TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Rumah Sakit
adalah
setiap
orang
yang
melakukan
konsultasi
masalah
langsung
maupun tidak
langsung
di rumah sakit.
Pengaturan
2.
masyarakat,
4.
2.
3.
4.
2.2
Pelayanan Keperawatan
Berdasarkan Permenkes RI Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang
izin dan penyelenggaraan praktik perawat, perawat adalah seseorang yang telah
lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Permenkes RI, 2010). Keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk
pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
(Gaffar, 1999).
Menurut John Griffith dalam Trimumpuni (2009) kegiatan keperawatan
klinik di rumah sakit meliputi:
1.
2.
3.
10
4.
5.
yang memiliki mutu, kualitas dan bersifat efektif, efisien sehingga memberikan
kepuasan pada kebutuhan dan keinginan lebih dari yang diharapkan pelanggan
atau pasien.
11
dalam
memperoleh
pelayanan
kesehatan.
Peran
sebagai
c.
d.
12
dengan
menggunakan
metodologi
proses
keperawatan
yang
berpedoman pada standar asuhan keperawatan berdasar pada etik dan etiket
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggungjawab keperawatan
(Nursalam, 2007).
Asuhan keperawatan menggunakan metode proses keperawatan yaitu proses
pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara
pasien sampai taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk
mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan pasien.
Menurut Dungoes (2000), proses keperawatan adalah proses yang terdiri
dari 5 tahap yang spesifik, yaitu :
a.
Pengkajian
Adalah pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien secara
sistematis, meliputi fisik, psikologi, sosiokultural, kognitif, kemampuan
fungsional, perkembangan ekonomi dan gaya hidup. Pengkajian mencakup
data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnosa serta melihat kembali catatan
sebelumnya.
b.
c.
Perencanaan
Adalah proses dua bagian yaitu pertama adalah identifikasi tujuan dan
hasil yang diinginkan dari pasien untuk memperbaiki masalah kesehatan atau
kebutuhan yang telah dikaji, hasil yang diharapkan harus spesifik, realistik
dan
dapat
diukur,
menunjukkan
kerangka
waktu
yang
pasti,
13
Implementasi
Adalah
melakukan
tindakan
dan
mendokumentasikan
proses
Evaluasi
Adalah menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diharapkan dan respon terhadap keefektifan intervensi keperawatan,
kemudian mengganti rencana keperawatan jika diperlukan.
Menurut Gillies (1996), ciri-ciri asuhan keperawatan yang berkualitas antara
lain:
1.
2.
3.
4.
Memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai
masyarakat.
2.3
Keselamatan Pasien
Rumah Sakit,
Management,
Countinuos
penerapan
Quality
Quality
Assurance,
Improvement,
Total
Perizinan,
Quality
Akreditasi,
Kredensialing, Audit Medis, Indikator Klinis, Clinical Governance, ISO, dan lain
sebagainya. Harus diakui program-program tersebut telah meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit baik pada aspek struktur, proses maupun output dan
outcome. Namun, pada pelayanan yang telah berkualitas tersebut masih terjadi
14
KTD yang tidak jarang berakhir dengan tuntutan hukum. Oleh sebab itu perlu
program untuk memperbaiki proses pelayanan, karena KTD sebagian dapat
merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah
melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien
berdasarkan hak-nya. Program tersebut yang kemudian dikenal dengan istilah
keselamatan pasien (patient safety). Dengan meningkatnya keselamatan pasien
rumah sakit diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit
dapat meningkat. Selain itu keselamatan pasien juga dapat mengurangi Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD), yang selain berdampak terhadap peningkatan biaya
pelayanan juga dapat membawa rumah sakit ke area blamming, menimbulkan
konflik antara dokter/petugas kesehatan dan pasien, menimbulkan sengketa medis,
tuntutan dan proses hukum, tuduhan malpraktek, blow-up ke mass media yang
akhirnya menimbulkan opini negatif terhadap pelayanan rumah sakit, selain itu
rumah sakit dan dokter bersusah payah melindungi dirinya dengan asuransi,
pengacara dan sebagainya. Tetapi pada akhirnya tidak ada pihak yang menang,
bahkan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit
(Depkes, 2006).
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi assessmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan (Permenkes, 2011).
Tujuannya antara lain:
1.
2.
3.
4.
Terlaksananya
program-program
pencegahan
sehingga
tidak
terjadi
15
Hak Pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan.
16
2.
3.
4.
5.
6.
17
7.
18
3.
19
5.
6.
20
atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan dan bagilah
pengalaman tersebut secara lebih luas.
7.
2.4
21
kompetensi,
komitmen
dan
gaya
dan
kecakapan
yang
mencerminkan
(2009)
menyatakan
organisasi
pelayanan
kesehatan
harus
yang
jelas,
prosedur yang tetap, dan proses yang aman. Parker et al (2006) dalam Fleming
(2008) mengatakan budaya
keselamatan
dipengaruhi
oleh
perubahan
baru.
Budaya
keselamatan
pasien
merupakan
suatu
hal
yang
penting
22
Kerjasama
yaitu staf saling mendukung satu sama lain dalam unit kerja. Ketika
banyak pekerjaan yang harus dilakukan dengan cepat, staf bekerja sama
dalam sebuah tim untuk dapat menyelesaikan pekerjaan. Di dalam unit, staf
memperlakukan satu sama lain dengan hormat. Ketika salah satu daerah di
unit benar-benar sibuk, yang lain membantu.
b. Komunikasi
yaitu staf merasa bebas untuk berbicara apabila melihat sesuatu yang
negatif yang dapat mempengaruhi perawatan pasien. Staf merasa bebas untuk
mempertanyakan
keputusan
atau
tindakan-tindakan
mereka
dengan
kewenangan yang lebih. Staf tidak takut untuk bertanya ketika terjadi sesuatu
yang tidak benar.
c.
Kepemimpinan
Pimpinan atau atasan atau manajer memberikan pujian ketika dia melihat
pekerjaan yang dilakukan bawahannya sesuai dengan prosedur keselamatan
pasien ditetapkan. Pimpinan serius mempertimbangkan saran staf untuk
meningkatkan keselamatan pasien. Saat pekerjaan menumpuk, pimpinan
tidak menginginkaan stafnya mengabaikan keselamatan pasien.
d.
Pelaporan
Yaitu keberanian staf untuk melaporkan kejadian kesalahan yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
cedera yang dapat dicegah pada pasien, yang terdiri dari kejadian tidak
23
Surat
Keputusan
Direktur
nomor
440/49.SK/610/2010,
dimana
24
KETUA
KOMITE
WAKIL KETUA
KOMITE
SEKRETARIS
POKJA
KAJIAN
KESELAMATAN
PASIEN
POKJA
KOMUNIKASI
KESELAMATAN
PASIEN
POKJA
PENDIDIKAN
DAN
LATIHAN
25
dengan nilai-nilai organisasi yang baru. Kelompok ini sebagian besar diambil dari
karyawan di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Rawat
Intensif, dan beberapa karyawan dari berbagai ruang.
Tahap ketiga adalah Pelatihan dan Workshop membangun budaya
keselamatan pasien. Tujuan dari pelatihan ini adalah menciptakan iklim dan
budaya yang mendukung upaya keselamatan pasien. Iklim budaya keselamatan
pasien yang dibentuk meliputi: menciptakan budaya
26
27
harus
menghilangkan
budaya
blaming
(menyalahkan),
naming
akan
menyelesaikan
masalah
tetapi
akan
mendorong
untuk
2.5
faktor, yaitu kesalahan laten dan kesalahan aktif. Kesalahan laten (latent errors)
yang berhubungan dengan insiden keselamatan pasien meliputi lingkungan
eksternal, manajemen, lingkungan sosial atau organisasi, lingkungan fisik, dan
interaksi antara sistem dengan manusia. Kesalahan aktif (active errors) yang
berhubungan dengan insiden keselamatan pasien meliputi sifat dasar pekerjaan
dan karakteristik individu.
Kesalahan laten adalah faktor potensial yang tersembunyi dalam sistem
pelayanan kesehatan, faktor potensial ini bersifat tidak aktif atau tidak
menyebabkan insiden secara langsung. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa potensi yang menyebabkan insiden keselamatan pasien sebenarnya sudah
ada atau terjadi jauh sebelum dilakukannya pelayanan kesehatan pada pasien dan
perawat merupakan barrier dari terjadinya insiden tersebut pada pasien. Yang
termasuk dalam kesalahan laten diantaranya yaitu:
1. Lingkungan eksternal
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah pengetahuan dasar, teknologi
baru, inisiatif pemerintah, dan kebijakan kesehatan. Tekanan eksternal dapat
memberikan dampak terhadap usaha meningkatkan keselamatan pasien. Tekanan
eksternal dapat berupa tuntutan hukum, tuntutan masyarakat terhadap mutu dan
28
29
30
yang seharusnya diambil oleh pelaku atau petugas lain yang berperan dalam
sistem pelayanan kesehatan. Yang termasuk dalam kesalahan aktif diantaranya
yaitu:
1. Sifat Dasar Pekerjaan
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah alur kerja, beban pekerjaan,
kerjasama tim, kompleksitas pekerjaan, kemampuan kognitif. Sifat dasar
pekerjaan merujuk pada karakteristik pekerjaan itu sendiri dan meliputi pula
sejauh mana prosedur yang digunakan terdefinisi dengan baik. Meskipun studi
empirik terhadap dampak faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan tidak
sebanyak studi pada faktor-faktor manusia, namun faktor ini tetap ada. Dengan
memperhatikan literature mengenai faktor-faktor yang berhubungan manusia, ada
banyak penelitian pada dampak dari pekerjaan yang berhubungan dengan faktorfaktor yang berkaitan dengan kinerja manusia sebagian besar diambil dari
pertahanan terkait operasi dan demikian pula pada industri lain yang sangat
berbahaya dimana kinerja keahlian manusia memainkan peran penting.
2. Karakteristik Individu
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah pengetahuan, keterampilan,
training dan edukasi, kelelahan dan kewaspadaan, tingkat pendidikan, pengalaman
kerja, usia, dan motivasi. Karakteristik individu merupakan faktor yang memiliki
dampak secara langsung pada mutu pelayanan dan meskipun mutu tersebut masih
kemungkinan dipertimbangkan untuk dapat diterima atau masih di bawah standar
baku. Karakteristik individu termasuk di antaranya adalah kualitas yang dibawa
individu tersebut ke dalam pekerjaan.
31
2.6
Kesalahan Laten
1. Lingkungan Eksternal
a. Pengetahuan dasar
b. Teknologi baru
c. Inisiatif pemerintah
d. Kebijakan kesehatan
2. Manajemen
a. Budaya keselamatan pasien
b. Beban pasien
c. Susunan kepegawaian
d. Ketersediaan SDM
e. Struktur organisasi
f. Aksesibilitas personil
g. Pengembangan karyawan
h. Peran kepemimpinan
3. Lingkungan Sosial atau Organisasi
a. Lingkungan organisasi
b. Komunikasi
c. SOP
4. Lingkungan Fisik
a. Desain tempat dan peralatan kerja
b. Suhu, kebisingan, dan pencahayaan
5. Interaksi antara Sistem dengan Manusia
a. Sistem
b. Peralatan dan teknologi informasi
Kesalahan Aktif
1. Sifat Dasar Pekerjaan
a. Alur kerja
b. Beban kerja
c. Kerjasama tim
d. Kompleksisitas pekerjaan
e. Kemampuan kognitif
2. Karakteristik individu
a. Pengetahuan
b. Keterampilan
c. Training dan edukasi
d. Kelelahan dan kewaspadaan
e. Tingkat pendidikan, pengalaman kerja,
usia, dan motivasi.
Insiden
Keselamatan
Pasien
32
Keterangan:
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
Berdasarkan kerangka konseptual penelitian diatas, dengan menggunakan
pendekatan teori Reason (2001) menyatakan bahwa insiden keselamatan pasien
disebabkan oleh 2 faktor, yakni kesalahan laten dan kesalahan aktif.
Kesalahan laten (latent errors) yang berhubungan dengan insiden
keselamatan pasien yaitu lingkungan eksternal, manajemen, lingkungan sosial
atau organisasi, lingkungan fisik, dan interaksi antara sistem dengan manusia.
Lingkungan eksternal meliputi pengetahuan dasar, teknologi baru, inisiatif
pemerintah, dan kebijakan kesehatan. Manajemen meliputi budaya keselamatan
pasien, beban pasien, susunan kepegawaian, ketersediaan SDM, struktur
organisasi,
aksesibilitas
personil,
pengembangan
karyawan,
dan
peran
2.7
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ada hubungan antara budaya keselamatan pasien dalam pelayanan
keperawatan dengan insiden keselamatan pasien di Instalasi Rawat Inap RSD dr.
Soebandi Jember.