Anda di halaman 1dari 6

IATMI 2005-35

PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 2005
Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 16-18 November 2005.

EKSPLORASI ZONA DALAM / UPSIDE POTENTIALS SEBAGAI UPAYA


PEREMAJAAN / REJUVENATION LAPANGAN TUA GUNUNG KEMALA, PRABUMULIH
K. Novian Syafrin PT Pertamina EP DOH SBS, Prabumulih
Erwinsyah PT Pertamina EP DOH SBS, Prabumulih
ABSTRAK

(Gambar 1). Lapangan ini diapit oleh lapanganlapangan penghasil hidrokarbon : Benuang,
Prabumulih Barat, Limau dan Tapus. Ditemukan
oleh Bataafsche Petroleum Mij tahun 1933
melalui sumur eksplorasi GNK-01. Hingga saat
ini (Sep 05) telah memiliki 85 sumur dengan 7
sumur yang terbaru merupakan sumur
pembuktian prospek UP yang tersebar di setiap
sektor.

Exploration campaign pada Zona Dalam telah

dilakukan oleh Pertamina sejak tahun 1997,


saat dibornya Prospek Tapus sedalam + 3100
m. Tahun 2001 dicanangkan Production
Enhancement Project (PEP), yaitu proyek
rejuvenation terhadap struktur-struktur tua,
seperti di Gunung Kemala (GNK) yang
ditemukan tahun 1938. Struktur ini berada + 10
km baratlaut Prabumulih dengan kedalaman
sumur + 2000 m, memiliki obyektif batupasir
Formasi Talang Akar/TAF. Salah satu program
rejuvenation
adalah
Pemboran
Zona
Dalam/Upside Potentials (UP).
Obyektif utama Lapangan Old GNK adalah
batupasir TAF yang diproduksi dari 78 sumur
(sampai dengan 1998) di 1600 2150 m.
Tahun 2002 dibor GNK-X1 + 3400 m yang
menembus Zona UP, dari 2150 m (didefenisikan
sebagai puncak zona upside potentials) hingga
2650 m (tebal + 500 m), dimasukkan sebagai
TAF, dan dikategorikan prospek HC. Dari 2650
m hingga 3400 m, dianggap sebagai Formasi
Lahat (LAF) yang tidak ekonomis. Kumulatif
produksi (31 Desember 2004) = 31.81 MMSTBO
dan 367.83 BCFG. Mencapai peak production
3150 BOPD tahun 1987, saat ini produksi harian
900 BOPD, dengan porsi 30 % (300 BOPD) dari
2 sumur UP (GNK-X3 dan GNK-X4).

Gambar 1

Peta lokasi Lapangan Gunung


Kemala

Pencarian migas di wilayah kerja Pertamina DOH


SBS telah berlangsung lebih dari 1 abad. Hasil
perjalanan panjang ini telah meninggalkan
lapangan lapangan migas tua baik ditinjau
dari segi cadangan maupun fasprod yang telah
digunakan.
Proses
penuaan
ini
akan
mengakibatkan kematian dalam industri
migas, sehingga perlu dilakukan langkah
peremajaan/rejuvenasi pada lapangan-lapangan
tua tersebut. Program Production Enhancement
Project (PEP) yang dimulai pada tahun 2001
menerapkan Konsep Rejuvenasi tersebut di DOH
SBS dengan model seperti yang terlihat pada
Gambar 2.

Struktur GNK merupakan perangkap asymmetric


fault-bent fold dari Sesar Naik Lematang yang
memiliki strike hampir timur-barat. Terdapat
beberapa sesar normal yang memotong tegak
lurus strike sesar tadi, sehingga membagi oil
pool GNK menjadi 4 sektor. Telah dibor 7 sumur
UP, sedangkan pada tiap-tiap sektor dibor paling
sedikit 1 sumur appraisal UP, sehingga
disimpulkan, bahwa Sektor 1 dan 2 adalah yang
terbaik.
PENDAHULUAN
Lapangan Gunung Kemala terletak 10 km di
sebelah baratlaut Kotamadya Prabumulih
1

PAST

PRESENT

FUTURE

MATURATION

MARGINAL
FIELDS

SEC. REC.
TER. REC ( ? )

EXISTING
FIELDS

EXTENSION /
DEEPER POLE

UPSIDE

(NEW DISCOVERY?) POTENTIAL

REJUVENATION

Gambar 2. Siklus produktivitas suatu lapangan


minyak

Gambar 4. Time structure map Penyekat 2


(Near top of UP)

Geologi Lapangan Gunung Kemala


Secara geologi, Lapangan Gunung Kemala
terletak pada Graben Limau dan merupakan
suatu jalur antiklinorium : Pendopo, Benuang,
Gunung Kemala, Prabumulih Barat, Talang Jimar
sampai ke Ogan (Gambar 3).

Gambar 3

Pembuatan kolom stratigrafi Lapangan Gunung


Kemala
berdasarkan
hasil
pembelajaran
pemboran 7 sumur UP dapat dilihat Gambar 5.
Keberhasilan operasi pemboran yang menembus
total kedalaman 3400 m pada sumur GNK-X1,
GNK-X4 dan GNK-X7 telah membuktikan
keberadaan formasi terdalam endapan Tersier
yakni Formasi Lahat. Litologi formasi terdiri dari
shale abu-abu hingga coklat tua, nonkarbonatan pada bagian atas dan karbonatan di
bagian bawah, dengan sisipan batupasir yang
kadang-kadang tidak terkonsolidasi dengan baik.
Penemuan batuan karbonatan ini dipertegas lagi
oleh hasil logging FMI pada sumur GNK-X7 yang
menunjukkan
batuan
karbonat
tersebut
mempunyai porositas primer (interparticle) dan
porositas sekunder (fracture, vugs dan
channeling [Gambar 6].

Komplek
Graben
Limau,
Lapangan GNK terletak pada suatu
jalur Antiklinorium dan berada di utara
Sesar Naik Lematang.

Struktur GNK merupakan perangkap asymetric


fault-bent fold dari Sesar Naik Lematang yang
memiliki strike hampir timur barat. Sebagai
penyeimbang/pelepasan gaya kompresi Sesar
Naik Lematang maka terbentuklah sesar nomal
yang mempunyai pola strike relatif berpola arah
utara selatan (Gambar 4.). Sesar-sesar normal
tersebut kemudian membagi Struktur Gunung
Kemala 4 sektor kompartemen oil pool.

Terdiri dari perselingan batupasir tebal


dengan shale , batupasir abu-abu muda di
bagian atas gampingan dan mengandung
glaukonit, dibagian bawah tidak gampingan,
lepas, dengan sisipan batubara.

NERITIC

Batugamping, putih, coklat muda, keras


menengah, sebagian chalky dan kristalin

LITHORAL

Terdiri dari shale abu-abu muda kadang


kecoklatan, sisipan napal coklat muda dan
batugamping putih lunak.

NERITIC DEEP

770

Terdiri dari claystone tebal berselangseling dengan shale abu-abu, lunak, non
karbonat, dengan sisipan batulanau dan
batupasir abu-abu kehijauan mengandung
glaukonit.

TERESTERIAL

TEBAL (m)

360

Terdiri dari claystone abu-abu muda, lunak


sticky , non karbonatan, dengan sisipan
batulanau, batupasir dan batubara tebal.

390

Fasies

LITOLOGI

35

FORMASI

1150

UMUR

KELOMPOK

Polen

Nanno

Foram

Zonasi

Akhir

Gumai

Tengah

Talang Akar

TELISA

Pemetaan Geofisika Lapangan Gunung


Kemala
Kajian hasil pemboran sumur UP yang pertama
(GNK-X1), memperlihatkan terdapat 80
lapisan reservoar, tetapi hanya 64 lapisan yang
mengidentifikasikan hidrokarbon. Berdasarkan
sumur ini pula, kemudian dibuat batasan antara
reservoar prospek existing dengan reservoar
prospek UP. Adapun yang dimaksud dengan
pendefinisian reservoar prospek existing adalah
reservoar
yang
terdalam
yang
pernah
diproduksikan sebelum pemboran GNK-X1,
sedangkan pendefinisian reservoar prospek UP
adalah reservoar yang terletak di bawah prospek
existing. Gambar 7 memperlihatkan pembagian
zona existing dan UP. Marker geologi yang
tertera pada gambar tersebut: penyekat-1,
penyekat-2 dan penyekat-3 adalah batuan
dengan litologi shale yang tebal yan secara
genetik akan melampar secara meluas.
Penyekat-penyekat
tersebut
kemudian
digunakan untuk keperluan pemetaan geofisika
guna mendapatkan bentuk struktur Lapangan
Gunung Kemala. Terdapat lapisan shale tebal
lainnya, yang disebut sebagai Benakat Shale
yang merupakan anggota Formasi Lahat, tetapi
tidak ekonomis karena tidak berkembang lapisan
reservoir yang memadai, serta cap rock
mengalami perekahan akibat aktivitas tektonik
sehingga mengalami leaking.

550

Shale hitam keras, vein kalsit dengan


sisipan batugamping putih-putih susu di
bagian bawah.

>200

Lahat

Akhir
Awal

Oligosen

Mayeripollis
Lanagiopollis sp.1

Gambar 6 Sebahagian FMI image dari dari


batuan karbonat di GNK- X7 (3250 3340 m
MD) yang
menunjukkan
porositas
primer
(interpraticle)
dan
porositas
sekunder
(fracture,
vugs
dan
channeling).

Awal

F. trilobata

BRF

Miosen

NN3-NN4

N5-N6

< NN2
> NP25

P22

PALEMBANG

Florschuetzia levipoli

N6 - N15

NN5

Pliosen

Air Benakat

MEF

Kwarter

Batugamping, putih pucat, putih keabuabuan, chalky , lunak-keras sedang, sdkt


kristalin, porositas jelek, sdkt pyrit.
Shale , abu2 terang, strong calcareous

Gambar 5 Kolom Stratigrafi Gunung Kemala (UP


Team, 2003, 2005)

GNK-X.1
KB 32 1

m
Penyekat I
ZONA EKSISTING

Gambar 8 Well seismic tie sumur GNK-X1


dengan menggunakan VSP

Penyekat II

ZONA UPSIDE
POTENTIAL

Penyekat III

Setelah melakukan pengikatan data seismik,


kemudian dilakukan penelusuran (tracing) pada
data 2D seismik untuk melihat bentuk
penyebaran dari event geologi diatas. Hasil
pemetaan seismik untuk penyekat-1 dapat
dilihat pada Gambar 9, pemetaan penyekat-2
telah ditampilkan pada Gambar 4, sedang peta
penyekat-3 dapat dilihat di Gambar 10.

Benakat Shale

Gambar 7.
Zona penghasil di Gunung
Kemala (ref GNK-X1) terdiri atas zona
existing dan zona UP.
Untuk keperluan pemetan geofisika dari marker
marker yang telah teridentifikasi pada log
sumur GNK-X1 (penyekat-1, peyekat- 2 dan
penyekat- 3) maka diperlukan data borehole
geofisika untuk melihat posisi event geologi
tersebut di data surface seismik. Data borehole
geofisika (vertical seismic profiling) yang
terdapat di Lapangan Gunung Kemala ada
sebanyak 6 sumur dari 7 sumur UP. Dari ke
enam sumur tersebut dibuatkan seismic well tie,
dan salah satunya terlihat seperti Gambar 8
(GNK-X1). Hasil korelasi borehole seismik
surface seismik memperlihatkan
dengan
penyekat- 1 terletak di base BRF, penyekat- 2
terletak di near top of UP sedangkan untuk
melakukan pemetaan marker geologi penyekat3 di intra UP.

Gambar 9.
Time structure map penyekat1 (Base BRF)

oleh secondary migration melalui sesar naik


maupun sesar normal.

Gambar 10.

Time structure map penyekat3 (Intra UP)


Hasil pemetaan seismik dari ketiga-tiga event

geologi tersebut memperlihatkan struktur


antiklin dengan puncaknya mendekati Sesar
Naik Lematang. Kegunaan lain hasil pemetaan
seismik adalah untuk membantu pemetaan
korelasi antar sumur guna pemetaan lapisanlapisan reservoar tipis yang tidak terlihat oleh
resolusi seismik. Salah satu hasil korelasi geologi
yang searah dengan Sesar Naik Lematang dapat
dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11.

Gambar 12. Pengisian hidrokarbon pada zona


UP berlangsung secara insitu
migration
Adapun lokasi kitchen paling potensial untuk di

Lapangan Gunung Kemala terletak di sektor I


dan sektor II. Hasil ini ditunjukkan oleh peta
isochore (ketebalan waktu) dari intra UP ke near
top of UP (Gambar 13). Dari Gambar tersebut
terlihat sektor I dan sektor II lebih tebal dari
sektor-sektor lainnya, hal ini menunjukkan di
sektor tersebut dulunya adalah dalaman. Karena
merupakan dalaman maka terjadi penumpukkan
sedimen yang cukup tebal di sana yang
merupakan batuan induk untuk menghasilkan
hidrokarbon.

Hasil korelasi geologi yang


searah dengan Sesar Naik Lematang

Source Rock dan Migration


Perangkap hidrokarbon Di Lapangan Gunung
Kemala, yang terbukti terisi hidrokarbon pada
zona existing maupun zona UP terletak pada
kedalaman 1600 sd 2650 m, oil window
berdasarkan penelitian BATM Trisakti, 2003
terjadi pada kedalaman 1900 m. Jadi
berdasarkan fakta ini maka untuk lapisan zona
UP pengisian hidrokarbon disebabkan oleh
primary migration/insitu migration (Gambar 12).
Sedangkan untuk reservoar yang lebih dangkal
dari 1900 m pengisian hidrokarbon disebabkan

Gambar 13.

Isochore map (peta ketebalan


waktu) dari intra UP ke near top of
UP

Strategi Pengembangan UP Gunung


Kemala

Hasil evaluasi post mortem dari sumur-sumur


pemboran UP untuk keseluruhan sektor di
Gunung Kemala dapat dilihat pada Tabel 1. Dari
tabel tersebut terlihat pada zona UP yang paling
menarik dan menguntungkan adalah di sektor I
dan sektor II.

Tabel 1.

Well

GNK-X.1
GNK-X.2
GNK-X.3
GNK-X.4
GNK-X.5
GNK-X.6
GNK-X.7

optimasi produksi pada zona existing, yaitu


sebagai artificial gas lift supplier. Kasus
dimatikannya sesaat sumur GNK-X3 yang
memproduksikan gas HP (lihat Tabel 1) untuk
well
head,
perbaikan
kebocoran
di
mengakibatkan penurunan produksi yang cukup
signifikan dari 900 BOPD menjadi 300 BOPD,
akibat hilangnya suplai gas HP yang digunakan
untuk artificial gas lift di Lapangan Gunung
Kemala.

Hasil evaluasi pemboran Upside


Potentials Gunung Kemala
Secto
r
II
III
II
IV
I
II
II

Actual Net Pay


Existing
(m)

Upside
Pot. (m)

35
13
37
0
25
4
32

67
21
63
7.5
24
13
25

Total
Thickness
(m)
102
34
100
7.5
49.5
17
57

Actual Production
Bean,
mm

Oil,
bopd

SA/09
SA/13
SA/13
SB/OF
SA/11
SB/OF
SB/OF

395
100
200
64
398
17
42

Gas,
Mmsc
f
6.1
0.48
6.7
1.1
-

KESIMPULAN
Konsep rejuvenasi dalam rangka peremajaan
suatu lapangan telah mengilhami penemuan
zona prospek upside potentials di Struktur
Gunung Kemala.
Setelah melakukan assessment data melalui 7
pemboran upside potentials yang menyebar di
setiap sektor, hasilnya menunjukkan zona
upside potentials yang paling menarik
dikembangkan berada di sektor I dan sektor II
dengan total depth pemboran 2650 m.

Hasil perolehan hidrokarbon yang sangat


memuaskan di sektor I dan II berkorelasi
dengan petroleum system yang terdapat di sana
yakni: adanya kitchen, dan insitu migration yang
terjadi pada zona UP. Berdasarkan fakta-fakta
ini maka prospek pengembangan zona UP akan
diarahkan
ke
sektor
tersebut.
Untuk
pengembangan sektor ini juga dimasukkan
analisa data produksi/reservoar dari sumur
sumur yang telah ada. Sumur-sumur yang
terletak di sebelah utara sumbu antiklin, relatif
cepat mengalami kenaikan kadar air ketimbang
yang berada di sebelah selatannya.

Penemuan cadangan gas pada zona UP


memberikan efek berganda, karena gas yang
terproduksi digunakan sebagai articial gas lift
supplier bagi lapisan-lapisan existing yang sudah
depleted.
REFERENSI
BATM Trisakti (2003), Laporan analisa Sidewall
Core (Biostratigrafi, Routine, SEM, X-Ray,
Petrografi & Geokimia) Sumur GNK-79 Interval
147 2946.5 m.

Adanya penemuan cadangan minyak dan gas


pada zona UP, memberikan efek yang berganda.
Disamping perolehan migas yang didapat, gas
yang terproduksi dari zona UP digunakan untuk

Anda mungkin juga menyukai