Paper Gimul
Paper Gimul
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, penulisan makalah yang berjudul : Pneumonia Pada
Pasien Rawat Inap (Peran Bakteri Mulut Dan Kebersihan Rongga Mulut), dapat
diselesaikan. Makalah ini diajukan untuk melengkapi tugas pada Kepeniteraan Klinik
Departemen Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Meskipun penulisan makalah ini banyak mengalami hambatan, kesulitan dan
kendala, namun karena adanya bimbingan, petunjuk, nasihat dan motivasi dari
berbagai pihak, penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Di sini kami mengucapkan
jutaan terimakasih kepada pembimbing kami, drg. Tresnajaya Koienata yang telah
memberikan bimbingan dan arahan.
Namun demikian, karena keterbatasan pengalaman, pengetahuan, kepustakaan
dan waktu, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran
dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Medan,
Agustus 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................ii
Abstrak.................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................2
2.1. Kesehatan Rongga Mulut Dan Pneumonia Yang Berhubungan
Dengan
Ventilator
............................................................................................................
2
2.2.
Kebersihan
Mulut
Intervensi
Oral
4
2.3.
5
2.4.
Pertanyaan
Yang
Harus
Diselesaikan
8
BAB
KESIMPULAN
9
DAFTAR
10
PUSTAKA
ABSTRAK
Latar Belakang: Bukti yang ada untuk mendukung hubungan antara kesehatan mulut
yang buruk, mikroflora rongga mulut dan bakteri pneumonia, khususnya penggunaan
ventilator yang berhubungan dengan pneumonia di institusi rumah sakit. Gigi atau
gigi palsu tidak memiliki permukaan yang licin sehingga memudahkan perlekatan
biofilm (yaitu, plak gigi) bentuk yang rentan untuk kolonisasi bakteri patogen. Pada
pasien yang rentan untuk aspirasi memudahkan bakteri yang terdapat di plak tersebut
masuk ke saluran pernapasan sehingga dapat menyebabkan infeksi paru. Selain itu,
pasien dengan penyakit periodontal memungkinkan dapat terjadinya aspirasi jaringan
inflamasi ke saluran napas bawah yang berkontribusi dalam penyakit paru.
Metode: Peneliti menggunakan studi laboratorium, percobaan klinis, dan literatur.
Kesimpulan: Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa mulut bisa jadi tempat
kolonisasi bakteri patogen saluran pernapasan dan berfungsi sebagai reservoir untuk
bakteri ini. Penelitian lain telah menunjukkan adanya intervensi untuk mengontrol
atau mengurangi biofilm di mulut dapat mengurangi risiko Pneumonia pada populasi
berisiko tinggi. Secara keseluruhan, bukti ini membuktikan dengan peningkatan
kebersihan mulut dapat mencegah pneumonia pada pasien risiko tinggi.
Aplikasi Klinis: Lembaga institusi menjaga ketat kebersihan mulut untuk pasien
rawat inap dan perawatan jangka panjang dapat mengurangi risiko pneumonia.
Kata Kunci: Pneumonia nosokomial, penggunaan ventilator dengan pneumonia,
chlorhexidine kumur
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Adanya bukti yang kuat untuk mendukung adanya hubungan antara kesehatan
mulut yang buruk, mikroflora rongga mulut dan bakteri pneumonia. Pneumonia dan
influenza serta keenam penyakit yang paling umum penyebab kematian di Amerika
Serikat dan di negara maju. Kondisi ini yang paling banyak menyebabkan penyakit
infeksi yang dapat kematian.
Pneumonia dapat dibagi menjadi dua kategori umum, pneumonia Komunitas
dan pneumonia nosokomial.pneumonia komunitas berkembang di masyarakat,
sementara pneumonia nosokomial didapati pada 48 jam setelah masuk ke
institusi,seperti rumah sakit atau klinik rawat inap. Penyebab dari kedua pnuomnia
tersebut adalah bakteri yang dimana keduanya berbeda berdasarkan jenis bakterinya.
Pneumonia komuniti sering disebabkan oleh organisme yang terdapat di
saluran nafas atas, termasuk: Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae,
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Legionella pneumophila, Candida
albicans dan bakteri anaerob lainnya (sering yang berhubungan dengan penyakit
periodontal). Pneumonia nosokomial sering disebabkan oleh bakteri enterik gram
negatif seperti Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae dan bakteri enterik lainnya;
Pseudomonas aeruginosa; dan Staphylococcus aureus.
Sebuah penyakit yang terkait adalah pneumonia aspirasi yang biasanya
disebabkan oleh organisme anerobik, biasanya berasal dari celah gingiva. Aspirasi
sering berkembang pada pasien berisiko tinggi untuk aspirasi mulut ke paru-paru,
seperti pasien disfagia atau pasien dengan penurunan kesadaran. pneumonia aspirasi
terjadi baik di masyarakat dan di institusi rumah sakit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
ventilator
Pneumonia yang disebabkan oleh ventilator merupakan penyebab terbanyak
kematian oleh karena infeksi nosokomial, dan merupakan infeksi nosokomial kedua
terbanyak di Amerika. Pasien pasien yang menggunakan ventilator mempunyai
resiko 6 21 kali resiko lebih besar untuk terjadinya pneumonia, dengan 10 25%
dari pasien yang menggunakan ventilator menderita pneumonia. Setiap satu harinya
pasien menggunakan ventilator, resiko untuk terjadinya pneumonia meningkat 1%.
Pernapasan mekanik melibatkan pemindahan ETT ke saluran napas yang lebih distal.
Bakteri melakukan kolonisasi pada permukaan tabung, yang mana akan menfasilitasi
perpindahan bakteri ke paru paru. Ini merupakan masalah yang penting, bukan
karna hanya meningkatkan angka kematian tapi juga menyebabkan semakin lamanya
waktu perawatan di rumah sakit yang mana akan menyebabkan kenaikan harga yang
signifikan. Tentunya, onset dari pneumonia dapat menyebabkan dua kali lebih lama
pasien dirawat di rumah sakit, biaya untuk pengobatan pneumonia yang disebabkan
oleh ventilator diperkirakan sekitar $40.000 per kasusnya.
Hubungan antara kesehatan rongga mulut dan pneumonia yang berhubungan
dengan ventilator adalah berbanding lurus. Untuk dapat menyebabkan pneumonia,
patogen harus terasipirasi dari tempat proksimal (contohnya : kavitas orofaring) ke
saluran pernapasan yang lebih distal. Orang orang dengan gigi atau gigi palsu
memiliki pertahanan yang tidak memungkinkan melekat dan terbentuknya biofilm
oral. Biofilm ini rentan terhadap kolonisasi bakteri patogen saluran pernapasan. Oral
hygiene yang buruk dapat memengaruhi pasien pasien yang beresiko tinggi untuk
terjadinya kolonisasi bakteri patogen saluran pernapasan. Aspirasi demikian
memungkinkan terjadinya deposit bakteri ke saluran pernapasan yang lebih distal
sehingga menaikkan resiko infeksi.
Disamping dari hal ini, respons Host terhadap biofilm oral menyebabkan
inflamasi jaringan periodontal. produk produk inflamasi dari jaringan ginggival
juga bakteri patogen yang melekat dari biofilm oral disekresikan, dimana hal ini dapat
menyebabkan aspirasi ke saluran pernapasan distal yang akan memulai terjadinya
infeksi.
Bakteri patogen saluran pernapasan. Scannapieco dkk. membandingkan
kolonisasi plak gigi oleh karena bakteri patogen saluran napas pada pasien pasien
ICU dan kontrol. Mereka meneliti tentang hubungan antara status kesehatan rongga
mulut dengan variabel lainnya (contohnya; pemakaian antibiotik) dan prevalensi
kolonisasi oral oleh bakteri patogen potensial. Hasilnya menunjukkan bahwa pasien
pasien yang dirawat di ICU memeliki kecenderungan yang lebih besar untuk
terjadinya plak gigi dibandingkan dengan pasien kontrol. Hal yang lebih penting,
penulis menemukan bahwa bakteri yang menjadi penyebab pneumonia hanya
ditemukan pada plak gigi dari pasien yang dirawat di ICU. Pada beberapa kasus, lebih
dari 100% flora aerob adalah S. Aureus, P. aeruginosa atau satu dari beberapa spesies
yang terdapat di usus. Sementara, plak gigi pada pasien kontrol jarang terjadinya
kolonisasi patogen saluran pernapasan. Temuan ini menunjukkan bahwa permukaan
oral, khususnya plak gigi, dapat menjadi reservoir infeksi patogen saluran pernapasan
pada pasien pasien yang dirawat di ICU.
Pemakaian antibiotik. Penulis juga menemukan hubungan antara kolonisasi
bakteri patogen dan pemakaian antibiotik. Banyak pasien di rumah sakit
menggunakan antibiotik, apakah sebagai profilaksis untuk mencegah infeksi atau
mengobati infeksi yang diderita. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa plak gigi
pasien pengguna antibiotik memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk
terjadinya kolonisasi bakteri saluran pernapasan dibandingkan dengan pasien yang
tidak menggunakan antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak diragukan untuk
menyebabkan kecenderungan terbentuknya plak gigi dan kolonisasi dari bakteri
patogen dengan cara bakteri patogen saluran pernapasan menghambat flora normal
yang normalnya berkompetisi dengan bakteri patogen.
Temuan ini didukung dengan adanya penemuan lain. Fourrier dik meneliti tentang
kolonisasi plak gigi oleh bakteri patogen saluran pernapasan pada 57 pasien yang
dirawat di ICU. 23% plak gigi yang diperiksa positif ditemukannya bakteri patogen
saluran pernapasan pada saat masuk, 39% pada hari ke 5, dan 46% pada hari ke
10. 21 (37%) pasien ICU akhirnya menderita infeksi, dan memeliki plak gigi dengan
kolonisasi bakteri patogen saluran pernapasan yang memiliki kecenderungan
menyebabkan pneumonia.
2.2.
Kebersihan Mulut
Kebersihan mulut yang buruk itu sendiri tampaknya terkait dengan infeksi
proporsi yang signifikan dari plak flora terdiri dari satu atau lebih spesies pernapasan
pathogen.
Studi ini mendukung gagasan yang dilembagakan subyek, khususnya di IGD
dan keperawatan rumah pengaturan, beresiko lebih besar mengembangkan plak gigi
kolonisasi oleh patogen pernapasan daripada communitydwelling subjek. Subyek
sebelumnya juga cenderung memiliki kebersihan mulut yang buruk dibandingkan
mata pelajaran communitydwelling. Dengan demikian, biofilm mulut mungkin
berfungsi sebagai waduk patogen pernapasan yang kemudian dapat menginfeksi
paru-paru. Hal ini menunjukkan bahwa lisan intervensi untuk mengurangi atau
mengontrol jumlah plak gigi mungkin metode yang sederhana, efektif mengurangi
patogen kolonisasi dalam populasi yang berisiko tinggi.
2.3.
Intervensi Oral
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa intervensi
oral mengurangi risiko pneumonia pada populasi berisiko tinggi. Sebuah tinjauan
sistematis terbaru dari literatur yang meneliti hubungan antara kebersihan mulut yang
buruk dan risiko pneumonia nosokomial dan penyakit paru-paru kronis. Para penulis
menemukan bahwa intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan mulut,
secara signifikan dapat mengurangi timbulnya penyakit paru.
Bilas Chlorhexidine. DeRiso dkk melakukan studi prospektif yang
merupakan contoh dari intervensi yang dirancang dengan baik yang menunjukkan
potensi untuk meningkatkan kesehatan mulut untuk mencegah pneumonia. Para
penulis meneliti dua kelompok subjek yang dirawat di ICU bedah: kelompok uji (test
group) 173 orang yang menerima 0,12 persen chlorhexidine bilas mulut dua kali
sehari dan kelompok kontrol (control group) 180 subyek yang menerima plasebo
bilas. Insiden pneumonia pada kelompok chlorhexidine adalah 60 persen lebih rendah
dibandingkan pada kelompok kontrol.
Chlorhexidine gel. Sebuah studi berikutnya oleh Fourrier dkk menemukan
bahwa penggunaan 0,2 persen Chlorhexidine gel dua kali sehari dalam 30 subjek di
patogen pernapasan lebih rendah pada mata pelajaran pada kelompok perlakuan
dibandingkan subyek dalam kelompok kontrol. Namun, penelitian ini tidak
menemukan perbedaan dalam kejadian pneumonia antara kelompok perlakuan dan
kontrol. Ada kemungkinan bahwa jumlah subjek yang terdaftar tidak cukup besar
untuk memungkinkan penulis untuk mendeteksi efek dari intervensi pada titik akhir
primer (yaitu, pneumonia).
Karena kebanyakan studi menunjukkan bahwa peningkatan kebersihan mulut
dapat mengurangi risiko pneumonia pada pasien yang rentan, kita harus
mempertimbangkan status praktik kebersihan mulut di rumah sakit dan panti jompo.
Buku perawatan tradisional menyarankan menyikat gigi dilakukan dua kali sehari
bersama dengan swabbing dari mulut dengan gliserin dan lemon swabs. Mengingat
beberapa studi yang dijelaskan di atas, praktek keperawatan rutin perlu menyertakan
prosedur perawatan mulut yang lebih ketat.
Sebuah survei terbaru menilai jenis dan frekuensi perawatan mulut yang
disediakan di ICU di Amerika Serikat, serta sikap, keyakinan dan pengetahuan tenaga
kesehatan. Hasil temuan menunjukkan bahwa sementara 512 (92 persen) dari 556
responden yang dianggap perawatan mulutnya menjadi prioritas tinggi, prosedur
perawatan mulut primer melibatkan penggunaan penyeka busa, pelembab dan obat
kumur. Intervensi dianggap untuk mengurangi kolonisasi mulut oleh patogen
pernapasan, seperti menyikat gigi dan penggunaan bilasan antiseptik seperti
chlorhexidine glukonat, tampaknya jarang digunakan dalam pengaturan perawatan
kritis.
2.4.
tentang peran kesehatan mulut pada infeksi saluran pernapasan. Sehubungan dengan
pasien rawat inap, kebersihan mulut yang optimal untuk mengurangi bakteri patogen
di saluran. Hal ini tidak jelas apakah desinfeksi topikal dengan agen kemoterapi saja
memadai, atau metode secara mekanis
BAB 3
KESIMPULAN
Banyak bukti yang mendukung hubungan antara kebersihan mulut yang buruk
dengan bakteri pneumonia pada populasi perawatan khusus, termasuk pasien dalam
perawatan di rumah sakit dan klinik rawat inap. Namun, penting untuk menunjukkan
bahwa hubungan ini telah didokumentasikan hanya untuk pneumonia nosokomial.
Sedikit bukti bahwa kebersihan mulut yang buruk dan penyakit periodontal mungkin
meningkatkan risiko community acquired pneumonia.
Hal ini penting untuk dokter gigi menyadari akan risiko pasien di institusi
rumah sakit seperti ICU dan di klinik rawat inap yang kebersihan mulutnyaburuk.
Profesi dokter gigi perlu menjadi lebih peduli di rumah sakit dan klinik rawat inap
khusus populasi ini, karena pencegahan dengan perawatan gigi dapat menjadi sangat
penting dalam menurunkan infeksi paru yang serius dalam hal ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
Abe S, Ishihara K, Adachi M, Okuda K. Oral hygiene evaluation for effective oral
care in preventing pneumonia in dentate elderly. Arch Gerontol Geriatr
(published online ahead of print Nov. 2, 2005).
Bergmans DC, Bonten MJ, Gaillard CA, et al. Prevention of ventilator-associated
pneumonia by oral decontamination: a prospective, randomized, double-blind,
placebo-controlled study. Am J Respir Crit Care Med 2001;164(3):382-8.
Binkley C, Furr LA, Carrico R, McCurren C. Survey of oral care practices in US
intensive care units. Am J Infect Control 2004;32(3):161-9.
DeRiso AJ 2nd, Ladowski JS, Dillon TA, Justice JW, Peterson AC. Chlorhexidine
gluconate 0.12% oral rinse reduces the incidence of total nosocomial
respiratory infection and nonprophylactic systemic antibiotic use in patients
undergoing heart surgery. Chest 1996;109(6):1556-61.
Fourrier F, Cau-Pottier E, Boutigny H, Roussel-Delvallez M, Jourdain M, Chopin C.
Effects of dental plaque antiseptic decontamination on bacterial colonization
and nosocomial infections in critically ill patients. Intensive Care Med
2000;26(9):1239-47.
Fourrier F, Dubois D, Pronnier P, et al. Effect of gingival and dental plaque antiseptic
decontamination on nosocomial infections acquired in the intensive care unit:
a double-blind placebo-controlled multicenter study. Crit Care Med
2005;33(8):1728-35.
Fourrier F, Duvivier B, Boutigny H, Roussel-Delvallez M, Chopin C. Colonization of
dental plaque: a source of nosocomial infections in intensive care unit
patients. Crit Care Med 1998;26(2):301-8.
11
12
13