Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pinus merkusii merupakan spesies pinus yang tumbuh secara alami di

Indonesia yaitu di Aceh, Tapanuli dan Kerinci. Dalam perkembangannya tanaman


P. merkusii banyak dibudidayakan di Pulau Jawa karena mempunyai keunggulan
produk ganda yaitu sebagai penghasil kayu dan getah. Hasil kayunya dapat
dimanfaatkan untuk konstruksi, korek api, pulp dan kertas, sedangkan getahnya
dapat diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Di Indonesia getah pinus
pemanfaatannya masih terbatas untuk cat, kertas dan sabun, sedangkan di negaranegara maju telah dimanfaatkan pada industri makanan, kosmetik dan obatobatan. Getah pinus merupakan salah satu produk unggulan sektor kehutanan
Indonesia. Hampir 60 persen dari total produksi getah pinus Indonesia diekspor ke
luar negeri dan mampu menyumbang sekitar 67 persen dari total ekspor hasil hutan
non kayu.
Perhutani merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara sektor kehutanan
yang terdapat di Pulau Jawa dan P. merkusii sebagai pohon yang menghasilkan

getah merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang telah diusahakan oleh
Perum Perhutani. Sampai saat ini P. merkusii di Perhutani menempati urutan
kedua setelah jati dari segi

luasan fisik maupun pendapatan perusahaan. P.

merkusii untuk program pengembangan hutan memberikan harapan yang besar


dimasa depan karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan tanamantanaman

pohon jenis lain yaitu merupakan jenis tanaman pionir, memiliki tingkat
pertumbuhan yang tinggi dan memiliki banyak kegunaan (Taryono, 2005).
Pendapatan tahunan Perhutani sebesar 30 % diperoleh dari gondorukem
yang merupakan hasil pengolahan getah pinus. Sampai saat ini Perhutani memiliki
8 pabrik gondorukem dan terpentin dengan kapasitas 110.000 ton getah pinus per
tahun. Pasokan bahan baku untuk pabrik gondorukem dan terpentin tersebut
diambil dari hutan pinus Perhutani yang disadap seluas 144.950 ha (30.966.403
pohon), dari total hutan pinus Perhutani seluas 483.272 ha (Perum Perhutani,
2012). Dengan produksi getah pinus yang dihasilkan sebanyak 77.854 ton per
tahun (Perum Perhutani, 2012), maka masih terdapat kekurangan produksi untuk
memenuhi kebutuhan getah pinus.
Perhutani merupakan produsen gondorukem terbesar di Indonesia dan
peringkat kedua dunia setelah China dengan produksi rata-rata 55.000 ton/tahun,
dari produksi tersebut 30% dipasarkan ke pasar domestik dan 70% diekspor ke
China, India, Taiwan, Belanda, Pakistan dan Turki (Sukmananto, 2012a). Harga
gondorukem di pasar internasional pada tahun 2012 berkisar antara US$ 1.320
hingga US$ 1.400 per ton, sesuai dengan kualitasnya (Sukmananto, 2012b). Pada
pertengahan tahun 2011, harga gondorukem sempat mencapai US$ 3.000 per ton
dikarenakan tingginya permintaan di pasar internasional (Sukmananto, 2012b).
Kompetisi pasar gondorukem internasional pada masa mendatang akan semakin
kuat, maka Perhutani perlu melakukan inovasi teknologi supaya tetap kompetitif
dan memenuhi harapan pelanggan. Salah satu terobosan Perhutani untuk
menghadapi kompetisi pasar adalah dengan membangun pabrik derivatif

gumrosin dengan kapasitas 24.500 ton getah pinus per tahun, sehingga untuk
menjaga pasokan bahan baku pabrik gondorukem dan terpentin serta pabrik
derivatif gumrosin tersebut, Perhutani akan mengembangkan tanaman P. merkusii
unggul seluas 62.500 ha (Sukmananto, 2013).
Salah satu faktor yang penting dalam program pembangunan dan
pengembangan hutan adalah penjaminan mutu atau kualitas benih dari jenis
tanaman yang digunakan (Zobel dan Talbet, 1984). Untuk pengembangan jenis
tanaman unggulan perlu adanya individu-individu pohon yang bergenotip baik.
Hal ini penting karena diharapkan materi genetik yang akan dikembangkan bisa
menghasilkan produksi yang tinggi dan pohon induk yang digunakan adalah hasil
dari program seleksi.
Kegiatan pemuliaan P. merkusii untuk menghasilkan genotip unggul telah
dimulai pada tahun 1976. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Fakultas
Kehutanan UGM, Dirjen Kehutanan Departemen Pertanian, dan Perum Perhutani.
Kegiatan awal berupa seleksi pohon plus P. Merkusii dan telah berhasil
melakukan pengujian sebanyak 1000 famili untuk peningkatan produksi kayu,
yang dilanjutkan dengan pembangunan Kebun Benih Semai (KBS) di Sempolan,
Baturaden dan Sumedang (Soeseno, 1998). Pada awalnya pertanaman kebun
benih ini berupa pertanaman uji keturunan half sib, dan setelah dilakukan
evaluasi, dikonversi menjadi Kebun Benih Semai.
Pada tahun 2002 sampai 2009 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perum
Perhutani bekerjasama dengan Fakultas Kehutanan UGM telah melakukan
seleksi pohon P. merkusii yang menghasilkan getah banyak yang selanjutnya

dikenal dengan istilah pinus bocor getah, dengan batasan bocor getah adalah
apabila produksi getahnya minimal 50 g/pohon/3 hari (> 16 g/pohon/hari),
sedangkan produksi getah pinus di wilayah Perhutani selama ini sekitar 7
g/pohon/hari (Purwanta dkk., 2010).
Dari hasil seleksi diperoleh pohon P. merkusii bergetah banyak dari KBS
sebanyak 276 pohon, dengan rincian 90 pohon dari KBS Jember, 75 pohon dari
KBS Baturraden dan 111 pohon dari KBS Cijambu, serta dari KPH-KPH di
wilayah Unit I, II dan III sebanyak 642 pohon, dengan produksi getah sebesar 50
327 g/pohon/3 hari (Purwanta dkk., 2010). Berdasarkan hasil seleksi tersebut,
selanjutnya telah dibangun pertanaman uji keturunan P. merkusii di 5 lokasi yaitu
: 1) RPH Gonggang Utara BKPH Sagaranten KPH Sukabumi tahun 2005 seluas
13,7 ha, 2) RPH Gunung Sari BKPH Glenmore KPH Banyuwangi Barat tahun
2005 seluas 12 ha, 3) RPH Samudra BKPH Lumbir KPH Banyumas Barat tahun
2007 seluas 30 ha, 4) RPH Karang Pucung BKPH Lumbir KPH Banyumas Barat
tahun 2008 seluas 11,5 ha, 5) RPH Cimanggu BKPH Majenang KPH Banyumas
Barat tahun 2011 seluas 20,1 ha (Puslitbang Perhutani, 2012).
Perhutani selama ini belum memiliki Prosedur Operasional Standar (POS)
untuk menanam pinus sehingga tujuan produknya belum diarahkan secara jelas
apakah untuk tujuan kayu, getah ataupun kayu dan getah, sebagaimana jati dan
jenis kayu rimba lainnya. Melalui Surat Direksi No. 289/041.6/Can/Dir Tanggal
24 September 2010 perihal Penyusunan Redisain Pengelolaan SDH, Perhutani
memfokuskan penanaman P. merkusii untuk tujuan produksi getah dengan

menggunakan bibit unggul. Dalam surat tersebut ditetapkan beberapa hal sebagai
berikut :
1.

Pengembangan

dan

peremajaan

tanaman

pinus

dilakukan

untuk

meningkatkan produktivitas getah guna menjaga kesinambungan pasokan


getah pinus untuk industri.
2.

Kekurangan luas tanaman pinus seluas 68.026 ha atau rata-rata 1.400


ha/tahun (daur tanaman pinus 50 tahun) dipenuhi dengan beberapa
keketentuan :
a. Lokasi dengan ketinggian 1.000 m dpl.
b. Menggunakan bibit unggul (bocor getah).
c. Sistem reboisasi dilaksanakan dengan cara :
- umur kurang dari 35 tahun dengan pengkayaan.
- umur lebih dari 35 tahun tetapi tidak produktif dengan cara tebang tanam.
Dalam rangka mendukung program Perhutani untuk membangun hutan

tanaman pinus menggunakan bibit unggul (bergetah banyak), Puslitbang


Perhutani sebagai lembaga penelitian dan pengembangan perusahaan membuat
Program Pemuliaan P. merkusii bergetah banyak pada tanggal 26 Maret 2012
sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan
pemuliaan P. merkusii.

Program ini disusun untuk memberikan arah dan

pedoman kegiatan pemuliaan P. merkusii dalam jangka waktu tahun 2012 - 2035.
Salah satu tujuan Program Pemuliaan P. merkusii adalah memperoleh benih
unggul hasil pemuliaan untuk produksi tanaman bergetah banyak untuk
meningkatkan produktivitas hutan secara lestari.

1.2

Perumusan Masalah
Upaya-upaya untuk meningkatkan produktivitas getah P. merkusii pada

kelas perusahaan pinus di Perhutani telah banyak dilakukan, seperti mencoba


berbagai macam cara sadapan dan pemberian berbagai macam dan dosis cairan
asam untuk merangsang keluarnya getah, tetapi semua upaya itu belum
memberikan peningkatan yang signifikan terhadap produksi getah P. merkusii.
Rendahnya produksi getah P. merkusii saat ini karena individu-individu yang
produktif berasal dari benih P. merkusii yang belum melalui tahap pemuliaan
pohon (bukan benih unggul).
Sampai saat ini Perhutani belum mempunyai kebun benih P. merkusii
bergetah banyak, tetapi telah melakukan upaya ke arah tersebut dengan
membangun pertanaman uji keturunan P. merkusii bergetah banyak. Tahun 2005
dibangun pertanaman uji keturunan P. merkusii bergetah banyak di 3 lokasi yaitu
di KPH Banyuwangi Barat seluas 12 ha, KPH Sukabumi seluas 13,7 ha dan KPH
Pekalongan Timur, dengan materi benih dari pohon P. merkusii bergetah banyak
di KBS Jember dan populasi pinus Sulawesi, tetapi pada tahun 2007 pertanaman
uji keturunan di KPH Pekalongan Timur mengalami kerusakan karena kebakaran
sehingga sampai saat ini hanya 2 lokasi tanaman uji yang bisa dievaluasi. Di KPH
Banyumas Barat dibangun pertanaman uji keturunan P. merkusii bergetah banyak
pada tahun 2007 seluas 30 ha, tahun 2008 seluas 11,5 ha dan tahun 2011 seluas
20,1 ha.
Untuk mengkonversi

pertanaman uji keturunan P. merkusii bergetah

banyak menjadi Kebun Benih Semai P. merkusii bergetah banyak, perlu dilakukan

evaluasi terhadap pertanaman uji keturunan yang telah dibangun oleh Perhutani.
Sampai saat ini dari 5 lokasi tanaman uji keturunan pinus bergetah banyak, hanya
1 lokasi yang telah dilakukan evaluasi awal yaitu pada tanaman tahun 2007 di
KPH Banyumas Barat (Muslimin, 2012), sedangkan tanaman uji keturunan P.
merkusii bergetah banyak yang dibangun pertama tahun 2005 di KPH Sukabumi
dan KPH Banyuwangi Barat belum dilakukan evaluasi.

1.3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :


1.

Mengetahui variasi genetik produksi getah antar famili dari masing-masing


sub-galur (KBS Jember dan Sulawesi) pada 2 lokasi (Banyuwangi Barat dan
Sukabumi).

2.

Menaksir parameter genetik produksi getah meliputi heritabilitas, korelasi


genetik dan perolehan genetik.

3.

Mengetahui interaksi genotipe dan lingkungan dari famili-famili P. merkusii


bergetah banyak pada sub-galur KBS Jember dan Sulawesi di dua lokasi yang
berbeda (KPH Banyuwangi Barat dan KPH Sukabumi).

1.4

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :


1.

Terdapat variasi produksi getah di antara famili dari masing-masing sub-galur


KBS Jember dan sub-galur Sulawesi.

2.

Faktor genetik berpengaruh terhadap fenotipe produksi getah yang ditandai


dengan nilai heritabilitas tinggi, taksiran perolehan genetik (expected genetic

gain) produksi getah P. merkusii mempunyai nilai yang tinggi dan terdapat
korelasi genetik dan fenotipik yang positif antara produksi getah dengan
variabel pengamatan lainnya (tinggi dan diameter).
3.

Terdapat interaksi genotipe dan lingkungan dari famili-famili P. merkusii


bergetah banyak pada sub-galur KBS Jember dan sub-galur Sulawesi.

1.5

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

bermanfaat bagi Perhutani khususnya dan pengelola P. merkusii umumnya dalam


upaya peningkatan produktivitas getah P. merkusii. Hasil penelitian evaluasi awal
uji keturunan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai basis data yang sangat
bermanfaat dalam kegiatan selanjutnya. Misalnya, sebagai dasar dalam kegiatan
penjarangan genetik (roguing) dalam rangka mengkonversi uji keturunan menjadi
kebun benih, sehingga nantinya bisa didapatkan benih-benih hasil pemuliaan yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pengelolaan. Disamping itu, informasi interaksi
genotipe x lingkungan famili-famili P. merkusii bergetah banyak di berbagai
tapak dapat digunakan untuk menentukan strategi pemuliaan yang akan dipilih.
Individu-individu yang produksi getahnya diatas rata-rata tanaman umur 7 tahun
dan telah memenuhi kriteria P. merkusii bergetah banyak dengan produksi getah
diatas 50 g/pohon/3 hari, dapat ditunjuk sebagai pohon bergetah banyak dan dapat
digunakan sebagai materi pembiakan vegetatif untuk uji klon dan perhutanan
klon P. merkusii bergetah banyak.

Anda mungkin juga menyukai