KASUS MALPRAKTEK
DAN PELANGGARAN PIDANA
KELOMPOK 8
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
KASUS 1
TANGGAPAN KASUS 1
1.
Dalam kasus ini si pasien yang pada awalnya hanya mengalami masalah
pada tulangnya pada akhirnya harus menghembuskan nafasnya untuk
terakhir kalinya hanya karena kesalahan pemberian gas setelah operasi.
Kelalaian fatal ini bisa dikatakan terjadi karena kurangnya ketelitian dari
dokter ataupun petugas kesehatan lainnya dalam pemberian pelayanan
kesehatan terhadap pasien. Kelalaian ini juga bisa disebabkan karena
manejemen rumah sakit yang kurang tertata baik, pendidikan
yang dimiliki petugas yang mungkin masih minim serta banyak lagi
faktor yang lainnya. Karena tindakan tersebut tidak hanya melangar
2.
KASUS 2
TANGGAPAN KASUS 2
1. .....
2. .....
3. .....
KASUS 3
Nina pun langsung dibedah dibagian ulu hati hingga dibawah puser, tapi
anehnya, dokter yang menangani pembedahan tidak memberitahukan
atau tidak minta ijin terlebih dahulu kepada orangtuanya, sebagai
prosedur yang harus ditempuh dokter bila ingin melakukan tindakan
operasi atau pembedahan.
Ternyata setelah dibedah, dugaan bahwa Nina menderita usus buntu tidak
terbukti. Dokter lalu membuat kesimpulan berdasarkan diagnosa, Nina
menderita kebocoran kandung kemih. Nina kemudian dioperasi tapi juga
tidak memberitahukan orangtuanya. Bekas-bekas operasi itu terlihat di
perut Nina yang dijahit hingga 10 jahitan lebih.
Kedua orangtua Nina hanya bisa pasrah dan minta pertanggungjawaban
pihak Rumah Sakit RSCM atas kesehatan anaknya. Ayah Nina yang juga
bekerja di RSCM ini akan mengadukan kasusnya ke Menteri Kesehatan
dan siap dipecat dari pekerjaannya. (Endro Bawono/Sup)
TANGGAPAN KASUS 3
1. .....
2. .....
3. .....
KASUS 4
Beginilah kondisi Nita Nur Halimah (21), warga Desa Talun, Blitar, Jawa Timur
setelah meminum obat yang diberikan oleh salah satu dokter ditempat asalnya.
Kulit wajah, tangan hingga sekujur tubuhnya berubah menjadi hitam.
Menurut Marsini, ibu korban, awalnya Nita hanya menderita luka ngilu dibagian
persendian tubuhnya saat diperiksakan ke dokter. Nita mendapatkan resep obat
tanpa bungkus, namun setelah meminumnya suhu tubuhnya semakin panas.
Mulut dan kulit wajahnya berubah kehitaman hingga merebak kesekujur
tubuhnya. Pihak keluarga menganggap kondisi ini disebabkan oleh kesalahan
dokter Andi yang memberikan resep obat tersebut.
Penanganan medis yang dilakukan untuk saat ini adalah memberikan
penambahan nutrisi serta elektrolit untuk memperbaiki jaringan yang rusak dan
memberikan antibiotik untuk membersihkan luka pasien dari bakteri.
Hingga Senin (02/03) kemarin, Nita ditangani oleh 11 tim dokter spesialis bedah
kulit. Indikasi sementara Nita menderita Steven Jhonson Sindrom atau alergi
pada reaksi obat akibat rendahnya ketahanan tubuh pasien. (Nurochman/Sup)
TANGGAPAN KASUS 4
1. .....
2. .....
3. .....
KASUS 5
VIVAnews - LUBANG sebesar bola tenis berada tepat di atas pusar Sisi
Chalik. Tampak tersembul gumpalan usus. Berwarna merah, dan memekar
saat dia buang air besar. Kotoran itu keluar bukan dari jalan lazim. Tapi
dari liang di atas pusar. Setiap hari, lebih dari sekali, dia harus mengganti
perban penutup ususnya.
Kerepotan itu sudah dijalaninya sembilan tahun. "Mana ada orang
menerima keadaan tak normal begini," kata perempuan 47 tahun ini
kepada VIVAnews di Jakarta, Jumat 27 Februari 2009. Sisi normal sejak
lahir. Sampai petaka itu menimpanya 16 Mei 2000.
Waktu itu, dokter di Rumah Sakit Budhi Jaya, Jalan Saharjo, Jakarta
Selatan, menemukan myoma (tumor) dalam rahimnya. Dia lalu digiring ke
meja operasi. Aksi bedah itu memang selesai. Tapi lima hari berselang,
perutnya malah bengkak. Nafasnya sesak.
Dia lalu kembali ke meja operasi di rumah sakit sama. "Ternyata
ditemukan kebocoran usus," ujar Sisi. Dia marah. Ditepisnya tawaran
operasi gratis dari rumah sakit itu. Sejak itulah perutnya terus berlubang.
Ususnya tampak menyembul.
Perut bocor itu rupanya membuat hidupnya makin pelik. Dia dicerai
suaminya, dan dijauhi kerabat. Dia bahkan tak diterima oleh keluarga
besarnya lagi. "Karena itu, saya menggugat dokter," katanya.
Dia lalu memulai perjuangannya menghadapi dunia medis. Langkah
pertama, dia membawa kasus ini ke Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia. Tapi Majelis rupanya punya penilaian berbeda.
Dokter dan rumah sakit, kata putusan Majelis itu, tak melakukan
kesalahan. Tuntutan Sisi pun kandas.
Sisi kemudian mencoba cara lain. Dia menempuh peradilan konvensional.
Mulanya, dia menggugat perdata ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Sisi minta ganti rugi Rp 3 miliar. "Saya butuh untuk operasi di RS Mount
Elisabeth Singapore," katanya.
Di meja hijau, kasus itu sempat menggantung sembilan tahun. Kuasa
hukum RS Budhi Jaya, Iswahjudi Karim, mengatakan kliennya tak salah.
"Justru dia tak mau menjalani operasi akhir untuk penyambungan usus,"
kata Iswahjudi. "Ingin disembuhkan tidak mau.Pengadilan memutuskan
kasus itu pada Senin 3 Maret 2009 . (VIVAnews)
TANGGAPAN KASUS 5
1. .....
2. .....
3. .....
KASUS 6
Kasus 7
Kasus 8
Kasus Malpraktik di Sidoarjo: Polisi Tunggu Hasil Visum
Kamis, 20 Mei 2010 | 18:50 WIB