1. PENGERTIAN
1.
2.
sel
beta
Proses
radang,
keganasan
pankreas,
pembedahan.
e. Kehamilan
f. Infeksi lain yang tidak berhubungan langsung.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Gaya hidup
(Brunner & Suddarth, Tucker Susan Martin)
4. MANIFESTASI KLINIS
a. Poliuria
b. Polifagia
h. Pruritus, bisul
c. Polidipsi
i. Mata kabur
d. Kelemahan
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM
Belum pasti
DM
DM
Kadar
glukosa
darah
sewaktu
-
Plasma vena
< 100
100-200
>200
Darah kapiler
<80
80-200
>200
Plasma vena
Darah kapiler
<110
110-120
>126
<90
90-110
>110
2. Latihan
Efek latihan dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi resiko
penyakit kardiovaskuler.
3. Pemantauan
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri,
penderita DM dapat mengukur terapinya untuk mengendalikan kadar
glukosa darah secara optimal.
LUKA GANGRENE
A. PENGERTIAN
Luka didefinisikan sebagai suatu kelainan dimana terjadi
gangguan keseimbangan terhadap imtegritas kulit baik kehilangan
ataupun kerussakan sebagian struktur jaringan utuh, akibat trauma
mekanik, termal, radiasi, fisik, pembedahan dan zat kimia. Luka kaki
merupakan kejadian luka yang tersering pada klien diabetik.
Neuropati menyebabkan hilangnya rasa pada kondisi terpotong kaki.
Gangrene atau pemakan luka didefinisikan sebagai jaringan
nekrosis atau jaringan mati yang disebabkan oleh akarena adanya
emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga
suplai darah terhenti, dapat terjadi akibat proses inflamasi yang
memanjang perlukaan bisa akibat digigit serangga, kecelakaan kerja
atau terbakar, proses degeneratif/ateriosklerosis atau ganggaun
metabolik / diabetes mellitus.
B. PENATALAKSANAAN LUKA DIABETIK (GANGRENE)
1. Tujuan perawatan luka
a. Mengurangi atau menghilangkan faktor penyebab
b. Optimalisasi suasana luka dalam kondisi lembab
c. Dukungan / kondisi klien termasuk nutrisi, kontrol DM,
kontrol faktor penyebab.
d. Tingkatkan edukasi klien dan kelluarganya.
2. Perawatan luka diabetik
a. Mencuci luka
Mencuci
luka
merupakan
hal
yang
pokok
unutk
luka
infeksi.
serta
menghindari
Tujuan
mencuci
kemungkinan
luka
adalah
pada
luka.
Debridement
dilakukan
untuk
Penggunaan Zinc-oxide
Absorbent dressing
Jenis balutan yang paling banyak
menyerap cairan
terdapat
perdarahan
dan
brter
terhadap
Contoh
balutan :
jenis
balutan
yang
mempertahankan
edema
diperlukan
guna
membantu
proses
memberikan
kompresi
atau
penekanan
dengan
8.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas klien
Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
Tanda :
b. Sirkulasi
Gejala :
Tanda :
c. Integritas Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah keuangan.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala
Perubahan
pola
berkemih
(poliuria/nokturia),
rasa
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Abdomen tegang/nyeri.
Tanda : Wajah meringis.
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekuranagn oksigen, batuk
Tanda : Lapar udara, batuk
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda :
j. Seksualitas
Gejala : Impotensi, kesulitan orgasme pada wanita, luka / lecet pada
vagina.
(Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
10
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
Kuning
Hitam
11
Stadium III
3). Gangrene
Stadium IV
Stadium V
palpasi pada kulit selitar luka untuk mengetahui apakah pada luka
terdapat selulitis, edema, benda asing, dermatitis kontak atau
maserasi.
a. Pengukuran tiga dimensi
Dilakukan dengan mengkaji panjang-lebar-kedalaman dan
dengan menggunakan kapas lidi steril untuk menilai ada
tidaknya goa (sinus track/undermining0 dengan mengukur
berputar searah jarum jam.
b. Photography
12
hilangnya denyut nadi, pucat, kulit dingin, kulit jari tipis dan
rambut yang tidak tumbuh merupakan indikasi iskemik
(arterrial insufficiency) dengan capillary refill labih dari 40
detik.
Capillary Refill Time
Normal
: 10 15 detik
13
Iskemik Sedang
: 15 25 detik
Iskemik berat
: 25 40 detik
d. Edema
Pengkajian ada tidaknya edema dilakukan dengan mengukur
lingkar
pada
midealf,
ankle,
dorsum
kaki
kemudian
mencengkram
dan
telapak
kai
yang
menonjol.
atausandal
berubah,
biasanya
akan
terjadi
14
klien
mengatakan
DM
dengan
neuropati
bahwa
lukanya
barusaja
sensori
terjadi
akan
namun
oleh
adanya
terinfeksi.
Pada
kolonisasi
keadaan
bakteri,
luka
tetapi
tidak
terinfeksi
akan
memperlihatkan adanya :
a. Sistematik Tubuh
Bertambahnya jumlah leukosit dan mekrofag melebihi batas
normal yang diikuti dengan peningkatan suhu tubuh.
b. Lokal Infeksi
Jumlah eksudat yang bertambah banyak danmenjadi lebih
kental, berbau tidak sedap dan disertai dengan penurunan
panas dan nyeri. Infeksi dapat meluas dengan cepat hingga
tulang (osteomyelitis dapat dilihat dengan X rays) jika tidak
15
Tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan
pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu,
kadarelektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
pemasukan oral
dapat diberikan.
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. gangguan
keseimbangan insulin, anoreksia, mual
Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi
Kriteria : Mencerna jumlah kalori / nutrien yang tepat, Menunjukkan
tingkat energi biasanya, BB stabil, nilai laboratorium
normal.
Intervensi :
16
Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguhsungguh, massage daerah yang tertekan, jaga kulit tetap
kering, linen kering.
Lakukan perubahan posisi minimal 2 jam sekali
insufisiensi
insulin
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan peniingkatan tingkat energi
Kriteria
Intervensi :
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer Suzanne C, Bare Brendo G Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner, Suddart, Edisi 8, vol 2, Jakarta: EGC 2002
2. Soegondo Sidartawan, Soewondo Pradana, Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus Terpadu, Jakarta : Heul 2002
3. Reeves,Roux,Lockhart; Keperawatan medikal Bedah (2001),Salemba
Medika, Jakarta.
4. Price, Wilson, Patofisiologi Konsep klinis Proses
Penyakit(1995),EGC,Jakarta.
5. Doenges, ME and Moor House, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ke 3,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
6. Tucker, et al, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan Diagnosis
dan Evaluasi (1998) Ed. V, Vol.2, EGC, Jakarta
18