Anda di halaman 1dari 10

PERBAIKAN KINERJA DIGITAL SATELLITE NEWS GATHERING

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MPEG-4

Tugas Akhir

Disusun Oleh :

Nama : Imam Mushlihin

No. Pokok : 07224773

Konsentrasi : Telekomunikasi

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JAKARTA

2009
PERBAIKAN KINERJA DIGITAL SATELLITE NEWS GATHERING MENGGUNAKAN TEKNOLOGI MPEG-4
1 2
Imam Mushlihin , Ir. H Djoko Achyanto, MscEE
1,2
Institut Sains dan Teknologi Nasional Jakarta, 2009
1 2
imam.mushlihin@gmail.com, djoko.achijanto@gmail.com

ABSTRAKSI

Perkembangan TV di Indonesia sangat pesat. Dan salah satu acara andalan dari stasiun TV adalah peliputan berita
secara langsung. Untuk keperluan tersebut digunakan Digital Satellite News Gathering (DSNG) yang merupakan sistem
komunikasi satelit dengan modulasi digital yang popular digunakan karena mobilitasnya yang tinggi dan dapat digunakan
dimana saja.
Kepopuleran DSNG mengkibatkan makin banyak transponder satelit yang diperlukan sehingga harga sewa
transponder pun meninggkat. Untuk itu diperlukan teknologi yang dapat menghemat space transponder, salah satunya
adalah MPEG-4 encoding.
Dalam Tugas Akhir ini akan dianalisa MPEG-4 DSNG dan MPEG-2 DSNG (DSNG yang lumrah digunakan saat
ini). Analisa meliputi bandwidth yang terpakai dan kualitas sinyal (BER) dari keduanya.
Pengambilan data dilakukan pada sistem MPEG-4 DSNG dan juga MPEG-2 DSNG. Data keduanya kemudian
dibandingkan baik secara teori maupun praktis, sehingga dapat diketahui penghematan bandwidth, dan juga perbaikan
kinerja pada MPEG-4 DSNG.
Hasil dari analisis menunjukkan bahwa MPEG-4 DSNG dapat menghemat bandwidth 52% dan juga dapat meningkatkan
kinerja dari DSNG

I. PENDAHULUAN kan bandwidth satelit adalah tetap dan telah teralokasi


sedemikian rupa, sehingga bandwidth menjadi “terbatas”.
1.1. Latar Belakang Masalah Sehingga harga bandwidth satelit menjadi mahal.
Karenanya digunakan suatu teknologi yang dapat
Keunggulan televisi dibandingkan media cetak menghemat bandwidth, dalam hal ini adalah MPEG-4.
adalah kemampuannya memberikan sajian paling actual
Karena dengan penghematan bandwidth juga berarti
berupan informasi (berita). Televisi sangat akrab di
penghematan biaya siaran.
kehidupan sehari-hari untuk menonton acara-acara yang
disiarkan oleh stasiun televisi mulai dari film, kuis
1.2. Pokok Permasalahan
berhadiah, sampai siaran langsung (Live) dan semuanya
itu sangat tergantung dengan alat komunikasi yang Bandwidth satelit menjadi terasa sempit karena
digunakan. banyaknya peminat yang ingin menggunakan satelit
Dalam hal peliputan berita secara langsung, rating sebagai media transmisi. Sehingga penerapan teknologi
siaran berita ditentukan seberapa cepat stasiun tersebut yang dapat menghemat bandwidth sangat diperlukan.
menyajikan sebuah berita. Untuk keperluan ini Dan salah satunya adalah MPEG-4. Karena MPEG-4
digunakan DSNG yang merupakan system komunikasi masih tergolong baru, maka diperlukan suatu analisa
satelit yang paling populer. DSNG disukai karena mengenai “perilaku” dari MPEG-4 DSNG dibandingkan
memiliki mobilitas sangat tinggi, kompak, ringan dan dengan MPEG-2 DSNG (yang umum digunakan).
simple [1][5]. Analisa tersebut meliputi seberapa bandwidth yang dapat
dihemat oleh MPEG-4 DSNG, bagaimana dengan end-
to-end delay, dan pengaruhnya terhadap link budget.

1.3. Batasan Masalah


Permasalahan yang dibahas dalam Tugas Akhir ini
dibatasi pada:
 DSNG sebagai salah satu media transmisi satelit,
dibatasi pada satelit C-band yang banyak digunakan
di Indonesia.
 MPEG-4 sebagai teknologi pengkodean yang dapat
Gambar 1. Overall diagram – sistem transmisi TV untuk live event. menghemat bandwidth, yang dimaksud di sini adalah
MPEG-4 Part 10 atau MPEG-4 AVC atau H.264/AVC.
Semakin banyak stasiun TV, semakin banyak yang Sehingga setiap kata MPEG-4 berarti adalah MPEG-4
menggunakan satelit untuk keperluan siarannya. Sedang- Part 10 kecuali disebutkan lain.
 Analisa DSNG yang menggunakan MPEG-4 yang conferencing, satelit new gathering (SNG).
meliputi bandwidth, end-to-end delay-nya dan Keunggulannya yaitu, tidak tergantung pada jarak, dapat
pengaruhnya terhadap link budget (BER). menyediakan layanan untuk cakupan semua wilayah. [4]

1.4. Metode Pendekatan Masalah 2.3. Sistem Komunikasi Satelit


Metode pendekatan yang dipakai dalam penyusunan DSNG merupakan sistem komunikasi satellite
tugas akhir ini dilakukan dengan studi kepustakaan dari sehingga perlu diperhatikan perhitungan link budget.
berbagai buku referensi (text book), materi perkuliahan
dan literatur yang berhubungan serta analisis data
lapangan.

1.5. Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan penulisan dan agar
pembahasan lebih sistematis, keseluruhan penulisan
laporan tugas akhir ini dibagi dalam lima bab. Bab I
berisi latar belakang pokok permasalahan, batasan Gambar 2. Sistem transmisi DSNG
masalah, metode pendekatan masalah, dan sistematika
Adapun parameter-parameter yang digunakan
penulisan. Bab II berisi teori dasar yang terkait dengan
adalah;
DSNG (Digital Satellite News Gathering) dan MPEG-4
Part 10. Bab III berisi deskripsi kerja kerja dari sistem, 2.3.1. Sudut Elevasi
komponen-komponen yang menyusun sistem DSNG dan
juga diagram dari sistem DSNG. Bab IV berisi analisa Sudut elevasi adalah sudut antara bidang horizon
hasil pengukuran dan membandingkan hasil pengukuran setempat dengan garis line of sight dari stasiun bumi ke
dengan hasil perhitungan teoritis. Dan Bab V berisi arah satelit, dengan titik nol terletak pada bidang horizon
tentang kesimpulan-kesimpulan dari pembuatan tugas setempat. Dengan persamaan sebagai berikut[3]:
akhir ini. (1)
dimana :
II. LANDASAN TEORI β = cos-1 [cosλ . cosϕ ] (2)
λ = [sudut bujur stasiun bumi - sudut bujur satelit] (3)
2.1. Televisi
ϕ : derajat posisi lintang stasiun bumi
Televisi adalah suatu sistem di mana terjadi
2.3.2. Sudut Azimuth
pengiriman dan penerimaan sinyal elektronik melalui
kabel maupun fiber optik ataupun radiasi electromagnet, Sudut azimuth adalah sudut antara garis arah utara
yang disiarkan dari suatu tempat yang tersentral (stasiun dengan garis ke arah titik proyeksi satelit pada bidang
televisi) dan diterima oleh alat penerima seperti pesawat horizon setempat dari stasiun bumi. Besarnya sudut
televisi ataupun stasiun relay.[4] Siaran langsung bagi azimuth dapat ditentukan dengan persamaan[3]:
televisi adalah program yang disiarkan secara langsung
; (Lintang Utara) (4)
atau pada waktu yang nyata (real time) dan bukan
direkam terlebih dahulu untuk kemudian disiarkan.[2][4]
; (Lintang Selatan) (5)
2.2. Satelit Dimana :
Satelit adalah alat elektronik yang mengorbit bumi λ : derajat selisih bujur satelit dan bujur stasiun bumi
yang mampu bertahan sendiri, sebagai repeater yang ϕ : derajat posisi lintang stasiun bumi
berfungsi untuk menerima signal dari stasiun bumi,
ditranslasikan frequensinya, lalu diperkuat untuk dipan- 2.3.3. Jarak
carkan kembali ke bumi sesuai dengan coveragenya.
Dalam komunikasi GEO posisi satellite adalah sekitar Jarak antara stasiun bumi dengan satelit diberikan
36.000 km diatas bumi.[4] melalui persamaan[3]:
Potensi satelit untuk menerima dan memancarkan d = 35.7861 + 0,41999(1− cosβ ) (6)
kembali sinyal siaran ke seluruh tempat yang dapat Dimana:
dijangkaunya memungkinkan siaran televisi dapat d : Jarak (km)
diterima di mana saja. β : cos-1 [cosλ . cosϕ ] dari persamaan (2)
Fixed satellite service (FSS) menyediakan link
untuk jaringan telepon dan juga untuk pentransmisian
sinyal televisi untuk kemudian didistribusikan. Contoh
FSS; DTH (Direct To Home), akses internet, video
2.3.4. Redaman Total LT : Error pointing loss
Redaman total merupakan penjumlahan dari 2.3.7. C/No
redaman ruang bebas (FSL), redaman atmosfer dan
C/No (Carrier to Noise Ratio) yakni parameter
redaman hujan[3]. Jika redaman atmosfer dan redaman
yang menyatakan besarnya carrier terhadap Noise. Yang
hujan diabaikan maka redaman total dirumuskan
dapat dilihat dari sisi uplink dan downlink[3]:
sebagain:
RTot = FSLup + FSLdown (7) (16)
[13]
Dan FSL dirumuskan sebagai :
(17)
FSL(dB) = 92,5 + 20Log D + 20Log f (8)
Dimana, dimana:
D : Distance (km) K : konstanta Boltzman = -228,6 dB/ 0K
f : Frequency (GHz) Perbandingan daya carier dan daya noise secara
keseluruhan merupakan penjumlahan antara (C/N) sinyal
uplink dan (C/N) sinyal downlink, sehingga:
2.3.5. G/T
G/T (Figure of Merit) merupakan ukuran (18)
penampilan baik buruknya sistem penerimaan pada suatu
stasiun bumi. Makin besar G/T maka semakin sensitif 2.3.8. Eb/No
dan semakin baik kualitas penerimaan sinyal. [3] Eb/No (Energi Per Bit to Noise Density Ratio)
(G/T)RX = GRX – LR – LPol – LFRX – 10Log(TD) (9) merupakan perbandingan dari energi per bit per
dengan: kepadatan noise dari keluaran demodulator pada sistem
modulasi digital[8], yang menunjukkan kualitas dari
GRX = 10 log (10) sinyal RF yang diterima oleh modem.
Persamaan Eb/No dituliskan sebagai berikut[8]:
dan
(19)
(11)
Dimana:
Keterangan: TSR : Kecepatan transmisi (bps)
LPol : Rugi karena polarisasi sinyal pada antena
GRX : Penguatan maksimum antena 2.3.9. BER
LR : Error pointing loss. BER (Bit Error Rate) merupakan ukuran kualitas
LFRX : Redaman pada feeder antena penerima. sinyal yang diterima pada penerima untuk sistem
TD : Temperatur sistem peralatan penerima transmisi secara digital[3]. BER bisa juga didefinisikan
TF : Temperatur feeder sebagai perbandingan bit yang salah terhadap jumlah bit
TR : Temperatur efektif dari stasiun penerima. yang diterima.[3].
TA : Temperatur antena.
2.3.6. EIRP (20)

EIRP (Effective Isotropically Radiated Power) Dimana:


merupakan besaran dari hasil kali daya pancar, yaitu daya
yang ekivalen dengan daya pancar antenna isotropis (21)
sebesar PTGT yang memancar secara sama ke segala Dan,
arah[3]. Besarnya EIRP dirumuskan sebagai berikut[6]:
EIRP = PT + GT (dBmW) (12) (22)
dengan:
Penentuan nilai BER yang terlalu besar,
PT = PTW (dBW) – LFTX (13) menyebabkan banyaknya terjadi kesalahan pada bit-bit
GT = GTmax (dBi) – LT(dB) (14) informasi yang dikirimkan. Di lain pihak nilai BER yang
[3]
Sehingga EIRP dapat dihitung sebagai berikut : terlalu kecil menyebabkan daya yang digunakan menjadi
lebih besar sehingga membutuhkan daya SSPA (Solid
EIRP = PTW + GT - LTFX (15)
State Power Amplifier) dengan daya yang besar pula.
Dimana: Penentuan nilai BER ini sangat menentukan:
PT : Daya yang disalurkan ke feeder  Kualitas layanan sistem,
PTW : Daya HPA  Daya yang digunakan
LTFX : Rugi feeder Penentuan nilai BER dipengaruhi oleh nilai Eb/No.
GT : Besar penguatan antena
GTmax : Penguatan maksimum antena
2.3.10. Kalkulasi Bandwidth 2.4.2. Frame Encoding
Bandwidth yang terpakai pada DVB-S mengikuti Frame dibagi beberapa macroblock. Tiap macro-
rumusan-rumusan sebagai berikut; block terdiri atas blok luminance dan chrominance.
BW = SR x (1 + ROF) atau (23) Untuk format 4:2:0, terdiri atas 4 blok luminance dan 2
blok chrominance (1 U dan 1 V). Compresi dilakukan
SR = (24) pada level macroblock dan blok.
Frame dikodekan dalam 3 tipe, yakni intra-frame (I-
frame), forward predicted frame (P-frame) dan bi-
SR = TSR x n x x atau (25)
irectional predicte frame (B-frame)[10].
I-frame dikodekan sebagai unit tunggal, tanpa
TSR = SR x x x FEC (26) merujuk pada frame sebelum dan sesudahnya[10]. P-frame
dikodekan relative terhadap frame sebelumnya.[10] Dan
Dimana,
B-frame dikodekan relative terhadap frame sebelumnya,
BW : Bandwidth yang terpakai (MHz)
sesudahnya atau keduanya[10]. Data rate satu I-frame ialah
SR : Symbol Rate (MBaud)
1 bit per pixel, sedang P-frame 0,1 bit per pixel dan
TSR : Transport Stream Rate (Mbps)
untuk B-frame 0,015 bit per pixel.
ROF : Roll of Factor
FEC : Fix Error Correction 2.4.3. Fitur-Fitur MPEG-4 Part 10
n = ½ for QPSK
Secara khusus, beberapa fitur kunci MPEG-4
tersebut antara lain[11]:
2.4. MPEG-4 Part 10
 Multi-picture inter-picture prediction, termasuk fitur
MPEG4 sebagai standard MPEG, adalah generasi ini adalah Previously-encoded pictures referensi yang
baru dalam teknologi kompresi video, setara dengan lebih fleksibel, Variable block-size motion compen-
H.264 atau MPEG-4 AVC (Advaced Video Coding). sation (VBSMC) ukuran 16x16 dan 4x4, Multiple
motion vector per macroblock, Mampu menggunakan
tipe macroblok manapun dalam B-frame sehingga
menghasilkan efisiensi, Six-tap filtering, Quarter-
pixel precision, Weighted prediction.
 Spatial prediction dari pinggiran blok disebelahnya
untuk “intra” coding.
 Fitur lossless macroblock coding, termasuk Lossless
PCM macroblock representation mode dan Enhanced
Gambar 3. Perbandingan MPEG-2 dan H.264 lossless macroblock representation mode.
 Fitur flexible interlaced-scan video coding, antar lain
Tahun 2008, standard codec terbaru “block-oriented MacroBlock-Adaptive Frame-Field (MBAFF) dan
motion-compensation-based” dibuat oleh ITU-T VCEG Picture-Adaptive Frame-Field (PAFF/PicAFF).
dan ISO/IEC MPEG, yang tergabung dalam Joint Video  Fitur transform design baru, termasuk Exact-match
Team (JVT). Dinamakan ITU-T H.264 atau ISO/IEC integer 4×4 spatial block transform, Exact-match
MPEG-4 Part10 (Resminya, ISO/IEC 14496-10)[12]. integer 8×8 spatial block transform, Adaptive encoder
Proyek H.264/AVC dimaksudkan untuk membuat selection antara 4×4 dan 8×8, dan Secondary
standard yang mampu menghasilkan kualitas video yang Hadamard transform.
bagus dengan bit rate yang lebih rendah dibandingkan  Quantization design diantaranya Logarithmic step
dengan standard sebelumnya (misalkan separuh atau size control, Matriks penskalaan kuantisasi dan in-
lebih rendah dari bit rate MPEG-2, H.263, atau MPEG-4 loop deblocking filter.
part 2)[12].  entropy coding design, termasuk Context-adaptive
2.4.1. Video Format binary arithmetic coding (CABAC), Context-adaptive
variable-length coding (CAVLC) dan Variable
Video stream merupakan rangkaian dari video Length Coding (VLC).
frame dengan kecepatan 23 sampai 30 frame per detik[10].  Fitur loss resilience, termasuk Network Abstraction
Tiap frame masih berupa gambar. Layer (NAL), Flexible macroblock ordering (FMO),
Algoritma MPEG beroperasi pada gambar yang Data partitioning (DP), Redundant slice (RS) dan
direpresentasikan dalam YUV, yang didigitalkan dalam Penomeran frame.
24 bit per pixel (8 bit untuk tiap Y, U dan V) [10]. YUV  Switching slice.
tersebut di subsample dengan format 4:2:2 atau 4:2:0.  Simple automatic process.
Pada 4:2:0 semua unsur Y dipertahankan. Dan, informasi  Supplemental enhancement information (SEI) dan
Chrominance disubsample 2:1 baik dalam arah horisontal video usability information (VUI).
dan vertikal. Sehingga yang semula 24 bit menjadi 12 bit  Gambar pelengkap, yang dapat digunakan untuk
informasi YUV, sehingga memberikan kompresi 2:1. tujuan tertentu seperti alpha compositing.
 Dukungan monochrome, kroma subsampling 4:2:0, 2.5.3. Frequency Modulation (FM)
4:2:2, dan 4:4:4 (tergantung dari profil yang dipilih).
Di FM, frekuensi sesaat carier bervariasi sesuai
 Dukungan sample bit depth precision ranging mulai
dengan pesan sedangkan amplitudo dipertahankan
dari 8 sampai 14 bit per sample.
konstan.
 Menyandikan warna tiap bidang sebagai gambar
berbeda dengan struktur slice tersendiri, mode
macroblock, motion vector dll.
 Picture order count.
2.4.4. Profile H.264/AVC
Standar meliputi kumpulan kemampuan yang
disebut sebagai profil, penargetan untuk aplikasi Gambar 5. FM[13]
tertentu[12]: 2.5.4. Phase Modulation (PM)
 Constrained Baseline Profile (CBP).
 Baseline Profile (BP). Dalam PM fase sesaat, bukan frekuensi, bervariasi
 Main Profil (MP). secara linear sesuai dengan pesan.
 Extended Profile (XP).
 High Profile (HiP).
 High 10 Profile (Hi10P).
 High 4:2:2 Profile (Hi422P).
 High 4:4:4 Predictive Profil..
Selain itu, standar berisi empat tambahan All-Intra
profile untuk aplikasi profesional:
 High 10 Intra Profil.
 High 4:2:2 Intra Profil.
 High 4:4:4 Intra Profil.
Gambar 6. Prinsip kerja PM[13]
 CAVLC 4:4:4 Intra Profil.
Sebagai hasil dari ekstensi Scalable Video Coding, Pada digital binary PM, yang disebut binary phase
standar berisi tiga scalable profile: shift keying (BPSK), fase carier bervariasi berdasarkan
 Scalable Baseline Profile. apakah sinyal digital benilai 1 atau 0.
 Scalable High Profile. Seringkali digunakan lebih dari dua fase pembawa
 Scalable High Intra Profil. modulasi digital. Ketika empat fase carrier digunakan,
masing-masing nilai fase mentransmisikan dua bit biner
2.5. Modulasi dan teknik ini disebut sebagai quadrature phase shift
Dalam transmisi radio, spektrum pesan ditransfer keying (QPSK).
kedalam radio-frekuensi untuk ditransmisikan.
2.5.1. Modulasi CW
Tujuan utama modulasi CW adalah untuk
menghasilkan sinyal termodulasi yang sesuai dengan
karakteristik saluran transmisi. Dalam modulasi CW
pesan mengubah amplitudo, frekuensi, atau fase dari
carrier yang berfrekuensi tinggi.
2.5.2. Amplitudo Modulation (AM)
Gelombang pembawa memiliki amplitude yang
konstan dan memiliki frekuensi yang jauh lebih tinggi
daripada sinyal pemodulasi (pesan). Pada AM envelope Gambar 7. Digital PM[13]
(bentuk pinggiran gelombang) dari pembawa yang
termodulasi memiliki bentuk yang sama seperti pesan Modulasi fase bersama dengan modulasi amplitudo
yang dibawa. digunakan dalam banyak sistem transmisi digital modern,
seperti dalam sistem relai radio digital, modem voice-
band, dan sistem digital video broadcasting (DVB), yang
menggunakan 64-QAM.

Gambar 4. AM[13]
III. DESKRIPSI KERJA SISTEM 3.2. Komponen DSNG
3.2.1. Encoder
3.1. Digital Satellite News Gathering (DSNG)
Encoder merupakan komponen yang digunakan
SNG (Satellite News Gathering) merupakan piranti untuk men-digital-kan audio dan video dan
(alat) untuk transmisi satelit yang portable, praktis untuk mengkompresnya menjadi sebuah sinyal digital ASI yang
dibawa kemana-mana, juga mudah dalam hal proses mengikuti standard DVB MPEG-4, dengan bit-rate
install dan uninstall.[4][5] sekitar 4 Mbps (50% dari MPEG-2).
DSNG sendiri merupakan pengembangan dari SNG.
3.2.2. Modulator
Kata digital bermakna bahwa system tersebut
menyampaikan siaran secara digital. Modulator digunakan untuk memodulasikan sinyal
Sistem SNG analog menggunakan frequency digital ASI menjadi sinyal RF L-band yang memiliki
modulation (FM) yang beroperasi pada C-band dan Ku- frekuensi antara 950MHz sampai dengan 1750MHz.
band. Dan walaupun telah banyak perkembangan yang Modulator mengikuti standard DVB-S dan menggunakan
progresif dalam desain antenna dan amplifier, yang system pemodulasian QPSK. Dengan FEC ¾ dan ROF
aslinya SNG analog besar dan berat, namun dalam hal 25%, maka menggunakan persamaan (24) dan (26) dapat
portabilitas banyak sekali permasalahan yang dihitung bandwidth untuk MPEG-2 MP@ML adalah
memerlukan solusi[1]. 7,234 MHz dan MPEG-4adalah 3,617 MHz.
EIRP uplink berkisar antara 69-75 dBm, tergantung
pada besar antenna dan daya amplifier yang digunakan.[1]
Ukuran antenna mulai dari 1,5 sampai 2,4 meter [1]. Daya 3.2.3. Up-converter
amplifier berkisar antara 300-600 Watt.
Upconverter mengubah sinyal L-band ke C-band
Sistem DSNG memiliki keunggulan terhadap sistem
dengan fixed converter yang memiliki Local Oscillator
analog antara lain[1]:
sebesar 4900MHz. Keluaran dari up-converter
Miniaturisasi terminal uplink
merupakan sinyal RF dengan frekuensi output fout
Diperlukan EIRP yang lebih kecil
sebesar fin + LO. Misalkan frekuensi input fin memiliki
Lebih hemat spectrum frekuensi frekuensi 1349Mhz, maka fout adalah 6249MHz
Sistem DSNG memungkinkan beberapa sinyal (1349MHz + 4900MHz).
untuk dikirimkan secara bersamaan melalui sebuah satelit
transponder. Fleksibilitas DSNG memungkinkan 3.2.4. High Power Amplifier (HPA)
dipenuhinya persyaratan mutu yang berbeda untuk berita, Sinyal RF C-band keluaran up-converter memiliki
olahraga dan hiburan dengan mengoperasikan algoritma level output maksimal 3dBm, sedangkan untuk mengejar
kompresi video / audio dengan menentukan bit-rate yang budget link diperlukan power sekitar 50dBm. Oleh
tepat. karenanya diperlukan sebuah HPA, dipilih HPA jenis
Karena sesungguhnya link DSNG merupakan link SSPA (Solid State Power Amplifier) dan bukan TWTA
kontribusi, maka sasaran kualitas mengikuti ketetapan (Travelling-Wave-Tube Amplifier).
ITU-R Rec. BT.1121: “Tidak diperlukan pendefinisian
sasaran kualitas terendah, … Untuk link DSNG, bit-rate 3.2.5. Antena Parabola
yang digunakan oleh fly-away dan small transportable
Komponen yang paling membedakan antara DSNG
terminal sekitar 8 Mbps, menggunakan MPEG-2
dengan system transmisi satelit yang lain adalah antenna.
MP@ML.”[1].
Karena pada kasus DSNG, mobilitasi system sangatlah
Ciri utama dari DSNG adalah digunakannya
tinggi. Sehingga antenna parabolic berdiameter 1,9 meter
perangkat yang ringkas. Antena parabolanya di-design
tersebut haruslah mudah dipasang, dan mudah dipointing.
khusus sehingga simple, kompak dan mudah dibawa.
Antena tersebut lebarnya antara 1,5 meter sampai dengan 3.2.6. Redundancy Switch
2,4 meter. Ada yang dirancang untuk keperluan flyaway
Untuk event tertentu yang sangat fital dan tidak
yakni terbagi kedalam dua atau tiga box yang ringan dan
boleh ada kegagalan, maka diperlukan system
ringkas sehingga dapat dengan mudah dibawa kemana
redundancy. Untuk keperluan redundancy digunakan
saja bahkan dapat dimasukkan ke dalam bagasi pesawat.
redundancy switch.
Ada juga antenna yang dirancang untuk dapat digerakkan
secara motorized dan dapat dipasang pada sebuah mobil,
sehingga memiliki mobilitas yang tinggi dan dirancang 3.3. Diagram Sistem DSNG
sedemikian rupa sehingga mudah digunakan bahkan oleh
Diagram sistem SNG secara umum ditunjukkan
kru yang tidak harus memiliki pengetahuan teknis yang
oleh berikut ini. Encoder diperlukan pada sistem DSNG.
tinggi.
3.4.2. Spesifikasi sistem MPEG-4 DSNG yang
dianalisa
Encoder Antena
Uplink
ASI Sistem penerima menggunakan sistem yang telah
L-Band C-Band
A/V Source
Modulator BUC HPA ada dengan spesifikasi yang ada di tabel 3.1. Sedangkan
spesifikasi sistem MPEG-4 DSNG (transmisi)
Gambar 8. Diagram umum SNG ditunjukkan oleh tabel 3.2.
Pada SNG, masukan berupa audio dan video Tabel 3.1: Spesifikasi fasilitas downlink
diumpankan ke modulator dan memodulasi sinyal carrier.
No Parameter Nilai
Keluaran dari modulator merupakan sinyal RF dengan
1. Diameter antenna 4,0 mtr
frekuensi antara 950-1750MHz (L-band). Kemuadian
2. Gain antenna (GRx) 42,3 dBi
sinyal ini dimasukkkan ke block up-converter (BUC)
untuk dinaikkan frekuensinya sesuai dengan frekuensi 3. Noise temperature (T) 49 oK
satelit transponder. Selaunjutnya sinyal dikuatkan 4. Feed loss, kabel dan splitter (LFRx) 17,12 dB
terlebih dahulu menggunakan high power amplifier
(HPA) sebelum kemudian dipancarkan ke satelit Tabel 3.2: Spesifikasi sistem MPEG-4DSNG
menggunakan antena parabolic dengan diameter 1,9 mtr. No Parameter Nilai
Sedangkan pada DSNG, masukan audio dan video 1. Power Transmisi (PTW) 49 dBm
terlebih dahulu dimasukkan ke encoder sebelum 2. Diameter antenna 1,9 mtr
diumpankan ke modulator. Jadi sinyal audio dan video 3. Gain antenna (GTx) 39,15 dBi
ini didigitalkan dan dikompress terlebih dahulu menjadi 4. Feed loss (LTFX) 2,0 dB
sinyal asynchronous serial interface (ASI). Barulah
3.4.3. Modulasi
sinyal ASI ini diumpankan ke modulator. Untuk proses
selanjutnya sama dengan SNG. Modulasi yang digunakan adalah modulasi QPSK
(Quadrature Phase Shift Keying). Pada modulasi QPSK,
3.4. MPEG-4 DSNG sinyal direpresentasikan dengan 4 status pergeseran
phase dari gelombang pembawa.
Analisa sistem MPEG-4 DSNG dilakukan di salah
Dua bit dikodekan menjadi satu
satu stasiun TV swasta, yakni TVOne. DSNG merupakan
simbol, simbol tersebut
perangkat/sistem yang sangat penting, dikarenakan
menyatakan perubahan
TVOne adalah stasiun televisi yang bertemakan News +
pergeseran phase dari gelombang
Sport.
sinus.
Penerapan teknologi MPEG-4 pada DSNG
diperlukan karena porsi siaran langsung di TVOne, yang
Bit Value Phase Shift
memerlukan sistem DSNG, sangat besar sampai dengan
00 0o
65 jam perbulan. Dan dengan adanya sistem MPEG-4
DSNG ini diharapkan 40% (+ 26 jam) dari siaran 01 +90o
tersebut dapat menggunakan sistem ini. Sehingga dapat 10 -90o
dihemat biaya sebesar 20%. 11 180o

3.4.1. Diagram MPEG-4 DSNG Gambar 10. Perubahan fase pada QPSK

Diagram MPEG-4 DSNG pada kasus ini, dengan


konfigurasi redundancy 1+1, ditunjukkan pada gambar 9.
Perbedaannya adalah pada sistem ini semua komponen
elektriknya berjumlah dua buah, HPA menggunakan
SSPA dengan BUC di dalamnya. Switch dapat beroperasi
secara automatic dan manual.

C-Band Antena
ASI L-Band
Encoder #1 Modulator #1 SSPA + BUC #1
Gambar 11. Pembentukan sinyal QPSK
A/V Source Dummy Load

Encoder #2 Modulator #2 SSPA + BUC #2


LNB
3.5. Pointing Antena
Pointing antenna merupakan faktor yang sangat
Audio/Video Mon. IRD penting dalam menentukan kualitas link. Karena, seperti
Gambar 9. Diagram MPEG-4 DSNG (1+1) halnya sistem komunikasi satelit lainnya, posisi antenna
pemancar dan penerima harus lurus terhadap posisi
satelit. Terlebih lagi dalam kasus DSNG diperlukan
waktu pemasangan yang cepat sehingga pengetahuan dan stasiun penerima (receiving unit). Analisa ini penting
pengalaman dalam pointing antenna adalah suatu karena BER merupakan factor yang utama untuk
keharusan. mengetahui kualitas dari jaringan.
Pada proses pointing terdapat tiga hal yang harus
4.1.1. Data Satelit
diarahkan (adjust), yakni elevasi (arah atas dan bawah),
azimuth (ke kiri dan kanan) dan polarisasi (memutar Berikut ini spesifikasi satelit Palapa C2;
feedhorn searah jarum jam atau berlawanan arah jarum
jam). Tabel 4.1: Data Satelit
Sudut elevasi dan azimuth dihitung menggunakan No Parameter Nilai
persamaan (1) sampai dengan (5). Berdasarkan hasil 1. G/T -2 dB K
hitungan tersebut, pointing awal dari elevasi dan azimuth 2. EIRP 41 dBmW
dapat dilakukan. Sedangkan untuk mendapatkan arah
yang benar-benar bagus dapat digunakan IRD, dengan 4.1.2. Parameter Uplink dan Downlink
memasukkan parameter dari channel tertentu yang telah Parameter uplink merupakan spek dari sistem
diketahui, dan mencari nilai BER yang paling besar. DSNG yang terdapat pada Tabel 3.2 dengan frekuensi
uplink fTx adalah 6,249 GHz Sedangkan parameter
3.6. Hasil Pengukuran downlink adalah spek yang ada pada Tabel 3.1 dengan
Pengukuran dilakukan terhadap MPEG-2 dan frekuensi 4,0235 GHz.
MEG-4 DSNG dengan power tansmisi yang sama. BER
diukur pada IRD. Bandwidth dilihat dari symbol rate 4.2. Analisa perhitungan BER
yang digunakan. 4.2.1. EIRP uplink
Tabel 3.3: Hasil pengukuran Dengan menggunakan persamaan (15) EIRP uplink
No Parameter MPEG-2 MPEG-4 Selisih didapat sebesar 86,15 dBmW
1. BER 3,5x10-7 1,7x10-8 3,4x10-7
2. Bandwidth (MHz) 8,13 3,91 4,22 4.2.2. Free Space Loss Uplink (FSLup)
3 Delay (detik) 0,8 2,1 1,3
Dengan menggunakan persamaan (8) FSL uplink
IV. ANALISA DATA PENGUKURAN (BER) didapatkan sebesar 199,542 dB.
4.2.3. C/No uplink
4.1. Komponen BER
Selanjutnya C/No uplink diperoleh dengan
Gambaran tentang sistem komunikasi DSNG menggunakan persamaan (16) sebesar 113,208 dB atau
ditunjukkan oleh gambar 12, dilihat dari segi parameter- 2,093 x 1011
parameter yang mempengaruhi BER.
4.2.4. Free Space Loss Downlink (FSLdown)
Dengan menggunakan persamaan (8) FSL downink
didapatkansebesar 195,718 dB
4.2.5. (G/T)RX
Dari spesifikasi antenna downlink, G/T downlink
dapat dihitung menggunakan persamaan (9), dimana LR
dan LPol diabaikan, didapatkan sebesar 8,278 dB
4.2.6. C/No downlink
Selanjutnya C/No downlink diperoleh dengan
menggunakan persamaan (17) sebesar 82,16 dB atau
1,644 x 108
4.2.7. C/No total
C/No total didapatkan dengan menggunakan
persamaan (18) sebesar 1,64 x 108 atau 82,156 dB.
Gambar 4.1. Lintasan propagasi pada sistem DSNG
4.2.8. Eb/No
Dari gambar 4.1 tersebut terlihat bahwa terdapat Selanjutnya, dari C/No total dapat dihitung Eb/No
dua arah komunikasi yakni arah uplink dan downlink. dari sistem menggunakan persamaan (19) didapatkan
Keduanya memiliki parameter-parameter yang akan sebesar 15,802 dB, dimana R 4319852,941 bps yang
digunakan untuk menganalisa BER yang diterima di sisi didapatkan dengan menggunakan persamaan (26);
4.2.9. BER 3. Penerapan MPEG-4 memperbaiki kualitas link,
dimana BER pada MPEG-4 DSNG 1,7x10-8 lebih
Akhirnya BER dapat dihitung dengan persamaan
kecil dibandingkan BER MPEG-2 DSNG (3,5x10-7),
(21), (22) dan (23), yang didapatkan sebesar 9,737 x 10-9
yang berarti MPEG-4 memperbaiki kinerja DSNG.
Dengan cara yang sama BER MPEG-2 juga dapat
4. Konsekuensi penerapan MPEG-4 adalah end-to-end
dihitung.
delay yang lebih lama dari MPEG-2, yakni. 1,3 detik
lebih lama. Hal ini perlu diperhatikan jika terdapat
4.3. Hasil Pengukuran Lapangan
dialog antara studio dengan lapangan.
Berikut ini diberikan tabel perbandingan antara
hasil pengukuran praktis dengan hasil perhitungan teori. DAFTAR PUSTAKA

Tabel 4.2: Hasil pengukuran dan perhitungan dari 1. Morello, V. Mignone, 1998, “New DVB standard for
MPEG-2 DSNG dan MPEG-4 DSNG DSNG and contribution satellite links”, RAI Research
No Parameter MPEG-2 MPEG-4 Centre.
Ukur Hitung Ukur Hitung 2. Electronic news gathering, http://en.wikipedia.org/
1. BER 3,5x10-7 2,9x10-7 1,7x10-8 9,74x10-9 w/index.php?title=Electronic_news_gathering.
2. Bandwidth 8,13 3,91 3. Muhammad Irhamsyah, Rizal Mnadi, dan Melinda.
(MHz) (2004) “Studi Perencanaan Link Budget Sistem
3. Delay 0,8 2,1 Komunikasi Satelit pada Frekuensi Ku-band di
(detik) Nangroe Aceh Darussalam”, Universitas Syiah
Kuala.
4.4. Analisa BER 4. Suci Nupliana, “Penggunaan Satelit Didunia
Pertelevisan Indonesia Dengan Teknologi
Berikut tabel perbandingan antara hasil perhitungan SNG(Satellite News Gathering)”, Jurnal Jaringan
teoritis dengan data hasil implementasi di lapangan. Komputer.
5. David Shamir, 2008, “Future-Proofing DSNG
Tabel 4.3: Perbandingan Nilai BER MPEG-4 DSNG Solutions”, SatMagazine
Perbandingan Nilai BER 6. Nurmiati Pasrah, 2008, “Komunikasi Satelit”, Pusat
Data Teoritis Data Implementasi Selisih Pengembangan Bahan Ajar, UMB.
9,737 x 10-9 1,7 x 10-8 7,263 x 10-9 7. Dr. Peretz Meron, 2003, “Next Generation
Perbandingan Nilai Eb/No (dB) Sdtv&Hdtv Distribution System”, Scopus Network
15,802 15,3 0,502 Technologies, Israel.
8. Calculation of link margin, http://www.tutorialsweb.
Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa selisih antara com/satcom/link-power-budget/link-power-budget-
perhitungan dengan implementasi lapangan hanya 7,263 index.htm.
x 10-9 untuk BER atau jika dalam Eb/No hanya 0,502 dB. 9. Reducing Transmission Costs with DVB-S2,
www.scopus .net.
10. MPEG Background, http://bmrc.berkeley.edu/
4.5. Analisa Kualitas Sinyal MPEG-4 DSNG index.html.
Seperti diketahui bahwa semakin kecil BER dari 11. Chaminda Sampath Kannangara, 2006, “Complexity
suatu sistem transmisi, maka semakin bagus kualitas dari Management of H.264/AVC Video Compression”,
sistem tersebut. The Robert Gordon University.
ISO/IEC memberikan spesifikasi bahwa sinyal yang 12. H.264/MPEG-4 AVC, http://en.wikipedia.org/w/
diterima oleh IRD harus memiliki BER maksimum 2x10 - index.php?title=H.264.
4 [1][7]
. Sedangkan hasil implementasi di lapangan (1,7x10- 13. Tutun Juhana, “Dasar Transmisi Radio”, Institut
8
) menunjukkan BER sistem jauh di bawah standard Teknologi Bandung.
tersebut. Hal ini berarti bahwa kualitas jaringan 104 kali
lebih baik dari standard.

V KESIMPULAN

1. MPEG-4 DSNG dapat menghemat bandwidth sebesar


52% dibandingkan dengan MPEG-2, yang berarti
menghemat biaya operasional.
2. MPEG-4 DSNG memiliki BER 1,7x10-8, lebih kecil
dari nilai maksimum yang distandardkan oleh
ISO/IEC 2x10-4, yang berarti kinerja MPEG-4 DSNG
sangat baik.

Anda mungkin juga menyukai