Anda di halaman 1dari 7

RHODOPHYCEAE

A.Deskripsi Umum
Alga merah mempunyai habitat yang kosmopolitan tetapi paling banyak ditemukan
didaerah tropis. Alga merah berada di bagian yang paling tinggi dari zone antar pasang
hingga kedalaman yang lebih daripada alga-alga yang lain dikebanyakan tempat.
Rhodophyceae kurang lebih memiliki 400 genus dan 2500 spesies. Kelompok ini hampir
semuanya hidup di laut dan hanya kira-kira 12 genus dan kurang dari 100 spesies yang hidup
di air tawar. (McConnaughey, 1983).Sejumlah alga merah mempunyai arti ekonomi yang
penting baik sebagai makanan langsung bagi manusia maupun sebagai sumber ekstrak
phycocolloid Sebagian besar anggotanya hidup di laut, hanya tiga jenis yang ada di air tawar,
yang umumnya ditemukan di sungai mengalir, meskipun sebagian kecil yang uniselluler
terdapat di tanah. Bentuk yang terdapat di laut mempunyai habitat yang bervariasi mulai dari
intertidal sampai laut yang dalam (Dawes, 1981)
Ciri-ciri alga merah yang lain menurut Aslan (1998) adalah sebagai berikut.
a. Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk.
b. Reproduksi seksualnya dengan karpogonia dan spermatia.
c. Pertumbuhannya bersifat uniaksial (satu sel di ujung thallus) dan multi aksial (banyak sel
di ujung thallus).
d. Alat pelekat (holdfast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak.
e. Memiliki pigmen fikobilin, yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin
(berwarna biru).
f. Bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan
berbagai kualitas pencahayaan dan dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli, seperti:
merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning, dan hijau.
g. Mempunyai persediaan makanan berupa kanji (floridean starch).
h. Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carrageenan, porpiran, dan furselaran.
Rhodophyta dibagi menjadi satu kelas yaitu rhodophyceae. Kromatofornya mengandung
klorofil a, karoten dan xanthophyl; mempunyai ficoerithrine dan fikosianin yang
menyebabkan warna merah, cadangan makanan berupa tepung florida (Vashita, 1984)
Rhodophyta dibagi menjadi dua subkelas yaitu florideae dan bangioideae. Florideae
mempunyai sel yang berhubungan satu sama lain yang dihubungkan oleh benang-benang
sitoplasma, sedang bangioideae tidak demikian. Bangioideae mempunyai tubuh berbentuk
filamen atau lembaran, sel yang banyak, terdiri dari satu bangsa (bangiales) dan marga
poryphyra (Pandey, 1995).
B.Beberapa contoh Rhodophyceae
1. Amphiroa sp.
a. Klasifikasi
Devisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Subclass : Florideae
Ordo
: Cryptonemiales
Familiy : Corallinaceae
Genus : Amphiroa
Spesies : Amphiroa sp.
b. Deskripsi

Spesies ini berwarna merah dan mempunyai banyak cabang yang terdiri dari axis
(cabang utama), primary branch dan secondary branch. Thallus berkapur mengandung Ca.
Thallus membentuk hamparan setinggi 2-4 cm. Spesies ini melimpah di zona intertidal atas
yang terisolasi atau tempat terbuka dan pada teluk kecil kedalaman 7 m, tumbuh menempel
pada dasar pasir atau menempel pada substrat dasar lainnya di dasar lamun. Persebarannya
banyak terdapat di daerah tropis, saeprti di Indonesia. Dalam dunia kesehatan banyak
dimanfaatkan sebagai bahan anti mikrobia (Anonim, 2005b)
Alga ini mengandung zat kapur pada thalli yang berbentuk silindris. Thallusnya
berbuku-buku dan diantara nodusnya (sekat) terdapat internodus (ruas). Alga ini hidup dilaut,
terutama dalam lapisan-lapisan air dalam yang hanya dapat dicapai oleh gelombang pendek.
Hidup alga ini sebagai bentos yang melekat erat pada substrat (Anonim,2005a).
2. Gigartina sp.
a. Klasifikasi
Devisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Subclass : Florideae
Ordo
: Gigartinales
Familiy : Gigartinaceae
Genus : Gigartina
Spesies : Gigartina sp.
b. Deskripsi
Spesies ini memiliki substansi thalli lunak seperti gel dan tipis dengan warna ungu.
Thalli-nya membentuk lembaran (disebut lamina atau blade) dengan percabangan yang
rimbun, simple (biasa) atau dicotonus. Di permukaan thalli terdapat cystocarp yang jelas
kelihatan berupa bintilan dan spermatongia-nya mengumpul pada ujung percabangan
thalli(Anonim,2005a)
Spesies ini biasanya tumbuh menempel di rataan batu pada terumbu, terutama di tempattempat yang masih tergenang air pada saat air surut rendah. Alga ini dimanfaatkan sebagai
sumber agar-agar, carragenan, bahan anti bakteri dan bahan anti tumor. Alga ini juga kaya
akan asam folat dan asam folinat (Anonim, 2005b).

a.

3. Gelidium sp.
Klasifikasi
Devisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Subclass : Florideae
Ordo
: Gelidiales
Familiy : Gelidiaceae
Genus : Gelidium
Spesies : Gelidium sp.
b.Deskripsi
Gelidium sp. merupakan salah satu spesies dari famili gelidiaceae. Spesies ini memiliki
warna merah kecoklatan (pirang), bentuk tubuh seperti rumput atau semak, batang utama
tegak dan mempunyai cabang-cabang yang terdiri dari axis (cabang utama), primary branch

dan secondary branch. Sepanjang tubuhnya ditumbuhi bagian yang seperti duri. Di ujung
cabang terdapat spical pit yang berbentuk bulat yang merupakan titik tumbuh. Alga ini
memiliki holdfast yang berfungsi sebagai tempat melekat pada terumbu karang sehingga
dapat beradaptasi dengan gerakan ombak pada zona pasang-surut (Anonim, 2005a).
Alga ini termasuk dalam kelompok Rhodophyceae dan tergolong ke dalam
carragenophyt, yaitu kelompok penghasil carragenan yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan pasta, bahan pembuat cream jelly, agar-agar dan roti. Selain itu Gelidium sp.
memiliki kadar protein yang tinggi dan berbagai macam vitamin yang penting. Persebaran
alga ini dipengaruhi oleh alam seperti substrat, salinitas, ombak, arus, dan pasang surut. Alga
ini muncul di permukaan laut pada saat surut dan mengalami kekeringan
4. Laurencia sp.
a,Klasifikasi
Devisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Subclass : Florideae
Familiy : Laurencieae
Genus : Laurencia
Spesies : Laurencia sp.
b.Deskripsi
Laurencia sp. mempunyai warna thallus hijau tua sampai merah kecoklatan karena
adanya pigmen fikoeritrin. Axis pada spesies ini terkesan rebah dan memiliki holdfast untuk
melekatkan diri pada substrat. Di percabangan axis terdapat primary branch yang pada
ujungnya terdapat spical pit. Pertumbuhan di spical pit lebih cepat daripada bagian thallus
lainnya. Alga ini termasuk alga tetrasporofik yang sel auxilary-nya akan terbentuk setelah
melakukan fertilisasi dan tumbuh di atas sel pendukung karpogonium (Anonim, 2005a)
Spesies ini memiliki tubuh yang berbentuk silindrik atau memipih, berwarna merah
kecoklatan dan mempunyai cabang-cabang yang terdiri dari axis (cabang utama), primary
branch dan secondary branch. Alga ini merupakan bahan makanan sebagai bahan pembuat
agar-agar karena kandungan serat dan karbohidratnya yang tinggi. Alga ini paling banyak
digunakan sebagai hidrokoloid, terutama pada pangan, farmasi, kosmetik dan sebagai anti
jamur/anti fungal. (Anonim, 2005b).

a.

5. Acanthopora sp.
Klasifikasi
Devisio : Rhodophyta
Classis : Rhodophyceae
Subclass : Florideae
Ordo
: Ceramiales
Genus : Acanthopora
Spesies : Aconthopora sp.
b. Deskripsi
Thallus silindris, berduri lonjong runcing dan rapat yang terdapat di hamper seluruh
permukaan thali. Percabangan tidak teratur, gembal merimpun di bagian atas rumpun dengan
warna coklat tua. Rumpunnya dapat mencapai tinggi sekitar 15 cm. Alga ini berwarna coklat
tua, dengan warna thali coklat kehijauan sampai ungu. Tubuhnya silindris, berdiri tegak dan

sedikit bercabang. Thalli-nya berbentuk seperti jarum yang bertindak sebgai assimilator yang
berperan dalam proses fotosintesis. Alga ini diolah oleh manusia sebagai bahan makanan,
yaitu sebagai bahan pembuat agar-agar dan merupakan sumber karageenan untuk pasta
(Anonim, 2005b).
Organ seksual secara tipikal muncul di atas tricoblast yaitu cabang eksogenus yang
dihasilkan dari sel sub apical sebelum sel pericentral dipotong atu di putus dari sel axial.
Spermatangia berasal dari berbagai cara, hal ini tergantung dari genus partikularnya.
Spermatangia lebih sering muncul diatas tricoblast. Spermatangia membentuk kelompok,
yaitu suatu himpunan yang berbentuk silindrik. Pericarp muncul pada saat sebelum fertilisasi
tetrasporongium diproduksi oleh sel pericentral.
Sel ini dibagi secara longitudinal, dengan memotong dua pelindung sel dan land
memotong transporangium secara distal dan menyisakan sel yang bentuknya menyerupai
batang. Tetrasporangia akan selalu terbagi secara tetrahedral (Romihartono, 2001).
C.Potensi dan Pemanfaatan Rhodophyceae
1.Karagenan
Alga merah yang mengandung banyak karagenan tertentu yang disebut dengan
Pseudomonas Carragenivora. Beberapa jenis alga merah yang mengandung karagenan adalah
dari jenis Chondrus, Euchema, Hypnea, Gigartina, dan Iridaea (Boot E, 1975). Sampai saat
ini ada lima jenis karagenan dalam tanaman alga merah yaitu kappa, lamda, iota, Mu, dan Nu
karagenan. Dalam industri kue dan roti , kombinasi antara garam natrium dan lamda
karagenan dapat meningkatkan mutu adonan.pada produk makanan yang berasal dari susu,
karagenan telah banyak dikenal dengan sebagai bahan aditif yang penting.Penambahan
karagenan 0,01-0,05% pada es krim sebagai stabilisator yang baik, seadng penambahan
karagenan 0,02-0,03% pada susu coklat dapat mencegah pengendapan coklat dan pemisahan
es krim serta meningkatkan kekentalan lemak. Bila dikombinasikan denagn garam kalsium,
maka lamda karagenan akan sangat efektif sebagai gel pengikat atau gel pelapis produk
daging. Dalam bidang industri farmasi karagenan dapat dipakai untuk memperbaiki sifat
suspense dan emulsi produk, sedang dalam industri pasta gigi penambahan karagenan 0,8-12
% akan memperhalus tekstur dan memperbaiki sifat busanya. Dalam bidang bioteknologi
karagenan juga digunakan sebagai amobilisasi enzim, terutama jenis kappa karagenan.
2.Agar-Agar
Agar-agar banyak diperoleh dari alga merah jenis tertentu yang disebut Pseudomonas
atlantica. Beberapa jenis alga merah yang telah dilaporkan sebagais penghasil agar-agar
adalah dari jenis Gelidium, Gracillaria, Pterocladia sp., Acanthopeltis japonica, Ahnfeltia
plicata. Agar-agar adalah produk kering tak berbentuk yang mempunyai sifat gelatin. Molekul
dari agar-agar terdiri dari rantai linear galaktan yaitu polier dari galaktosa dengan ikatan a-1,3
dan b1,4. Dalam menyusun senyawa agar-agar, galaktan dapat berupa rantai linear yang
netral ataupun yang sudah tersubstitusi dengan metil atau asam.Fungsi utama agar-agar
adalah sebagai bahan pamantap, pengemulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan
pembuatan gel. Penggunaan agaragar terutama dalam terutama dalam bidang makanan
terutama dalam pembuatan roti , sup, saus, es krem, jelly, permen. Dalam industri farmasi
agar-agar bermanfaat sebagai bahan obat pencahar atau peluntur dan pembungkus obat
antibiotik. Dalam industry kosmetik agar-agar digunakan untuk aditif dalam pembuatan
salep, lotion, krem, lipstick, dan sabun. Dalam industri kulit agar-agar digunakan untuk
sebagai bahan pemantap permukaan yang kaku dan penghalus, serta sebagai campuran
pembuatan pelekat polywood. Agar-agar juga banyak digunakan dama pembuatan pelat film,
pasta gigi, semir sepatu, dan sebagainya.

Sumber ;
Anonim. 2005a. Petunjuk Praktikum Biologi Laut. Jurusan Perikanan. UGM. Yogyakarta
Anonim. 2005b. Alga Hijau, Alga Merah, Alga Coklat (http://www.iptek.net.id/biola/Pi UGM//). Diakses 27 September 2005
Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Cetakan I. Kanisius. Yogyakarta.
Bold, H.C. dan M.J. Wynne. 1978. Introduction To The Algae, Structure and
Reproduction. New Delhi : Prentice Hall Of India.
Dawes, C. J. 1990. Marine Botany A Wiley Interscience. Publication John Wiley & Sons.
New York.
Dodge, J. D. 1973. The Fine Structure of Algae Cells. Academic Press. London.
Kasijan Romimohtarto, Sri Juwana. 2001. Biologi Laut : Ilmu Pengantar Tentang Biologi
Laut. Jakarta : Djambatan.
Loveless, A.R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. PT
Gramedia. Jakarta.
Mc Counnaughey, B. H. Dan Zottoli. 1983. Introduction Marine Biology.. The C. V.
Mosby Company. St. Louis. Toronto-London,USA.
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan, Jakarta
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa : Dr. H.
Muhammad Eidman Msc.dkk. Jakarta : PT Gramedia.
Pandey, S.N. and P.S. Trivedi. 1995. A Textbook of Algae. Vikas Publishing House.
New Delhi.
Romimohtarto, K. dan Juwana, S. 2001. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan tentang Biota
Laut. Djambatan. Jakarta.
Taylor, W. R. 1960. Marine Algae of the Eastern Tropical and Subtropical Coast of the
Americas. New York : Ann Akbor the University of Michigan Press.
Vashita, B. R. 1984. Botany For Degree Student Part I. New Delhi : Algae Scandal and
Company Ltd.
Zottoli, Robert dan McConnaughey, Bayard H. 1983. Pengantar Biologi Laut. Cetakan
keempat. The C.V. Mosby Company. St Louis, Missouri

Eucheuma cottonii
Rumput laut (seaweed) atau yang lebih dikenal dengan ganggang merupakan organisme
autotrof yang hidup di perairan. Struktur rumput laut tidak dapat dibedakan antara daun,
batang dan akar. Keseluruhan tubuh rumput laut disebut thallus dengan bentuk yang
bervariasi tiap spesiesnya. Rumput laut juga melakukan fotosintesis seperti halnya tumbuhan
autotrof di darat. Rumput laut memiliki berbagai jenis pigmen dalam kloroplasnya sehingga
panjang gelombang cahaya yang diserapnya pun lebih bervariasi
Selain berperan dalam fotosintesis, pigmen pada rumput laut juga memberikan warna thallus,
sehingga pigmentasi thallus dijadikan suatu dasar klasifikasi rumput laut. Rumput laut
mengandung klorofil a, b, c, karotenoid dan juga khromatofor lain seperti, fikooxantin,
fikoeritrin dan lain-lain (Sze, 1998). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli,
selain berpean dalam proses fotosintesis bagi organisme autotrof, klorofil dan karotenoid juga
berperan bagi manusia.
Beberapa penelitian masa kini telah membuktikan bahwa klorofil mengandung zat
antiperadangan, antibakteri, antiparasit, antioksidan dan zat-zat berkhasiat obat lainnya.
Kerotenoid yang berada dalam rumput laut juga berperan sebagai antioksidan yaitu zat yang
berfungsi memerangi radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh (Kurnia, 2005).
Eucheuma cottonii merupakan spesies rumput laut yang banyak dibudidayakan di perairan
Indonesia. Hal tersebut dikarenakan manfaat pikokoloidnya yang besar yaitu karaginan dan
agar serta teknik budidayanya yang relatif mudah dan murah. Eucheuma cottonii merupakan
rumput laut merah (Rhodophyta) yang kaya akan pigmen fotosintesis dan pigmen aksesoris
lainnya, yaitu klorofil a, -karoten, -karoten, fikobilin, neozantin dan zeanthin (Luning,
1990). Penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa kandungan pigmen dipengaruhi oleh
logam dan mineral esensial dan non esensial.
Logam dan mineral hampir selalu ditemukan dalam air tawar ataupun air laut. Masuknya
logam berat seperti Hg (merkuri), Pb (timbal), Zn (seng), Cd (kadmium) dan logam berat
lainnya dalam perairan laut dengan konsentrasi yang berlebih dapat memberikan efek toksik
bagi organisme laut baik hewan ataupun tumbuhan. Pb dan Cd merupakan logam berat yang
beracun dan merupakan unsur non esensial bagi kehidupan organisme khususnya rumput laut.
Rumput laut mengakumulasi logam berat dari lingkungan perairan tempat hidupnya (Lamai,
dkk. 2005).
Berdasarkan Silvanindya (2003), terungkap bahwa Eucheuma cottonii yang dibudidayakan di
perairan Situbondo mengakumulasi Pb dengan konsentrasi rata - rata berkisar antara 0, 19
0, 94 ppm. Hal ini menyebabkan laju pertumbuhan Eucheuma cottonii menurun. Logam berat
yang terdapat di perairan dapat diserap dan terakumulasi dalam thallus rumput laut. Pada
prinsipnya logam berat mempengaruhi tumbuhan dengan cara mengganti kedudukan ion
ion esensial dalam sel. Dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa beberapa spesies
rumput laut bermanfaat dalam menyerap logam berat sehingga kandungan logam berat yang
mencemari badan perairan dapat pindah atau masuk dalam thallus rumput laut. Logam berat
dapat mengacau sistem metabolisme dan menurunkan produktifitas rumput laut. Akumulasi
logam berat dipengaruhi oleh lama pemaparan. Hal ini dapat menyebabkan semakin lama
pemaparan maka semakin banyak logam berat khususnya Pb yang terakumulasi dalam
thallus.
Dengan mengetahui manfaat pigmen dan pengaruh logam berat terhadap metabolisme rumput
laut maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh
PbCl2 dan lama pemaparan terhadap pigmen klorofil dan fikoeritrin Eucheuma cottonii
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh PbCl2 dan lama
pemaparan terhadap kandungan pigmen klorofil dan fikoeritrin Eucheuma cottoni.
Penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa Eucheuma cottonii merupakan rumput

laut yang memiliki kemampuan untuk mengakumulasi Pb dalam thallusnya. Timbal


menyebabkan penurunan kandungan klorofil dan fikoeritrin. Semakin besar konsentrasi Pb
media dan semakin lama pemaparan maka semakin besar Pb yang terakumulasi dan semakin
sedikit kandungan klorofil dan fikoeritrin thallus E. cottonii. Pengaruh tertinggi Pb terhadap
klorofil dan fikoeritrin terjadi pada konsentrasi Pb media 0,1 ppm pada 7 hari pemaparan
yaitu sebesar 95,30 mg/kg untuk klorofil dan kandungan fikoeritrin sebanyak 53,45 mg/kg.

Anda mungkin juga menyukai