BAB I
PENDAHULUAN
kegiatan/channel satuan militer yang mengadakan latihan, uji coba atau kegiatan
sesuai dengan Tupok satuan.
Pada masa tersebut setiap Matra TNI mempunyai industri/pabrik yang
dibangun untuk menjamin terdukungnya kebutuhan/perbaikan alat peralatan
persenjataan dan kesiapan tempur kesatuan. Matra TNI AD mempunyai
Perindustrian, TNI AD yang disingkat Pindad belakangan menjadi PT. Pindad
(Persero), Matra TNI AL mempunyai PT.PAL (Penataran Angkatan Laut), dan
Matra TNI AU memiliki PT. DI (Dirgantara Indonesia).
Prof.Habibie, memulai produk dengan membeli lisensi senjata FNC
(Fabrique Nationale Carbine), Belgia yang disiapkan untuk prajurit Eropa
selanjutnya dimodifikasi/retrofit untuk digunakan prajurit TNI. Hasil dari
perubahan itu menjadikan senjata serbu (SS), akurat, handal, egronomi, nyaman
digunakan. PT. Pindad (Persero) telah memberikan jaminan kesamaan konsistensi
produk, lancar penggunaannya, secara terus menerus, memiliki akurasi yang dapat
diandalkan sehingga menjadikannya produk superrior.
PT.Pindad (Persero) mempunyai dua lokasi manufaktur, yaitu di Bandung
untuk melaksanakan produksi umum, otomotif, komersial dan senjata sedangkan
di kota Turen Malang, melaksanakan produksi bahan peledak dan amunisi. kedua
tempat tersebut merupakan lokasi yang strategis, dalam upaya untuk memberikan
benefit dan pelayanan kepada pelanggan. PT.Pindad (Persero), sebagai salah satu
produser yang mempunyai pengalaman panjang dalam berproduksi telah
kompromi untuk senantiasa melakukan kreasi, benchmark maupun inovasi
mengikuti perkembangan teknologi untuk mencapai titik kulminasi yang baik
dalam pertumbuhannya.
Sebelum 1997
Baik
Sedang
Buruk
Buruk
Setelah 1997-2003
Sedang
Baik
Sedang
Sedang
2004-2012
Buruk
Baik
Baik
Baik
AG, perusahaan
industri
saat yang sama PT.Pindad (Persero) sedang melaksanakan produksi hasil bangsa
Indonesia yaitu pembuatan tank medium pengembangan panser Anoa dan
kendaraan taktis komodo yang bisa disejajarkan dengan tank Leopard Marder
hasil impormenunjukkan pemerintah tidak komit dan tidak mengsupport industri
alutsista kita. Himbauan larangan pembelian ini diperkuat dengan aturan
perundang-undangan tentang industri pertahanan, yaitu UU No. 16 tahun 2012.
Dalam undang-undang tersebut, TNI/Polri diwajibkan membeli senjata dari
industri lokal. Disamping itu sikap ini juga mencerminkan belum adanya
kepercayaan dari pemerintah atas produk buatan dalam negeri....
o Salah satu pelanggan PT. Pindad (Persero) adalah PT.KAI yang telah
berlangganan rail fastening (pengikat rel). Dengan terbukanya pasar global
(global mrket), ketika lelang rail fastening oleh PT.KAI pemenangnya adalah dari
China. Hal ini menunjukkan bahwa PT.Pindad (Persero) belum mampu menolak
produk lain.
o Kebutuhan Alusista TNI belum disupply sepenuhnya dari PT.Pindad (Persero)
contohnya tahun 2014 TNI membeli tank leopart dari Jerman. Hal ini
menunjukkan bahwa TNI sebagai pelanggan utama PT Pindad (Persero) masih
membeli produk yang sejenis ke produsen lain. Dengan kata lain, TNI masih
menjadi switcher buyer terhadap PT.Pindad (Persero).
o Sebagian bahan pokok/raw material masih impor. Sebagai suatu negara yang
mempunyai potensi alam kaya dengan sumber hutan/alam, ternyata banyak bahan
kimia, bahan logam/non
tersedia di dalam negeri harus di impor dari luar negeri. Kesulitan mendapatkan
bahan tersebut merepotkan manajemen, mempengaruhi harga pokok dan harga
10
constructs, separate their orientations and clarify their make-up. They move from
the typical definition of trust in the literature as a behavioural term referring to
the willingness to rely on an exchange partner in whom one has confidence
(Moorman et al., 1992; Ganesan, 1994; Mayer et al., 1995) to a cognitive and
evaluative concept reflecting the extent of confidence in the exchange of
partners reliability and integrity (Morgan and Hunt, 1994; Doney and Cannon,
1997). Sirdeshmukh et al. (2002) define consumer trust as the expectations held
by the consumer that the service provider is dependable and can be relied on to
deliver on its promises (p. 17).
Berbekal literatur mengenai perilaku pelanggan dan penelitian sosial yang
beragam (Deutsch, 1958; Moorman dkk, 1993; Morgan dan Hunt, 1994;.
Sorrentino dkk, 1995), Sirdeshmukh dkk. (2002) mengajukan sebuah model
konseptual di mana mereka menarik garis antara kedua konstruksi, memisahkan
orientasi keduanya dan mengklarifikasi pembentukan keduanya. Mereka bergerak
dari definisi tipikal mengenai kepercayaan dalam literatur sebagai istilah perilaku
yang mengacu pada 'kemauan untuk mengandalkan mitra perdagangan dimana
seseorang memiliki kepercayaan terhadapnya' (Moorman dkk, 1992; Ganesan,
1994; Mayer dkk, 1995) menjadi konsep kognitif dan evaluatif yang
mencerminkan 'tingkat kepercayaan dalam pertukaran kehandalan dan integritas
mitra' (Morgan dan Hunt, 1994; Doney dan Cannon, 1997). Sirdeshmukh dkk.
(2002) mendefinisikan kepercayaan pelanggan sebagai 'harapan yang dimiliki
oleh pelanggan bahwa penyedia layanan dapat diandalkan' (hal. 17).
11
disatuan yang
12
13
14
banyak karena produk domestik lebih murah, ergonomis, dukungan logistik lebih
terjamin TNI/Polri akan lebih profesional, sinergi ini menjadikan system kekuatan
pertahanan akan lebih tangguh.
Berikut ini disampaikan institusi, kementrian yang seharusnya menjadi
pelanggan potensial dari PT.Pindad (Persero) sebagai berikut:
a.
Pelanggan Dalam Negeri.
1.
sebagai berikut:
o TNI AD memerlukan antara lain: kebutuhan bekal tempur, perlengkapan
perorangan/lapangan, perlengkapan satuan kompi/batalyon, jaket anti peluru kapal
laut, kendaraan tempur roda rantai (tank), kendaraan tempur roda ban (panser),
kendaraan tempur taktis (ranpurtis), helikopter, pesawat udara, pistol, senapan
laras panjang, laras pendek, granat mortir (gmo), amunisi ringan/berat, bahan
peledak, roket/peluru kendali, berbagai macam meriam, dan alat angkut berat
personil/barang, alat komunikasi sistim radio regu/kompi. Kebutuhan ini dalam
rangka melaksanakam tugas pokok TNI untuk mempertahankan dan menjaga
keamanan serta kedaulatan NKRI.
o TNI AL memerlukan antara lain: kebutuhan bekal tempur, perlengkapan
perorangan/lapangan, perlengkapan satuan kompi/batalyon, jaket anti peluru kapal
niaga, kapal pumpang, tanker, kapal patroli, helikopter, pesawat udara,
tank/amphibi, panser, senapan laras panjang, laras pendek, amunisi ringan/berat,
bom dinamit, peluru kendali, meriam, kendaraan taktis dan alat angkut berat
personil/barang, sistim radio regu/kompi.
o TNI AU memerlukan antara lain: kebutuhan bekal tempur, perlengkapan
perorangan/lapangan, perlengkapan satuan kompi/batalyon, jaket anti peluru
berbagai jenis kapal patroli/perang dan kapal lainnya, pesawat terbang fix wing,
pesawat rotary wing, helikopter, pesawat udara, pesawat tempur, senapan laras
15
panjang, laras pendek, amunisi ringan/berat, bom dinamit, peluru kendali, macammacam meriam, kendaraan taktis dan alat angkut berat personil/barang, sistim
radio regu/kompi.
2. Polisi Republik Indonesia (Polri) beserta jajarannya, memerlukan, antara lain:
kebutuhan bekal pengamanan, keperluan peralatan untuk menunjang tugas pokok
Polri seperti antara lain perlengkapan untuk penanggulangan tindakan huru hara
(Dakhura), peralatan penanggulangan tindakan teror/anarkhis, persenjataan dan
perlengkapan untuk pengamanan lingkungan dan perusahaan, pertahanan sipil.
Disamping itu diperlukan perlengkapan perorangan/lapangan, perlengkapan
satuan kompi/batalyon, berbagai jenis kapal, pesawat rotary wingsenapan laras
panjang, laras pendek, amunisi ringan/berat, jaket anti peluru, bom dinamit,
kendaraan taktis, alat angkut berat personil/barang, water cannon, dan sistim radio
regu/kompi untuk melengkapi keperluan sesuai tugas pokok.
3. Kementerian Negara RI, membutuhkan produk sesuai dengan tugas pokok
masing-masing seperti keperluan alat berat dalam rangka menanggulangi bahaya
dissaster bencana nasional, warning system untuk bencana alam/tsunami gunung
meletus, pembangunan alat komunikasi (Alkom) di daerah terdepan NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia). Diperlukan juga peralatan untuk
pengamanan daerah perbatasan NKRI, keperluan alat peralatan transportasi
darat/laut, alat peralatan dan permesinan, laboratorium dan perbengkelan, senjata
pengamanan (laras panjang/pistol), sesuai dengan kebutuhan.
4. Perusahaan negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan jajarannya,
dahulu dikenal dengan Badan usaha milik negara industri strategis (Bumnis)
PT.PAL, PT.DI, PT.INKA, PT Kai (Persero), PT Pln (Persero), PT.KS. dan lain-
16
seperti Perusahaan
RISK ISSUE
Inovasi produk
sulit terwujud
RISK CAUSE
Kreativitas SDM, dukungan
biaya litbang dan riset
pemasaran serta kesiapan
sumber daya pada umumnya
RISK IMPACT
Berkurangnya daya saing,
produk tidak up to date,
hilangnya peluang pasar
17
KATEGORI
RISK ISSUE
2.
Penjulan stagnan,
Banyak variasi
produk
RISK CAUSE
kurang
a. Terbatasnya produk dan a.
pasar baru,
b. Terbatasnya pasar
b.
prodmil,
c. Belum maksimalnya
kinerja prodkom.
d. Kurangnya kemampuan c.
SDM dalam negoisasi
RISK IMPACT
Keuntungan perusahaan
menurun,
Peningkatan biaya tidak
sebanding dengan
pendapatan dari
penjualan,
Perusahaan kurang dapat
meningkatkan
kesejahteraan pegawai,
d. Kejenuhan pegawai atau
perusahaan,
e. Posisi tawar menawar
rendah
Penjualan produk terbatas
3.
Ketergantungan
Pelanggannya instansi
Pelanggan pada
pemerintah
APBN
Sumber: Studi dokumentasi pada PT.Pindad (Persero) industri militer
Kementerian Pertahanan (2012)
18
Senjata serbu (SS) hasil produk unggul PT.Pindad (Persero) belum dijadikan
senjata standar prajurit TNI.
1.
2.
3.
4.
19
20
21
22