A. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data sekunder adalah
data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok
fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji,
laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah,
dan lain sebagainya.
B. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan
apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber
langsung (data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan
data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket,
wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Karena berupa alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket
terbuka / tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan
wawancara.
1. Angket
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk
dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika
respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam
Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan
penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk
mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka
artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan
tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang
disediakan.
2. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap
dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden
yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau
situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa,
semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation
keperluan tersebut. Pengamatan baru tergolong sebagai teknik mengumpulkan data, jika
pengamatan tersebut mempunyai kriteria berikut:
Pengamatan dapat dicek dan dikontrol atas validitas dan reliabilitasnya. Penggunaan pengamatan
langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
Pertama. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal,
perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut berlaku, atau sewaktu perilaku
tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data yang langsung mengenai perilaku yang tipikal
dari objek dapat dicatat segera, dantidak menggantungkan data dari ingatan seseorang;
Kedua. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi
secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal. Adakalanya subjek tidak mau
berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau peneliti, baik karena takut, karena tidak
ada waktu atau karena enggan. Dengan pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi.
Selain dari keuntungan yang telah diberikan di atas, pengamatan secara langsung sebagai salah
satu metode dalam mengumpulkan data, mempunyai kelemahan-kelemahan.
2. Metode Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara
dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide
(panduan wawancara). Wawancara dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.
Wawancara Tatap Muka
Beberapa kelebihan wawancara tatap muka antara lain :
Biaya lebih sedikit dan lebih cepat dari warancara tatap muka
Kelemahan
Nomor telpon yang tidak terpakai bisa dihubungi, dan nomor yang tidak
terdaftar pun dihilangkan dari sampel
3.Metode Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaanpertanyaan yang terdapat dalam kuesioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan
lengkap dan biasanya sudah menyediakan pilihan jawaban (kuesioner tertutup) atau memberikan
kesempatan responden menjawab secara bebas (kuesioner terbuka).
Penyebaran kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti penyerahan kuesioner secara
pribadi, melalui surat, dan melalui email. Masing-masing cara ini memiliki kelebihan dan
kelemahan, seperti kuesioner yang diserahkan secara pribadi dapat membangun hubungan dan
memotivasi respoinden, lebih murah jika pemberiannya dilakukan langsung dalam satu
kelompok, respon cukup tinggi. Namun kelemahannya adalah organisasi kemungkinan menolak
memberikan waktu perusahaan untuk survey dengan kelompok karyawan yang dikumpulkan
untuk tujuan tersebut.
Etika dalam Pengumpulan Data
Beberapa isu etis yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :
1. Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan memegang
prinsip kerahasiaan dan menjaga pribadi responden merupakan salah satu
tanggung jawab peneliti.
2. Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat
penelitian kepada subjek. Dengan demikian, peneliti harus menyampaikan
tujuan dari penelitian kepada subjek dengan jelas.
3. Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak ditanyakan,
dan jika hal tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian, maka
penyampaiannya harus diungkapkan dengan kepekaan yang tinggi kepada
responden, dan memberikan alasan spesifik mengapa informasi tersebut
dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
4. Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan subjek
tidak boleh dilanggar
5. Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei dan
responden yang tidak mau berpartisipasi tetap harus dihormati.
6. Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya mengenai alasan
eksperimen setelah mereka berpartisipasi dalam studi.
7. Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam mereka, baik
secara fisik maupun mental.
8. Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam melaporkan
data yang dikumpulkan selama study.
Referensi :
Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat
Note : Materi yang ditulis dalam artikel ini secara lebih lengkap dapat anda dapatkan di buku
kami yang baru terbit.
Data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu
menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang
lebih besar.
2.
Menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi
masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (ommited-variabel).
Kelima. data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang kompleks.
Keenam, Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh
agregasi data individu.
Dengan keunggulan tersebut maka implikasi pada tidak harus dilakukannya pengujian asumsi
klasik dalam model data panel (Verbeek, 2000; Gujarati, 2006; Wibisono, 2005; Aulia; 2004,
dalam Shochrul R, Ajija, dkk. 2011 ).
Metode Regresi Data panel
Common Effect
Teknik yang digunakan dalam metode Common Effect hanya dengan mengkombinasikan data
time series dan cross section. Dengan hanya menggabungkan kedua jenis data tersebut maka
dapat digunakan metode OLS untuk mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan ini tidak
memperhatikan dimensi individu maupun waktu, dan dapat diasumsikan bahwa perilaku data
antar perusahaan sama dalam berbagai rentang waktu. Asumsi ini jelas sangat jauh dari realita
sebenarnya, karena karakteristik antar perusahaan baik dari segi kewilayahan jelas sangat
berbeda
Fixed Effect
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fixed Effect. Metode dengan
menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan intersep. Metode ini
mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar perusahaan dan antar waktu, namun
intersepnya berbeda antar perusahaan namun sama antar waktu (time invariant). Namun metode
ini membawa kelemahan yaitu berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada
akhirnya mengurangi efisiensi parameter.
Random Effect
Tenik yang digunakan dalam Metode Random Effect adalah dengan menambahkan variabel
gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada hubungan antar waktu dan antar
kabupaten/kota. Teknik metode OLS tidak dapat digunakan untuk mendapatkan estimator yang
efisien, sehingga lebih tepat untuk menggunakan Metode Generalized Least Square (GLS).
Referensi :
Gujarati dan Porter. 2009. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta : Salemba Empat
Shochrul R, Ajija, dkk. 2011. Cara cerdas menguasai EVIEWS. Jakarta : salemba empat
Widarjono. Agus . 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia.
Yogyakarta
1.
Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian atau
kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan, pada penelitian sosial
maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat kesalahan maka makin
kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah semakin besar jumlah sampel
(semakin mendekati populasi) maka semakin kecil peluang kesalahan generalisasi dan
sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi jumlah populasi) maka semakin besar
peluang kesalahan generalisasi.
Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :
1. Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005:65)
n = N/N(d)2 + 1
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka
jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
2. Formula Jacob Cohen (dalam Suharsimi Arikunto, 2010:179)
N = L / F^2 + u + 1
Keterangan :
N = Ukuran sampel
F^2 = Effect Size
u = Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian
L = Fungsi Power dari u, diperoleh dari tabel
Power (p) = 0.95 dan Effect size (f^2) = 0.1
Harga L tabel dengan t.s 1% power 0.95 dan u = 5 adalah 19.76
Sampling Sistematis
Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi baik yang berdasarkan
nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan
urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.
Contohnya :
Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini diurutkan dari 1
125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil berdasarkan nomor
genap (2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dst), atau bisa juga mengambil nomor kelipatan (2,
4, 8, 16, dst)
Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya
memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.
Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus Slovin (lihat
contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri
terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-masing berjumlah
:
Marketing
: 15
Produksi
: 75
Penjualan
: 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng bagian tersebut ditentukan
kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang
ditentukan
Marketing
: 15 / 125 x 95
= 11,4 dibulatkan 11
Produksi
: 75 / 125 x 95
= 57
Penjualan
: 35 / 125 x 95
= 26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.
Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah keterogen (tidak sejenis) yang
dalam hal ini berbeda dalam hal bidangkerja sehingga besaran sampel pada masing-masing strata
atau kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh
Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan
proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun,
Non Probability artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang
sama sebagai sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam Non Probability ini antara lain :
Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidential, Sampling Purposive, Sampling
Jenuh, dan Snowball Sampling.
Sampling Kuota,
Adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri
tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar guru.
Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan masing-masing 10 siswa per
sekolah.
Sampling Insidential,
Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan
(insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang
ditentukan akan dijadikan sampel.
Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel ditentukan
berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut, maka siapa saja
yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan
dijadikan sampel.
Sampling Purposive,
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga
layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya tahan mesin
tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli mesin yang mengetahui dengan
jelas permasalahan ini. Atau penelitian tentang pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel
yang diambil adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki kompetensi di bidang ini.
Teknik ini biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif.
Sampling Jenuh,
Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi
dianggap kecil atau kurang dari 100. Saya sendiri lebih senang menyebutnya total sampling.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah
guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian.
Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus
membesar ibarat bola salju (seperti Multi Level Marketing.). Misalnya akan dilakukan
penelitian tentang pola peredaran narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi,
kemudian terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden teruuus
berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang diteliti.
Teknik ini juga lebih cocok untuk penelitian kualitatif.
C. Yang perlu diperhatikan dalam Penentuan Ukuran Sampel
Ada dua hal yang menjadi pertimbannga dalam menentukan ukuran sample. Pertama ketelitian
(presisi) dan kedua adalah keyakinan (confidence).
Ketelitian mengacu pada seberapa dekat taksiran sampel dengan karakteristik populasi.
Keyakinan adaah fungsi dari kisaran variabilitas dalam distribusi pengambilan sampel dari ratarata sampel. Variabilitas ini disebut dengan standar error, disimbolkan dengan S-x
Semakin dekat kita menginginkan hasil sampel yang dapat mewakili karakteristik populasi, maka
semakin tinggi ketelitian yang kita perlukan. Semakin tinggi ketelitian, maka semakin besar
ukuran sampel yang diperlukan, terutama jika variabilitas dalam populasi tersebut besar.
Sedangkan keyakinan menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran kita benar-benar berlaku bagi
populasi. Tingkat keyakinan dapat membentang dari 0 100%. Keyakinan 95% adalah tingkat
lazim yang digunakan pada penelitian sosial / bisnis. Makna dari keyakinan 95% (alpha 0.05) ini
adalah setidaknya ada 95 dari 100, taksiran sampel akan mencerminkan populasi yang
sebenarnya.
D. KESIMPULAN :
Dari berbagai penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa teknik penentuan jumlah sampel
maupun penentuan sampel sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari penelitian.
Dengan kata lain, sampel yang diambil secara sembarangan tanpa memperhatikan aturan-aturan
dan tujuan dari penelitian itu sendiri tidak akan berhasil memberikan gambaran menyeluruh dari
populasi.
REVISI TULISAN
Saya merevisi teknik sampling, dan memasukkan teknik sistematis ke dalam probability
sampling berdasarkan rujukan buku Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta :
Salemba Empat
Baca juga
Dirangkum dari :
Arikunto Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis, edisi revisi 2010.
Jakarta : Rineka Cipta
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung
: Alfabeta.
Uma Sekaran. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administasi. Bandung : Alvabeta.
Note : Materi yang ditulis dalam artikel ini secara lebih lengkap dapat anda dapatkan di buku
kami yang baru terbit.
Untuk metode penelitian kualitatif, buku Moeleong. Metode penelitian Kualitatif dalam
dijadikan rujukan.
Thanks
Teorionline
Training and Research Network
About Us
Recent Projects
Services
Learning Zone
Archives
Info
Sitemap
Sifat variabel akan menentukan pertanyaan yang diajukan. Contohnya, jika variabel bersifat
subjektif (seperti kepuasan, keterlibatan), dimana keyakinan, persepsi, dan sikap responden yang
ingin diukur, maka sebaiknya mengungkapkan dimensi dan elemen konsep.
Jika variabel yang ingin diketahui merupakan variabel objektif seperti usia, pendidikan, besaran
penghasilan, dan seterusnya, maka pertanyaan yang berskala ordinal (kategori) lebih disukai.
kecenderungan responden untuk secara mekanis melingkari titik kanan (positif) bisa
diminimalisir dengan membuat pertanyaan negatif.
Contoh :
Positif : Gaji yang anda terima sudah sesuai dengan beban kerja anda
Negatif : Anda merasa karir anda sulit untuk berkembang di perusahaan ini
Menghindari pertanyaan yang bersifat terlalu umum dan kata-kata yang samar. Kalimat
pertanyaan seperti
apakah anda setuju jika gaji dinaikkan ?, atau apakah kinerja anda baik sudah pasti akan
dijawab dengan setuju/baik oleh responden.
Hindarkan pertanyaan yang mendua arti (ambiguitas) atau memiliki respon ganda.
Contoh : bagaimana penilaian anda tentang kualitas dan harga produk ini. Responden akan
mengalami kebingungan karena pertanyaan mengandung dua penilaian kualitas dan harga.
Hindarkan pertanyaan yang menggiring.
Contoh : Dengan kenaikan harga bahan pokok sekarang ini, seharusnya karyawan diberikan
gaji yang layak. Kalimat pertanyaan seperti itu mengandung unsur menggiring opini dengan
mendahului kalimat dengan kenaikan harga bahan pokok dan seharusnya karyawan diberi gaji
yang layak.
Hindarkan pertanyaan yang menghendaki ingatan. Pertanyaan mengenai waktu lampau seperti
kejadian 10 tahun yang lalu dapat menyulitkan responden untuk menjawab.
Contoh : apa yang sedang anda lakukan ketika terjadi demonstrasi besar 5 tahun yang lalu ?
Hindarkan pertanyaan yang bermuatan.
Contoh : sejauh mana kemungkinan perusahaan akan memberikan sanksi jika karyawan
melakukan demo. Kata sanksi dan demo mengandung muatan emosi yang memperlihatkan
dua sudut pandang pihak manajemen dan pihak karyawan.
Pertanyaan yang terjadi Panjang
Secara umum, panjang pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya tidak melebihi 20 kata, atau tidak
melebihi satu baris baris penuh dalam cetakan (Horst, 1968, Oppenheim, 1986, dalam Sekaran,
2006)
B. Prinsip Pengukuran
Prinsip pengukuran atau levels of measurement perlu mendapat perhatian untuk memastikan
bahwa data yang diperoleh adalah tepat untuk menguji hipotesis. Berbagai mekanisme
penyusunan skala akan dibahas secara terpisah disini
C. Tampilan Umum
Tampilan umum kuesioner harus jelas mengungkapkan identitas peneliti, dan tujuan survey yang
dilakukan. Kuesioner yang atraktif dan rapi dengan pendahuluan yang baik, instruksi dan
kumpulan pertanyaan akan memudahkan responden untuk menjawab.
Contoh Tampilan Pendahuluan
Desain Pendahuluan
Contoh intruksi
Desain Instruksi
Sumber Rujukan :
Uma Sekaran. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat, pp : 84-102
Pengalaman pribadi
Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk
dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika
respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam
Sugiyono, 2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan
penampilan fisik.
1. Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk
mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka
artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan
tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang
disediakan.
Contoh :
Terbuka : Berapa Kali Anda Ke Kampus ?
Tertutup : berapa kali anda ke kekampus ? (a). 1 2 (b). 3 5 dst
Contohnya : bagaimana pendapat anda tentang kondisi kelas dan kemampuan guru menjelaskan
pelajaran di kelas ?
Jika pertanyan mendua seperti ini sebaiknya dipecah menjadi dua pertanyaan.
Contohnya :
Pertanyaan keadaan perusahaan 10 tahun lalu ?. Umumnya pertanyaan seperti ini akan
menyebabkan responden berpikir keras untuk mengingat-ingat kondisi yang terjadi di masa lalu.
Apakah anda setuju jika kesejahteraan karyawan ditingkatkan ?..jawabannya pasti ..Ya
Iyaalaaah
Atau pertanyan seperti Perlukah diambil tindakan tegas pada aparat hukum yang melakukan
korupsi ??.he.he.he
Pertanyaan tidak boleh tertalu panjang atau terlalu banyak. Kalo terlalu
panjang atau tertalu banyak akan menyebabkan responden merasa jenuh
untuk mengisinya.
Urutan pertanyaan dimulai dari yang umum sampai ke spesifik, atau dari
yang mudah menuju ke yang sulit, atau di acak.
B. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap
dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk
mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan dilakukan pada responden
yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau
situasi yang diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa,
semangat siswa, kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation