Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN PUSTAKA

DERMATITIS KONTAK ALERGEN

Dosen Pembimbing :
Nama

: dr. Sari Wahyuningrum Wiharso

Oleh :
Nama

: Faathir Iskandarsyah

NIM

: 2012730035

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................1
BAB I...............................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................3
Anatomi Kulit..............................................................................................................................3
Dermatitis Kontak Alergi.............................................................................................................4
Definisi........................................................................................................................................4
Epidemiologi................................................................................................................................4
Etiologi........................................................................................................................................4
Patogenesis..................................................................................................................................4
Manifestasi klinis.........................................................................................................................5
Diagnosis.....................................................................................................................................5
Diagnosis Banding.......................................................................................................................6
Penatalaksanaan...........................................................................................................................6
Prognosis......................................................................................................................................7
BAB III............................................................................................................................................8
PENUTUP...................................................................................................................................8
Kesimpulan..................................................................................................................................8

BAB I
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
nikmat iman dan nikmat sehat sehingga penyusun dapat menyelesaikan tinjauan pustaka yang
berjudul Dermatitis Kontak Alergen ini dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Sari Wahyuningrum yang telah membimbing dalam penyusunan tinjauan pustaka ini.
2. Dokter, Bidan, Perawat beserta seluruh Staff Puskesmas yang telah membantu kelancaran
penyusunan tinjauan pustaka ini.
3. Orang tua yang telah memberikan support baik moral, spiritual dan materi.
4. Teman teman yang telah berpartisipasi dalam penyusunan tinjauan pustaka ini.
5. Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Sekiranya tinjauan pustaka ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penyusun.
Apabila ada kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, penulis memohon
maaf yang sebesar besarnya. Penyusun menerima apabila ada saran dan kritik yang
membangun.

Penyusun

BAB II
TINJAUAN TEORI
Anatomi Kulit

lapisan epidermis terdiri ata 5 lapisan :


1. Stratum korneum
sel gepeng tidak mempunyai inti, protoplasma berubah menjadi keratin desquamatio
insensibilis.
keratinisasi( stratum korneum )
2. Stratum lusidum
2 3 Lapis Sel Gepeng tidak berinti
Perubahan protoplasma Protein Eleidin
Jelas pada telapak tangan dan telapak kaki
3. Stratum granulosum
2-3 lapis sel gepeng
Granula sitoplasma, ada inti terdiri atas Keratohyalin
Jelas ditelapak tangan dan kaki
4. Stratum spinosum
Bentuk poligonal : besarnya berbeda-beda
Proses mitosis
Protoplasma jernih,inti ditengah
Terdapat jembatan antar sel (inter cellular bridges)
Diantara sel spinosum tdpt sel langerhans
5. Stratum Basale

Sel kubus tersusun vertikal (palisade/pagar)


Sel-sel basal mitosis dan fungsi reproduksi
Lapisan terdiri atas 2 :
Sel-sel kolumner
Melanosit = clear sel: sel berwarna, sitoplasma basofilik dan inti gelap dan mempunyai
melanosom.

Dermatitis Kontak Alergi


Definisi
Dermatitis kontak alergi merupakan suatu dermatitis atau peradangan kulit yang timbul
setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitas yang beraneka ragam yang menyebabkan
reaksi peradangan pada kulit bagi.

Epidemiologi
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak
alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif).
Namun sedikit sekali informasi mengenai prevalensi dermatitis ini di masyarakat. Angka
kejadian dermatitis kontak alergik yang terjadi akibat kontak dengan bahan-bahan di tempat
pekerjaan mencapai 25% dari seluruh dermatitis kontak akibat kerja (DKAK). Angka kejadian
ini sebenarnya 20-50 kali lebih tinggi dari angka kejadian yang dilaporkan.

Etiologi
DKA terjadi bila alergen senyawasejenis menyebabkan reaksi hipersenitivitas tipe lambat
pada paparan berulang. Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa
bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia
sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan,
dan luasnya penetrasi di kulit.

Patogenesis
DKA timbul akibat reaksi imun tipe IV. Reaksi hipersensitivitas di kulit timbul secara
lambat (delayed hypersensitivity), umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan

alergen. Patogenesis hipersensitivitas tipe IV ini sendiri dibagi menjadi dua fase, yaitu fase
sensitisasi dan fase elisitasi. Fase sensitisasi terjadi ketika hapten melewati stratum korneum dan
ditangkap sel langerhans, kemudian dikonjugasi dengan HLA-DR sehingga menjadi antigen
lengkap. Proses-proses tersebut berjalan seiring aktifasi berbagai sitokin (IL-1, TNF). Antigen
lengkap akan diperesentasikan ke kepada sel T spesifik yang keberadaan nya ditentukan secara
genetik. Sel T spesifik akan terus berploriferasi dan menghasilkan turunan sel T memori. Sel T
memori ini akan beredar lewat KGB dan menyebar ke seluruh tubuh. Proses ini berlangsung 2-3
minggu.
Sementara itu, elisitasi terjadi pada saat pajanan ulang hapten atau alergen. Prosesnya
sama hingga terbentuk antigen lengkap. Antigen lengkap akan dipresentasikan kepada sel T
memori, kemudian terjadi aktifasi. Sel T teraktivasi ini mengeluarkan IFN y untuk aktifasi
keratinosit. Keratinosit akan menghasilkan IL-1, IL-6, TNFa dan GMCSF; semua sitokin
tersebut dapat mengaktivasi sel T lebih banyak. Selain itu, terjadi juga aktifasi sel mast dan
magrofag. Aktiasi sel mast akan menyebabkan vasodilatasi, aktivasi komplemen dan kinin
masuk dalam epidermis, aktivasi neutrofil dan monosit.

Manifestasi klinis
Keluhan utama adalah gatal. Keluhan lain bergantung derajat penyakit dan lokasi. Lesi
akut berbentuk erimatosa batas tegas, dengan edema, papul, vesikel, bula, erosi, dan eksudasi.
Lesi kronis berbentuk kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, fisur, dengan batas tidak jelas.
Lokasi biasanya di tangan. Telinga, leher, badan, genitalia, dan paha.

Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik sangat
penting, karena dengan melihat lokalisasi dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui
kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam
tangan, dan di kedua kaki oleh sepatu. Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada seluruh
permukaan kulit, untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan
pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada

umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah
sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian
tubuh yang lain maka predileksi regional akan sangat membantu penegakan diagnosis

Diagnosis Banding
Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan gambaran morfologik
yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau
psoriasis. Diagnosis banding yang terutama ialah dengan dermatitus kontak iritan. Dalam
keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan, apakah dermatitis
tersebut karena kontak alergi.

Penatalaksanaan
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak adalah upaya pencegahan
terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab, dan menekan kelainan kulit yang timbul.
Kortikosteoroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi peradangan pada
dermatitis kontak alergi akut yang ditandai dengan eritema, edema, bula atau vesikel, serta
eksudatif. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari. Kelainan kulitnya cukup
dikompres dengan larutan garam faal.Untuk dermatitis kontak alergik yang ringan, atau
dermatitis akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan kortikosteroid sistemik), cukup
diberikan kortikosteroid topical.
Penyakit ini diberikan terapi ;
1. Kortikosteroid topical :
Desonide krim 0,5 mg/g x 10g x 1 oleskan 2-3x per hari atau salep 0,05% x 10g oleskan
tipis 2-4x per hari.
2. Anti histamine
CTM (chlorpheniramini maleat) 4mg diberikan 3-4 x per hari.
3. kortikosteroid oral : untuk jangka pendek (prednisone 30mg/hari).

Prognosis
Prognosis dermatitis kontak alergi umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya dapat
disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila bersamaan dengan dermatitis oleh
faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan
bahan iritan yang tidak mungkin dihindari.

Quo Ad vitam

Bonam

Quo Ad funcionam

Bonam

Quo Ad sanationam

Bonam

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dermatitis kontak alergi merupakan suatu dermatitis atau peradangan kulit yang timbul
setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitas yang beraneka ragam yang menyebabkan
reaksi peradangan pada kulit bagi. Penyakit ini empunyai manifestasi Lesi akut berbentuk
erimatosa batas tegas, dengan edema, papul, vesikel, bula, erosi, dan eksudasi. Lesi kronis
berbentuk kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, fisur, dengan batas tidak jelas. Lokasi
biasanya di tangan. Telinga, leher, badan, genitalia, dan paha.
Pathogenesis terjadinya DKA diakibatkan terjadinya hipersensitivitas tipe lambat. Yaitu
pada saat fase sensitisasi dan fase elisitasi yang mengakibatkan terjadinya sel T berploriferasi
dengan menghasilkan turunan sel T memori. Saat terjadi pajanan alergen yang berulang
terjadilah pembuatan antigen lengkap dan diinterpretasikan ke sel T memori. Sel T teraktivasi ini
mengeluarkan IFN y untuk aktifasi keratinosit. Keratinosit akan menghasilkan IL-1, IL-6, TNFa
dan GMCSF; semua sitokin tersebut dapat mengaktivasi sel T lebih banyak. Selain itu, terjadi
juga aktifasi sel mast dan magrofag. Aktiasi sel mast akan menyebabkan vasodilatasi, aktivasi
komplemen dan kinin masuk dalam epidermis, aktivasi neutrofil dan monosit.
Ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik sangat
penting, karena dengan melihat lokalisasi dan pola kelainan kulit seringkali dapat diketahui
kemungkinan penyebabnya. Pada Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan
papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang
membasah. Lesi pada umumnya timbul pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat
meluas ke daerah sekitarnya.
Penyakit ini diberikan terapi ; Kortikosteroid topical Desonide krim 0,5 mg/g x 10g x
1 oleskan 2-3x per hari atau salep 0,05% x 10g oleskan tipis 2-4x per hari. Anti histamine dan
kortikosteroid oral untuk jangka pendek (prednisone 30mg/hari). Prognosis pada pasien dengan
penyakit ini umumnya bonam.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta E.A, Editor. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke
4. Jakarta: Badan Penerbit FK UI: 2014.
2. Patofisiologi Sylvia edisi 6. Badan penerbit EGC
3. Fitzpatrick s. 2008. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. The
McGrawCompanies, Inc: United States of America
4. Robin Graham Brown, Tony Burns. 2005. Lecture Notes Dermatology. Erlangga:
Jakarta
5. Siregar, R.S, Prof.Dr. saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC,2002

Anda mungkin juga menyukai