TUMOR Kelenjar Liur
TUMOR Kelenjar Liur
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Neoplasia atau tumor adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat
terkontrol oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign) dan neoplasia ganas
(malignant). Banyak faktor penyebab yang dapat meransang terjadinya tumor. Faktor ini
digolongkan kedalam dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal Tumor bisa
mengenai seluruh organ tubuh termasuk pada tumor kelenjar saliva. Pada tumor kelenjar saliva
bisa bersifat tumor jinak dan tumor ganas. Sebagian besar tumor kelenjar saliva adalah jinak.
Tidaklah mengherankan jika sebagian besar tumor yang terjadi di parotid adalah jinak. Adapun
tumor jinak yang sering ditemukan antara lain adalah adenoma pleomorfik yang merupakan
tumor kelenjar liur yang paling sering terjadi. Selain itu, tumor jinak lain yang mungkin terjadi
adalah: kistadenoma papiler limfomatosa atau dikenal juga dengan nama tumor Warthin yang
sering terjadi pada orang tua.
Sedangkan untuk karsinoma ganas yang dapat timbul pada kelenjar liur mayor, pada
kelenjar parotis yang paling umum adalah karsinoma mukoepidermoid, sedangkan untuk
kelenjar submandibular adalah karsinoma adenoid kistik. Karsinoma lain yang dapat terdapat di
kelenjar liur mayor adalah karsinoma sel asinar, adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan
tumor malignan campuran, walalupun beberapa karsinoma dari jaringan lain dapat saja timbul di
kelenjar liur mayor.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi
dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut
melalui suatu saluran. Saliva terdiri dari 98% air dan selebihnya adalah elektrolit,
mukus dan enzim-enzim. Saliva diekskresi hingga 0.5 1.5 liter oleh tiga kelenjar
liur mayor dan minor yang berada di sekitar mulut dan tenggorokan untuk
memastikan kestabilan di sekitar rongga mulut
2.2 KELENJAR LIUR
Secara umum kelenjar liur dikategorikan ke dalam kelenjar liur mayor dan
minor.1 Kelenjar liur mayor terbagi menjadi tiga,
1. Kelenjar parotis,
2. Kelenjar submandibularis,
3. Kelenjar sublingualis.
Kelenjar liur minor terdiri dari 600-1000 kelenjar yang tersebar disepanjang
saluran aerodigestif bagian atas.2,3 Kelenjar parotis adalah kelenjar liur mayor
yang tersusun atas sel asinus dan duktal . Sel asinus merupakan struktur yang
berfungsi untuk sekresi liur yang bersifat serous, sedangkan kelenjar sublingual
menghasilkan sekresi yang bersifat mukous, dan kelenjar submandibula
menghasilkan sekresi yang bersifat campuran.
Manifestasi klinis tumor kelenjar liur antara lain,
2
1. Benjolan soliter, tidak nyeri, di pre, infra, atau retro aurikula (tumor
parotis), atau di submandibula (tumor sumandibula), atau intraoral (tumor kelenjar
liur minor),
2. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri sedang sampai hebat terutama pada
keganasan parotis atau submandibula,
3. Parase nervus fasialis 2-3% pada keganasan parotis,
4. Disfagia, sakit tenggorok, gangguan pendengaran bila lobus profundus
parotis terlibat,
5. Parese nervus glosofaringeus, vagus, asesorius, hipoglosus, pleksus
simpatikus pada karsinoma parotis lanjut.
2.2.1 KELENJAR SALIVA MAYOR
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di anterior
dari aurikel telinga dimana posisinya antara kulit dan otot masseter. Duktus
kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi
dihadapan molar 2 atas. Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan
mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam,
aldolase, dan kolinesterase. Saluran keluar utama disebut duktus stenon (stenson)
terdiri dari epitel berlapis semu. Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar
yang memproduksi air liur terbanyak dan mempunyai saluran keluar (duktus
ekskretoris) yaitu duktus Whartoni yang bermuara pada dasar rongga mulut pada
frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah. Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar
ini terdiri dari jaringan ikat yang padat. Kelenjar sublingualis mempunyai banyak
duktus yang menyalurkan ke dalam rongga mulut. Duktus kelenjar ini disebut
duktus Rivinus. Duktus ini terletak berdekatan dengan papilla dari duktus kelenjar
submandibular.
3
fluorida
dalam
air
minum
dan
makanan.
Rodanida
dan
2. Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin, pahit
dan pedas.
3. Faktor neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis
maupun parasimpatis.
4. Faktor Psikis yaitu stress yang menghambat sekresi saliva.
5. Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan pemakaian
protesa yang dapat menstimulasi sekresi saliva.
2.3 FUNGSI FISIOLOGI
Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga mulut
karena mempunyai hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam rongga
mulut. Secara umumnya saliva berperan dalam proses perlindungan pada
permukaan mulut, pengaturan kandungan air, pengeluaran virus-virus dan produk
metabolisme organisme sendiri dan mikro-organisme, pencernaan makanan dan
pengecapan serta diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel kulit, epitel dan saraf.
Perlindungan Permukaan mulut
Saliva memberi perlindungan baik pada mukosa maupun elemen gigi geligi
melalui pengaruh bufer, pembersihan mekanis, demineralisasi dan remineralisasi,
aktivitas anti-bakterial dan agregasi mikro-organisme mulut. Pengaruh bufer
menyebabkan saliva menahan perubahan asam (pH) di dalam rongga mulut
terutama dari makanan yang asam.Proses pembersihan mekanis terjadi melalui
aktivitas berkumur-kumur menyebabkan mikro-organisme kurang mempunyai
kesempatan untuk berkolonisasi di dalam rongga mulut. Selain itu lapisan protein
pada elemen gigi geligi (acquired pellicle) memberi perlindungan terhadap keausan
permukaan oklusal elemen gigi-geligi oleh kekuatan pengunyahan normal.
7
pengaruh
antibakterial
dan
antiviral.
Misalnya,
thiosianat,
yang sama pada prinsipnya juga berlaku juga untuk virus HIV pada penderita
AIDS, meskipun kelihatannya infeksi melalui saliva jarang ditemukan.
Pencernaan Makanan dan Proses Pengecapan
Enzim saliva yang terpenting adalah -Amilase yang terlibat pada
pencernaan makanan. Zat ini mampu untuk menguraikan makanan yang
mengandung tepung kanji dan glikogen dan dengan demikian melarutkannya di
dalam saliva dan mengangkutnya. Di samping itu terdapat juga enzim-enzim lain
yaitu Lipase, Protease, DNAse dan RNAse. Enzim-enzim ini berperan dalam
proses pencernaan makanan. Gustin yang terdapat dalam saliva berfungsi dalam
proses pengecapan makanan. Musin dan air berperan untuk membentuk makanan
menjadi bolus sebelum makanan ditelan
jinak lain yang mungkin terjadi adalah: kistadenoma papiler limfomatosa atau
dikenal juga dengan nama tumor Warthin yang sering terjadi pada orang tua.
Sedangkan untuk karsinoma ganas yang dapat timbul pada kelenjar liur
mayor,
pada
kelenjar
parotis
yang
paling
umum
adalah
karsinoma
darisel-sel
mukoepidermoid
duktus
interkalated
karsinoma
berasal
dan
dari
mioepitelial,
sel-sel
squamous
dan
duktusekskretori.
2. Teori biseluler: teori ini menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius
dan duktus interkalated bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus
10
12
Karsinoma mukoepidermoid
Di antara tumor kelenjar saliva besar menempati sekitar 5 -10%, diantaranya
90 % terjadi pada parotis, sisanya pada kelenjar submandibular. Penyakit ini sering
terjadi pada usia 40 50 tahun, wanita lebih sering dari pada pria. Dari penampilan
histopatologik terdapat 3 jenis, yaitu berdeferensiasi baik, berdeferensiaisi sedang
dan berdeferensiasi buruk. Karsinoma dengan derajat keganasan rendah memiliki
riwayat penyakit relatif panjang, pertumbuhan relatif terlokalisasi, karsinoma
dengan kaganasan sedang dan tinggi tumbuh infiltratif, riwayat penyakit relatif
pendek.
Secara makroskopik, karsinoma mukoeidermoid berdeferensiasi baik dapat
memiliki kapsul, tapi umumnya tidak lengkap, bahkan bisa tanpa kapsul.
Penampang irisan berwarna putih kelabu atau merah jambu muda, kadang
berlobularisasi. Pada sekitar setengah pasien terdapat rongga kista dengan ukuran
bervariasi, didalamnya terdapat mukus transparan, kadang kala kental seperti jeli.
Karsinoma mukoepidermoid berdeferensiasi buruk tumbuh infiltrat, tanpa
kapsul, batas dengan jaringan normal tidak jelas. Penampang irisan berwarna putih
kelabu, konsistensi merata agak keras, kadang kala seperti kerikil, tanpa lobulasi,
sering tampak area hemoragi dan area nekrosis, jarang membentuk rongga kista.
13
Tumor terbentuk terbentuk dari sel epitel kelenjar dan mioepitel. Ciri
histologinya adalah banyak celah kistik beraneka bentuk, dikelilingi sel epitel
ganas, memebentuk struktur pseudokista.
16
Adenokarsinoma
Dewasa ini standar klasifikasi histopatologi trdapat adenokarsinoma masih
cukup kontroversional. Selain karsinoma di atas, semua tumor berasal dari kelenjar
di masukan sebagai adenokarsinoma. Jenis histologiknya bervariasi, ada yang
tubular, papilar, deferensiasi buruk, dll. Variasi deferensiasi besar prognosisnya pun
berbeda.
Karsinoma skuamosa
Jarang sekali ditemukan karsinoma skuamosa primer kelenjar saliva,
umumnya timbul pada kelenjar parotis dan submandibular, sangat jarang pada
kelenjar sublingual dan kelenjar saliva minor. Pasien umumnya pria berusia
setengah baya atau lansia, derajat keganasan relatif tinggi, mudah timbul
metastasis limfogen dan hematogen, prognosis sangat buruk.
17
terbatas. Ada kalanya tumor berekspansi ke faring, sehingga tonsil dan palatum
mole menjorok ke dalam, rongga faring menyempit.
Tumor ganas kelenjar parotis relatif jarang ditemukan, tidak sedikit gejala
klinis menyerupai tumor jinak, tetapi terdapat adhesi dan fiksasi bervariasi.
Pertumbuhan tumor ganas biasanya relatif cepat bila mengenai nervus fasial maka
timbul paralisis fasial. Daerah itu dapat nyeri menetap, bila mengenai kelompok
otot kunyah maka membuka mulut terganggu. Sebagian pasien menderita
pembesaran kelenjar limfe regional karena metastasis.
Walaupun tumor metasatasis kelenjar parotis jarang ditemukan, tetapi bila
terdapat tumor di regio parotis, harus di pikirkan kemungkinan tumor metastatik.
Paling sering metastasis dari karsinoma skuamosa dan melanoma maligna.
Tumor kelenjar submandibular
Tumor jinak pada kelenjar submandibular lebih jarang di bandingkan
kelenjar parotis, yang tersering juga tumor campuran. Gejala utama tersering
adalah tumor area submandibular yang tumbuh lambat. Kondisi lokal mirip
kelenjar parotis, yang tidak nyeri umumnya jinak, tumor ganas sering disertai nyeri
membesar lebih cepat, konsistensi keras dan mobilitas kurang, tumor ganas sering
berupa karsinoma kistik adenoid, tumor campuran ganas dan adenokarsinoma.
Karsinoma kistik adenoid memiliki perjalanan penyakit lebih panjang,
secara klinis dapat timbul gejala terkenanya saraf sekitar.
Tumor kelenjar sublingual
Tumor jinak jarang, hampir semuanya tumor gnas, kebanyakan adalah
karsinoma kistik adenoid. Pasien umumnya datang dengan keluhan nyeri samping
kidah, nyeri radiatif ke telinga atau parestesia, dll. Sebagian pasien menunjukan
18
paralisis saraf sublingual ( atrofi otot lidah ipsilateral, lidah menjulur miring ke sisi
lesi ). Tumor kecil sering dikacaukan dengan batu duktus kelenjar submandibular.
Tumor kelenjar saliva minor
Tumor jinak pada umumnya tumor campuran, tumor ganas terbanyak adalah
karsinoma kistik adenoid, disusul tumor campuran ganas. Lokasi tersering di
palatum, sering di perbatasan palatum durum dan mole, konsistensi tumor agak
keras. Karena jaringan palatum durum sangat rapat, jaringan ikat submukosa relati
sedikit, meskipun tumor jinak, mobilitas mungkin buruk. Tumor tumbuh lambat,
tidak nyeri, mukosa permukaan licin, umumnya tanda jinak, adakalanya timbul
ulkus dangkal. Tumor ganas tumbuh relatif cepat, sering ulserasi, nyeri dan gejala
terkait dengan lokasi tumor tersebut.
2.6 Jenis patologik dan karakteristik klinis
1. Tumor warthin hampir semuanya di kelenjar parotis, permukaan tumor
licin, batas tegas, konsistensi relatif lembut, agak lembek. Kekhasan ada
kalanya kedua kelenjar parotis terkena dan lesi primer multipel, bila
operasi kurang baik dapat rekuren lokal.
2. Karsinoma mukoepidermoid umumnya pada kelenjar parotis. Karsinoma
mukoepidermoid berdeferensiasi baik memiliki manisfetasi klinik mirip
adenoma pleomorfik, riwayat penyakit umumnya relatif panjang, gejala
berupa tumor tidak nyeri dan membesar gradual. Karsinoma muko
3. Tumor campuran ganas, bila sejak muncul bersifat ganas, umumnya
tumbuh cepat, sering disertain rasa nyeri atau parastesia setempat,
konsistensi agak keras, sering infiltrasi ke jaringan dalam atau terfiksasi
ke kulit. Jenis yang berasal dari tumor campuran jinak bertransfortasi
ganas, riwayat penyakit umumnya lebih panjang, belakangan tumor
membesar lebih cepat, secara klinis masa tumor lebih besar
19
d.) Pengobatan
yang
telah
diberikan
serta
bagaimana
hasil
pengobatannya
e.) Berapa lama kelambatan
2. Pemeriksaan fisik
a.) Status general
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, tentukan :
1. penampilan (Karnofski / WHO)
2. keadaan umum
adakah anemia, ikterus, periksa T,N,R,t, kepala, toraks,
abdomen, ekstremitas,vertebra, pelvis
3. apakah ada tanda dan gejala ke arah metastase jauh (paru, tulang
tengkorak, dll)
b.) Satus lokal
1. Inspeksi (termasuk inraoral, adakah pedesakan tonsil/uvula)
2. Palpasi (termasuk palpasi bimanual, untuk menilai konsistensi,
permukaan, mobilitas terhadap jaringan sekitar)
3. Pemeriksaan fungsi n.VII,VIII,IX,X,XI,XII
c.) Status regional
Palpasi
21
2.8 Diagnosis
1. Pemeriksaan klinis
Tumor jinak umumnya memiliki riwayat penyakit panjang, tumor ganas
umumnya tumbuh cepat, riwayat penyakit pendek, namun tumor
keganasan rendah dapaty memiliki riwayat mencapai bertahun tahun
juga. Lokasi dan sifat tumor dapat menjadi dasar memperkirakan lokasi
lesi primer dan sifat jinak atau ganas. Tumor di anterior, inferior,
posterior cuping telinga, harus dipikirkan berasal dari kelenjar parotis.
Tumor tidak adhesi ke sekitar, timbul gejala nervus fasial atau saraf lain
terkena, harus di pikirkan tumor ganas. Tumor ganas sering disertai nyeri.
2. Pemeriksaan penunjang
1. USG : kelebihan utamanya adalah dapat memastikan apakah terdapat
lesi penempatan ruang di dalam kelenjar dan ukurannya. Tumor
berdiameter
dibawah
cm
dapat
ditampilkan.
Pemeriksaan
3.Pemeriksaan sitologi.
Diagnosis sitologi aspirasi jarum halus terhadap tumor kelenjar saliva
dilaporkan dari luar negri memiliki akurasis 83,6 92% di china adalah 81
90%. Berbagai faktor penyebab kesalahan diagnosa, selain bervariasi jenis
histologik tumor yang cukup menyulitkan, juga sangat terkait dengan
keterampilan dalam teknik diagnosis.
4.Pemeriksaan patologik.
Biopsi eksisional mungkin menimbulkan implantasi, diseminasi sel tumor,
rudapaksa saraf fasial, umumnya tidak dianjurkan biopsi praoperasi, bila perlu saat
operasi.
di
area
parotis,
harus
lakukan
foto
mandibula
untuk
membedakannya.
3. Lesi limfoepitel jinak
23
2.10 Terapi
Terapi terhadap tumor kelenjar saliva terutama dengan operasi, pasien
stadium sedang dan lanjut dapat dipikirkan operasi dan radioterapi. Kunci
kesembuhan adalah operasi pertama secara utuh dan tuntas mengangkat tumor.
Tumor kelenjar parotis
1. Prinsip operasi
24
Tumor
jinak
dilakukan
eksisi
lobus
superfisial
parotis
dengan
dan
berkeringat.
Belum
asda
cara
mencegah
dan
mengobatinya.
d. Parestesia cuping telinga : disebabkan terpotongnya nervus aurikular
mayor.
Tumor kelenjar submandibular
Tumor ganas harus di angkat berikut kelenjar submandibular. Bila tumor
ganas mengenai os mandibular harus dilakukan eksisi luas berikut os mandibula
sisi lesi. Karsinoma kistik adenoid mengenai periosteum mandibula, bila belum
25
tampak dekstruksi tulang, juga harus dilakukan eksisi sekalugus os mandibula dan
jaringan lunak sekitarnya, nervus lingual, sedangkan pada remus mandibular
marginal dari nervus facial dan nervus sublingual ditentukan berdasarkan
hubungan tumor dengan mereka.
Tumor kelenjar sublingual
Tumor intraglandula sublingual dapat dilakukan sublingualektomi. Bila
diagnosis pasti sebgai karsinoma kistik adenoid dan terdapat adhesi ke periosteum
atau dekat ke periosteumparalingual, harus pikirkan eksisi os mandibula.
Karsinoma kistik adenoid mudah mengenai saraf, saat operasi harus menelusuri
nervus lingual dan mengenainya.
Tumor kelenjar saliva minor
Praoperasi sedapat mungkin dipastikan diagnosis patologiknya, lingkup
eksisi harus mencakup sebagian jaringan normal sekitar tumor, bila perlu lakukan
radioterapi pasca operasi. Bila tumor palatumdurum mengenai periosteum maka
tumor lokal harus dieksisi, bila sinus maksilaris terkene harus dikalulan
maksilektomi.
2.11 Prognosis
Prognosis tumor kelenjar saliva ditentukan oleh lokasi tumor, lingkup
invasif, modalitas terapi awal, jenis patologik, derajat derensiasi, dll. Selain
karsinoma tidak berdeferensiasi, karsinoma sel sskuamosa, adenokarsinoma
yang memiliki keganasan tinggi, umumnya perjalanan penyakit cukup
panjang pertumbuhan relatif lambat, bila terapinya tepat hasilnya seringkali
cukup baik.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelenjar liur atau sering juga kita sebut sebagai kelenjar saliva merupakan
kelenjar eksokrin yaitu kelenjar yang memiliki saluran (duktus) untuk mengalirkan
produknya. Kelenjar liur menghasilkan air liur atau saliva yang merupakan cairan
yang membasahi mulut dan kerongkongan. Saliva mengandung enzim yang
27
berperan dalam proses pencernaan makanan dan juga mengandung antibody yang
berperan dalam pencegahan terhadap infeksi
Kelenjar liur atau kelenjar terbagi menjadi 2 golongan, yaitu besar dan kecil
1. Kelenjar saliva besar tedapat 3 pasang, yaitu kelenjar parotis, kelenjar
submandibularis, kelenjar sublingual.
2. Kelenjar saliva kecil terutama tersebar dalam rongga mulut, sinus paranasal,
submukosa trakea.
Banyak faktor penyebab atau pendukung yang dapat meransang terjadinya
neoplasma. Faktor-faktor ini digolongkan kedalam dua kategori, yaitu : (1) Faktor
internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan herediter dan faktor-faktor
pertumbuhan; dan (2) faktor eksternal seperti bakteri, virus, jamur, bahan kimia,
obat-obatan, radiasi, trauma, panas, dingin, tembakau, atau alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong WD, Syamsuhidajat R. Editor. Payudara. In. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed
2. EGC Jakarta : 2005. p: 387-401
2. .Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit.
Ed4. Buku 2. EGC Jakarta 1995
3. Wan desen, onkologi klinis Fakultas Kedokteran Uiniversitas Indonesia.
edisi 2. Jakarta 2008.
4. Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT ,
Ed.6. Jakarta : EGC, 1997: 305-319
28
5. Gregory Masters, Bruce Brockstein. Dalam :Head and Neck Cancer. USA:
Kluwer Academic Publishers,2003: 158-161
6. Beers MH, Porter RS. Dalam: Merck Manual of Diagnosis and Theraphy,
Ver.10.2.3. USA: Merck Research Laboratories,2007
7. Susan, Standring. Dalam: Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical
Practice. USA: Elsevier, 2005: 515-518
8. Grays Anatomy:The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA: Elsevier,
2005: 515-518
9. Bates Guide To Physical Examination, hal. 115
10.Satish Keshav. Dalam: The Gastrointestinal System At A Glance. Australia:
Blackwell Science Ltd, 2004: 14-15
29