Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia usaha Indonesia saat ini sedang menghadapi perubahan besar dan
cepat sebagai dampak globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia, sehingga
perlu meningkatkan daya saing. Untuk itu perlu peningkatan mutu sumber daya
manusia seiring dengan efisiensi perusahaan. Proses industrialisasi telah
mendorong tumbuhnya industri di berbagai sektor dengan menerapkan berbagai
teknologi dan menggunakan bermacam-macam bahan. Hal ini mempunyai
dampak, khususnya terhadap tenaga kerja berupa resiko kecelakaan kerja dan
penyakit.1
Kecelakaan kerja merupakan kejadian tidak berencana dan terkontrol,
yang disebabkan oleh manusia, situasi/faktor lingkungan, atau kombinasi dari
faktor-faktor tersebut yang mengganggu proses kerja, yang dapat ataupun tidak
menimbulkan injury, kesakitan, kematian, kerusakan properti, atau kejadian yang
tidak diinginkan. Menurut Undang-Undang nomor 1 tahun 1970, kecelakaan kerja
adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan
kerugian, baik korban manusia atau harta benda.1
Kejadian kecelakaan tidak hanya menimbulkan kerugian berupa biaya
perawatan medis dan kompenasasi, tetapi juga mengakibatkan kerugian lainnya
yang kurang mendapat perhatian. Untuk itu perusahaan harus menekan resiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, karena kecelakaan akan menyebabkan
kelambatan produksi, padahal ketepatan waktu dapat menghemat biaya yang
besar, sebaliknya ketidaktepatan dalam memenuhi jadwal dapat berakibat
kerugian yang besar pada perusahaan dan pelanggan. Kerugian yang kurang
mendapat perhatian, antara lain: biaya kerusakan gedung, kerusakan peralatan dan
perkakas, kerusakan produk dan bahan, biaya pengeluaran persediaan dan
peralatan darurat, serta biaya reparasi dan penggantian. Besarya biaya kerugian
tersebut

seharusnya

membuat

manajemen

lebih

memperhatikan

aspek

keselamatan dan kesehatan kerja dalam setiap proses pekerjaan untuk


menghindari kerugian.1
Di Amerika Serikat menurut National Council rata-rata lebih dari 10.000
kasus kecelakaan fatal dan lebih dari 2 juta kasus cidera tiap tahun dengan
kerugian mencapai lebih dari 65 Milyar US Dollar, sedangkan di Inggris Health
and Safety Executive mencatat kejadian kebakaran pada industri kimia dan
minyak bumi dengan total kerugian 98,9 juta pound. Jumlah kejadian 687 kali
atau rata- rata 53 kejadian setiap tahun.2
Angkatan kerja Indonesia diperkirakan berjumlah 95.7 juta orang, terdiri
dari 58.8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36.9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar
44 persen dari total angkatan kerja bekerja di sektor pertanian dan lebih dari 60
persen bekerja dalam perekonomian informal. Pada tahun 2002, Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Wea menyebutkan bahwa kecelakaan kerja
menyebabkan hilangnya 71 juta jam orang kerja [71 juta jam yang seharusnya
dapat secara produktif digunakan untuk bekerja apabila pekerja-pekerja yang
bersangkutan tidak mengalami kecelakaan] dan kerugian laba sebesar 340 milyar
rupiah.3
Pada tahun 1969, dilakukan studi kecelakaan di sektor industri dilakukan
dengan menganalisis 1.753.498 kasus kecelakaan yang dilaporkan oleh 297
perusahaan yang mewakili 21 jenis industri berbeda. Hasil studi ini
mengungkapkan bahwa setiap ada satu kasus kecelakaan yang dapat
mengakibatkan major injury (mengakibatkan kematian, cacat, hilangnya waktu
kerja, atau perawatan medis), serta kecelakaan yang menyebabkan minor injury
(membutuhkan pertolongan pertama).2
Angka

kecelakaan

yang

dikeluarkan

pada

bulan

Januari

2003

menyebutkan bahwa kecelakaan di tempat kerja yang tercatat di Indonesia telah


meningkat dari 98,902 kasus pada tahun 2000 menjadi 104,774 kasus pada tahun
2001. Dan selama paruh pertama tahun 2002 saja, telah tercatat 57,972 kecelakaan
kerja.4
Berdasarkan penelitian Detik Finance (2012) seperti di kutip oleh Ryska
Rahman, banyaknya jumlah kecelakaan kerja tahun 2011 dengan jumlah 96.400

kecelakaan. Dari 96.400 kecelakaan kerja yang terjadi, sebanyak 2.144


diantaranya tercatat meninggal dunia dan 42 lainnya cacat. Sampai September
2012 angka kecelakaan kerja masih tinggi yaitu pada kisaran 80.000 kasus
kecelakaan kerja. Data Internasional Labor Organization (ILO) menghasilkan
kesimpulan bahwa dalam rentan waktu rata-rata per tahun terdapat 99.000 kasus
kecelakaan kerja dan 70% di antaranya berakibat fatal yaitu kematian dan cacat
seumur hidup. Jumlah kecelakaan kerja di Provinsi Nusa Tenggara Timur
berdasarkan PT. Jamsostek kantor cabang Kupang, tahun 2001 sebesar 41 kasus,
tahun 2002 sebesar 19 kasus, tahun 2003 sebesar 30 kasus, tahun 2004 sebesar 5
kasus dan tahun 2005 meningkat menjadi 20 kasus. (Helda, 2007). Pada Triwulan
IV tahun 2011 terdapat 22 kasus kecelakaan kerja dan di Kota Kupang pada tahun
2011 adalah 8 kasus.5
Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2014 yang paling tinggi
pada 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan kerja (Tahun 2011=9.891, Tahun
2012=21.735, Tahun 2014=24.910). provinsi dengan jumlah kasus kecelakaan
akibat kerja tertinggi pada tahun 2011 adalah Provinsi Banten, Kalimantan Tengah
dan Jawa Timur; tahun 2012 adalah Provinsi Jambi, Maluku

dan Sulawesi

Tengah; tahun 2013 adalah Provinsi Aceh, Sulawesi Utara dan Jambi; tahun 2014
adalah Provinsi Sulawesi Selatan, Riau dan Bali.2
Dalam setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko bahaya dalam
bentuk kecelakaan kerja. Tidak ada pekerjaan yang tanpa pengecualian.
Kecelakaan yang terjadi sebenarnya merupakan hasil akhir dari suatu aturan dan
kondisi kerja yang tidak aman, walaupun demikian kecelakaan ini dapat dicegah
dan ditanggulangi. Faktor resiko penyebab kecelakaan kerja perlu diketahui secara
baik untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat
terganggunya proses produksi.4
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan
memahami

mengenai

pengertian

kecelakaan

menanggulangi kecelakaan kerja tersebut

kerja

dan

upaya

dalam

1.1.

Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan

pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai
kecelakaan kerja dan penanggulangannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Kecelakaan Kerja
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
KEP.250/MEN/XII/2008 tentang klasifikasi dan karakteristik data dari jenis
informasi ketenagakerjaan pada Pasal 1 menyatakan bahwa kecelakaan kerja
adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk
penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang

terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang
kerumah melalui jalan biasa atau wajar dilalui.6
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu
kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Heinrich (1980)
mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak
terkontrol yang merupakan aksi atau reaksi dari suatu objek, substansi, manusia,
atau radiasi yang memungkinkan atau menyebabkan seseorang mendapat injury.6
Menurut International Labour Office (1989), kecelakaan merupakan
kejadian yang tidak terencana dan terkontrol, yang disebabkan oleh manusia,
situasi/faktor lingkungan, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang
mengganggu proses kerja, yang dapat ataupun tidak menimbulkan injury,
kesakitan, kematian kerusakan properti, atau kejadian yang tidak diinginkan.4
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, kecelakaan
kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan
kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan menurut UU No.
3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, kecelakaan kerja adalah
kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju
tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.5
Menurut OHSAS 18001:2007 menyatakan bahwa kecelakaan kerja
didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat
menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya), kejadian
kematian, atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.5

2.2 Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja Menurut Organisasi Perburuhan
Internasional

(ILO)

(1962)

seperti

dikutip

oleh

mengklasifikasikan kecelakaan akibat kerja antara lain5 :


1) Klasifikasi menurut jenis pekerjaan :
a. Terjatuh
b. Tertimpa benda jatuh

Sebastianus

(2015)

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh


d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
i. Jenis-jenis lain termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup
atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi kecelakaan diatas.
2) Klasifikasi menurut penyebab :
a. Mesin : pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik, Mesin penyalur,
mesin-mesin untuk mengerjakan logam, mesin-mesin pengolah kayu, mesinmesin pertanian, mesin-mesin pertambangan, mesin-mesin lain yang tidak
termasuk klasifikasi tersebut.
b. Alat angkut dan alat angkat : mesin angkat dan peralatannya, alat angkutan
diatas rel, alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api, alat angkutan
udara, alat angkutan air, alat-alat angkutan lain.
c. Peralatan lain : bejana bertekanan, dapur pembakar dan pemanas, instalasi
pendingin, instalasi listrik termasuk motor listrik tetapi dikecualikan alat-alat
listrik tangan, alat-alat listrik (tangan), alat-alat kerja dan perlengkapannya,
kecuali alat-alat listrik, tangga, perlatan lain yang belum termasuk klasifikasi
tersebut.
d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi : bahan peledak, debu, gas, cairan dan zat-zat
kimia terkecuali bahan peledak, benda-benda melayang, radiasi, bahan dan zat
lain yang belum termasuk golongan tersebut.
e. Lingkungan kerja : di luar bangunan, di dalam bangunan, di bawah tanah
3) Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan
a. Patah tulang
b. Dislokasi/kaseleo
c. Regang otot/urat

d. Memar dan luka dalam yang lain


e. Amputasi
f. Luka-luka lain
g. Luka dipermukaan
h. Gegar dan remuk
i. Luka bakar
j. Keracunan-keracunan mendadak
k. Mati lemas
l. Pengaruh arus listrik
m. Pengaruh radiasi
n. Luka-luka yang banyak dan berlainan sebabnya
4) Klasifikasi menurut Letak Kelainan atau Luka di Tubuh
a. Kepala
b. leher
Pekerjaan-pekerjaan berbahaya yang mendatangkan sebagian besar
kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja dapat dijumpai di sektor pertanian,
konstruksi, pertambangan, kehutanan dan perikanan. Di kelima sektor inilah
sering kali didapati industri-industri dengan tingkat risiko bahaya kerja yang
paling tinggi. Bersama dengan sektor perminyakan, kelima sektor tersebut
memberikan kontribusi yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia.4
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja
Menurut Sumamur (1989) menyatakan bahwa kecelakaan kerja yang
terjadi dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu5 :
a. Faktor manusia, meliputi aturan kerja, kemampuan pekerja (usia, masa
kerja/pengalaman, kurangnya kecakapan dan lambatnya mengambil keputusan),
disiplin kerja, perbuatan-perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, ketidak
cocokan fisik dan mental. Kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh pekerja dan
karena sikap yang tidak wajar seperti terlalu berani, sembrono, tidak

mengindahkan instruksi, kelalaian, melamun, tidak mau bekerja sama, dan kurang
sabar. Kekurangan kecakapan untuk mengerjakan sesuatu karena tidak mendapat
pelajaran mengenai pekerjaan. Kurang sehat fisik dan mental seperti adanya cacat,
kelelahan dan penyakit.5
b. Faktor mekanik dan lingkungan, letak mesin, tidak dilengkapi dengan alat
pelindung, alat pelindung tidak pakai, alat-alat kerja yang telah rusak. Lingkungan
kerja berpengaruh besar terhadap moral pekerja. Faktor-faktor keadaan
lingkungan kerja yang penting dalam kecelakaan kerja terdiri dari pemeliharaan
rumah tangga (house keeping), kesalahan disini terletak pada rencana tempat
kerja, cara menyimpan bahan baku dan alat kerja tidak pada tempatnya, lantai
yang kotor dan licin. Ventilasi yang tidak sempurna sehingga ruangan kerja
terdapat debu, keadaan lembab yang tinggi sehingga orang merasa tidak enak
kerja. Pencahayaan yang tidak sempurna misalnya ruangan gelap, terdapat
kesilauan dan tidak ada pencahayaan setempat.5
Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja menurut Bennet
dan Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai kejadian yang
tidak dapat diduga. Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan
atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan.
Oleh karena itu kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan serta
perlengkapan produksi sesuai dengan standar yang diwajibkan. Kecelakaan kerja
yang disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat memiliki porsi 80 % dan
kondisi yang tidak selamat sebayak 20%.5
1. Faktor Pekerjaan
a. Jam Kerja
Yang dimaksud jam kerja adalah jam waktu bekerja termasuk waktu
istirahat dan lamanya bekerja sehingga dengan adanya waktu istirahat ini dapat
mengurangi kecelakaan kerja.
b. Pergeseran Waktu
Pergeseran waktu dari pagi, siang dan malam dapat mempengaruhi
terjadinya peningkatan kecelakaan akibat kerja.
2. Faktor Manusia

a. Umur Pekerja
Penelitian dalam test refleks memberikan kesimpulan bahwa umur
mempunyai pengaruh penting dalam menimbulkan kecelakaan akibat kerja.
Ternyata golongan umur muda mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan
kecelakaan lebih rendah dibandingkan usia tua, karena mempunyai kecepatan
reaksi lebih tinggi. Akan tetapi untuk jenis pekerjaan tertentu sering merupakan
golongan pekerja dengan kasus kecelakaan kerja tinggi, mungkin hal ini
disebabkan oleh karena kecerobohan atau kelalaian mereka terhadap pekerjaan
yang dihadapinya.
b. Pengalaman Bekerja
Pengalaman bekerja sangat ditentukan oleh lamanya seseorang bekerja.
Semakin lama dia bekerja maka semakin banyak pengalaman dalam bekerja.
Pengalaman kerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Pengalaman
kerja yang sedikit terutama di perusahaan yang mempunyai.
c. Tingkat Pendidikan dan Keterampilan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi
pekerjaan, demikian juga dalam menerima latihan kerja baik praktek maupun teori
termasuk diantaranya cara pencegahan ataupun cara menghindari terjadinya
kecelakaan kerja.
d. Lama Bekerja
Lama bekerja juga mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini
didasarkan pada lamanya seseorang bekerja akan mempengaruhi pengalaman
kerjanya.
e. Kelelahan
Faktor kelelahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau turunnya
produktifitas kerja. Kelelahan adalah fenomena kompleks fisiologis maupun
psikologis dimana ditandai dengan adanya gejala perasaan lelah dan perubahan
fisiologis dalam tubuh. Kelelahan kan berakibat menurunnya kemampuan kerja
dan kemampuan tubuh para pekerja.

10

Menurut Sebastianus (2015) terdapat dua faktor penyebab kecelakaan


yaitu5:
1. Unsafe Action dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain :
a. Ketidakseimbangan fisik tenaga kerja yaitu : posisi tubuh yang menyebabkan
mudah lelah, cacat fisik, cata sementara, kepekaan panca indra terhadap
sesuatu.
b. Kurang pendidikan : kurang pengalaman, salah pengertian terhadap suatu
perintah, kurang terampil, salah mengartikan Standart Operational
Procedure (SOP) sehingga mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja.
c. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan.
d. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya.
e. Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura-pura.
f. Mengangkut beban yang berlebihan.
g. Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja.

2. Unsafe condition dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain :


a. Peralatan yang sudah tidak layak pakai
b. Ada api ditempat bahaya
c. Pengamanan gedung yang kurang standar
d. Terpapar bising
e. Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan
f. Kondisi suhu yang membahayakan
g. Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan
h. Sistem peringatan yang berlebihan
i. Sifat pekerjaan yang mengandung bahaya
2.4 Teori Penyebab Kecelakaan Kerja
Teori tentang terjadinya kecelakaan kerja banyak dikemukakan, antara
lain:7
1) Teori Kebetulan Murni (Pure Chance Theory) merupakan teori yang
menyatakan bahwa kecelakaan terjadi atas Kehendak Tuhan sehingga

11

tidak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwa. Karena itu kecelakaan
terjadi secara kebetulan.
2) Teori Kecenderungan Kecelakaan (Accident Prone Theory) dimana pada
pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan karena sifat-sifat
pribadinya yang cenderung mengalami kecelakaan
3) Teori Tiga Faktor Utama (Three Main Factor Theory) yang menyebutkan
bahwa suatu penyebab kecelakaan adalah peralatan, lingkungan, dan
faktor manusia pekerja itu sendiri.
4) Teori Dua faktor (Two Factor Theory) dimana kecelakaan disebabkan oleh
kondisi berbahaya (Unsafe Condition) dan tindakan atau perbuatan yang
berbahaya (Unsafe Act).
5) Teori faktor Manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa
akhirnya semua kecelakaan kerja langsung atau tidak langsung disebabkan
karena kesalahan manusia.
Oleh HW. Heinrich dikembangkan teori tentang terjadinya kecelakaan
kerja, yang sebenarnya merupakan rangkaian yang berkaitan satu dengan lainnya,
antara lain:8,9
a. Teori Domino
Teori ini diperkenalkan oleh H.W. Heinrich pada tahun 1931. Menurut
Heinrich, 88% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan/tindakan tidak aman dari
manusia (unsafe act), sedangkan sisanya disebabkan oleh hal-hal yang tidak
berkaitan dengan kesalahan manusia, yaitu 10 % disebabkan kondisi yang tidak
aman (unsafe condition) dan 2% disebabkan takdir Tuhan. Heinrich menekankan
bahwa kecelakaan lebih banyak disebabkan oleh kekeliruan atau kesalahan yang
dilakukan oleh manusia. Menurutnya, tindakan dan kondisi yang tidak aman akan
terjadi bila manusia berbuat suatu kekeliruan. Hal ini lebih jauh disebabkan
karena faktor karakteristik manusia itu sendiri yang dipengaruhi oleh keturunan
(ancestry) dan lingkungannya (environment).
Berdasarkan pada temuannyya, Heinrich mengidentifikasi lima faktor
tahapan kecelakaan. Kelima faktor tersebut adalah lingkungan sosial dan
keturunan,

kesalahan

manusia,

tindakan

berbahaya

dan

atau

kondisi

12

mekanik/fisik, kecelakaan dan injury. Kelima faktor diungkapkan Heinrich dalam


teorinya yang dianalogikan sebagai kartu domino yang posisinya didirikan dan
disehaharkan antara satu dengan lainnya. Apabila salah satu diantaranya terjatuh,
maka akan menyebabkan jatuhnya kartu yang lain. Untuk mengatasi hal ini
Heinrich menghilangkan salah satu kartu yaitu unsafe action (tindakan berbahaya)
dan unsafe condition (kondisi berbahaya) yang merupakan sentral dari susunan
kartu domino tersebut. Dengan menghilangkan tindakan dan kondisi berbahaya,
maka kecelakaan kerja dan kerugian dapat dihindarkan. Pada dasarnya teori ini
cukup sederhana dan mampu menjelaskan bagaimana teradinya kecelakaan sesuai
tahapan kejadiannya. Namun, teori ini belum sepenuhnya memberikan banyak
informasi mengapa kecelakaan tersebut dapat terjadi.5
Apabila terdapat suatu kesalahan manusia, maka akan tercipta tindakan
dan kondisi tidak aman serta kecelakaan serta kerugian akan timbul. Heinrich
menyatakan bahwa rantai batu tersebut diputus pada batu ketiga sehingga
kecelakaan dapat dihindari. Konsep dasar pada model ini adalah:

Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang


berurutan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya.

Penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik.

Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik dan sosial kerja.

Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia.

b. Teori Bird & Loftus8.9


Kunci kejadian masih tetap sama seperti yang dikatakan oleh Heinrich,
yaitu adanya tindakan dan kondisi tidak aman. Bird dan Loftus tidak lagi melihat
kesalahan terjadi pada manusia/pekerja semata, melainkan lebih menyoroti pada
bagaimana manajemen lebih mengambil peran dalam melakukan pengendalian
agar tidak terjadi kecelakaan.
Pengendalian merupakan salah satu dari empat fungsi utama mnajemen
selain merencanakan,, mengorganisasikan dan memimpin. Tanpa manajemen
pengendalian yang kuat, kecelakaan kerja tidak dapat diubah. Pengendalian

13

kecelakaan dan kerugian dapat berjalan efektif apabila manajemen telah memhami
beberapa hal, yaitu program pengendalian yang dibutuhkan, standar-standar yang
digunakan, kemampuan untuk mengajak pekerja memenuhi standar, pengukuran
terhadap performa kerja, serta tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki performa tersebut.
c. Teori Swiss Cheese8.9
Kecelakaan terjadi ketika terjadi kegagalan interaksi pada setiap
komponen yang terlibat dalam suatu sistem produksi. Kegagalan suatu proses
dapat dilukiskan sebagai lubang dalam setiap lapisan sistem yang berbeda.
Dengan demikian menjelaskan apa dari tahapan suatu proses produksi tersebut
yang gagal.
Sebab-sebab suatu kecelakan dapat dibagi menjadi Direct Cause dan
Latent Cause. Direct Cause sangat dekat hubungannya dengan kejadian
kecelakaan yang menimbulkan kerugian atau cidera pada saat kecelakaan tersebut
terjadi. Kebanyakan proses investigasi lebih konsentrasi kepada penyebab
langsung terjadinya suatu kecelakaan dan bagaimana mencegah penyebab
langsung tersebut. Tetapi ada hal lain yang lebih penting yang perlu di identifikasi
yakni Latent Cause. Latent cause adalah suatu kondisi yang sudah terlihat jelas
sebelumnya dimana suatu kondisi menunggu terjadinya suatu kecelakaan.
2.5 Penanggulangan Kecelakaan Kerja
Haddon (1972) yang dikutip oleh Nurhidayati mengungkapkan bahwa
intervensi terhadap injury dilakukan pada manusia, peralatan (seperti mobil,
mesin) dan lingkungan fisik atau psychosocial pada tahap peristiwa sebelum
kejadian, pada saat kejadian dan setelah kejadian. Intervensi pengendalian injury
pada manusia contohnya memberikan perawatan pada kondisi pekerja yang
lemah, perusahaan membayar iuran kecelakaan kerja pada pekerja yang
mengalami kecelakaan kerja; melaksanakan training kembali tergantung
penyebab kecelakaan; pada peralatan (seperti mobil, mesin) contohnya merancang
tangki bahan bakar yang aman untuk mencegah terjadinya kebakaran; dan pada

14

lingkungan atau psychosocial contohnya tersedianya perawatan medis yang cukup


untuk keadaan darurat. Pengendalian injury pada lingkungan adalah pengendalian
yang dilakukan diluar dari peralatan dan manusianya misalnya terhadap
standarnya. 9
Tindakan penanganan setelah terjadi kecelakaan kerja berdasarkan UU No.
3 Tahun 1992 bahwa perusahaan pada saat mulai memakai tenaga kerja, harus
membantu tenaga kerjanya untuk mendaftar keikutsertaan asuransi tenaga kerja,
demi menjamin keselamatan tenga kerja. Selain itu, setelah terjadi kecelakaan
kerja, perusahaan wajib membiayai iuran kecelakaan kerja, apabila pemilik usaha
tidak mendaftarkan tenaga kerjanya ikut serta asuransi tenaga kerja sesuai dengan
UU Standar Ketenagakerjaan, maka pemilik usaha akan dikenakan denda.9
Berdasarkan UU kecelakaan (1947 - 1951), bahwa di perusahaan yang
diwajibkan memberi tunjangan, majikan berwajib membayar ganti kerugian
kepada buruh yang mendapat kecelakaan berhubungan dengan hubungan kerja
pada perusahaan itu.9

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diduga semula dan
tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas
dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda.
Klasifikasi kecelakaan kerja menurut ILO (1962) yaitu menurut jenis pekerjaan,
penyebab, sifat luka atau kelainan, dan letak kelainan atau luka di tubuh.
Kecelakaan secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku kerja yang

15

berbahaya (unsafe actions) dan kondisi yang berbahaya (unsafe condistions).


Kecelakaan kerja diatur dalam KEP.250/MEN/XII/2008 Pasal 1, 03/Men/98, UU
nomor 1 tahun 1970, dan UU nomor 3 tahun 1992. Penanggulangan yang
dilakukan pada kecelakaan kerja dilakukan dari seua aspek yaitu yang
berhubungan dengan manusia, peralatan dan lingkungan fisik.
3.2 Saran
Disarankan bagi semua angkatan tenaga kerja khususnya di Indonesia
untuk lebih memahami resiko-resiko yang dapat menimbulkan suatu kecelakaan
kerja yang tidak diinginkan atau kelak akan merugikan diri sendiri atau suatu
perusahaan tertentu. Dengan cara setiap perlengkapan dan peralatan kerja
digunakan sebaik-baiknya seselektif mungkin, mematuhi setiap peraturan yang
berlaku ditempat kerja dan menyadari betapa pentingnya keselamatan kerja.
Begitu juga dengan perusahaan-perusahaan di berbagai bidang yang memiliki
tenaga kerja agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja yang baik secara fisik, sosial dan psikologis sehingga dapat meningkatkan
produksi dan produktivitas.

DAFTAR PUSTAKA
1. Swaputri Eka. Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja. 2009. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Univesrsitas Negeri Semarang.
2. Sutanto Hadi. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja pada
Pembangunan Gedung Perkantoran dan Perkuliahan Tahap III Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya. 2010. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
3. Infodatin. Situasi Kesehatan Kerja.

Pusat

Kementerian Kesehatan RI. Mei, 2015. Jakarta.

Data

dan

Informasi

16

4. Markkanen Pia. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. April,


2004. International Labour Organization.
5. Sebastianus B.K. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sebagai
Peranan Pencegahan Kecelakaan Kerja di Bidang Konstruksi. 2015.
Seminar Nasional Teknik Sipil V, UMS.
6. Iskandar Muhaimin. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia. 2014. Jakarta. Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia.
7. Alrasyid Harun. 2011. Analisis Kecelakaan Kerja Pada Kasus Kecelakaan
Pekerja Proyek Pembangunan Hotel Penghegar Tewas Terjatuh Dari
Lantai 20. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sriwijaya.
8. Zuhny Enny dan Badraningsih. Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan
Penyakit Akibat Kerja (PAK). 2012. Jakarta.
9. Nurhidayati Putri. Gambaran Kejadian Kecelakaan Kerja, Pencegahan
dan Penanggulangannya di PT. TIFICO, Tbk Tahun 2008. Jakarta.
Fakultas Kesehata Masyarakat. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

Anda mungkin juga menyukai