Responsi Radiologi
Responsi Radiologi
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem saraf pusat tersusun atas otak dan medulla spinalis. Keduanya
saling terhubung melalui batang otak. Sama halnya dengan medulla spinalis, otak
memiliki unit fungsional berupa sel-sel saraf. Setiap satu set sel saraf memiliki
peran dan fungsinya masing-masing didalam otak. Oleh karena itu, apabila terjadi
lesi di salah satu bagian otak, akan menimbulkan manifestasi klinis yang berbeda,
tergantung pada lokasi lesi dan luas lesi (Robin dan Kumar, 2010).
Otak mendapatkan nutrisi melalui vaskuler yang memperdarahinya.
Gangguan vaskuler di otak dapat menyebabkan penyakit cerebrovaskuler. Saat ini,
penyakit cerebrovaskuler adalah penyakit mematikan ketiga di dunia setelah
penyakit kardiovaskuler dan kanker. Penyakit cerebrovaskuler dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu stroke iskemik, stroke hemoragik, dan anomali cerebrovaskuler
misalnya pada malformasi arterivena dan aneurisma intracranial. Stroke, terutama
stroke iskemik, dapat berakhir sebagai infark cerebri karena kematian jaringan
otak yang tidak tervaskularisasi dalam waktu beberapa menit (Smith, 2008).
Infark serebri yang luas dapat pula disebabkan oleh kausa lain seperti edema atau
herniasi cerebri.
Untuk menegakkan diagnosis akut infark cerebri, diperlukan pemeriksaan
penunjang yang mampu melihat jaringan lunak otak dengan baik, yaitu Computer
Tomography (CT) Scan dan Magnetic resonance Imaging (MRI). Melalui
pemeriksaan ini, dapat diketahui lokasi lesi infark, luas, serta dapat pula
menentukan lesi tersebut akut atau kronis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Infark cerebri adalah fokus nekrosis di otak yang terjadi karena proses
iskemik total dan memanjang yang mempengaruhi semua elemen di
jaringan otak, yaitu neuron, glia, dan pembuluh darah (Agamanolis, 2014).
Stroke merupakan salah satu kausa infark karena menyebabkan proses
iskemik di otak. Stroke seringkali disebut dengan brain attack, terjadi
ketika aliran darah di otak terhambat, sehingga sel otak tidak mendapat
cukup oxygen dan glukosa yang dibutuhkan untuk metabolisme, sehingga
lama kelamaan akan menimbulkan kerusakan otak hingga kematian sel
otak (Beckerman, 2011).
B. EPIDEMIOLOGI
Penyebab infark cerebri paling banyak adalah stroke. Menurut WHO,
15 juta orang mengalami stroke setiap tahun di seluruh dunia, 5 juta dari
mereka akan meninggal, dan 5 juta yang lain akan mengalami kecacatan
permanen (Jauch et all, 2015). Di Indonesia sendiri, prevalensi stroke
mencapai 12,1 per 1.000 penduduk. Angka itu naik dibandingkan
Riskesdas 2007 yang sebesar 8,3 persen. Stroke telah jadi penyebab
kematian utama di hampir semua rumah sakit di Indonesia, yakni 14,5
persen. Prevalensi stroke sama untuk kedua jenis kelamin, dan meningkat
seiring pertambahan usia (Riskesdas, 2013).
C. ETIOLOGI
Kejadian infark serebri ditentukan oleh tiga faktor, yaitu lokasi oklusi
arteri, kecepatan oklusi arteri, dan kondisi atau keadaan sirkulasi kolateral.
D. PATOGENESIS
Stroke merupakan peristiwa hilangnya fungsi otak secara mendadak
akibat gangguan suplai darah. Aliran darah otak normal berkisar pada 5060 mL/100 g / menit. Penurunan aliran darah ke otak menyebabkan asupan
glukosa dan oksigen ke neuron berkurang. Neuron adalah impuls
transmitter, yang membutuhkan suplai energi secara konstan (Mir, et al.,
2014).
Stroke iskemik terjadi akibat sumbatan pembuluh darah pada satu atau
lebih arteri cerebral, yang mengakibatkan penurunan perfusi otak. Stroke
iskemik dapat berupa stroke trombotik, stroke emboli, hipoperfusi
sistemik, atau trombosis vena (Mir, et al., 2014). Ketergantungan total
pada metabolisme aerobik menyebabkan jaringan otak sangat rentan
mengalami iskemia. Penurunan asupan glukosa dan oksigen menyebabkan
sel tidak mampu mempertahankan fungsinya, yang akan mengaktifkan
cascade iskemia. Keluarnya asam amino eksitatorik khususnya glutamat,
akan mendorong terjadinya influks kalsium dan natrium,
mengganggu
homeostasis
sel.
Peningkatan
konsentrasi
yang
kalsium
Gambar 1.
E. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada pasien stroke tergantung pada daerah otak yang
mengalami cedera. Gejala umumnya berupa rasa melayang atau ringan
pada kepala (light headed). Meski tidak selalu berhubungan dengan
aktivitas, ICH hampir selalu timbul saat pasien bangun dan kadang saat
mengalami stress. Hemiparesis kontralateral merupakan gejala awal.
Wajah merot, bicara pelo, kelemahan bertahap pada lengan dan kaki, serta
mata menjauhi sisi hemiparesis. Paralysis akan memburuk sampai
ekstremitas yang terkena menjadi flaccid atau rigid. Penurunan kesadaran
dan tanda peningkatan tekanan intra kranial (TIK) seperti nyeri kepala dan
muntah. Gejala akan memburuk secara progresif dalam 30-90 menit. Saat
perdarahan telah meluas, timbul rasa kantuk luar biasa hingga masuk
kondisi stupor sebagai tanda kompresi upper brainstem.
F. DIAGNOSIS
Berbagai pemeriksaan dilakukan untuk menegakkan diagnosis, antara
lain pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
radiologi dan laboratorium.
1. CT
Pasien yang dicurigai mengalami stroke harus menjalani
pemeriksaan untuk menentukan jenis stroke. Dalam hal ini,
pemeriksaan CT scan kepala tanpa kontras lebih banyak
digunakan pada keadaan emergensi. Dengan diketahuinya
lokasi perdarahan akan mempersempit differensial diagnosis.
changes),
yang
sebelumnya
dikenal
sebagai
10
11
pompa
natrium-kalium,
yang
menyebabkan
12
Gambar 3. Potongan aksial CT scan kepala tanpa kontras pada pasien wanita
berusia 80 tahun dengan akut stroke iskemik. Tampak gambaran lesi hipodens
pada hemisfer cerebri kiri. (Gupta, 2015)
Melalui pemeriksaan CT, iskemia serebri dapat dinilai
dengan menggunakan Alberta Stroke Program Early CT Score
(ASPECTS). ASPECTS merupakan skor CT scan topografi
kuantitatif dengan poin maksimal 10, yang digunakan pada
pasien dengan stroke akibat middle cerebral artery (MCA).
Pada penilaian ASPECTS, dilakukan asesmen segmental
terhadap daerah vaskularisasi MCA. 1 poin akan dikurangi
dari nilai awal 10 untuk tiap regio yang terlibat:
a) Caudate
b) Putamen
13
c) Internal capsule
d) Insular cortex
e) M1: korteks anterior MCA, merujuk pada operculum
frontalis
f) M2: korteks lateral MCA ke pita insula.
g) M3: korteks posterior MCA, merujuk pada lobus
temporalis posterior
h) M4: daerah MCA anterior di superior M1
i) M5: daerah MCA lateral di superior M2
j) M6: daerah MCA posterior di superior M3
Skor ASPECTS dapat digunakan untuk menentukan
prognosis terapi yang dilakukan. Skor ASPECTS < 8 yang
diterapi dengan trombolisis tidak menunjukkan hasil klinis
yang baik (Aviv, et al., 2007)
14
peningkatan
berikutnya,
pseudo-normalisasi
dan,
15
16
G. DIAGNOSIS BANDING
Beberapa kelainan yang menimbulkan gambaran infark pada otak antara
lain:
1. Stroke emboli
2. Stroke trombus
3. Stroke hemoragik
H. TATALAKSANA
Pemeriksaan neurologik dalam penanganan kasus stroke iskemik
dapat dilakukan dengan menggunakan skala atau sistem skoring National
Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS). NIHSS menilai derajat defisit
neurologis, memfasilitasi komunikasi antara pasien dan tenaga medis,
mengidentifikasi kemungkinan sumbatan pembuluh darah, menentukan
prognosis awal dan komplikasi serta menentukan intervensi yang
diperlukan.
17
18
bertujuan
untuk
memperbaiki
iskemik
dengan
obat-obat
(r-tPA)
dapat
melarutkan
gumpalan
darah
yang
19
berhubungan
dengan
penggunaan
fibrinolitik.
Berikut
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Tidak ada pungsi arteri pada lokasi yang non-compressible dalam
7 hari sebelumnya
11. Waktu protrombin 15 detik atau international normalized ratio
1,7 tanpa penggunaan obat antikoagulan
12. Waktu partial-protrombin dalam rentang normal, jika heparin
diberikan selama 48 jam sebelumnya
13. Hitung trombosit 100.000/mm
20
2.
stroke iskemik akut menerima intravena r-tPA dalam 4,5 jam dari
onset
3.
4.
usia 18 tahun ,
5.
skor NIHSS 6 ,
6.
ASPECTS 6 , dan
7.
21
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Infark cerebri adalah fokus nekrosis di otak yang terjadi karena proses
iskemik total dan memanjang yang mempengaruhi semua elemen di
jaringan otak, yaitu neuron, glia, dan pembuluh darah. Stroke
merupakan salah satu kausa infark karena menyebabkan proses
iskemik di otak. Stroke seringkali disebut dengan brain attack, terjadi
ketika aliran darah di otak terhambat, sehingga sel otak tidak mendapat
cukup oxygen dan glukosa yang dibutuhkan untuk metabolisme,
sehingga lama kelamaan akan menimbulkan kerusakan otak hingga
kematian sel otak.
2. Stroke dapat dibedakan menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik,
dimana penegakan diagnosis keduanya sangat berpengaruh pada
tatalaksana yang diberikan.
3. Penegakan
diagnosis
pemeriksaan,
antara
stroke
lain
dilakukan
anamnesis,
dengan
pemeriksaan
serangkaian
fisik,
dan
perdarahan
akut
scan
lebih
sensitif
dalam
mencitrakan
22
DAFTAR PUSTAKA
Agamanolis, Dimitri P., 2014. Cerebral Infark. http://neuropathologyweb.org/chapter2/chapter2bCerebralinfarcts.html diakses tanggal 15 Juli
2016
Jauch,
et
all.
2015.
Stroke
Overview.
www.emedicine.medscape.com/article/1916852-overview.html
diakses
tanggal 15 Juli 2016