Anda di halaman 1dari 7

Tugas Akhir Filsafat Ilmu

Dosen: Prof. Dr. M.Zaim, M.Hum

PANDANGAN HUKUM DAN AGAMA DI INDONESIA TERHADAP HUBUNGAN


SESAMA JENIS (Homoseksual, Gay, dan Lesbian)

Oleh: Ummi Khalidah (14178056)

Abstrak
Penulisan yang berjudul pandangan hukum dan agama di Indonesia
terhadap hubungan sesama jenis (Homoseksual, Gay, dan Lesbian) ini bertujuan
untuk mencari penjelasan tentang pandangan atau proses berpikir masyarakat
Indonesia mengenai hubungan sesama jenis atau Homoseksual. Sebagaimana
manusia berpikir filsafat, yaitu mencari kebenaran atas sesuatu hal. Sesuai
dengan UU No.1 tahun 1984 tentang pernikahan, yaitu Ikatan lahir batin antara
seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Maka, manusia dihadapkan kepada persoalan penyimpangan
yang terjadi, yaitu pernikahan sesama jenis. Pernikahan sejenis ini mendapati
ketidak setujuan dari semua agama. Bahkan, negara Indonesia sebagai negara
Islam terbesar di dunia sangat menentang pernikahan sejenis ini.

I.

PENDAHULUAN
Setiap manusia pada dasarnya memiliki keterkaitan antara satu sama lainnya.
Manusia membutuhkan manusia lainnya untuk bertahan hidup dan bersosialisasi. Pada
hakikatnya, manusia diciptakan berbeda jenis kelamin. Dengan adanya perbedaan ini
membuat manusia berpikir dan mencari tahu tentang asal muasal manusia dan mengapa
mereka diciptakan berbeda jenis. Setelah melalui proses berpikir sesuai dengan ajaran kitab
atau wahyu yang diturunkan oleh Yang Maha Kuasa, maka manusia menemukan bahwa,
pertama kali manusia diciptakan berjenis kelamin laki-laki yaitu Nabi Adam SAW. Oleh
sebab Nabi Adam SAW merasa kesepian, Allah SWT menciptakan Hawa yang berjenis

kelamin wanita sebagai pasangan nya. Dari kisah ini manusia dapat mengambil pelajaran dan
pemikiran yang rasional bahwa, setiap pasangan laki-laki adalah wanita.
Manusia memiliki hasrat atau hawa nafsu yang cukup besar. Oleh sebab itu, jika
manusia berpikir rasional dan menggunakan akal sehat nya. Manusia dapat menyalurkan nya
dengan tata cara yang sesuai dengan kebenaran agama, hukum dan aturan-aturan yang telah
disepakati. Maksudnya disini adalah, secara rasional nya manusia berjenis kelamin lelaki
akan mencari pasangan nya yang berjenis kelamin wanita. Jauh sebelum ini dapat terpikir
oleh manusia, Allah SWT telah membuat peraturan dan kaedah-kaedah bagi manusia untuk
dipatuhi. Hukum Islam mengatur penyaluran kebutuhan biologis tersebut melalui perkawinan
yang telah ditetapkan berdasarkan Alquran dan hadis yang bertujuan untuk menciptakan
kebahagiaan dan memadukan cinta dan kasih sayang antara dua insan yang selain jenis (pria
dan wanita). Namun, apa yang terjadi bila penyimpangan tetap saja terjadi seperti hubungan
sesama jenis,homoseksual, gay, atau lesbian. Semua itu terjadi karena dorongan biologis yang
tidak terkontrol dengan baik.
Masalah seks atau penyimpangan seks banyak dipermasalahkan oleh manusia dan
merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji, sebab manusia dalam kehidupan memiliki
dua hal naluri, yaitu: 1) Kebutuhan makan untuk mempertahankan hidup 2) Kebutuhan seks
untuk mempertahankan keturunan. Oleh karena itu, dalam kajian ini membahas tentang
pandangan terhadap hukum dan agama menyangkut hubungan sesama jenis di Indonesia.

II.

PEMBAHASAN
Perkawinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti ikatan sosial
atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan yang
merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi.
Adapun faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan ikatan tersebut
(perkawinan), yakni (1) adanya saling suka dan saling menanggapi, (2) untuk melindungi
kehormatan seseorang, (3) waktu dan uang, (4) adanya keterlibatan emosional, dan (5)
adanya rasa aman. Oleh sebab itu, satu cara menghalal kan hubungan antara lelaki dan wanita
adalah dengan menikah secara sah sesuai dengan hukum dan agama yang dianut. Seperti
yang terdapat dalam ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang hubungan laki-laki dan
wanita. Allah SWT berfirman:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
2

bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling


meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. An Nisaa: 1).
Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberiku rezki dari
yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari
nikmat Allah?. (QS. An-Nahl: 72).

Dalam kutipan ayat Al-Quran diatas, dijelaskan bahwa telah di jadikan setiap
manusia berpasang-pasangan dari jenis manusia itu sendiri. Hal ini karena, agama merupakan
suatu ajaran akhlak dan pedoman hati manusia dalam hal benar atau salah. Dalam suatu
ajaran agama pasti memberikan penjelasan kepada setiap manusia untuk dapat membuat
mereka menjadi manusia yang berbudi dan benar. Islam sebagai agama yang berpedoman
kepada Al-Qur`an yang berisikan wahyu dari Allah SWT sangat peduli untuk memberikan
arahan yang benar kepada manusia. Bahwa dengan perkawinan, manusia dapat menyalurkan
nafsu nya sesuai dengan kebenaran.
Namun, Terlalu banyak memperhatikan raga dalam pengertian memuaskan hawa
nafsu, sangat ditentang oleh Islam. Islam mewajibkan manusia menjaga kesehatan tubuhnya
dan mengharamkan setiap perbuatan yang merugikan atau membahayakan tubuh. Jika suatu
kewajiban dinilai membahayakan kesehatan, bukan saja kewajiban tersebut kehilangan nilai
wajibnya, bahkan dilarang. Setiap perbuatan yang tidak sehat, oleh Islam dianggap haram dan
banyak garis kebijakan dikemukakan untuk kepentingan menjamin kesehatan tubuh dari
sudut pandang ilmu kesehatan. Oleh karena itu, islam menentang hubungan seksual yang
tidak bermoral yang dapat merusak jiwa dan raga.
Sebagai negara hukum yang berdemokratis, Indonesia juga memiliki undang-undang
atas perkawinan. Bagaimana negara Indonesia mengatur pernikahan bagi setiap warga
negaranya. Menurut undang-undang pernikahan yang berlaku di Indonesia, yaitu UU No.1
Tahun 1974, pernikahan adalah:
Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami
istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Berdasarkan definisi tentang pernikahan diatas, negara Indonesia menganut bahwa


pernikahan selayaknya dilakukan oleh seorang pria dan seorang wanita, atau pasangan
heteroseksual,yang bertujuan membentuk sebuah keluarga yang bahagia dengan didasari oleh
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3

Selanjutnya, bagaimana jika terjadi penyimpangan yang dilakukan manusia


menyangkut masalah pernikahaan sesama jenis atau homoseksual? pernikahan sesama jenis
atau homoseksual adalah pernikahan yang ditinjau secara normatif ataupun sosial diakui
hanya berjenis kelamin sama (laki-laki dengan laki-laki maupun perempuan dengan
perempuan). Dalam islam, homoseksual disebut liwath atau amal qaumi luthin. Istilah
tersebut timbul karena perbuatan seperti itu pertama kali dilakukan oleh umat Nabi Luth yang
hidup sezaman dengan Nabi Luth. Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dengan firman-Nya:
Sesungguhnya kamu mendatangi laki-laki untuk melepas nafsumu
(kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang
melampaui batas

Timbulnya penyelewengan tersebut atau adanya perkawinan sesama sejenis adalah


akibat pengaruh konflik masyarakat yang dipengaruhi oleh gerakan-gerakan sosial dari
individu dan kelompok sosial berbasis pada identitas, golongan, etnis, maupun tribal (kaum
gay dan kaum lesbian). Konfik tersebut menuntut kaum gay dan kaum lesbian atas dasar
persamaan hak asasi manusia dan juga kodrati. Hal ini tentunya merupakan penyelewengan
moral dan syarat mutlak perkawinan.
Namun, apa yang terjadi di Indonesia mengenai permasalahan pernikahan sesama
jenis ini? Apakah pernah terdapat pernikahan sesama jenis di Indonesia? Atau mungkin kah
Indonesia membuat undang-undang baru mengenai pernikahan sesama jenis ini? Setelah
ditelusuri di beberapa sumber, fakta menunjukkan bahwa di Indonesia tampaknya legalisasi
pernikahan sesama jenis atau homoseksual ini masih sangat sulit untuk direalisasikan.
Meskipun begitu, beberapa kelompok homoseksual melakukan aksi atau usaha untuk dapat
menikah. Salah satu faktanya adalah tahun 1981 terungkapnya pernikahan sesama jenis
antara Jossie dan Bonie, yang merupakan pasangan lesbian. Pernikahan mereka dilaksanakan
pada tanggal 6 Juli 1981 di sebuah caffe di Jakarta. Pasangan Wim dan Phillip yang menikah
di Yogyakarta. Mereka adalah pasangan gay pertama di Indonesia yang melegalkan hubungan
mereka dalam sebuah pernikahan, dimana Wim adalah seorang warga negara Belanda,
sedangkan Philip adalah warga negara Indonesia. Keduanya sudah menikah di Belanda dan
menetap di Yogyakarta.
Kedua peristiwa diatas menjadi awal timbulnya kelompok LGBT (Lesbian, Gay,
Biseksual, dan Transgender) di Indonesia. Sejak perkembangan jaman, tidak dapat di elakkan
lagi bahwa jumlah kelompok homoseksual semakin meningkat pula. Dr. Dede Oetomo
(2009) adalah seorang ketua GaYa Nusantara (organisasi gay terbesar di Indonesia)
menunjukkan dengan data statistik bahwa 8-10 juta populasi pria Indonesia terlibat
4

pengalaman homoseksual. diperkirakan jumlah homoseksual mencapai 1% dari total


penduduk Indonesia.
Seperti yang di ungkap oleh Azis Ramadhani (2012) dalam sebuah penelitian nya,
menerangkan bahwa sebagai sebuah Negera Muslim terbesar, Indonesia menjadi ajang
pertaruhan penting kasus ini. Terbentuknya perkumpulan-perkumpulan kaum homoseksual
serta banyaknya perlombaan pemilihan ratu kecantikan waria menunjukkan semakin
merajalelanya perilaku homoseksual di Indonesia. Anehnya, masyarakat dan pemerintah
justru menjadikan hal ini sebagai tontonan menarik dan membantu pelaksanaannya.
Tampaknya masyarakat mempunyai dualisme dalam memandang perilaku homoseksual, di
satu sisi menerimanya sebagai suatu hiburan sedang di sisi lain mengaggapnya sebagai
perilaku yang menyimpang, bahkan tak mengharapkan ada keluarga mereka yang terjerumus
ke perilaku tersebut. Selain itu, perilaku homoseksual seperti waria mulai berani ditampakkan
secara terang-terangan oleh orang yang belum dewasa.
Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa. Indonesia sebagai negara hukum
dan berpenduduk agama Islam terbesar di dunia, sangat menentang perkawinan sesama jenis
atau homoseksual. Selain melanggar aturan hukum dan agama di Indonesia, hal ini juga
menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan pelaku pernikahan sesama jenis. Seperti yang
dikutip dalam penelitian Azis Rhamadani (2012) menunjukkan bahwa dipandang dari segi
kesehatan, perilaku homoseksual menyebabkan timbulnya penyakit AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome). Pada tahun 1979, penyakit ini baru diketahui. Pusat pemantau
penyakit yang berada di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat melaporkan ada satu penyakit
aneh menimpa pada lima pemuda. Penyakit itu adalah Pneumo Cystis Carini Pheumonia,
yang mengherankan kelima pemuda itu semuanya pelaku homoseksual. Dr. Martin, seorang
anggota panitia khusus yang dibentuk UNISCO di tahun 1969 untuk meneliti penyakit
seksual yang disebabkan oleh kelainan seks, menyatakan bahwa penyebab utama penyakit
syphilish dan gonorhea adalah homoseksual. Di lain pihak, 65% penyakit syphilis yang
terjadi pada kurun waktu 1960-1962 di London disebabkan homoseksual (Jasmin bin
Muhammad bin Muhalhil 2006: 137).
Bahkan, bukan hanya agama islam yang jelas-jelas menentang pernikahan sesama
jenis ini. Agama Kristen dan Budha juga menentang penyimpangan masyarakat ini.
Homoseksual dari pandangan ajaran agama Budha dilarang dalam Vinaya. Tipe orang yang
disebut dengan pandaka seringkali disinggung dalam Vinaya untuk menggambarkan
seseorang yang berperilaku seksual tidak tepat. Dan mereka tidak akan disucikan. Pada 18

Juni 2005, lebih dari 500.000 umat Katolik berkampanye didukung sekitar 20 uskup senior
untuk menentang hukum baru di Spanyol yang mengesahkan perkawinan sesama jenis.

III.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah di jelaskan diatas, dapat ditarik kesimpulan
mengenai pandangan hukum dan agama terhadap hubungan sesama jenis (Homoseksual, Gay,
Lesbian) di Indonesia yaitu:
1. Secara normatif sebagaimana ketentuan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang
menyatakan bahwa perkawinan pada asasnya dilakukan oleh hubungan antara
seorang laki-laki dan seorang perempuan, yakni dengan tujuan memperoleh
keturunan dan membina rumah tangga yang diharapkan. Sebagaimana dijelaskan
pada perkawinan sesama jenis di atas, mengindikasikan bahwa hal tersebut
menyalahi kodrat yang telah ditentukan hukum dan juga adat (pakem).
2. Sebagai dasar kebenaran, setiap agama (Islam, Kristen, dan Budha) menentang
adanya pernikahan sesama jenis ini. Seperti yang dijelaskan dalam Kitab Suci AlQur`an bahwa : Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu
(mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak
mengetahui (akibat perbuatanmu). (Qs. An Naml: 54-58). Oleh karena itu, tidak
ada benar nya jika melakukan hubungan antara sesama jenis. Jika manusia
berpikir secara rasional untuk mencari kebenaran, maka mereka akan menjauhi
penyakit masyarakat ini.
3. Tidak adanya manfaat yang didapat dari pernikahan sesama jenis ini selain
penyimpangan nafsu belaka. Dalam segi kesehatan, pernikahan sejenis
(homoseksual)

ini

mendatangkan

banyak

penyakit

mengerikan

hingga

menyebabkan kematian.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan, 2006, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Achmad Ali, 2004, Sosiologi Hukum, Kajian Empiris Terhadap Pengadilan, STIH IBLAM,
Bandung.
Akhmad Azhar Abu Miqdad, 2000, Pendidikan Seks Bagi Remaja, Mitra Pustaka,
Yogyakarta.
algbtical.org, LGBT Stereotype, diunduh pada 21 Desember 2015

Ibrahim, Johnny., 2008, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cet. Keempat.
Jakarta: Bayumedia.
Jaslim bin Muhammad bin Muhalhil Al Yasin, 2006, Seks Islami, PT. Al Mawardi Prima,
Jakarta.
Ramadhani, Azis, 2012, Homoseksual Dalam Perspektif Hukum Pidana dan Hukum Islam.
Suatu Studi Komparatif Normatif, Skripsi, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Unhas,
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai