Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduaduanya, biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif serta sering terjadi pada
usia > 50 tahun.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur angsur penglihatan
kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996)
B. ETIOLOGI
1. Kimia: keracunan kortikosteroid, ergot dan lain-lain
2. Fisik: trauma mata
3. Penyakit metabolik: diabetes mellitus, galaktosemi, distrofi miotonik
4. Penyakit mata: glaukoma, ablasi, uveitis
5. Genetik
6.

paling seringUsia oleh Karen degenerasipada usila

7. Rokok dan konsumsi alkohol meningkatkan risiko katarak


C. PATOFISIOLOGI
Lensa berisi 65% air,35% protein dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi
penurunan ambilan oksigen,penurunan ai,peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya
protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap
kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan desitasnya. Peningkatan
densitasn diakibatkan oleh kompresi sentral serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang
baru diproduksi di korteks,serat lensa ditekan menuju sentral. Serat-serat lensa yang padat
lama-lama menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering
bilateral. Selain itu,berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan gangguan metabolisme
pada lensa mata. Gangguan metabloisme ini,menyebabkan perubahan kandungan bahanbahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan
dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang
masuk melalu kornea dihalangi oleh lensa yang keruh/buram. Kondisi ini mengaburkan
bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai
2

bayangan yang kabut. Pada katarak yang tidak diterapi,lensa mata menjadi putih
susu,kemudian berubah kuning. Bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien mengalami
kesulitan dalam membedakan warna.
D. MANIFESTASI KLINIK
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif
(seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap
dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang
pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menja di negatif
(-).
Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat
menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
b. Peka terhadap sinar atau cahaya.
c. Dapat melihat dobel pada satu mata.
d. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
e. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
E. KLASIFIKASI KATARAK
Katarak berdasarkan usia dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini
sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella,
diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, dan galaktosemia.
b. Katarak Senile
Katarak senile ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed 3).
Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis
katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa distorsi
penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak,
disertai penglihatan jauh makin kabur. Penglihatan dekat mungkin sedikit

membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second
sight).
c. Katarak Juvenile
Kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan seratserat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut
sebagai soft carahast. Mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih
dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
d. Katarak Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakit lain.
Penyebab katarak jenis ini adalah gangguan okuler, penyakit sistemik dan trauma.
F. PEMBAGIAN STADIUM KATARAK
a. Stadium insipien

Di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa.


Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.
Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu

matanya.
Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa
sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam

b.

posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa.


Tajam penglihatan pasien belum terganggu.

Stadium imatur

Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa

menjadi cembung.
Terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. P
Terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung pasien menyatakan tidak

perlu kacamata sewaktu membaca dekat.


Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, bilik mata dangkal dan sudut

bilik mata akan sempit atau tertutup.


Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris
pada lensa. Uji bayangan iris positif.

c.

Stadium matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa.


Terjadi kekeruhan seluruh lensa.
4

d.

Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan

dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali.


Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal,

sudut bilik mata depan terbuka normal, uji bayangan iris negatif.
Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif

Stadium hipermatur

Terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga

nukleus lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni).


Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun

korteks yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan.
Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang

akan mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka.


Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh

sehingga stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif.


Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea

berupa uveitis.
Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul
glaukoma fakoliti

Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)


Kekeruhan
Cairan Lensa
Iris
Bilik mata depan
Sudut bilik mata
Shadow test
Visus
Penyulit

Insipien
Ringan
Normal
Normal
Normal
Normal
(-)
(+)
(-)

Imatur
Sebagian
Bertambah
Terdorong
Dangkal
Sempit
(+)
<
Glaukoma

Matur
Seluruh
Normal
Normal
Normal
Normal
(-)
<<
(-)

Hipermatur
Masif
Berkurang
Tremulans
Dalam
Terbuka
+/<<<
Uveitis+glaukoma

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Keratometri.
b. Pemeriksaan lampu slit.
c. Oftalmoskopis.
d. A-scan ultrasound (echography).
e. Penghitungan sel endotel penting u/ fakoemulsifikasi & implantasi.
5

H. PENGOBATAN
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat
dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai
kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi
infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi
glaukoma dan uveitis.
Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi
lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga
korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan
tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak
intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karenaseluruh lensa bersama kapsul
dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak
boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih
memiliki

zonula

zinn.

Dapat

pula

dilakukan

tekhnik

ekstrakapsuler

dengan

fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga


hanya diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan
rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.
I. PENCEGAHAN
a. Mengontrol penyakit yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktorfaktor yang mempercepat terbentuknya katarak.\
b. Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari bisa
mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata.
c. Berhenti merokok bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.
d. Mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vit C, vit A dan vit E
J. KOMPLIKASI
1. Glaukoma
2. Ablasio retina
3. Uveitis
4. Perdarahan vitreus
5. Infeksi
6

6. Pertumbuhan ke kamera okuli anterior

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas/Istrahat
Gejala
: Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
b. Neurosensori
Gejala
: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan

memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap. Perubahan


pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
Tanda
: Tampak kecoklatan /putih susu pada pupil. Peningkatan air mata.
c. Nyeri/Kenyamanan
Gejala
: Ketidaknyamanan ringan/mata berair
d. Pembelajaran/Pengajaran
Gejala
: Riwayat keluarga diabetes, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres,
alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena),
ketidakseimbangan endokrin, diabetes. Terpajan pada radiasi,
steroid/toksisitas fenotiazin. Pertimbangan rencana pemulangan:
DRG menunjukkan rerata lamanya dirawat: 4,2 hari (biasanya
dilakukan

sebagai

prosedur

pasien

rawat

jalan).

Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan makanan,


perawatan/pemeliharaan rumah.
e. Prioritas Keperawatan
-

Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut.


meningkatkan adaptasi terhadap perubahan/penurunan

penglihatan.
mencegah komplikasi.
memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan

ketajaman

pengobatan.
f. Tujuan Pemulangan
- penglihatan dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin.
- pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif.
- komplikasi dicegah/minimal
- proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan visus
2. Infeksi resiko tinggi terhadap prosedur invasif
3. Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada
lensa mata.
4. Ansietas berdasarkan kehilangan penglihatan
5. Kurang pengetahuan berhubungn dengan perawatan/pengobatan
6. Resiko terhadap cedera dan yag berhubugan dengan kerusakan penglihatan atau
kurang pengetahuan.
3. INTERVENSI
Dx 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan visus
8

Tujuan : menunjukkan perubahan prilaku pola hidup untuk menurunkan faktor resiko
dan untuk melindungi diri dari cedera.
Intervensi
1. Diskusi tentang pembatasan aktivitas

Rasional
1 Membantu mengurangi rasa takut dan
meningkatkan

2. Ambulasi dengan bantuan berikan kamar

kerja

sama

dalam

pembatasan yang diperlukan


2. Memerlukan sedikit dari pada pispot
yang dapat menyebabkan TIO

mandi khusus
3. Dorong nafas dalam bentuk untuk

3. Batuk meningkatkan TIO

bersihan paru
Anjurkan menggunakan teknik

4
Meningkatkan

relaksasi

dan

koping

menurunkan TIO

manajemen stres, contoh bimbingan


imajinasi, visualisasi, nafas dalam dan
latihan relaksasi

Digunakan untuk melindungi dari cidera


dari
5. Pertahankan perlindungan mata sesuai
indikasi

kecelakaan

untuk

menurunkan

gerakan mata
6
Mual/muntah dapat meningkatkan TIO,
memerlukan

Berikan obat sesuai indikasi antiemetic.

tindakan

segera

untuk

mencegah cidera okuler

Dx 2. Infeksi resiko tinggi terhadap prosedur invasif


Tujuan : menunjukkan perubahan prilaku pola hidup dan meningkatkan penyembuhan
luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema, dan demam serta
mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Intervensi

Rasional

Mandiri
1. Diskusikan pentingnya mencuci tangan
sebelum menyentuh/mengobati mata

2. Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat


untuk membersihkan mata dari dalam ke
luar dengan tisu basah/bola kapas untuk

Menurunkan jumlah bakteri pada tangan,


mencegah area kontaminasi area operasi.

4. Teknik

aseptic

penyebaran

menurunkan

bakteri

dan

resiko

kontaminasi

silang

tiap usapan, ganti balutan, dan masukkan


lensa kontak bila menggunakan.
3. Tekankan pentingnya tidak
menyentuh/menggaruk mata yang

5. Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi


operasi

dioperasi.
4.
4. Observasi tanda terjadinya infeksi contoh 6. Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah

1.

2.

kemerahan, kelopak bengkak, drainase

prosedur

purulen. Identifikasi tindakan

intervensi. Adanya ISK meningkatkan

kewaspadaan bila terjadi ISK.

adanya resiko kontaminasi silang.

Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi:
Antibiotik (topical, parenteral, atau
subkonjungtival)
Steroid

dan

memerlikan

upaya

1. Topikal digunakan secara profilaksis,


dimana terapi lebih agresif diperlukan bila
terjadi infeksi.
2. Digunakan untuk menurunkan inflamasi

Dx 3. Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada


lensa mata.
Tujuan : klien akan mendemontrasikan peningkatan kemampuan untuk memproses
rangsangan visual dan mengomunikasikan pembatasan pandangan.

Intervensi

Rasional

10

1. Kaji dan dokumentasikan ketajaman


1.

Menentukan seberapa bagus visus klien

penglihatan (visus) dasar


2.
2.
3. Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa
yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh
klien

Memberikan data dasar tentang


pandangan akurat klien dan bagaimana
hal tersebut memengaruhi perawatan

3.
Memfasilitasi kebebasan bergerak
4. Adaptasikan
kebutuhan

lingkungan

dengan

dengan aman

visual klien dengan cara

orientasikan klien pada lingkungan.


5.

Mengemambangkan
Letakkan alat-alat yang sering digunakan indevenden

tindakan

dan

meningkatkan

dalam pandangan klien (seperti, ttv keamanan.


control, teko, tisu)
5.
5.

5.

Meningkatkan penglihatan klien lokasi

Berikan pencahayaan yang paling sesuai katarak


dengan klien

akan

memengaruhi

apakah

cahaya gelap atau terang yang lebih baik


6.
Mencegah distres. Katarak akan
memecah

6.

Cegah glare (sinar yang menyilaukan)

sinar

lampu

yang

akan

menyebabkan distres
Kehilangan pengihatan terjadi lambat
dan progresif, tiap mata dapat berlanjut

7. Tentukan ketajaman penglihatan, catat


apakah satu atau kedua mata terlibat

dengan
biasanya

laju

yang

hanya

berbeda,

satu

mata

tetapi
yang

diperbaiki per prosedur.


6.
7. Memberikan rangsangan sensori tepat
terhadap
8.

isolasi

dan

menurunkan

Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bingung


8.
birara dan menyentuh sering
9. Memberikan peningkatan kenyamanan,
menurunkan cemas dan disorientasi

9.

Orientasikan

pasien

terhadap

pascaoperasi

lingkungan dan orang lain di areanya


11

10Perubahan ketajaman penglihatan dan


kedalaman persepsi dapat menyebabkan
10 Ingatkan pasien menggunakan kacamata bingung

penglihatan/

meningkatkan

katarak yang tujuannya memperbesar resiko cedera sampai pasien belajar


kurang lebih 25%, penglihatan ferifer untuk mengkompensasi
hilang. Dan buta titik mungkin ada

Gangguan

penglihatan

iritasi

dapat

berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata


Perhatikan

tentang

suram

atau

penglihatan kabur dan iritasi mata,

tetapi secara bertahap menurun dengan


penggunaan

dimana dapat terjadi bila menggunakan


Memungkinkan pasien melihat objek

tetes mata

lebih mudah
Letakkan barang yang dibutuhkan dalam
jangkauan pada sisi yang tak dioperasi

Dx 4. Ansietas berdasarkan kehilangan penglihatan


Tujuan : tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi

Rasional

Kaji tingkat ansietas derajat pengalaman


1.
nyeri/timbulnya

secara

tiba-tiba

Faktor ini mempengaruhi persepsi

dan pasien terhadap ancaman diri, potensial

pengetahuan kondisi saat ini

siklus ansietas dan dapat mempengaruhi


upaya medik untuk mengontrol TIO

2.
Dorong pasien untuk mengukur masalah
dan mengekspresikan perasaan

Memberikan kesempatan untuk pasien


menerima situasi nyata mengklasifikasi
salah satu konsepsi dan pemecahan
masalah

Identifikasi
mendorong

sumber

orang

yang
3.

Memberikan keyakinan bahwa pasien


tidak sendiri dalam menghadapi masalah

12

Dx 5. Kurang pengetahuan berhubungn dengan perawatan/pengobatan


Tujuan : menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan
INTERVENSI
Kaji informasi tentang kondisi individu,
1.
prognosis, tipe prosedur lensa

RASIONAL
Meningkatkan pamahaman dan kerja
sama dengan program pasca operasi

Informasikan pasien untuk menghindari


tetes mata yang dijual bebas
2.
Anjurkan pasien menghindari membaca,

Dapat bereaksi silang campur dengan


obat yang diberikan

berkedip, mengangkat berat, mengejan


saat

defekasi,

membongkok

pada

panggul, meniup hidung, penggunaan


sprey, bedak bubuk, merokok

Aktivitas yang menyebabkan mata lelah


atau regang atau meningkatkan TIO
dapat mempengaruhi hasil bedah dan

Tekankan kebutuhan untuk menggunakan mencetuskan perdarahan


kaca pelindung selama hari pembedahan
atau penutup padaa malam

4.
Mencegah cedera kecelakaan pada mata

Anjurkan pasien tidur telentang mengatur


intensitas lampu dan menggunakan kaca
mata gelap bila keluar atau dalam

dan menurunkan resiko peningkatan TIO


sehubungan dengan berkedip atau posisi
kepala

ruangan terang, batuk dengan mulut atau


5.
mata terbuka

Mencegah cedera kecelakaan pada mata

13

Dx 6. Resiko terhadap cedera dan yag berhubugan dengan kerusakan penglihatan atau
kurang pengetahuan.
Tujuan : pencegahan cedera.
INTERVENSI
RASIONAL
Bantu pasien ketika mampu melakukan1. Menurunkan resiko jatuh atau cedera
ambulasi pasca operasi sampai stabil dan ketika langkah sempoyongan atau tidak
mencapai penglihatan dan keterampilan mempunyai keterampilan koping untuk
koping yang memadai. Ingat bahwa balutan kerusakan penglihatan.
bilateral

menjadikan

pasien

tak

dapat

melihat, mengunakan tekhnik bimbingan


penglihatan.
Bantu pasien menata lingkungan. Jangan
mengubah

penataaan

meja-kursi

tanpa
Memfasilitasi

pasien diorentasi terlebih dahulu.

kemandirian

dan

menurunkan resiko cedera.


3. Orintasikan pasien pada ruangan.

Bahas perlunya penggunaan perisai metal


atau kaca mata bila diperintahkan.

lingkungan.

5. Jangan memberikan tekanan pada mata


yang terkena trauma.

Temeng logam atau kaca mata melindungi


mata terhadap cedera.

Gunakan prosedur yang memadai ketika


memberikan obat mata.

Meningkatkan keamanan mobilitas dalam

Tekanan pada mata dapat mengakibatkan


kerusakan serius lebih lanjut.

6.
Cedera dapat terjadi bila wadah obat
menyentuh mata.

D. IMPLEMENTASI
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien dan tergantung pada kondisinya. Sasaran
utama pasien meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pencegahan deteriosasi visual
14

yang lebih berat , pemahaman dan penerimaan penanganan, pemenuhan aktivitas


perawatan diri, termasuk pemberian obat, pencegahan isolasi sosial, dan tanpa
komplikasi.
F. EVALUASI
Melakukan pengkajian kembali untuk mengetahui apakah semua tindakan yang telah
dilakukan dapat memberikan perbaikan status kesehatan terhadap klien. Hasil yang
diharapkan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mengalami peredaan nyeri.


Tampak tenang dan bebas dari ansietas.
Menghadapi keterbatasan dalam persepsi sensori.
Menerima program penanganan dan menjalankan anjuran secara aman dan tepat.
Mempraktikan aktifitas perawatan diri secara efektif.
Berpartisipasi dalam aktifitas diversional dan sosial.
Mengucapkan pemahaman program terapi, perawatan tindak lajut, dan kunjungan ke
dokter.

15

Anda mungkin juga menyukai