Tugas Akhir Filsafat Ilmu
Tugas Akhir Filsafat Ilmu
Abstrak
Penulisan yang berjudul pandangan hukum dan agama di Indonesia
terhadap hubungan sesama jenis (Homoseksual, Gay, dan Lesbian) ini bertujuan
untuk mencari penjelasan tentang pandangan atau proses berpikir masyarakat
Indonesia mengenai hubungan sesama jenis atau Homoseksual. Sebagaimana
manusia berpikir filsafat, yaitu mencari kebenaran atas sesuatu hal. Sesuai
dengan UU No.1 tahun 1984 tentang pernikahan, yaitu Ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Maka, manusia dihadapkan kepada persoalan penyimpangan
yang terjadi, yaitu pernikahan sesama jenis. Pernikahan sejenis ini mendapati
ketidak setujuan dari semua agama. Bahkan, negara Indonesia sebagai negara
Islam terbesar di dunia sangat menentang pernikahan sejenis ini.
I.
PENDAHULUAN
Setiap manusia pada dasarnya memiliki keterkaitan antara satu sama lainnya.
Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk bertahan hidup dan bersosialisasi. Pada
hakikatnya, manusia diciptakan berbeda jenis kelamin. Dengan adanya perbedaan ini
membuat manusia berpikir dan mencari tahu tentang asal muasal manusia dan mengapa
mereka diciptakan berbeda jenis. Setelah melalui proses berpikir sesuai dengan ajaran kitab
atau wahyu yang diturunkan oleh Yang Maha Kuasa, maka manusia menemukan bahwa,
pertama kali manusia diciptakan berjenis kelamin laki-laki yaitu Nabi Adam SAW. Oleh
sebab Nabi Adam SAW merasa kesepian, Allah SWT menciptakan Hawa yang berjenis
kelamin wanita sebagai pasangan nya. Dari kisah ini manusia dapat mengambil pelajaran dan
pemikiran yang rasional bahwa, setiap pasangan laki-laki adalah wanita.
Manusia memiliki hasrat atau hawa nafsu yang cukup besar. Oleh sebab itu, jika
manusia berpikir rasional dan menggunakan akal sehat nya. Manusia dapat menyalurkan nya
dengan tata cara yang sesuai dengan kebenaran agama, hukum dan aturan-aturan yang telah
disepakati. Maksudnya disini adalah, secara rasional nya manusia berjenis kelamin lelaki
akan mencari pasangan nya yang berjenis kelamin wanita. Jauh sebelum ini dapat terpikir
oleh manusia, Allah SWT telah membuat peraturan dan kaedah-kaedah bagi manusia untuk
dipatuhi. Hukum Islam mengatur penyaluran kebutuhan biologis tersebut melalui perkawinan
yang telah ditetapkan berdasarkan Alquran dan hadis yang bertujuan untuk menciptakan
kebahagiaan dan memadukan cinta dan kasih sayang antara dua insan yang selain jenis (pria
dan wanita). Namun, apa yang terjadi bila penyimpangan tetap saja terjadi seperti hubungan
sesama jenis,homoseksual, gay, atau lesbian. Semua itu terjadi karena dorongan biologis yang
tidak terkontrol dengan baik.
Masalah seks atau penyimpangan seks banyak dipermasalahkan oleh manusia dan
merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji, sebab manusia dalam kehidupan memiliki
dua hal naluri, yaitu: 1) Kebutuhan makan untuk mempertahankan hidup 2) Kebutuhan seks
untuk mempertahankan keturunan. Oleh karena itu, dalam kajian ini membahas tentang
pandangan terhadap hukum dan agama menyangkut hubungan sesama jenis di Indonesia.
II.
PEMBAHASAN
Perkawinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti ikatan sosial
atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang
merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi.
Adapun faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan ikatan tersebut
(perkawinan), yakni (1) adanya saling suka dan saling menanggapi, (2) untuk melindungi
kehormatan seseorang, (3) waktu dan uang, (4) adanya keterlibatan emosional, dan (5)
adanya rasa aman. Oleh sebab itu, satu cara menghalal kan hubungan antara lelaki dan wanita
adalah dengan menikah secara sah sesuai dengan hukum dan agama yang dianut. Seperti
yang terdapat dalam ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang hubungan laki-laki dan
wanita. Allah SWT berfirman:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
2
Dalam kutipan ayat Al-Quran diatas, dijelaskan bahwa telah di jadikan setiap
manusia berpasang-pasangan dari jenis manusia itu sendiri. Hal ini karena, agama merupakan
suatu ajaran akhlak dan pedoman hati manusia dalam hal benar atau salah. Dalam suatu
ajaran agama pasti memberikan penjelasan kepada setiap manusia untuk dapat membuat
mereka menjadi manusia yang berbudi dan benar. Islam sebagai agama yang berpedoman
kepada Al-Qur`an yang berisikan wahyu dari Allah SWT sangat peduli untuk memberikan
arahan yang benar kepada manusia. Bahwa dengan perkawinan, manusia dapat menyalurkan
nafsu nya sesuai dengan kebenaran.
Namun, Terlalu banyak memperhatikan raga dalam pengertian memuaskan hawa
nafsu, sangat ditentang oleh Islam. Islam mewajibkan manusia menjaga kesehatan tubuhnya
dan mengharamkan setiap perbuatan yang merugikan atau membahayakan tubuh. Jika suatu
kewajiban dinilai membahayakan kesehatan, bukan saja kewajiban tersebut kehilangan nilai
wajibnya, bahkan dilarang. Setiap perbuatan yang tidak sehat, oleh Islam dianggap haram dan
banyak garis kebijakan dikemukakan untuk kepentingan menjamin kesehatan tubuh dari
sudut pandang ilmu kesehatan. Oleh karena itu, islam menentang hubungan seksual yang
tidak bermoral yang dapat merusak jiwa dan raga.
Sebagai negara hukum yang berdemokratis, Indonesia juga memiliki undang-undang
atas perkawinan. Bagaimana negara Indonesia mengatur pernikahan bagi setiap warga
negaranya. Menurut undang-undang pernikahan yang berlaku di Indonesia, yaitu UU No.1
Tahun 1974, pernikahan adalah:
Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Juni 2005, lebih dari 500.000 umat Katolik berkampanye didukung sekitar 20 uskup senior
untuk menentang hukum baru di Spanyol yang mengesahkan perkawinan sesama jenis.
III.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah di jelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan
mengenai pandangan hukum dan agama terhadap hubungan sesama jenis (Homoseksual, Gay,
Lesbian) di Indonesia yaitu:
1. Secara normatif sebagaimana ketentuan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang
menyatakan bahwa perkawinan pada asasnya dilakukan oleh hubungan antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan, yakni dengan tujuan memperoleh
keturunan dan membina rumah tangga yang diharapkan. Sebagaimana dijelaskan
pada perkawinan sesama jenis di atas, mengindikasikan bahwa hal tersebut
menyalahi kodrat yang telah ditentukan hukum dan juga adat (pakem).
2. Sebagai dasar kebenaran, setiap agama (Islam, Kristen, dan Budha) menentang
adanya pernikahan sesama jenis ini. Seperti yang dijelaskan dalam Kitab Suci AlQur`an bahwa : Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu
(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak
mengetahui (akibat perbuatanmu). (Qs. An Naml: 54-58). Oleh karena itu, tidak
ada benar nya jika melakukan hubungan antara sesama jenis. Jika manusia
berpikir secara rasional untuk mencari kebenaran, maka mereka akan menjauhi
penyakit masyarakat ini.
3. Tidak adanya manfaat yang didapat dari pernikahan sesama jenis ini selain
penyimpangan nafsu belaka. Dalam segi kesehatan, pernikahan sejenis
(homoseksual)
ini
mendatangkan
banyak
penyakit
mengerikan
hingga
menyebabkan kematian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan, 2006, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Achmad Ali, 2004, Sosiologi Hukum, Kajian Empiris Terhadap Pengadilan, STIH IBLAM,
Bandung.
Akhmad Azhar Abu Miqdad, 2000, Pendidikan Seks Bagi Remaja, Mitra Pustaka,
Yogyakarta.
algbtical.org, LGBT Stereotype, diunduh pada 21 Desember 2015
Ibrahim, Johnny., 2008, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cet. Keempat.
Jakarta: Bayumedia.
Jaslim bin Muhammad bin Muhalhil Al Yasin, 2006, Seks Islami, PT. Al Mawardi Prima,
Jakarta.
Ramadhani, Azis, 2012, Homoseksual Dalam Perspektif Hukum Pidana dan Hukum Islam.
Suatu Studi Komparatif Normatif, Skripsi, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Unhas,
Makassar.