Anda di halaman 1dari 27

KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

(konsep dasar keperawatan)

A. Falsafah
Keyakinan terhadap nilai kemanusiaan yang menjadi pedoman dalam melaksanakan asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat baik untuk individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
1. Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah pekerjaan luhur dan manusiawi yang ditujukan
untuk klien.
2. Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah upaya berdasarkan kemanusiaan untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwijudnya manusia sehat khususnya
dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima semua
orang.
4. Upaya promotif dan preventif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan kuratif dan
rehabilitatif.
5. Perawat Kesehatan Masyarakat sebagai provider dan masyarakat sebagai consumer
pelayanan kesehatan , menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi
perubahan dalam kebijakan dan pelayanan keearah peningkatan status kesehatan masyarakat
6. Pengembangan tenaga kesehatan masyarakat secara berkesinambungan..
7. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatan.
B. Pengertian
1. WHO (1959)
Lapangan perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan,ilmu
kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat
secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan
lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan
kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hl itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan.
2. Ruth B Freeman
Suatu lapangan khusus bidang keperawatan dimana teknik keperawatan, ketrampilan
berorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada ketrampilan anggota profesi
kesehatan lain dan kepada tenaga sosial lain demi untuk memelihara kesehatan masyarakat.
3. American Nursing Association (ANA)
Suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan penduduk.
4. Badan Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Suatu bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peranserta aktif masyarakat.
Ilmu Keperawatan

Peran serta Masyarakat Kesehatan Masyarakat


Tiga komponen dasar ilmu Keperawatan Kesehatan Masyarakat
Konsep keperawatan dikarakteristikan oleh 4 konsep pokok yaitu:
1. Manusia
2. Kesehatan
3. Keperawatan
4. Lingkungan
Gambar 2
Paradigma Keperawatan
1. Konsep Manusia
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial dan spiritual yang utuh dan unik, dalam arti
merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani dan unik karena mempunyai
berbagai macam kebutuhan sesuai dengan tingkat perkembangannya. (Konsorsium Ilmu
kesehatan, 1992)
Manusia selalu berusaha untuk memahami kebutuhannya melalui berbagai upaya antara lain
dengan selalu belajar dan mengembangkan sumber-sumber yang diperlukan sesuai dengan
potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia secara
terus menerus mengahadapi perubahan lingkungan dan selalu berusaha beradaptasi terhadap
pengaruh lingkungan
Gambar. 3
Dimensi manusia sebagai satu kesatuan utuh antara aspek fisik, intelektual, emosional, socialkultural, spiritual dan lingkungan ( Dikutip dari Taylor C. dkk. Fundamental of Nursing,
1989)
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan.
Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan
masyarakat.
a. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya
memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual
karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan
menuju kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di
dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan
Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri.

Gambar. 4
Hirarki Maslow tentang Kebutuhan Dasar manusia
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu focus pelayanan
keperawatan yaitu:
1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki atau
mengabaikan maslah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Hampir setiap masalah
kesehatan mulai dari awal sampai pada penyelesaiannya akan dipengaruhi keluarga. Keluarga
mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarga.
3) Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Penyakit pada salah satu anggota
keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga tersebut. Peran dari anggota-anggota
keluarga akan mengalami perubahan, bila salah satu angota menderita sakit. Disisi lain status
kesehatan dari klien juga sebagian akan ditentkan oleh kondisi keluarganya.
4) Dalam merawat
c. Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang
bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama
Ciri-ciri:
1) Interaksi antar warga
2) diatur oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas
3) Suatu komuniatas dalam waktu
4) identitas yang kuat mengikat semua warga
2. Kesehatan
Sehat didefinisikan sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif
(Parson).
Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan
produktif (Paplau).
Menurut HL Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan
1) Keturunan
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Lingkungan
Sehat merupakan tujuan dalam pemberian pelayanan keperawatan , dimana kondisi sehatsakit berada dalam suatu rentang dari kondisi sehat optimal sampai dengan status kesehatan
yang terendah yaitu kematian dan kondisi normal berada di tengah.
SEHAT OPTIMAL
SEHAT
NORMAL
SAKIT

KEMATIAN
Gambar 5.
Rentang sehat-sakit
sebagai skala hipotesa kondisi sehat-sakit ( Taylor C. dkk )
3. Keperawatan
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga , kelompok dan
masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal.
Keperwatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan
kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif,
ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus
hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental, keterbatasan
pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan
sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan
penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk
memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini
dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika profesi keperawatan.
Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki falsafah yang bertujuan mengarahkan kegiatan
keperawatan yang dilakukan. Pertama, Keperawatan menganut pandangan yang holistic
terhadap manusia yaitu keutuhan sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritual. Kedua, kegiatan
keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistic dalam arti menghargai dan
menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta menjunjung tinggi
keadilan bagi semua manusia. Ketiga, keperawatan bersifat universal dalam arti tidak
membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik, agama, aliran politik dan status
ekonomi social. Keempat, keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan serta
yang kelima, keperawatan menganggap klien sebagai partne aktif dalam arti perawat selalu
bekerjasama dengan klien dalam pemberian asuhan keperawatan.
4. Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat, dimana
lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia. Lingkungan di sini meliputi
lingkungan fisik, psikologis, social budaya dan lingkungan spiritual. Untuk memahami
hubungan lingkungan dengan kesehatan masyarakat (individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat) dapat digunakan model segitiga agen-hospes-lingkungan atau agent-hostenvironment triangle model yang dikemukakan oleh Leavelll,(1965), dimana ketiga
komponen saling berhubungan dan dapat berpengaruh terhadap status kesehatan penduduk.
AGENT/PENYEBAB
LINGKUNGAN HOSPES/MANUSIA

Gambar 6
Model Leavell. Agen, hospes dan lingkungan saling berhubungan dan mempengaruhi
kesehatan (Taylor.C. dkk, Fundamental of Nursing, 1989)
C. Asumsi dasar
1. Sistem pelayanan adalah kompleks
2. Pelayanan kesehatan (primer, sekunder dan tertier) merupakan komponen dari pelayanan
kesehatan.
3. Keperawatan sebagai subsistem pelayanan kesehatan merupakan hasil produk pendidikan,
riset yang dilandasi praktek.
4. Focus utama Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah primery care.
5. Perawatan Kesehatan Masyarakat terutama terjadi ditatanan kesehatan utama.
D. Pandangan /Keyakinan
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima oleh semua orang.
2. Penyusunan kebijaksanaan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan
kesehatan.
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan dan klien sebagai penerima pelayanan
kesehatan dapat membentuk kerjasama untuk mendorong dan mempengaruhi perubahan
dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan.
4. Lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan penduduk, kelompok, keluarga dan individu.
5. Pencegahan penyakit sangat diperlukan untuk peningkatan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab individu.
7. Klien merupakan anggota tetap team kesehatan. Individu dalam komunitas bertanggung
jawab untuk kesehatan sendiri dan harus didorong serta dididik untuk berperan dalam
pelayanan kesehatan.
E. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan memampuan masyarakat secara meyeluruh dalam
memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan asuhan
keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan pembinaan dan
asuhan keperawatan di rumah, di pandi dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan asuhan
keperawatan di rumah.
f. Terlayaninnya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi yang
memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju keadaan
sehat yang optimal.
F. Ruang Lingkup
1. Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dengan jalan

a. Penyuluhan kesehatan
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks
2. Preventif
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap
individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi
b. Pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan ki\unjungan rumah
c. Pemberian vitamin A, Iodium
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui
3. Kuratif
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah kesehatan
melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit dirumah
b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut dari Pukesmas atau rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis
d. Perawatan buah dada
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Rehabilitatif
Upaya pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau kelompok-kelompok yang
menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan:
a. Latihan fisik pada penderita kusta, patah tulang dan lain sebagainya
b. Fisioterapi pada penderita strooke, batuk efektif pada penderita TBC dll
5. Resosialitatif
Adalah upaya untuk mengemabalikan penderita ke masyarakat yang karena penyakitnya
dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.
G. Sasaran
Individu, keluarga, kelompok dam masyarakat baik yang sehat atau sakit atau yang
mempunyai masalah kesehatan karena ketidaktahuan, ketidakmauan serta ketidakmampuan.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu :
1. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan:
a. Ibu hamil tertenti yang belum ANC.
b. Ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya.
c. Balita tertentu.
d. Penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh program.
e. Penyakit endemis.
f. Penyakit kronis tidak menular.
g. Kecacatan tertentu (mental atau fisik).
2. Keluarga dengan resiko tinggi
a. Ibu hamil dengan masalah gizi.
1) anemia gizi berat (HB kurang dari 8 gr%)

2) Kurang Energi Kronis (KEK)


b. Ibu hamil dengan resiko tinggi lai (perdarahan, infeksi, hipertensi)
c. Balita dengan BGM
d. Neonatus dengan BBLR.
e. Usia lanjut jompo.
f. Kasus percobaan bunuh diri.
3. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
a. Drop out tertentu
1) Ibu hamil
2) Bayi
3) Balita dengan keterlambatan tumbuh kembang.
4) Penyakit kronis atau endemis.
b. Kasus pasca keperawatan
1) Kasus pasca keperawatan yang dirujuk dari institusi pelayanan kesehatan.
2) Kasus katarak yang dioperasi di puskesmas.
3) Persalinan dengan tindakan.
4) Kasus psikotik.
5) Kasus yang seharusnya dirujuk yang tidak dilaksanakan rujukannya.
4. Pembinaan kelompok khusus.
Kelompok yang rawan dan rentan terhadap masalah kesehatan
a. Terikat dalam institusi, misalnya
1) Panti
2) Rutan/lapas
3) Pondok pesantren
4) Lokalisasi/WTS.
b. Tidak terikat dalam institusi, misalnya:
1) Karang wredha
2) Karang balita
3) KPKIA
4) Kelompok pekerja informal
5) Perkumpulan penyandang penyakit tertentu (jantung, asma, DM dan lain-lain ).
6) Kelompok remaja.
5. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah
1. Masyarakat di daerah endemis suatu penyakit misalnya endemis malaria, filariasis, HHF,
diare.
2. Masyarakat didaerah dengan keadaan lingkungan kehidupan buruk, misalnya derah kumuh
di kota besar.
3. Masyarakat di daerah yang mempunyai masalah yang menonjol dibanding dengan daerah
lain, misalnya daerah dengan AKB tinggi.
4. Masyarakat di daerah yang mempunyai masalah kesenjangan pelayanan kesehatan lebih
tinggi dari daerah sekitar, misalnya cakupan ANC rendah, immunisasi rendah.
5. Masyarakat di daerah pemukiman baru, yang diperkirakan akan mengalami hambatan
dalam melaksanakan adaptasi kehidupannya, seperti daerah transmigrasi, pemukiman
masyarakat terasing.
H. Kegiatan
1. Memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga dan kelompok khusus melalui home
care.
2. Penyuluhan kesehatan

3. Konsultasi dan problem solving


4. Bimbingan
5. Melaksanakan rujukan
6. Penemuan kasus
7. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit kesehatan
8. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas
9. Melakukan koordinasi dalam berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas
10. Kerjasama lintas program dan lintas sektoral
11. Memberikan tauladan
12. Ikut serta dalam penelitian
I. Prinsip dasar dalam praktek perawatan kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat
2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bkerja untuk masyarakat.
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya pomotif dan
preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam peayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses keperawatan.
6. kegiatan utama perawatan kesehatan mayarakat adalah dimasyarakat dan bukan di rumah
sakit.
7. Pasien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditkankan kepada pembinaan perilaku hidup sehat
masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan fungsi kehidupan sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan masyarakat tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara team.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan masyarakat digunakan untuk
kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang sehat
atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali
dari rumah sakit.
12. Home visite sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakan harus mengacu pada sistem pelayanan
kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit
pelayanan.
J. Pendekatan
Contoh pendekatan yang dapat digunakan:
1. Problem solving approach
Pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dengan menggunakan proses keperawatan.
2. Family approach
Pendekatan terhadap keluarga binaan
3. Case Approach
Pembinaan dilakukan berdasar kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai memerlukan
tindak lanjut.

4. Community approach
Pendekatan dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survey mawas diri dengan
melibatkan partisipasi masyarakat.
K. Peran perawat komunitas dalam asuhan keperawatan
Komunitas adalah kelompok sosial yang tingga dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu
sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama. (WHO).
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan
dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mesekak tinggal,
kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Linda Jarvis)
Komunitas dipandang sebagai target pelayanan kesehatan sehingga diperlukan suatu
kerjasama yang melibatkan secara aktif masyarakat untuk mencapai peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, untuk itu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
diberikan perawat komunitas merupakan suatu upaya yang esensial atau sangat dibutuhkan
oleh komunitas, mudah dijangkau, dengan pembiayaan yang murah, lebih ditekankan pada
penggunaan teknologi tepat guna.
Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dimana individu, keluarga maupun masyarakat
sebagai pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatan serta bertanggung jawab atas
kesehatannya sendiri berdasrkan azas kebersamaan dan kemandirian.
Perawatan Kesehatan Masyarakat merupakan sintesa dari praktek keperawatan dan praktek
kesehatan masyarakat yang diaplikasikan untuk meningkatkan kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan dari masyarakat. Perawatan Kesehatan Masyarakat mempunyai tujuan membantu
masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit melalui:
1. Pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada individu, keluarga, dan kelompok
dalam masyarakat, dengan strategi intervensi yaituproses kelompok, pendidikan kesehatan
serta kerjasama (partnership).
2. Memperhatikan secara langsung terhadap status kesehatan seluruh masyarakat secara
komprehensive.
Pada Perawatan Kesehatan Masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi
komunitas.
2. Kerjasama
Kerjasaman dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral.
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama
peningkatan kesehatan.
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu
sendiri.
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif
terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
Perawat komunitas dapat bekerja diberbagai tatanan:
1. Klinik rawat jalan
2. Kantor kesehatan

3. Kesehatan kerja
4. Sekolah
5. Rumah
6. Perkemahan
7. Institusi pemeliharaan kesehatan
8. Tempat pengungsian
Perawat di komunitas dapat bekerja sebagai:
1. Perawat keluarga
2. Perawat sekolah
3. perawat kesehatan kerja
4. perawat gerontologi
Perawat keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan masyarakat
yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai
tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya, 1978).
Perawat keluarga adalah :
Perawat teregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang dipersiapkan untuk
praktek memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang sehat sakit.
Praktek ini mencakup pengambilan keputusan independen dan interdependen dan secara
langsung bertanggung gugat terhadap keputusan klinis.
Peran perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, berpartisipasi
dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan di bidang
kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case managemen dan konsultasi.
Perawat kesehatan sekolah
Keperawatan sekolah adalah: keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan pendidikan
guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat
sekolah dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986)
Perawatan kesehatan sekolah mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan unit individu, kelompok dan masyarakat sekolah.
Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk hidup sehat,
menciptakan lingkungan dan suasana sekolah yang sehat. Fokus utama perawat kesehatan
sekolah adalah siswa dan lingkunganya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader.
Perawat kesehatan kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara
kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan (American Asociation of
Occupational Health Nursing)
Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan
unik individu, kelompok dan masyarakat di tatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempak
konstruksi, universitas dan lain-lain.
Lingkup praktek keperawatan kesehatan kerja mencakup pengkajian riwayat kesehatan,
pengamatan, memberikan pelayanan kesehatan primer konseling, promosi kesehatan,
administrasi management quality asurance, peneliti dan kolaburasi dengan komunitas.

Perawat gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan
pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu
orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal.
Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan
utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut
perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,
malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian
lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan
kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat.
Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan,
konsultasi , penelitian dan administrasi.

Prinsip dan Teknik Komunikasi dalam asuhan keperawatan


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Komunikasi merupakan suatu dasar dan kunci seseorang dalam menjalankan
tugasnya, komunikasi merupakan suatu proses dalam perawatan untuk menjalankan dan
menciptakan hubungan dengan pasien, komunikasi tampaknya sederhana tetapi untuk
menjadikan suatu komunikasi berguna dan efektif membutuhkan usaha dan keterampilan
serta kemampuan dalam bidang itu (Arifin, 2002).
Tidak ada persoalan sosial manusia dihadapkan dengan masalah sosial yang
penyelesaiannya menyangkut komunikasi yang lebih baik, Setiap hari semua orang
melakukan proses komunikasi. Sering kali akibat komunikasi yang tidak tepat terjadi
perbedaan pandangan atau salah paham. Oleh karena itu setiap orang perlu memahami
konsep dan proses komunikasi untuk meningkatkan hubungan antar manusia dan mencegah
kesalah pahaman yang mungkin terjadi, hubungan komunikasi terapeutik antara perawat atau
bidan dengan pasien adalah hubungan kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar

perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik
(Utami P, 1998).
Dasawarsa terakhir masalah komunikasi antara petugas kesehatan dan pasien telah
mendapatkan sorotan luas karena adanya beberapa laporan riset yang di kumpulkan Faulkner
(1984), laporan tersebut mengungkapkan bahwa banyak pasien yang merasa tidak pernah
menerima cukup informasi (Nancy, 1988).
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktifitas dan bagian yang selalu ada
dalam proses manajemen keperawatan atau kebidanan. Berdasarkan hasil penelitian
Swansburg (1990), bahwa lebih dari 80% waktu yang digunakan untuk berkomunikasi, 16%
untuk membaca dan 9% untuk menulis. Pengembangan keterampilan dalam berkomunikasi
merupakan kiat sukses bagi seorang bidan karena terlalu banyak waktu yang digunakan untuk
komunikasi, mendengar, berbicara jadi jelas bahwa bidan harus mempunyai keterampilan
interpersonal yang baik, karena praktek kebidanan berorientasi pada hubungan interpersonal
dalam mencapai suatu tujuan organisasi, maka untuk menciptakan komitmen dan rasa
kebersamaan perlu ditunjang keterampilan dalam berkomunikasi (Nursalam, 2002).
Dalam profesi keperawatan, komunikasi sangat penting antara perawat dengan
perawat, dan perawat dengan klien, khususnya komunikasi antar perawat dengan klien
dimana dalam komunikasi itu perawat dapat menemukan beberapa solusi dari permasalahan
yang sedang dialami klien, dan komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik.
Akan tetapi dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik ini ada fase-fase, tehnik-tehnik, dan
faktor-faktor, serta proses komunikasi terapeutik tersebut dalam perawatan sehingga
pelayanan/asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik serta memberikan tingkat
kepuasan pada klien.

B. Tujuan.
Dengan memberikan materi ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memahami serta
dapat menerapkan tentang konsep komunikasi terapeutik dalam proses keperawatan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Fase fase komunikasi terapeutik
1. Tahap Persiapan (Prainteraksi)
Tahap Persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum berinteraksi
dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini perawat juga mencari
informasi tentang klien. Kemudian perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama
dengan klien. Tahap ini harus dilakukan oleh seorang perawat untuk memahami dirinya,
mengatasi kecemasannya, dan meyakinkan dirinya bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan
klien (Suryani, 2005).
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
1. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan. Sebelum berinteraksi dengan klien,
perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Perasaan apa
yang muncul sehubungan dengan interaksi yang akan dilakukan. Apakah ada perasaan
cemas? Apa yang dicemaskan? (Suryani, 2005).
2. Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri. Kegiatan ini sangat penting dilakukan agar
perawat mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal pada saat berinteraksi dengan
klien. Misalnya seorang perawat mungkin mempunyai kekuatan mampu memulai
pembicaraan dan sensitif terhadap perasaan orang lain, keadaan ini mungkin bisa
dimanfaatkan perawat untuk memudahkannya dalam membuka pembicaraan dengan klien
dan membina hubungan saling percaya (Suryani, 2005).
3. Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting karena dengan
mengetahui informasi tentang klien perawat bisa memahami klien. Paling tidak perawat bisa
mengetahui identitas klien yang bisa digunakan pada saat memulai interaksi (Suryani, 2005).
4. Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu merencanakan
pertemuan pertama dengan klien. Hal yang direncanakan mencakup kapan, dimana, dan
strategi apa yang akan dilakukan untuk pertemuan pertama tersebut (Suryani, 2005).
2. Tahap Perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak
dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada saat berkenalan, perawat harus memperkenalkan
dirinya terlebih dahulu kepada klien (Brammer dalam Suryani, 2005). Dengan

memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan
akan mendorong klien untuk membuka dirinya (Suryani, 2005). Tujuan tahap ini adalah
untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat
ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang lalu (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005).
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
1. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi terbuka.
Hubungan saling percaya merupakan kunci dari keberhasilan hubungan terapeutik (Stuart,
G.W dalam Suryani, 2005), karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak mungkin akan
terjadi keterbukaan antara kedua belah pihak. Hubungan yang dibina tidak bersifat statis, bisa
berubah tergantung pada situasi dan kondisi (Rahmat, J dalam Suryani 2005). Karena itu,
untuk mempertahankan atau membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap
terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan menghargai klien
(Suryani, 2005).
2. Merumuskan kontrak pada klien (Christina, dkk, 2002). Kontrak ini sangat penting untuk
menjamin kelangsungan sebuah interaksi (Barammer dalam Suryani, 2005). Pada saat
merumuskan kontrak perawat juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi peran-peran
perawat dan klien agar tidak terjadi kesalah pahaman klien terhadap kehadiran perawat.
Disamping itu juga untuk menghindari adanya harapan yang terlalu tinggi dari klien terhadap
perawat karena karena klien menganggap perawat seperti dewa penolong yang serba bisa dan
serba tahu (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Perawat perlu menekankan bahwa perawat
hanya membantu, sedangkan kekuatan dan keinginan untuk berubah ada pada diri klien
sendiri (Suryani, 2005).
3. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap ini
perawat mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan memberikan
pertanyaan terbuka, diharapkan perawat dapat mendorong klien untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaannya sehingga dapat mengidentifikasi masalah klien.
4. merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi bersama
klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai. Tujuan ini dirumuskan
setelah klien diidentifikasi.
Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan
seterusnya, tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat
dengan keadaan klien saat ini, dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya
dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama klien (Cristina, dkk, 2002).
3. Tahap Kerja

Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik (Stuart,
G.W dalam Suryani, 2005). Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat
dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat juga dituntut untuk
mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan dalam
respons verbal maupun nonverbal klien.
Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat pada
tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active listening,
perawat membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara
mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah
dipilih.
Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Tehnik
menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting
dalam percakapan, dan membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide yang sama
(Murray, B & Judth dalam Suryani, 2005). Tujuan tehnik menyimpulkan adalah membantu
klien menggali hal-hal dan tema emosional yang penting (Fontaine & Fletcner dalam
Suryani, 2005)
4. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien (Christina, dkk, 2002).
Tahap ini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G.W dalam
Suryani, 2005).
Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-klien, setelah terminasi
sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien pada waktu yang telah ditentukan.
Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara
keseluruhan.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
1. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini juga
disebut evaluasi objektif. Dalam mengevaluasi, perawat tidak boleh terkesan menguji
kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
2. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan perasaan
klien setelah berinteraksi dengan perawat. Perawat perlu mengetahui bagaimana perasaan
klien setelah berinteraksi dengan perawat. Apakah klien merasa bahwa interaksi itu dapat
menurunkan kecemasannya? Apakah klien merasa bahwa interaksi itu ada gunanya? Atau
apakah interaksi itu justru menimbulkan masalah baru bagi klien.

3. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindakan ini juga
disebut sebagai pekerjaan rumah untuk klien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan
dengan interaksi yang akan dilakukan berikutnya. Misalnya pada akhir interaksi klien sudah
memahami tentang beberapa alternative mengatasi marah. Maka untuk tindak lanjut perawat
mungkin bisa meminta klien untuk mencoba salah satu dari alternative tersebut.
4. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat agar terdapat
kesepakatan antara perawat dan klien untuk pertemuan berikutnya. Kontrak yang dibuat
termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi.
Stuart G.W. (1998) dalam Suryani (2005), menyatakan bahwa proses terminasi perawatklien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal tersebut tidak
dilakukan dengan baik oleh perawat, maka regresi dan kecemasan dapat terjadi lagi pada
klien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat untuk terbuka,
empati dan responsif terhadap kebutuhan klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya.

B. Prinsip dan Teknik Komunikasi dalam Proses Keperawatan


1) Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)

Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.

Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi.

Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.

Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.

Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan


bisa realistik.

Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang sesuai.

Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yang


dibutuhkan.

2. Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999)

Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.

Sesi perencanaan tim kesehatan.

Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.

Membuat rujukan.

3. Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)

Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999).

Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.

Meningkatkan harga diri pasien.

Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.

Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.

4. Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)

Memperkenalkan diri kepada pasien.

Memulai interaksi dangan pasien.

Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.

Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.

Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.

1. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)

Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan


sendiri.

Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.

Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.

C. Konsep Keperawatan Kesehatan Komunitas


Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan, kesehatan dan
komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul Azwar (2000)
mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut :
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak
berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia,
balk secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari tingkat
individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati
tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk
memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari
praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh
dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,
berkelanjutan dan melibatkan masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan
komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan

kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal.
Melalui proses keperawatan, perawat dapat menerapkan pengetahuan yang
komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah atau diagnosa
keperawatan, merencanakan intervensi, mengimplementasikan dan mengevaluasi intervensi
yang telah dilakukan. Proses keperawatan merupakan pendekatan yang sistematis dan ilmiah
dalam praktek keperawatan, dimana kelima komponennya saling berinteraksi satu dan yang
lain, seperti ditunjukan pada diagram dibawah ini :
I. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap pertama proses keperawatan dimana pengumpulan data
dilakukan secara sistematis untuk menentukan status kesehatan klien saat ini,
mengidentifikasi pola koping klien yang lalu dan saat ini (Iyer dkk., 1996). Pengkajian harus
dilakukan menyeluruh terhadap aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pada
kenyataannya perawat lebih mengutamakan data biologis/fisik, sedangkan data psikologis,
sosial dan spiritual seringkali kurang diperhatikan. Oleh karena itu pengkajian yang akurat,
lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan
diagnosa keperawatan sesuai dengan respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan
dalam standar keperawatan dari ANA (American Nursing Association).
Data yang dikumpulkan berguna untuk aktivitas atau tindakan keperawatan yang dibutuhkan
klien dan juga sebagai sumber data bagi profesi lain, karena pertukaran data antar profesi
sangat penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.
Pengumpulan data difokuskan untuk mengidentifikasi :
1. Status kesehatan klien
2. Pola pertahanan/koping yang biasa digunakan
3. Respon klien terhadap pengobatan / terapi
4. Faktor resiko yang menyebabkan timbulnya masalah
5. Kebutuhan yang menimbulkan timbulnya masalah
6. Fungsi klien saat ini.

Elemen yang akan dievaluasi pada tahap pengkajian ini adalah :


1. Akurasi dan sistematika data
2. Kelengkapan data
3. Validasi data

4. Kualitas data
5. Alternatif pengumpulan data
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
menurut Gordon (1976) mendefinisikan diagnosa keperawatan adalah masalah
kesehatan aktual dan potensil dimana perawat berdasarkan pendidikan dan penglamannya
mampu dan mempunyai wewenang untuk memberikan tindakan keperawatan. Sedangkan
menurut NANDA diagnosa keperawatan adalah kesimpulan klinis terhadap respon individu,
keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan aktual dan potensial atau diagnosa
keperawatan adalah merupakan dasar untuk menetapkan tindakan keperawatan dalam
mencapai tujuan. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data, dimana menurut
NANDA diartikan sebagai definisi karakteristik yang dinamakan tanda dan gejala. Tanda
adalah sesuatu yang dapat diobservasi sedangkan gejala adalah sesuatu yang dirasakan oleh
klien. Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga
dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang
diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan gambaran
tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan
terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
Dari definisi diatas jelaslah bahwa diagnosa keperawatan yang dirumuskan harus sesuai
dengan kewenangan perawat. Komponen diagnosa keperawatan terdiri dari; problem, etiologi
dan simtom (tanda dan gejala).
III. PERENCANAAN
Setelah diagnosa keperawatan dirumuskan, maka untuk membuat formulasi rencana tindakan
keperawatan ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan :
1. Menentukan perioritas berdasarkan diagnosa keperawatan
2. Menentukan kriteria hasil (tujuan jangka panjang dan jangka pendek)
3. Menentukan rencana tindakan dan
4. Didokumentasikan.

Rencana keperawatan merupakan suatu petunjuk yang merumuskan tentang kegiatan


keperawatan yang ditulis secara mandiri oleh perawat. Meskipun perawat tetap terlibat dalam
peran kolaborasi, pemberian pengobatan yang diprogramkan oleh dokter.
Beberapa faktor yang menentukan perioritas masalah keperawatan (Griffith-Kenney dan
Christensen, 1986) antara lain :
1. Ancaman kehidupan dan kesehatan
2. Sumber daya dan dana yang tersedia
3. Peran serta klien
4. Prinsip ilmiah dan praktek keperawatan yang mempengaruhi penentuan perioritas diagnosa
keperawatan.
Setelah menentukan diagnosa keperawatan yang diperioritaskan, ditetapkanlah tujuan jangka
panjang untuk mengatasi masalah secara umum dan jangka pendek untuk mencapai tujuan
jangka panjang. Karakteristik penulisan tujuan adalah uraian tentang penampilan, situasi,
sesuai dengan sandar yang ada dan adanya target waktu. Penampilan merupakan suatu
aktivitas yang dilakukan klien dan biasanya dapat diobservasi. Tujuan yang ditetapkan
haruslah dapat diukur dan dapat mengerahkan intervensi keperawatan.
Rencana tindakan keperawatan, adalah merupakan kegiatan akhir dari perencanaan. Strategi
yang digunakan antara lain pendidikan kesehatan, pemecahan masalah, pemakaian diri secara
terapiutik, dan penerapan prinsip praktek keperawatan dan harus memnggambarkan fungsi
mandiri perawat profesional, sesuai dengan sumber praktek keperawatan yang ditetapkan.
Contoh :
Diagnosa : Potensial terjadi infeksi pasca operasi sehubungan dengan adanya luka insisi kulit
dan jaringan.
Tujuan Jangka Panjang : Setelah satu minggu pasca operasi tidak terjadi infeksi pada luka
operasi.
Tujuan Jangka Pendek : Tanda-tanda infeksi tidak terlihat ( kemerahan, bengkak, nyeri,
panas dan kehilangan fungsi ).
- Proses penyembuha optimal (tampak jaringa granulasi, waktu penyembuhan sesaui).
Rencana Tindakan : Lakukan teknik aseptik dan antiseptik sebelum dan pada saat serta
sesudah melakukan tindakan keperawatan
Lakukan penggantian balutan sesuai standar
Observasi proses penyembuhan
Jelaskan tentang cara perawatan luka

Catatan : Didalam penulisan rencana perlu diperhatikan pedoman sebagai berikut :


1. Diberi tanggal dan ditanda tangani oleh perawat yang bertanggung jawab
2. Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
3. Diungkapkan dalam bentuk spesifik dan dapat memberi petunjuk pada perawat dan klien
4. Mencakup upaya pencegahan, peningkatan dan rehabilitasi
5. Mencakup kegiatan kolaborasi dan koordinasi
6. Disusun berdasarka perioritas
7. Mencakup otonomi dan individualitas klien
8. Mengikuti perkembangan keperawatan
9. Mencakup masa depan klien
IV. IMPLEMENTASI :
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan petunjuk berikut :
1. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah divalidasi.
2. Menggunakan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal yang dilakukan secara
efektif dan efisien.
3. Tindakan yang dilakukan dan respon klien harus didokumentasikan.
4. Keamanan fisik dan psikologi perlu dilindungi. Hal ini menentukan keberhasilan rencana
tindakan keperawatan.
Contoh : Sesuai dengan contoh diatas maka implementasi keperawatan yang diulakukan
adalah sebagai berikut :
1. Melakukan teknik aseptik dan antiseptik sebelum dan pada saat, serta sesudah melakukan
tindakan keperawatan (mencunci tangan)
2. Melakukan penggantian balutan sesuai standar/ketentuan
3. Mengobservasi proses penyembuhan
4. Menjelaskan tentang cara perawatan luka
Setelah tindakan keperawatan dilakukan, maka dicatat semua respon klien dan secara
lisan/tertulis dapat disampaikan kepada tim keperawatan dan tim kesehatan lain.
Elemen yang dieveluasi pada tahap pelaksanaan :
1. Respon klien
2. Respon staf
3. Pencapaian hasil

4. Kecermatan dan keabsahan


5. Alternatif dan tindakan yang dilakukan
V. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang merupakan aktifitas yang
dilakukan berkesinambungan dari tahap awal (pengkajian) sampai tahap akhir (evaluasi) dan
melibatkan klien / keluarga. Evaluasi bertujuan untuk menilai efektifitas rencana dan strategi
asuhan keperawatan yang dilakukan.
Evaluasi terdiri dari :
1. Evaluasi proses, untuk menilai apakan prosedur dilakukan sesuai dengan rencana, benar
atau tidak, misalnya apakah sebelum melakukan tindakan keperawatan menjelaskan prosedur
tindakan tersebut kepeda klien.
2. Evaluasi hasil, berfokus kepada perubahan perilaku dan keadaan kesehatan klien sebagai
hasil tindakan keperawatan. Misalnya klien bebas dari tanda-tanda infeksi.
Sesuai dengan contoh sebelumnya, maka eveluasi yang dilakukan terhadap klien dengan
pasca operasi tersebut adalah : Luka operasi sembuh secara optimal dan tidak terdapat tandatanda infeksi.
D. Prinsip dan Teknik Komunikasi Terapeutik pada perawatan komunitas.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan
khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan
interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih saying / cinta (Johnson,
1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan
mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra
profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah
mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
Dalam profesi keperawatan, komunikasi sangat penting antara perawat dengan perawat,
dan perawat dengan klien, khususnya komunikasi antar perawat dengan klien dimana dalam
komunikasi itu perawat dapat menemukan beberapa solusi dari permasalahan yang sedang
dialami klien, dan komunikasi ini dinamakan dengan komunikasi terapeutik. Akan tetapi

dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik ini ada fase-fase, tehnik-tehnik, dan faktor-faktor,
serta proses komunikasi terapeutik tersebut dalam perawatan sehingga pelayanan/asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan baik serta memberikan tingkat kepuasan pada klien.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987).
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa dari
praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh
dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,
berkelanjutan dan melibatkan masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan
komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan
kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal.
1.

Tiga unsur komunikasi yaitu:


Pengirim pesan atau sering juga disebut sebagai sender, komunikator. Pengirim pesan harus
dapat menuliskan atau menyandikan pesan dengan baik dan jelas. Dan Juga membuat
encoding yang ditujukan kepada seseorang atau beberapa orang, dan memilih media, serta

2.

meminta kejelasan kepada penerima apakah pesan telah diterima.


Penerima pesan atau sering disebut sebagai reciever atau komunikan. Penerima pesan harus
mendengarkan atau berkonsentrasi agar pesan dapat diterima dengan benar, dan memberikan
umpan balik yang disebut dengan decoding kepada pengirim pesan bahwa pesan telah

3.

diterima dengan benar.


Media atau saluran yang digunakan sebagai alat untuk mengirimkan pesan.
Proses komunikasi harus merupakan komunikasi dua arah. Yakni, pengirim
menuliskan dan mengirimkan pesan melalui media yang dipilihnya, dan penerima pesan
menuliskan kembali pesan yang dia telah terima, serta menyampaikan bahwa pesan telah

diterima dengan baik dan benar. Pesan ada yang informatif yaitu pesan yang disampaikan
berupa informasi dan pesan yang persuasif yaitu pesan yang disampaikan untuk
mempengaruhi orang lain agar tertarik pada ide dari pesan yang disampaikan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi sehubungkan dengan
pesan yang disampaikan yaitu :
1. Bila pesan sering diulang, panjang maka pesan akan berlalu begitu saja.
2. Apabila pesan / ide yang dikemukakan/ditawarkan dengan gaya persuasif orang akan tertarik
akan ide tersebut.
3. Bila pesan/ide tidak disampaikan kepada orang maka mereka tidak akan memegangnya dan
menanyakannya.
Dalam proses komunikasi dapat terjadi adanya gangguan (noise) yang disebabkan
oleh berita yang disampaikan tidak jelas, sehingga penerima berita mengartikannya tidak
secara menyeluruh, atau gangguan lain yag mempengaruhi media komunikasi.
Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila pesan yang dikirim oleh komunikator / sender
dapat diterima dengan baik (menyenangkan, aktual/nyata) oleh komunikan / reciever.
Kemudian penerima pesan menyampaikan kembali bahwa pesan telah diterima dengan baik
dan benar. Artinya ada komunikasi dua arah atau komunikasi yang timbal balik.
Lima aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif adalah clarity,
accuracy, contex, flow dan culture.
Strategi dalam membangun komunikasi efektif : ketahui mitra bicara (audience),
ketahui tujuan, perhatikan konteks, pelajari kultur, dan pahami bahasa.
Dalam komunikasi lisan, informasi disampaikan secara lisan/verbal melalui kata-kata.
Penyampaikan informasi seperti ini dinamakan berbicara. Komunikasi lisan akan menjadi
lebih efektif apabila diikuti dengan tinggi rendah, lemah lembut, dan perubahan nada suara
yang disesuaikan. Dengan demikian kata-kata adalah isi sebuah pesan, sedangkan bahasa
tubuh, nada suara adalah konteks dimana pesan itu melekat.
Komunikasi non verbal menunjukkan adanya lima fungsi yaitu: Repetition,
Contradiction, Substitution, Complemneting, dan Accenting.
Perbedaan budaya dalam komunikasi dapat berakibat lebih buruk dibandingkan dengan
perbedaan dalam bahasa dalarn komunikasi, bahasa mempunyai peran yang sangat penting,
walaupun kadang-kadang keliru dalam mengartikannya sebagai akibat seluk beluk bahasa
yang tidak dimengerti. Didalam bahasa, ada kata-kata denotasi / harafiah, dan ada kata_kata
konotasi, dan dengan menggunakan logat bahasa tertentu dapat menimbulkan perbedaan
pengertian.

Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus


rnempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan dalam
asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas, pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang
panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan,
lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama
peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip
keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu. sendiri, prinsip yang lanilla yaitu otonomi dimana klien atau komunitas diberi
kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN.
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat serta salah
satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang
diberikan kepada klien. Untuk dapat melakukannya dengan baik dan efektif diperlukan

strategi yang tepat dalam berkomunikasi sehingga efek terapeutik yang menjadi tujuan dalam
komunikasi terapeutik dapat tercapai.
Peranan komunikasi dalam pembangunan dan dalam proses keperawatan sangatlah
penting. Komunikasi yang digunakan dalam proses keperawatan adalah komunikasi
terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman
dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah
positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat
harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.
B.

SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa pentingnya
komunikasi dalam kehidupan kita sehari hari terutama dalam proses pembangunan dan
dalam proses keperawatan dan diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan
bahasa yang sesuai dalam pergaulan sehari hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi
sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik
dengan pasien guna untuk menjalin kersama dengan pasien dalam melakukan proses
keperawatan yang bertujuan untuk kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik
terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di tempat kita bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,Anwar.1977 komunikasi dalam teori dan praktek.Bandung : penerbit Armico.
Suryani.(2005). komunikasi terapeutik; teori &praktik. Jakarta: EGC
Widjaja, A.W.2000.Ilmu Komunikasi. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
Diposkan oleh Wo Alex. Qincy di 17:22

Anda mungkin juga menyukai