Tugas Katarak KMB
Tugas Katarak KMB
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduaduanya, biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif serta sering terjadi pada
usia > 50 tahun.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur angsur penglihatan
kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996)
B. ETIOLOGI
1. Kimia: keracunan kortikosteroid, ergot dan lain-lain
2. Fisik: trauma mata
3. Penyakit metabolik: diabetes mellitus, galaktosemi, distrofi miotonik
4. Penyakit mata: glaukoma, ablasi, uveitis
5. Genetik
6.
bayangan yang kabut. Pada katarak yang tidak diterapi,lensa mata menjadi putih
susu,kemudian berubah kuning. Bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien mengalami
kesulitan dalam membedakan warna.
D. MANIFESTASI KLINIK
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif
(seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap
dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang
pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menja di negatif
(-).
Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat
menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
b. Peka terhadap sinar atau cahaya.
c. Dapat melihat dobel pada satu mata.
d. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
e. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
E. KLASIFIKASI KATARAK
Katarak berdasarkan usia dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat
pembentukan lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini
sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella,
diabetes mellitus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, dan galaktosemia.
b. Katarak Senile
Katarak senile ini adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed 3).
Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile ini jenis
katarak yang sering ditemukan dengan gejala pada umumnya berupa distorsi
penglihatan yang semakin kabur pada stadium insipiens pembentukkan katarak,
disertai penglihatan jauh makin kabur. Penglihatan dekat mungkin sedikit
membaik, sehingga pasien dapat membaca lebih baik tanpa kaca mata (second
sight).
c. Katarak Juvenile
Kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan seratserat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut
sebagai soft carahast. Mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih
dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
d. Katarak Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasi dari penyakit lain.
Penyebab katarak jenis ini adalah gangguan okuler, penyakit sistemik dan trauma.
F. PEMBAGIAN STADIUM KATARAK
a. Stadium insipien
matanya.
Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa
sehingga akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam
b.
Stadium imatur
Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa
menjadi cembung.
Terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. P
Terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung pasien menyatakan tidak
c.
Stadium matur
d.
Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan
sudut bilik mata depan terbuka normal, uji bayangan iris negatif.
Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif
Stadium hipermatur
Terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga
korteks yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan.
Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang
berupa uveitis.
Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul
glaukoma fakoliti
Insipien
Ringan
Normal
Normal
Normal
Normal
(-)
(+)
(-)
Imatur
Sebagian
Bertambah
Terdorong
Dangkal
Sempit
(+)
<
Glaukoma
Matur
Seluruh
Normal
Normal
Normal
Normal
(-)
<<
(-)
Hipermatur
Masif
Berkurang
Tremulans
Dalam
Terbuka
+/<<<
Uveitis+glaukoma
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Keratometri.
b. Pemeriksaan lampu slit.
c. Oftalmoskopis.
d. A-scan ultrasound (echography).
e. Penghitungan sel endotel penting u/ fakoemulsifikasi & implantasi.
5
H. PENGOBATAN
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat
dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai
kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi
infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi
glaukoma dan uveitis.
Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi
lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior sehingga
korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun dengan
tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak
intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karenaseluruh lensa bersama kapsul
dikeluarkan, dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak
boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih
memiliki
zonula
zinn.
Dapat
pula
dilakukan
tekhnik
ekstrakapsuler
dengan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas/Istrahat
Gejala
: Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
b. Neurosensori
Gejala
: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan
silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
sebagai
prosedur
pasien
rawat
jalan).
penglihatan.
mencegah komplikasi.
memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan
ketajaman
pengobatan.
f. Tujuan Pemulangan
- penglihatan dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin.
- pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif.
- komplikasi dicegah/minimal
- proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan visus
2. Infeksi resiko tinggi terhadap prosedur invasif
3. Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada
lensa mata.
4. Ansietas berdasarkan kehilangan penglihatan
5. Kurang pengetahuan berhubungn dengan perawatan/pengobatan
6. Resiko terhadap cedera dan yag berhubugan dengan kerusakan penglihatan atau
kurang pengetahuan.
3. INTERVENSI
Dx 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan visus
8
Tujuan : menunjukkan perubahan prilaku pola hidup untuk menurunkan faktor resiko
dan untuk melindungi diri dari cedera.
Intervensi
1. Diskusi tentang pembatasan aktivitas
Rasional
1 Membantu mengurangi rasa takut dan
meningkatkan
kerja
sama
dalam
mandi khusus
3. Dorong nafas dalam bentuk untuk
bersihan paru
Anjurkan menggunakan teknik
4
Meningkatkan
relaksasi
dan
koping
menurunkan TIO
kecelakaan
untuk
menurunkan
gerakan mata
6
Mual/muntah dapat meningkatkan TIO,
memerlukan
tindakan
segera
untuk
Rasional
Mandiri
1. Diskusikan pentingnya mencuci tangan
sebelum menyentuh/mengobati mata
4. Teknik
aseptic
penyebaran
menurunkan
bakteri
dan
resiko
kontaminasi
silang
dioperasi.
4.
4. Observasi tanda terjadinya infeksi contoh 6. Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah
1.
2.
prosedur
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi:
Antibiotik (topical, parenteral, atau
subkonjungtival)
Steroid
dan
memerlikan
upaya
Intervensi
Rasional
10
3.
Memfasilitasi kebebasan bergerak
4. Adaptasikan
kebutuhan
lingkungan
dengan
dengan aman
Mengemambangkan
Letakkan alat-alat yang sering digunakan indevenden
tindakan
dan
meningkatkan
5.
akan
memengaruhi
apakah
6.
sinar
lampu
yang
akan
menyebabkan distres
Kehilangan pengihatan terjadi lambat
dan progresif, tiap mata dapat berlanjut
dengan
biasanya
laju
yang
hanya
berbeda,
satu
mata
tetapi
yang
isolasi
dan
menurunkan
9.
Orientasikan
pasien
terhadap
pascaoperasi
penglihatan/
meningkatkan
Gangguan
penglihatan
iritasi
dapat
tentang
suram
atau
tetes mata
lebih mudah
Letakkan barang yang dibutuhkan dalam
jangkauan pada sisi yang tak dioperasi
Rasional
secara
tiba-tiba
2.
Dorong pasien untuk mengukur masalah
dan mengekspresikan perasaan
Identifikasi
mendorong
sumber
orang
yang
3.
12
RASIONAL
Meningkatkan pamahaman dan kerja
sama dengan program pasca operasi
defekasi,
membongkok
pada
4.
Mencegah cedera kecelakaan pada mata
13
Dx 6. Resiko terhadap cedera dan yag berhubugan dengan kerusakan penglihatan atau
kurang pengetahuan.
Tujuan : pencegahan cedera.
INTERVENSI
RASIONAL
Bantu pasien ketika mampu melakukan1. Menurunkan resiko jatuh atau cedera
ambulasi pasca operasi sampai stabil dan ketika langkah sempoyongan atau tidak
mencapai penglihatan dan keterampilan mempunyai keterampilan koping untuk
koping yang memadai. Ingat bahwa balutan kerusakan penglihatan.
bilateral
menjadikan
pasien
tak
dapat
penataaan
meja-kursi
tanpa
Memfasilitasi
kemandirian
dan
lingkungan.
6.
Cedera dapat terjadi bila wadah obat
menyentuh mata.
D. IMPLEMENTASI
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien/pasien dan tergantung pada kondisinya. Sasaran
utama pasien meliputi peredaan nyeri, mengontrol ansietas, pencegahan deteriosasi visual
14
15