisnis. Makna dari keyakinan 95% (alpha 0.05) ini
adalah setidaknya ada 95 dari 100, taksiran sampel akan mencerminkan populasi yang
sebenarnya.
D. KESIMPULAN :
Dari berbagai penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa teknik penentuan jumlah sampel
maupun penentuan sampel sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari penelitian.
Dengan kata lain, sampel yang diambil secara sembarangan tanpa memperhatikan aturan-aturan
dan tujuan dari penelitian itu sendiri tidak akan berhasil memberikan gambaran menyeluruh dari
populasi.
REVISI TULISAN
Saya merevisi teknik sampling, dan memasukkan teknik sistematis ke dalam probability
sampling berdasarkan rujukan buku Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta :
Salemba Empat

Beberapa Teknik Penentuan Ukuran Sampel Lainnya

Tabel jumlah sampel Isaac n Michael

TABEL SAMPEL KREJCIE DAN MORGAN

Sample Size bartlett kotrlik higgins dengan pendekatan Cohrans Formula

Baca juga

Ukuran sampel penelitian kualitatif

Penentuan ukuran sampel menurut para ahli di teorionline.net

Jurnal rujukan untuk menentukan ukuran sampel

Dirangkum dari :
Arikunto Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis, edisi revisi 2010.
Jakarta : Rineka Cipta
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung
: Alfabeta.
Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administasi. Bandung : Alvabeta.
Note : Materi yang ditulis dalam artikel ini secara lebih lengkap dapat anda dapatkan di buku
kami yang baru terbit.

Jumlah Sampel Penelitian Kualitatif


Apr 23
Posted by hendry

Jumlah Sampel Penelitian Kualitatif


by Hendry
Dalam penelitian kualitatif, jumlah sampel tidak perlu terlalu banyak karena tujuannya adalah
untuk menganalisis lebih mendalam mengenai sebuah fenomena atau kejadian.
Tidak ada patokan khusus jumlah sampel untuk penelitian kualitatif. Selain karena metode
pengumpulan datanya yang menggunakan observasi, wawancara, dan diskusi yang tentu saja
memerlukan waktu yang panjang sehingga tidak dimungkinkan untuk mengambil sampel yang
terlalu banyak.
Prosedur analisis lebih banyak menggunakan deskriptif, dan tipe analisis nonparametrik, dan
tidak ditujukan untuk generalisasi. Artinya, hasil penelitian kualitatif terbatas dalam hal
generalisasi dan hanya berlaku untuk sampel yang diteliti.
Teknik sampling yang umum digunakan adalah pengambilan sampel mudah (convenience
sampling), purposive, kuota dan berbagai teknik nonprobabilitas lainnya.
Beberapa poin penting dalam penelitian kualitatif adalah :
1. Penelitian Kualitatif ditujukan untuk mengeksplorasi dan mencoba memahami
sebuah fenomena secara mendalam
2. Penelitian kualitatif memiliki keterbatasan dalam generalisasi
3. Penelitian kualitatif lebih banyak menggunakan observasi langsung,
wawancara dan diskusi mendalam sebagai pengumpul data
4. Penelitian kualitatif tidak terikat dengan hipotesis (bahkan tidak
mengharuskan adanya hipotesis), dan berbagai temuan di lapangan dapat
berkembang.
5. Peneliti merupakan faktor utama keberhasilan

Untuk metode penelitian kualitatif, buku Moeleong. Metode penelitian Kualitatif dalam
dijadikan rujukan.
Thanks

Teorionline
Training and Research Network

About Us

Recent Projects

Services

Learning Zone

Archives

Info

Sitemap

Pedoman Desain Kuesioner

Prinsip Mendesain Kuesioner


Oleh : Hendry
Prinsip desain kuesioner biasanya difokuskan pada tiga bidang yaitu pertama berkaitan dengan
prinsip susunan kata dalam pertanyaan, kedua mengacu pada perencanaan bagaimana variabel
akan dikategorikan, diskalakanm dan dikodekan setelah respon diterima. Dan ketiga adalah
berkaitan dengan penampilan kuesioner secara keseluruhan. Tiga faktor ini perlu mendapat
perhatian karena dapat meminimalkan bias dalam penelitian.
A. Prinsip Susunan Kata
Prinsip susunan kata mengacu pada hal-hal berikut ini seperti : (1) ketepakan isi pertanyaan, (2)
bagaimana pertanyaan disampaikan, dan tingkat kefasihan bahasa yang digunakan; (3) tipe dan
bentuk pertanyaan yang diajukan, (4) urutan pertanyaan dan (5) data pribadi yang dicari dari
responden. Lima prinsip ini kemudian dijelaskan sebagai berikut :
Isi dan Tujuan Pertanyaan

Sifat variabel akan menentukan pertanyaan yang diajukan. Contohnya, jika variabel bersifat
subjektif (seperti kepuasan, keterlibatan), dimana keyakinan, persepsi, dan sikap responden yang
ingin diukur, maka sebaiknya mengungkapkan dimensi dan elemen konsep.
Jika variabel yang ingin diketahui merupakan variabel objektif seperti usia, pendidikan, besaran
penghasilan, dan seterusnya, maka pertanyaan yang berskala ordinal (kategori) lebih disukai.

Bahasa dan Susunan Kata Kuesioner


Bahasa yang dipergunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Jika responden
adalah masyarakat awam dengan jenjang pendidikan rendah maka menggunakan istilah bahasa
Inggris dapat menyebabkan kebingungan mereka untuk menjawabnya.
Pertanyaan terbuka dan Tertutup
Pertanyaan terbuka (open-ended questions) memberikan kesempatan kepada responden untuk
menjawab sesuai dengan yang mereka inginkan, sedangkan pertanyaan tertutup yaitu
memberikan alternatif pilihan jawaban kepada responden untuk dipilih.
Contoh :
Pertanyaan terbuka : Apa yang paling anda sukai dari perusahaan tempat anda bekerja sekarang
ini ?
Pertanyaan positif dan negatif
Sangat disarankan untuk memberikan pertanyaan secara positif dan negatif, hal ini untuk
mencegah kecenderungan responden untuk menjawab pada salah satu ujung skala. Misalnya,
pada skala 5 titik (1 = sangat tidak setuju 5 = sangat setuju), maka untuk menghindari

kecenderungan responden untuk secara mekanis melingkari titik kanan (positif) bisa
diminimalisir dengan membuat pertanyaan negatif.
Contoh :
Positif : Gaji yang anda terima sudah sesuai dengan beban kerja anda
Negatif : Anda merasa karir anda sulit untuk berkembang di perusahaan ini
Menghindari pertanyaan yang bersifat terlalu umum dan kata-kata yang samar. Kalimat
pertanyaan seperti
apakah anda setuju jika gaji dinaikkan ?, atau apakah kinerja anda baik sudah pasti akan
dijawab dengan setuju/baik oleh responden.
Hindarkan pertanyaan yang mendua arti (ambiguitas) atau memiliki respon ganda.
Contoh : bagaimana penilaian anda tentang kualitas dan harga produk ini. Responden akan
mengalami kebingungan karena pertanyaan mengandung dua penilaian kualitas dan harga.
Hindarkan pertanyaan yang menggiring.
Contoh : Dengan kenaikan harga bahan pokok sekarang ini, seharusnya karyawan diberikan
gaji yang layak. Kalimat pertanyaan seperti itu mengandung unsur menggiring opini dengan
mendahului kalimat dengan kenaikan harga bahan pokok dan seharusnya karyawan diberi gaji
yang layak.
Hindarkan pertanyaan yang menghendaki ingatan. Pertanyaan mengenai waktu lampau seperti
kejadian 10 tahun yang lalu dapat menyulitkan responden untuk menjawab.
Contoh : apa yang sedang anda lakukan ketika terjadi demonstrasi besar 5 tahun yang lalu ?
Hindarkan pertanyaan yang bermuatan.
Contoh : sejauh mana kemungkinan perusahaan akan memberikan sanksi jika karyawan
melakukan demo. Kata sanksi dan demo mengandung muatan emosi yang memperlihatkan
dua sudut pandang pihak manajemen dan pihak karyawan.
Pertanyaan yang terjadi Panjang
Secara umum, panjang pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya tidak melebihi 20 kata, atau tidak
melebihi satu baris baris penuh dalam cetakan (Horst, 1968, Oppenheim, 1986, dalam Sekaran,
2006)
B. Prinsip Pengukuran

Prinsip pengukuran atau levels of measurement perlu mendapat perhatian untuk memastikan
bahwa data yang diperoleh adalah tepat untuk menguji hipotesis. Berbagai mekanisme
penyusunan skala akan dibahas secara terpisah disini
C. Tampilan Umum
Tampilan umum kuesioner harus jelas mengungkapkan identitas peneliti, dan tujuan survey yang
dilakukan. Kuesioner yang atraktif dan rapi dengan pendahuluan yang baik, instruksi dan
kumpulan pertanyaan akan memudahkan responden untuk menjawab.
Contoh Tampilan Pendahuluan

Desain Pendahuluan
Contoh intruksi

Desain Instruksi

Pertanyaan terbuka dan ucapan terima kasih di akhir kuesioner


Pertanyaan terbuka bisa diberikan di akhir kuesioner untuk memberikan kesempatan kepada
responden untuk mengomentari aspek yang mereka inginkan. Dan tak lupa di akhir kuesioner
diberikan juga ucapan terimakasih

Sumber Rujukan :
Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat, pp : 84-102
Pengalaman pribadi

TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Jan 24
Posted by hendry
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan
apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber
langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan
data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket,
wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket
terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan
wawancara.
A. Angket

Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk
dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika
respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam
Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan
penampilan fisik.
1. Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :

Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk
mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.

Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden.


Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa
Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.

Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka
artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan
tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang
disediakan.

Contoh :
Terbuka : Berapa Kali Anda Ke Kampus ?
Tertutup : berapa kali anda ke kekampus ? (a). 1 2 (b). 3 5 dst

Pertanyaan tidak mendua artinya pertanyaan tidak mengandung dua arti


yang akan menyulitkan responden.

Contohnya : bagaimana pendapat anda tentang kondisi kelas dan kemampuan guru menjelaskan
pelajaran di kelas ?
Jika pertanyan mendua seperti ini sebaiknya dipecah menjadi dua pertanyaan.

Tidak menanyakan yang sudah lupa atau tidak menggunakan pertanyaan


yang menyebabkan responden berpikir keras

Contohnya :

Pertanyaan keadaan perusahaan 10 tahun lalu ?. Umumnya pertanyaan seperti ini akan
menyebabkan responden berpikir keras untuk mengingat-ingat kondisi yang terjadi di masa lalu.

Pertanyaan tidak menggiring responden. Contohnya :

Apakah anda setuju jika kesejahteraan karyawan ditingkatkan ?..jawabannya pasti ..Ya
Iyaalaaah
Atau pertanyan seperti Perlukah diambil tindakan tegas pada aparat hukum yang melakukan
korupsi ??.he.he.he

Pertanyaan tidak boleh tertalu panjang atau terlalu banyak. Kalo terlalu
panjang atau tertalu banyak akan menyebabkan responden merasa jenuh
untuk mengisinya.

Urutan pertanyaan dimulai dari yang umum sampai ke spesifik, atau dari
yang mudah menuju ke yang sulit, atau di acak.

1. Prinsip Pengukuran memuat seperangkat ujicoba instrumen. Artinya, sebelum


menyebarkan angket, perlu dilakukan beberapa percobaan sehingga selain
diketahui validitas dan reliabilitasnya, juga akan diperoleh estimasi waktu
pengerjaan, tingkat kesulitan dan berbagai hal lainnya.
2. Penampilan Fisik merupakan salah satu daya tarik dan keseriusan responden
dalam mengisi angket. Namun tentu saja, angket yang bagus, terkesan resmi
tentunya memerlukan biaya yang lebih besar dibanding angket yang di cetak
di atas kertas seadanya.

B. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap
dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden
yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau
situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa,
semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation

Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant merupakan observasi yang


penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan
dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data
penelitian.
Kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena
hanya bertindak sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam
peristiwa.
Alat yang digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan,
kamera photo, dll.
C. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya
jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan
karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel
kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian
kualitatif)
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa
informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya
sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu
tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu
kelancaran wawancara.
2. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan
diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang
ingin digali dari responden.

Dirangkum dari berbagai sumber

Anda mungkin juga menyukai