Disusun oleh:
Rakhmawati Hastuti
1214015
1214020
Dinda Annisa
1214032
Auwallina Puspita W
1214042
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian
Korosi memiliki pengertian sebagai suatu proses pembusukan suatu bahan
(terutama logam) atau proses perubahan sifat suatu bahan akibat pengaruh reaksinya
dengan lingkungan sekitar. Korosi bisa disebabkan oleh bahan itu sendiri seperti
kemurnian bahan , permukaan logam sedangkan dari lingkungan diantaranya jumlah zat
pencemar udara, suhu, serta kelembaban. Korosi dapat menyebabkan turunnya produk
akibat kontaminasi dari korosi terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam proses
produksi.
Secara umum korosi merupakan proses dimana logam berubah bentuk
kimiawinya akibat bereaksi dengan zat kimia dilingkungan. Umumnya semua logam
larut didalam air, biasanya daya larut lambat, logam besi waktu direndam dalam air
melepaskan sebagian elemennya untuk larut dalam air. Berdasarkan reaksi kimia secara
langsung, dan reaksi elektrokimia. Korosi dapat terjadi didalam medium kering dan juga
medium basah. Sebagai contoh korosi yang berlangsung didalam medium kering adalah
penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O 2) atau oleh gas belerang dioksida (SO 2).
Didalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun secara
terlokalisasi. Contoh korosi seragam didalam medium basah adalah apabila besi
terendam didalam larutan asam klorida (HCl).
Macam-macam korosi pada umumnya, sebagai berikut:
1. Korosi Atmosfer
Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda padat
khusunya metal besi yang berbeda potensial dan langsung berhubungan dengan udara
terbuka. Faktor-faktor yang menentukan tingkat korosi atmosfer, yaitu:
-
Jumlah zat pencemar di udara (debu, gas), butir-butir arang, oksida metal,
H2SO4, NaCl, (NH4)2SO4
Suhu
Kelembaban kritis
Radiasi matahari
2. Korosi Galvanis
Korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam metal yang berbeda
potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana electron mengalir
dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik),
akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion positif karena
kehilangan electron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada di
dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda
kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur-sumur karat (Surface Attack) atau
serangan karat permukaan.
3. Korosi Regangan
Korosi ini terjadi karena pemberian tarikan atau kompresi yang melebihi batas
ketentuannya. Kegagalan ini sering disebut Retak Karat Regangan (RKR) atau stress
corrosion
cracking.
Sifat
retak
jenis
ini
sangat
spontan
(tiba-tiba
Pada titik dimana arus meninggalkan konstruksi, akan terjadi serangan karat yang
cukup serius sehingga dapat merusak konstruksi tersebut.
6. Korosi Pelarutan Selektif
Korosi pelarutan selektif ini menyangkut larutnya suatu komponen dari zat paduan
yang biasa disebut pelarutan selektif (Selective Dissolution) atau partino / de
alloying. Zat komponen yang larut selalu bersifat anodic terhadap komponen yang
lain. Walaupun secara visual tampak perubahan warna pada permukaaan paduan
namun tidak tampak adanya kehilangan materi berupa takik, perubahan dimensi,
retak atau alur.
7. Korosi Erosi
Korosi erosi ialah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan
oleh aliran fluida yang sangat cepat. Korosi erosi dapat dibedakan pada 3 kondisi, yaitu:
-
Kondisi peronggaan
8. Korosi Bakteri
Korosi ini hanya disebabkan oleh suatu bakteri anaerobic yang hanya bertahan dalam
kondisi tanpa ada zat asam. Bakteri ini mengubah garam sulfat menjadi asam yang
reaktif dan menyebabkan karat. Adapun bakterinya Sporvobrio Desulfuricans,
pencegahannya dengan memberi aerasi ke dalam air.
9. Karat Titik Embun
Karat titik embun ini diesebabkan oleh factor kelembaban yang menyebabkan titik
embun (dew point) atau kondensasi. Tanpa adanya unsur kelembaban relatif, segala
macam kontaminan (zat pencemar) tidak akan atau sedikit sekali menyebabkan
pengkaratan. Titik embun ini sangat korosif terutama di daerah daerah kawasan
industri farmasi yang kaya dengan zat pencemar udara.
1.
2.
Adanya kontak
3.
Adanya larutan, air atau embun yang mengandung garam sebagai elektrolit.
Di tinjau dari segi material faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan korosi, adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
Selain air dan oksigen sebagai elektrolit juga gas pembentuk asam (CO2, SO2,
NaCl) yang pada musim penghujan atau pada kelembaban tinggi
Ada beberapa prinsip pencegahan korosi yang penggunaannya disesuaikan dengan jenis
peralatan, tempat, serta jenis lingkungan yang korosif. Adapun prinsip-prinsip
pencegahan korosi tersebut adalah sebagai berikut:
1.
2.
Prinsip netralisasi zat koroden sedemikian rupa sehingga tidak berbahaya lagi
3.
Prinsip penggunaan bahan yang sama dengan yang tahan terhadap jenis korosi
tertentu
4.
5.
6.
Pelapisan anorganik
pembalutan (wrapping)
4. Sementasi (cementation)
Caranya adalah dengan mengguling-gulingkan peralatan yang akan dilindungi ke
dalam campuran serbuk logam pelindung atau fluks yang tepat pada suhu tinggi,
sehingga menyebabkan logam pelindung tadi terdifusi pada permukaan logam yang
dilindungi. Selain dengan serbuk logam dapat juga dilakukan dengan mencelupkan
bahan yang akan dilindungi ke dalam kalsium yang mencair dan mengandung salah
satu bahan yang dipergunakan sebagai pelindung dengan regangan yang inert.
5. Penggunaan Zat Pelambat Pengkorosian (Inhibitor)
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit ke
dalam suatu zat koroden (lingkungan yang korosif), dapat secara efektif
memperlambat atau mengurangi laju pengkorosian yang ada. Ada beberapa jenis
inhibitor, yaitu:
-
Pelapisan (coating).
agitasi
Penyumbatan (plugging) karena adanya lapisan oksidasi dan kerak terkelupas,
sehingga ikut aliran dan menyumbat pada filter, turbin dan lain-lain.
Terciptanya karat baru, karena ada beberapa inhibitor dapat bereaksi dan
menghasilkan produk yang dapat merusak
Masalah heat transfer, karena adanya endapan fosfat, silikat atau sulfat yang
berlebihan
Pengaruh beracun
Kehilangan inhibitor karena pengendapan (presipitation), proses adsorpsi atau
terlalu mudah atau lambat larut.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
Korosi pada Sistem Pendingin
Di dalam dunia industri, korosi merupakan salah satu hal yang sering
menimbulkan kendala bagi jalannya proses kerja di lingkungan industri. Korosi
merupakan suatu proses elektrokimia dimana atom-atom akan bereaksi dengan zat asam
dan membentuk ion-ion positif (kation). Hal ini menyebabakan timbulnya aliran-aliran
elektron dari suatu tempat ke tempat yang lain pada permukaan metal. Korosi banyak
menyerang semua peralatan-peralatan pabrik terutama mesin-mesin dan bangunan dari
logam. Korosi dapat terjadi pada semua logam, terutama yang berhubungan dengan
udara atau cairan yang korosif. Mesin-mesin yang bersinggungan langsung dengan air
atau cairan lain yang korosif akan mudah terserang korosi lebih-lebih jika mesin
tersebut berhubungan langsung dengan air secara terus menerus. Seperi halnya pada
sistem pendingin yang mana berfungsi sebagai penyuplai air dingin ke mesin-mesin
industri seperti kompresor, kondensor dan chiller, air bersirkulasi di dalam sistem
pendingin dan terjadi kontak langsung dengan semua komponennya. Akibatnya
komponen-komponen tersebut akan mudah terserang korosi.
Secara umum korosi merupakan proses dimana logam berubah bentuk
kimiawinya akibat bereaksi dengan zat kimia dilingkungan. Umumnya semua logam
larut didalam air, biasanya daya larut lambat, logam besi waktu direndam dalam air
melepaskan sebagian elemennya untuk larut dalam air. Berdasarkan reaksi kimia secara
langsung, dan reaksi elektrokimia. Korosi dapat terjadi didalam medium kering dan juga
medium basah. Sebagai contoh korosi yang berlangsung didalam medium kering adalah
penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (SO2).
Didalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun secara
terlokalisasi.
Di PT. Polysindo Eka Perkasa, masalah korosi yang terjadi di sistem pendingin
sebelumnya kurang mendapat perhatian serius dari pihak-pihak perusahaan, hingga
sampai suatu ketika banyak ditemukan kerusakan-kerusakan signifikan yang
ditimbulkan oleh adanya produk korosi tersebut. Pipapipa masuk ke penukar kalor
kompresor (aftercooler) ditemukan telah mengalami kebocoran, disamping itu impeller
pompa banyak mengalami rongga-rongga( lubang) dan tidak sedikit yang hancur
terutama pada bagian sudut-sudut impellernya. Dengan adanya kerusakan-kerusakan
ini, sistem pendingin tidak bisa bekerja secara optimal, akhirnya pihak perusahaan
mengambil kebijakan untuk mengganti impelar pompa dan menutup kebocoran pipa
penukar kalor. Dari sinilah masalah korosi mulai mendapat perhatian serius dari semua
pihak perusahaaan. Upaya pencegahan korosi mulai dijalankan. Karena seluruh
komponen dalam sistem pendingin kontak langsung dengan air dimana air merupakan
salah satu fluida yang korosif maka dari air sinilah ditambahkan zat-zat anti korosi atau
yang lebih dikenal dengan zat inhibitor. Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi
adalah :
1. pH
Semakin tinggi pH maka laju korosi akan semakin cepat, sehingga air dalam
sistem pendingin dikontrol agar pH sekitar pH netral yaitu tujuh koma lima sampai
delapan koma lima (7,5 8,5).
2. Temperatur
Pertumbuhan Mikrobiologi.
Secara teoritis apabila tidak terdapat zat asam, maka laju korosi pada baja relatif
lambat, namun pada kondisi-kondisi tertentu ternyata laju korosinya justru tinggi sekali.
Setelah diselidiki ternyata di daerah tersebut hidup sejenis bakteri anaerobic yang hanya
bertahan dalam kondisi tanpa zat asam. Bakteri ini mengubah (reducing) garam sulfat
menjadi asam yang reaktif dan menyebabkan korosi.
KomponenKomponen Cooling Sistem yang Biasa Terserang Korosi
Sistem pendigin bekerja berdasarkan perpindahan panas antara udara dan air. Di
dalam sistem pendingin terjadi suatu siklus panas dan dingin. Air yang telah
didinginkan oleh cooling tower dipompa dan didistribusikan ke mesin-mesin industri
seperti kompresor, kondensor dan chiller untuk mendinginkan fluida kerjanya. Air
panas yang keluar dari penukar kalor mesin-mesin tersebur selanjutnya kembali lagi ke
cooling tower untuk didinginkan lagi hingga seterusnya.
Sistem pendingin ini karena permukaan logam selalu kontak dengan air maka
korosi di sistem pendingin ini sering dikatakan sebagai korosi dalam air. Semua air
dapat jadi penyebab korosi karena air dapat berfungsi sebagai pereaksi, katalisator,
sebagai pelarut, maupun sebagai elektrolit untuk terjadinya korosi padsa logam. Tetapi
korosivitas dari masing-masing air ini akan berlainan terhadap logam yang sama karena
agresivitas berbeda disebabkan mempunyai komposisi zat terlarut yang tidak sama.
Komponen-komponen dari cooling system yang biasa terserang korosi adalah sebagai
berikut :
1) Pompa dan pipa pompa.
2) Pipa masuk after cooler kompresor.
3) Katup-katup, elbow, dan sambungan-sambungan.
Tipe-tipe Korosi pada Sistem Pendingin
a. Korosi Atmosfer ( General corrosion )
Jenis korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda padat
khususnya logam besi yang berbeda potensial dan langsung berhubungan dengan udar
terbuka. di udara, perbedaan struktur molecular dari material logam itu sendiri, serta
perbedaan tegangan di dalam bagian-bagian logam besi tersebut. Secara alami hal-hal
tersebut menimbulkan perbedaan potensial antara bagian-bagian, perbedaan potensial
ini menyebabkan sebagian dari logam bersifat katodis, yakni kotoran , oksida, dan
struktur molecular yang katodis, serta bagian yang anodis, yakni bagian metal besi yang
murni.
b. Korosi Galvanis
Korosi galvanis berprinsip reaksi sebagaimana halnya sel galvanis. Korosi galvanis
merupakan proses pengkorosian elektrokimiawi jika dua macam logam yang berbeda
potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit yang sama.
e. Korosi kavitasi
Mekanisme kavitasi secara skematis ditunjukkan oleh gambar 1.6 yakni melalui
beberapa langkah-langkah sebagai berikut :
1) Gelembung kavitasi terbentuk pada film pelindung.
2) Gelembung-gelembung tersebut pecah dan merusak lapisan film tersebut.
3) Permukaan logam yang sudah tak terlindungi mulai terkorosi dan film terbentuk
kembali.
4) Gelembung-gelembung kavitasi yang baru, terbentuk lagi pada tempat yang sama.
5) Gelembung pecah dan merusak lapisan film.
6) Daerah yang terbuka (tak terlindungi lapisan film) terkorosi lagi dan lapisan film
terbentuk kembali dan seterusnya
Efek yang ditimbulkan oleh adanya korosi
a) Merusak logam dari cooling system.
b) Korosi menghasilkan deposit dalam penukar kalor.
c) Efisiensi perpindahan panas berkurang oleh adanya deposit.
d) Kebocoran pada perlengkapan maupun peralatan.
e) Terjadi kontaminasi pada proses dan airnya sendiri.
Korosi pada Cooling Tower
Cooling tower adalah suatu peralatan penting untuk keperluan proses pertukaran
panas atau pendinginan udara bagi berbagai industri. Masalah klasik yang dihadapi
sistem instalasi pendingin udara menggunakan media air adalah :
Proses karat dan korosi harus ditekan seminimal mungkin yang bertujuan untuk
menekan tingkat kerusakan cooling tower terutama pada jaringan pipa sekaligus untuk
meningkatkan waktu hidup (life cycle).
Penambahan zat inhibitor
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan / dimasukkan dalam
jumlah sedikit kedalam suatu zat karoden ( lingkungan yang korosif), dapat secara
efektif memperlambat atau mengurangi laju pengkaratan yang ada. Terdapat beberapa
jenis zat inhibitor:
1. Passivating inhibitor
Passivating inhibitor adalah jenis inhibitor yang paling efektif dari seluruh jenis
inhibitor lainnya karena dapat melumpuhkan pengkaratan hampir secara menyeluruh,
namun jenis inhibitor ini disebut sebagai inhibitor yang berbahaya, karena dalam
kondisi tertentu justru akan mempercepat pengkaratan.
2. Inhibitor katodik
Ialah zat-zat yang dapat menghambat terjadinya reaksi di katoda. Pelambatan karat
( inhibition ) dengan mempolarisasi reaksi katodik. Berpengaruh terhadap kedua
reaksi katodik yang biasa.
3. Inhibitor anodik
Inhibitor ini akan diadsorbsi pada bagian yang anodik dan akan menahan terjadinya
korosi pada yang anodik. Karena korosi terjadinya pada anoda, maka penggunaan
inhibitor anoda ini sangat efisien. Hanya ada bahayanya yaitu bila inhibitor tidak
menutupiu seluruh anoda, akan memperluas daerah katoda.
Yang termasuk inhibitor anodik adalah zat-zat yang membentuk zat tidak laruit
seperti NaOH, PO4, CO3, karena akan membentuk Fe(OH)3, FePO4, Fe(CO3)3 yang
jadi lapis lindung pada besi.
4. Inhibitor Adsorpsi
Jenis inhibitor adsorpsi adalah merupakan kelompok yang terbesar. Terutama zat
organik dan koloid-koloid yang dapat membentuk lapisan film pada permukaan
logam.
5. Inhibitor organik
Senyawa organik banyak yang bersifat menghambat proses pengkaratan yang tidak
dapat digolongkan sebagai bersifat katodik atau anodik. Secara umum dapat
dikatakan bahwa zat ini mempengaruhi seluruh permukaan metal yang sedang
berkarat apabila diberikan dalam konsentrasi secukupnya.
Tujuan penggunaan inhibitor
Penggunaan inhibitor dimaksudkan untuk melindungi permukaan metal dari
serangan korosi dengan tujuan untuk:
Memperpanjang usia pakai peralatan.
b. Mencegah penghentian pabrik ( shut down )
c. Mencegah kecelakaan karena rusaknya peralatan.
d. Mencegah kehilangan pertukaran panas ( heat transfer )
e. Mempertahankan rupa permukaan yang menarik.
Cara pemakaian inhibitor
Untuk menambahkan inhibitor ke sistem pendingin bisa dilakukan dengan :
-
profil tank dan dipasang pada pipa penyalur, sehingga zat tersebut merembes sedikit
demi sedikit ( leached out ) berikut air ( soft water ) yang melewati pipa-pipa dari
supply header.
BAB III
KESIMPULAN
1. Dengan penambahan zat inhibitor secara tepat ke air pendingin maka sedikit banyak
akan mengurangi agresivitas serangan korosi pada sistem pendingin
2. Berkurangnya agresivitas serangan korosi pada sistem pendingin akan menjaga
performa dari sistem pendingin tetap tinggi dan umur dari setiap komponen sistem
pendingin menjadi lebih lama.