Anda di halaman 1dari 18

DIABETES MELLITUS

1. PENGERTIAN
1.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang


ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner dan Suddarth. 2002)

2.

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan


karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya, dimana hiperglikemia berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan berbagai
organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
(American Diabetes Association, 1998)
2. TIPE DM

1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)


2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
3. ETIOLOGI
1. Diabetes tipe I
Dirumuskan bahwa kerusakan sel beta terjadi diakibatkan karena infeksi ,
biasanya virus dan atau respon autoimun secara genetik pada orang yang
terkena. Awitan dimulai pada saat usia kurang dari 30 tahun.
a. Faktor genetik
b. Faktor-faktor imunologi
c. Faktor lingkungan : virus/toksin
d. Penurunan

sel

beta

Proses

radang,

keganasan

pankreas,

pembedahan.
e. Kehamilan
f. Infeksi lain yang tidak berhubungan langsung.

2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Gaya hidup
(Brunner & Suddarth, Tucker Susan Martin)
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Poliuria

g. Kesemutan, rasa baal

b. Polifagia

h. Pruritus, bisul

c. Polidipsi

i. Mata kabur

d. Kelemahan

j. Impotensi pada pria

e. Berat badan turun

k. Pruritus vulva / keputihan

f. Infeksi Saluran Kencing

l. Luka yang lama sembuhnya


(PAPDI, IPD, 2000)

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM

Belum pasti

DM

DM
Kadar

glukosa

darah

sewaktu
-

Plasma vena

< 100

100-200

>200

Darah kapiler

<80

80-200

>200

Kadar glukosa darah puasa


-

Plasma vena

Darah kapiler

<110

110-120

>126

<90

90-110

>110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus


Pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi
vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah
mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
Diet dan pengendalian beratbadan merupakan dasar dari penatalaksanaan
DM dengan tujuan :

Memberikan semua unsur makanan essensial

Mencapai dan mempertahankan BB yang sesuai

Memenuhi kebutuhan energi

Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya

Menurunkan kadar kemak darah jika meningkat.

2. Latihan
Efek latihan dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi resiko
penyakit kardiovaskuler.
3. Pemantauan
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri,
penderita DM dapat mengukur terapinya untuk mengendalikan kadar
glukosa darah secara optimal.

Cara ini memungkinkan deteksi dan

pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia lainnya.

4. Terapi (jika diperlukan)


Pada DM tipe I, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi insulin.
Dengan demikian insulin eksogeneus harus diberikan dalam jumlah tak
terbatas. Pada DM tipe II, insulin myngkin diperlukan terapi jangka panjang
untuk mengendalikna kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia
oral tidak berhasil mengontrolnya.
5. Pendidikan
Pendidikan mengenai penyuntikan insulin perlu diberikan kepada klien dan
keluarganya.
(Brunner & Suddarth)
7. KOMPLIKASI
Koomplikasi akut DM :
1. Hipoglikemia
2. Hiperglikemia
3. Ketoasidosis Diabetik
Komplikasi kronis DM :
1. Mata : retinopati diabetik, katarak
2. Ginjal : glomerulosklerosis intra kapiler, infeksi
3. Saraf : Neuropati perifer, neuropati kranial, neuropati otonom.
4. Kulit : dermopati diabetik, nekrobiosis lipoidika diabetikorum, kandidiasis,
tukak kaki dan tungkai
5. Sistem kardiovaskuler : penyakit jantung dan gangren pada kaki
6. Infeksi tak lazim : fasilitis dan miositis nekrotikans, meningitis mucor,
kolesistitis emfisematosa, otitis eksterna maligna.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Glukosa darah : meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
- Aseton plasma : Positif secara mencolok
- Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat
- Osmolalitas serum : meningkat
- Elektrolit :

Natrium : mungkin normal meningkat/menurun


4

Kalium : Normal, peningkatan semu selanjutnya akan menurun

Fosfor : lebih sering menurun

ureum/ kreatinin : mungkin meningkat/normal

Insulin darah : mungkin menurun

Urine : gula dan aseton positif

Kultur dan sensivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran


kemih

LUKA GANGRENE

A. PENGERTIAN
Luka didefinisikan sebagai suatu kelainan dimana terjadi
gangguan keseimbangan terhadap imtegritas kulit baik kehilangan
ataupun kerussakan sebagian struktur jaringan utuh, akibat trauma
mekanik, termal, radiasi, fisik, pembedahan dan zat kimia. Luka kaki
merupakan kejadian luka yang tersering pada klien diabetik.
Neuropati menyebabkan hilangnya rasa pada kondisi terpotong kaki.
Gangrene atau pemakan luka didefinisikan sebagai jaringan
nekrosis atau jaringan mati yang disebabkan oleh akarena adanya
emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga
suplai darah terhenti, dapat terjadi akibat proses inflamasi yang
memanjang perlukaan bisa akibat digigit serangga, kecelakaan kerja
atau terbakar, proses degeneratif/ateriosklerosis atau ganggaun
metabolik / diabetes mellitus.
B. PENATALAKSANAAN LUKA DIABETIK (GANGRENE)
1. Tujuan perawatan luka
a. Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
b. Optimalisasi suasana luka dalam kondisi lembab
c. Dukungan / kondisi klien termasuk nutrisi, kontrol DM,
kontrol faktor penyebab.
d. Tingkatkan edukasi klien dan kelluarganya.
2. Perawatan luka diabetik
a. Mencuci luka
Mencuci

luka

merupakan

hal

yang

pokok

unutk

memperbaiki, meningkatkan dan mempercepat proses


penyembuhan
terjadinya

luka

infeksi.

serta

menghindari

Tujuan

mencuci

kemungkinan
luka

adalah

menghilangkan jaaringan neksrosis, menghilangkan cairan


luka yang berlebihan, dan menghilangkan sisa metabolisme
tubuh pada permukaan luka.

Cairan yang terbaik untuk

mencuci luka adalah cairan non toksik misalnya normal

saline / NaCl 0.9 %.

Cairan anti septik sebaiknya

digunakan ketika luka mengalami infeksi atau tubuh dalam


keadaan penurunan imunitas, yang kemudian dilakukan
pembilasan kembali dengan normal saline.
b. Debridement
Merupakan upaya untuk membuang jaringan nekrosis /
slough

pada

luka.

Debridement

dilakukan

untuk

menghindari infeksi atau selulitis, karena jaringan nekrosis


selalu berhubungan dengan peningkatan jumlah bakteri.
c. Perawatan kulit sekitar luka
Melindungi kulit di sekitar luka merupakan hal penting untuk
mencegah timbulnya luka baru.

Penggunaan Zinc-oxide

salep cukup efektif untuk melindungi kulit sekitar luka dari


cairan atau eksudat berlebihan.
d. Penggunaan balutan pada luka
Penggunaan balutan bertujuan untuk mempertahakan
daaerah luka agar selalu lembab, mempercepat proses
penyembuhan hingga 50 %, absorpsi eksudat dan cairan
luka yang berlebihan, membuang jaaringan nekrosis,
kontrol terhadap infeksi dan menurunkan rasa sakit serta
menurunkan biaya selama perawatan.
1.

Absorbent dressing
Jenis balutan yang paling banyak

menyerap cairan

pada luka, juga berfungsi sebagai homeostasis tubuh


jika

terdapat

perdarahan

dan

brter

terhadap

kontaminasi pseudomonas. Contoh balutan : aliginate,


kaltostaat, sorbsan, alevyn.
2. Hydrocoloid
Jenis balutan yang berfungsi untuk mempertahankan
luka dalam keadaan lembab, melindungi luka dari
trauma dan menghindari kontaminasi, digunakan pada

keadaan luka berwarna merah.

Contoh

balutan :

cuntinova-hydro, duoderm CGF, comfell.


Kedua jenis balutan diatas disebut occlusive dressing,
merupakan

jenis

balutan

yang

mempertahankan

lingkungan luka dalam keadaan optimal, saat penggantian


balutan akan tampak peluruhan jaringan nekrotik dengan
dasar luka bersih.
e. Topikal terapi
Hydroactive gel merupakan jenis terapi topicl yang membnatu
peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri (support
autolisis debridement). Contoh : intrasit gel, duoderm-gel.
f. Balutan untuk mengontrol terjadinya edema
Kontrol

edema

diperlukan

guna

membantu

proses

penyembuhan luka diabetik, seringkali ditemukan edema


pada ekstremitas. Kontrol edema dapat dilakukan dengan
cara

memberikan

kompresi

atau

penekanan

dengan

menggunakan elastic bandage (elastis stoking), dengan


penekanan kurang lebih sekitar 18 mmHg atau kekuatan
50% tarikan.

8.

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian

Identitas klien

Riwayat kesehatan

Riwayat pengobatan

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

a. Aktivitas / istirahat
Gejala :

lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot


menurun, gangguan tidur.

Tanda :

Takikardia dan takipneu, letargi dan disorientasi, koma,


penurunan kekuatan otot.

b. Sirkulasi
Gejala :

Adanya riwayaat hipertensi, kesemutan pada ekstremitas,


ulkus pada kaki,penyembuhan yang lama.

Tanda :

Takikardia, perubahan tekanan darah postural, hipertensi,


nadi yang menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering
dan kemerahan, mata cekung

c. Integritas Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah keuangan.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala

Perubahan

pola

berkemih

(poliuria/nokturia),

rasa

nyeri/terbakar, kesulitan berkemih, ISK baru/berulang, nyeri tekan


abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poluria dapat berkembang menjadi
oligouria/anuria jika terjadi hipovolemia berat, urine berkabut,
bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising
usus lemah dan menurun : hiperaktif (diare)
e. Makanan/Cairan

Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, peningkatan masukkan


glukosa dan karbohidrat, penurunan BB, haus, penggunaan
diuretik.
Tanda : Kulit kering, bersisik, turgor jelek, muntah, bau halitosis, nafas
bau aseton.
f. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, kesemutan, parastesia, ganguan
penglihatan.
Tanda :

Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor, gangguan memori,


aktifitas kejang.

g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Abdomen tegang/nyeri.
Tanda : Wajah meringis.
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekuranagn oksigen, batuk
Tanda : Lapar udara, batuk
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda :

Demam, diaforesis, kulit rusak / ulserasi, menurunnya


kekuatan umum / rentang gerak, parestesia / paralisis otot
termasuk otot-otot pernafasan jika kadar kalium menurun
dengan cukup tajam.

j. Seksualitas
Gejala : Impotensi, kesulitan orgasme pada wanita, luka / lecet pada
vagina.
(Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengkajian luka Diabetes Mellitus


(gangrene) adalah :
1. Lokasi / letak luka

10

Lokasi atau letak luka dapat digunakan sebagai indikator terhadap


kemungkinan penyebab terjadinya luka sehingga luka dapat
diminimalkan.
2. Stadium luka
Dibedakan atas ;
a. Anatomi kulit (Pressure Ulcers Panel, 1990)
1). Partial Thickness : hilangnya lapisan epidermis hingga
lapisan dermis yang paling atas.
2). Full thicknes : hilangya lapisan epidermis hingga lapisan sub
kutan.
Stadium I

: Kulit berwarna merah, belum tampak


adanya lapisan epidermis.

Stadium II

: Hilangnya lapisan epidermis atau lecet


sampai batas dermis paling atas.

Stadium III

: Rusaknya lapisan dermis bagian bawah


hingga lapisan sub kutan.

Stadium IV

: Rusaknya lapisan sub kutan hingga otot


dan tulang.

b. Warna dasar luka (Nedherlands Woundcare Consultant


Society, 1984)
Merah

: (pink, merah, merah tua) disebut jaringan


sehat, granulasi / epitelisasi / vaskularisasi.

Kuning

: (kuning muda, kuning kehijauan, kuning tua,


kuning kecoklatan) disebut jaringan mati yang
lunak, fibrionilitik, slough, avaskularisasi.

Hitam

: Jaringan nekrosis, avaskularisasi.

c. Stadium Wagner untuk luka diabetik


1). Superficial ulcer
Stadium 0 : Tidak terdapat lesi, kulit dalam keadaan
baik, tapi dengan bentuk tulang kaki yang
menonjol (charcot arthropathies)

11

Stadium I : Hilang lapisan kulit hingga dermis dan


kadang-kadang tampak menonjol.
2). Deep Ulcers
Stadium II

: Lesi terbuka dengan penetrasi tulang


atau tendon (dengan goa).

Stadium III

: Penetrasi dalam, osteomyelitis,


pyartrosis, plantar abses atau infeksi
hingga ke tendon.

3). Gangrene
Stadium IV

: Gangrene sebagian, menyebar hingga


sebagian jari kaki, kulit sekitarnya
selulitis, gangrrene lembab atau kering.

Stadium V

: Seluruh kaki dalam kondisi nekrotik


atau gangrene.

3. Bentuk dan ukuran luka


Pengkajian bentuk dan ukuran luka dapat dilakukan dengan
pengukuran tiga dimensi atau mengambil foto untuk mengevaluasi
kemajuan proses penyembuhan luka. Hal yang harus diperhatikan
dalam pengukuran adalah dengan menggunakan alat ukur yang
tepat dan jika alat ukur tersebut digunakan berulang kali, hindari
terjadinya infeksi silang (nosokomial).

Lakukan inspeksi dan

palpasi pada kulit selitar luka untuk mengetahui apakah pada luka
terdapat selulitis, edema, benda asing, dermatitis kontak atau
maserasi.
a. Pengukuran tiga dimensi
Dilakukan dengan mengkaji panjang-lebar-kedalaman dan
dengan menggunakan kapas lidi steril untuk menilai ada
tidaknya goa (sinus track/undermining0 dengan mengukur
berputar searah jarum jam.
b. Photography

12

c. Serial foto dapat memberikan gambaran proses


penyembuhan luka secara komprehensif, (catatan berikan
inform consent sebelum pengambilan foto).
4. Status Vaskuler
Menilai status vaskuler berhubungan dengan pengangkutan atau
penyebaran oksigen yang adekuat ke seluruh lapisan sel dan
merupakan unsur penting dalam proses penyembuhan luka.
Pengkajian status vaskuler meliputi perlakuan palpasi, capillaryrefill,
edema dan temperatur kulit.
a. Palpasi
b. Langkah pertama dalam pengkajian status perkusi jaringan
adalah palpasi pada daerah tibia dan dorsal pedis untuk
menilai ada tidaknya denyut nadi. Klien usia lanjut kadang
sulit diraba denyut nadinya dan dapat menggunakan
stetoskop ultrasonic doppler.
Tingkatan denyut nadi :
0 : Nadi tidak teraba
1 : Ada denyut nadi sebentar
2 : Teraba tapi kemudian hilang
3 : Normal
4 Sangat jelas kemudian ada bendungan (aneurysm)
c. Capillary Refill
Waktu pengisian kapiler dievaluasi dengan memberikan
tekanan pada ujung jari, setelah tampak kemerahan segera
lepasksna dan lihatlah apakah ujung jari segera kembali ke
kulit normal.

Pada beberapa kondisi menurunnya atau

hilangnya denyut nadi, pucat, kulit dingin, kulit jari tipis dan
rambut yang tidak tumbuh merupakan indikasi iskemik
(arterrial insufficiency) dengan capillary refill labih dari 40
detik.
Capillary Refill Time
Normal

: 10 15 detik

13

Iskemik Sedang

: 15 25 detik

Iskemik berat

: 25 40 detik

Iskemik sangat berat

: lebih dari 40 detik

d. Edema
Pengkajian ada tidaknya edema dilakukan dengan mengukur
lingkar

pada

midealf,

ankle,

dorsum

kaki

kemudian

dilanjutkan dengan menekan jari kaki pada tulang menonjol


di tibia atau maleolus. Kulit yang edema akan tampak lebih
coklat kemerahan atau mengkilat, seringkali merupakan
tanda adanya ganguan darah balik vena.
Tingkatan udema :
Tingkatan edema :
0 inchi : 1 + (mild)
- inchi : 2 + (moderate)
- 1 inchi : 3 + (several)
e. Temperaturkulit
Temperatu kulit memberikan informasi tentang kondisi
perfusi jaringan dan fase inflamasi, serta merupakan variabel
penting dalam menilai adanya peningkatan atau penurunan
perfusi jaringan terhadap tekanan.
Cara melakukan penilaian dengan menempelkan puggung
tangan pada kulit sekitar luka, membandingkannya dengan
kulit pada bagian lain yang sehat.
5. StatusNeurologik
a. Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik berhubungan dengan kelemahan
otot secara umum, yang menampakkan adanya perubahan
bentuk tubuh (terutama kaki), seperti jari0jari yang menekuk
atau

mencengkram

dan

telapak

kai

yang

menonjol.

Penurunan fungsi motorik menyebabkan pengguanaan


sepatu

atausandal

berubah,

biasanya

akan

terjadi

14

penekanan terus menerus pada ujung-ujung tulang kaki


sehingga menimbulkan kalus yang kemudian menjadi luka.
b. Fungsi Sensorik
Pengkajian fungsi ini berhubungan dengan cara penilaian
terhadap kehilangan sensasi pada ujung-ujung ekstremitas.
Banyak

klien

mengatakan

DM

dengan

neuropati

bahwa

lukanya

barusaja

sensori
terjadi

akan
namun

kenyatannya terjadi beberapa waktu sebelumnya.


c. Fungsi Autonom
Dilakukan pada klien DM untuk melihat tingkat kelembaban
kulit. Biasanya klien mengatakan keringatnya berkurang dan
kering kulitnya.

Penurunan faktor kelembaban kulit akan

mempermudah terjadinya lecet atau pecah-pecah (terutama


pada ektremitas) akibatnya akan timbul fisura yang akan
diikuti oleh formasi luka.
6. Infeksi
Merupakanmasalah yang paling serius pada penderita luka DM.
Pseudomonas Aureginase dan staphylococcus aureus, keduanya
merupaka organisme patogenik yang paling sering muncul saat
perawatan luka. Penilaian ada tidaknya infeksi pada luka didasari
pengertian bahwa seluruh jenis luka kronik adalah jenis luka yang
terkontaminasi
semuanya

oleh

adanya

terinfeksi.

Pada

kolonisasi
keadaan

bakteri,
luka

tetapi

tidak

terinfeksi

akan

memperlihatkan adanya :
a. Sistematik Tubuh
Bertambahnya jumlah leukosit dan mekrofag melebihi batas
normal yang diikuti dengan peningkatan suhu tubuh.
b. Lokal Infeksi
Jumlah eksudat yang bertambah banyak danmenjadi lebih
kental, berbau tidak sedap dan disertai dengan penurunan
panas dan nyeri. Infeksi dapat meluas dengan cepat hingga
tulang (osteomyelitis dapat dilihat dengan X rays) jika tidak

15

dibatasi segera. Kultur merupakan rekomendasi yang


dikerjakan untuk menentukan pemberian antibiotik.
2. Diagnosa keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b.d. gejala poliuria, masukan dibatasi
Tujuan : Hidrasi adekuat
Kriteria :

Tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan
pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu,
kadarelektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

Pantau masukan dan keluaran

Pantau tanda-tanda vital

Waspadai tanda-tanda hipovolemik dan penurunan BB.

Catat hal-hal yang dilaporkan seperi mual, muntah, nyeri abdomen


dan distensi lambung.

Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari


dlam batas yang dapat ditoleransi jantung jika

pemasukan oral

dapat diberikan.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. gangguan
keseimbangan insulin, anoreksia, mual
Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi
Kriteria : Mencerna jumlah kalori / nutrien yang tepat, Menunjukkan
tingkat energi biasanya, BB stabil, nilai laboratorium
normal.
Intervensi :

Kaji pola masukan diet dan status nutrisi.

Berikan konsultasi diet untuk instruksi tentang diet.

Anjurkan klien makan sesuai jumlah porsi yang diberikan

Berikan insulin sebelum makan

Kaji asupan nutrisi 24 jam

Timbang BB setiap hari sekali

Jelaskan manfaat nutrisi

16

Kolaborasi pemeriksaan Hb.

c. Resiko infeksi b.d kadar glukosa tinggi


Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria : Merawat luka denagn tehnik septik
Intervensi :

Observasi tanda-tanda infeksi

Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci


tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan
dengan klien termasuk kliennya sendiri.

Pertahankan tehnikaseptik pada prosedur invasif.

Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguhsungguh, massage daerah yang tertekan, jaga kulit tetap
kering, linen kering.
Lakukan perubahan posisi minimal 2 jam sekali

d. Kelelahan b.d penurunan produksi energi metabolik,

insufisiensi

insulin
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan peniingkatan tingkat energi
Kriteria

Klien mampu untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang


diinginkan.

Intervensi :

Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktifitas.

Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum


dan sesudah melakukan aktifitas.

Tingkatkan partisipasi klien dalam melkukan aktifitas sehari-hari


sesuai dengan yang dapat ditoleransi.

17

DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer Suzanne C, Bare Brendo G Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner, Suddart, Edisi 8, vol 2, Jakarta: EGC 2002
2. Soegondo Sidartawan, Soewondo Pradana, Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus Terpadu, Jakarta : Heul 2002
3. Reeves,Roux,Lockhart; Keperawatan medikal Bedah (2001),Salemba
Medika, Jakarta.
4. Price, Wilson, Patofisiologi Konsep klinis Proses
Penyakit(1995),EGC,Jakarta.
5. Doenges, ME and Moor House, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke 3,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
6. Tucker, et al, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan Diagnosis
dan Evaluasi (1998) Ed. V, Vol.2, EGC, Jakarta

18

Anda mungkin juga menyukai