Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BKAPK

KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN MENGGUNAKAN


PENAMBAHAN ZAT INHIBITOR PADA PT. POLYSINDO EKA
PERKASA

Disusun oleh:
Rakhmawati Hastuti

1214015

Kiki Nanda Pangestuti

1214020

Dinda Annisa

1214032

Auwallina Puspita W

1214042

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2014

BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian
Korosi memiliki pengertian sebagai suatu proses pembusukan suatu bahan
(terutama logam) atau proses perubahan sifat suatu bahan akibat pengaruh reaksinya
dengan lingkungan sekitar. Korosi bisa disebabkan oleh bahan itu sendiri seperti
kemurnian bahan , permukaan logam sedangkan dari lingkungan diantaranya jumlah zat
pencemar udara, suhu, serta kelembaban. Korosi dapat menyebabkan turunnya produk
akibat kontaminasi dari korosi terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam proses
produksi.
Secara umum korosi merupakan proses dimana logam berubah bentuk
kimiawinya akibat bereaksi dengan zat kimia dilingkungan. Umumnya semua logam
larut didalam air, biasanya daya larut lambat, logam besi waktu direndam dalam air
melepaskan sebagian elemennya untuk larut dalam air. Berdasarkan reaksi kimia secara
langsung, dan reaksi elektrokimia. Korosi dapat terjadi didalam medium kering dan juga
medium basah. Sebagai contoh korosi yang berlangsung didalam medium kering adalah
penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O 2) atau oleh gas belerang dioksida (SO 2).
Didalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun secara
terlokalisasi. Contoh korosi seragam didalam medium basah adalah apabila besi
terendam didalam larutan asam klorida (HCl).
Macam-macam korosi pada umumnya, sebagai berikut:
1. Korosi Atmosfer
Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda padat
khusunya metal besi yang berbeda potensial dan langsung berhubungan dengan udara
terbuka. Faktor-faktor yang menentukan tingkat korosi atmosfer, yaitu:
-

Jumlah zat pencemar di udara (debu, gas), butir-butir arang, oksida metal,
H2SO4, NaCl, (NH4)2SO4

Suhu

Kelembaban kritis

Arah dan kecepatan angin

Radiasi matahari

Jumlah curah hujan

2. Korosi Galvanis
Korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam metal yang berbeda
potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana electron mengalir
dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik),
akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion positif karena
kehilangan electron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada di
dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda
kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur-sumur karat (Surface Attack) atau
serangan karat permukaan.
3. Korosi Regangan
Korosi ini terjadi karena pemberian tarikan atau kompresi yang melebihi batas
ketentuannya. Kegagalan ini sering disebut Retak Karat Regangan (RKR) atau stress
corrosion

cracking.

Sifat

retak

jenis

ini

sangat

spontan

(tiba-tiba

terjadinya/spontaneous), regangan biasanya bersifat internal yang disebabkan oleh


perlakuan yang diterapkan seperti bentukan dingin atau merupakan sisa hasil
pengerjaan (residual) seperti pengelingan, pengepresan dan lain-lain.
4. Korosi Celah
Korosi celah (Crecive Corrosion) ialah sel korosi yang diakibatkan oleh perbedaan
konsentrasi zat asam. Karat ini terjadi, karena celah sempit terisi dengan lektrolit (air
yang pHnya rendah) maka terjadilah suatu sel korosi dengan katodanya permukaan
sebelah luar celah yang basah dengan air yang lebih banyak mengandung zat asam
daripada bagian sebelah dalam celah yang sedikit mengandung zat asam sehingga
akibatnya bersifat anodik.
5. Korosi Arus Liar
Korosi arus liar ialah merasuknya arus searah secara liar tidak disengaja pada suatu
konstruksi baja, yang kemudian meninggalkannnya kembali menuju sumber arus.

Pada titik dimana arus meninggalkan konstruksi, akan terjadi serangan karat yang
cukup serius sehingga dapat merusak konstruksi tersebut.
6. Korosi Pelarutan Selektif
Korosi pelarutan selektif ini menyangkut larutnya suatu komponen dari zat paduan
yang biasa disebut pelarutan selektif (Selective Dissolution) atau partino / de
alloying. Zat komponen yang larut selalu bersifat anodic terhadap komponen yang
lain. Walaupun secara visual tampak perubahan warna pada permukaaan paduan
namun tidak tampak adanya kehilangan materi berupa takik, perubahan dimensi,
retak atau alur.
7. Korosi Erosi
Korosi erosi ialah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan
oleh aliran fluida yang sangat cepat. Korosi erosi dapat dibedakan pada 3 kondisi, yaitu:
-

Kondisi aliran laminar

Kondisi aliran turbulensi

Kondisi peronggaan

8. Korosi Bakteri
Korosi ini hanya disebabkan oleh suatu bakteri anaerobic yang hanya bertahan dalam
kondisi tanpa ada zat asam. Bakteri ini mengubah garam sulfat menjadi asam yang
reaktif dan menyebabkan karat. Adapun bakterinya Sporvobrio Desulfuricans,
pencegahannya dengan memberi aerasi ke dalam air.
9. Karat Titik Embun
Karat titik embun ini diesebabkan oleh factor kelembaban yang menyebabkan titik
embun (dew point) atau kondensasi. Tanpa adanya unsur kelembaban relatif, segala
macam kontaminan (zat pencemar) tidak akan atau sedikit sekali menyebabkan
pengkaratan. Titik embun ini sangat korosif terutama di daerah daerah kawasan
industri farmasi yang kaya dengan zat pencemar udara.

Faktor-faktor Terjadinya Korosi


Di tinjau dari mekanisme korosi dari sudut elektrokimia, pada prinsipnya korosi terjadi
karena:

1.

Adanya ketidakhomogenan baik dalam jenis maupun mikro termasuk


ketidakhomogenan dalam beban fisik dan kimia (tegangan, suhu, konsentrasi oksigen
dan sebagainya)

2.

Adanya kontak

3.

Adanya larutan, air atau embun yang mengandung garam sebagai elektrolit.

Di tinjau dari segi material faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan korosi, adalah:
1.

Homogenitas fisik dan kimia

2.

Nilai elektro potensial di dalam larutan

3.

Kemampuan membentuk lapisan pelindung

4.

Hidrogen- over voltage

5.

Selain air dan oksigen sebagai elektrolit juga gas pembentuk asam (CO2, SO2,
NaCl) yang pada musim penghujan atau pada kelembaban tinggi

Ada beberapa prinsip pencegahan korosi yang penggunaannya disesuaikan dengan jenis
peralatan, tempat, serta jenis lingkungan yang korosif. Adapun prinsip-prinsip
pencegahan korosi tersebut adalah sebagai berikut:
1.

Prinsip perbaikan lingkungan yang korosif

2.

Prinsip netralisasi zat koroden sedemikian rupa sehingga tidak berbahaya lagi

3.

Prinsip penggunaan bahan yang sama dengan yang tahan terhadap jenis korosi
tertentu

4.

Penggunaan zat pelambat korosi (corrosion inhibitor)

5.

Perlindungan katodik dan perlindungan anodik

6.

Prinsip perlindungan permukaan dengan cara :


-

Pelapisan dengan cat (organic coating)

Pelapisan metal coating, lining, overlay, dan clodding

Pelapisan anorganik

pembalutan (wrapping)

Proses pelapisan secara umum bertujuan untuk perlindungan (protektif), hiasan


(dekoratif) atau memperbaiki sifat permukaan lainnya, misalnya sifat tahan panas,
tahan cuaca, tahan korosi, tahan goresan (abrasi), penghantar panas dan sebagainya.
Pelapisan terdiri dari bermacam-macam, seperti pelapisan dengan cat (coating),

pelapisan dengan logam, pelapisan anorganik dan lain-lain. Jenis-jenis proses


pelapisan logam sering digunakan antara lain :
1. Elektroplating
Elektroplating atau yang lebih dikenal dengan pelapisan listrik adalah suatu
pelapisan logam dengan mengendapkan suatu logam pelapis terhadap logam lain
yang akan di lapisi melalui elektrolisis. Dengan kata lain elektroplating adalah proses
mengendapkan bahan logam pelapis terhadap bahan yang akan dilapisi melalui
pertukaran elektron secara konduktif melalui proses oksidasi-reduksi.
Proses pelapisan listrik ini telah memberikan dampak yang cukup besar pada
penghematan pemakaian logam, serta dapat memberikan alternatif pemakaian bahan
yang lebih murah.
2. Galvanisasi
Proses galvanisasi sebenarnya hampir sama dengan proses elektroplating, hanya saja
pada proses galvanisasi tidak terjadi perpindahan elektron tapi terjadi penempelan
atau pembekuan logam pelapis terhadap logam yang dilapisi. Mekanismenya
berlangsung pada suhu tinggi sehingga mengakibatkan difusi yang akan
menyebabkan transisi karena banyak fasa, sehingga adhesinya lebih kuat dibanding
elektroplating. Proses galvanisasi relatif singkat. Cara ini disebut galvanisasi karena
pelindungnya adalah seng (zinc) dan berfungsi sebagai logam yang bersifat anodik
terhadap baja yang dilindungi, biasa disebut juga proses pencelupan panas (hot
dipping).
3. Semprotan Logam (Metal spray)
Semprotan logam adalah proses metalisasi (metallizing proces), di mana logam leleh
atau cair disemprotkan pada suatu permukaan dan membentuk lapisan. Logam yang
disemprotkan baik murni ataupun paduan dicairkan oleh sumber arus dan
diatomisasikan oleh udara membentuk butir-butir yang sangat halus dan
disemprotkan pada permukaan benda kerja membentuk lapisan logam padat.
Prinsip dari proses ini adalah bahwa semprotan gas tekan tinggi dapat membuat
logam menjadi butiran-butiran halus, kecepatan gas tersebut kira-kira 200-270 m/s.
Butiran-butiran leleh tersebut kemudian melekat pada permukaan logam yang akan
dilindungi melalui proses pendingin cepat seperti pada casting. Bahannya berasal
dari bentuk kawat atau serbuk yang kemudian meleleh karena semprotan gas panas
yang terbakar (misalnya Oxy- acetylene) atau dengan busur listrik (electric arc).

4. Sementasi (cementation)
Caranya adalah dengan mengguling-gulingkan peralatan yang akan dilindungi ke
dalam campuran serbuk logam pelindung atau fluks yang tepat pada suhu tinggi,
sehingga menyebabkan logam pelindung tadi terdifusi pada permukaan logam yang
dilindungi. Selain dengan serbuk logam dapat juga dilakukan dengan mencelupkan
bahan yang akan dilindungi ke dalam kalsium yang mencair dan mengandung salah
satu bahan yang dipergunakan sebagai pelindung dengan regangan yang inert.
5. Penggunaan Zat Pelambat Pengkorosian (Inhibitor)
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit ke
dalam suatu zat koroden (lingkungan yang korosif), dapat secara efektif
memperlambat atau mengurangi laju pengkorosian yang ada. Ada beberapa jenis
inhibitor, yaitu:
-

Inhibitor pemasif (passivating inhibitor)

Inhibitor katodik (catodic inhibitor)

Inhibitor organis (organic inhibitor)

Inhibitor penyebab pengendapan (preccipitate inducing inhibitor)

Inhibitor berbentuk uap (Vapor phase inhibitor).

Cara pemakaian inhibitor ada beberapa teknik, diantaranya adalah :


-

Injeksi terus menerus

Pemasokan secara setakar-setakar (batch)

Cara pengecatan (squeeze treatment)

Valetilasi (dengan ketel uap dan kontainer tertutup)

Pelapisan (coating).

Penggunaan inhibitor selain untuk mencegah terjadinya pengkaratan juga dapat


menimbulkan beberapa masalah, seperti di bawah ini:
-

Pembuihan (foaming) akibat pengaruh organic inhibitor


Terjadinya emulsi karena fase-fase gas dan cair bercampur disertai gerakan

agitasi
Penyumbatan (plugging) karena adanya lapisan oksidasi dan kerak terkelupas,

sehingga ikut aliran dan menyumbat pada filter, turbin dan lain-lain.
Terciptanya karat baru, karena ada beberapa inhibitor dapat bereaksi dan
menghasilkan produk yang dapat merusak

Masalah heat transfer, karena adanya endapan fosfat, silikat atau sulfat yang

berlebihan
Pengaruh beracun
Kehilangan inhibitor karena pengendapan (presipitation), proses adsorpsi atau
terlalu mudah atau lambat larut.

Penggunaan inhibitor bertujuan untuk melindungi permukaan logam dari serangan


korosi, diantaranya yaitu:
1.

Memperpanjang usia pakai peralatan

2.

Mencegah penghentian pabrik (shut down)

3.

Mencegah kecelakaan karena rusaknya peralatan

4.

Mencegah kehilangan pertukaran panas (heat transfer)

5.

Mempertahankan rupa permukaan yang menarik (attractive appearance)

BAB II
PEMBAHASAN
Korosi pada Sistem Pendingin
Di dalam dunia industri, korosi merupakan salah satu hal yang sering
menimbulkan kendala bagi jalannya proses kerja di lingkungan industri. Korosi
merupakan suatu proses elektrokimia dimana atom-atom akan bereaksi dengan zat asam
dan membentuk ion-ion positif (kation). Hal ini menyebabakan timbulnya aliran-aliran
elektron dari suatu tempat ke tempat yang lain pada permukaan metal. Korosi banyak
menyerang semua peralatan-peralatan pabrik terutama mesin-mesin dan bangunan dari
logam. Korosi dapat terjadi pada semua logam, terutama yang berhubungan dengan
udara atau cairan yang korosif. Mesin-mesin yang bersinggungan langsung dengan air
atau cairan lain yang korosif akan mudah terserang korosi lebih-lebih jika mesin
tersebut berhubungan langsung dengan air secara terus menerus. Seperi halnya pada
sistem pendingin yang mana berfungsi sebagai penyuplai air dingin ke mesin-mesin
industri seperti kompresor, kondensor dan chiller, air bersirkulasi di dalam sistem
pendingin dan terjadi kontak langsung dengan semua komponennya. Akibatnya
komponen-komponen tersebut akan mudah terserang korosi.
Secara umum korosi merupakan proses dimana logam berubah bentuk
kimiawinya akibat bereaksi dengan zat kimia dilingkungan. Umumnya semua logam
larut didalam air, biasanya daya larut lambat, logam besi waktu direndam dalam air
melepaskan sebagian elemennya untuk larut dalam air. Berdasarkan reaksi kimia secara
langsung, dan reaksi elektrokimia. Korosi dapat terjadi didalam medium kering dan juga
medium basah. Sebagai contoh korosi yang berlangsung didalam medium kering adalah
penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (SO2).

Didalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun secara
terlokalisasi.
Di PT. Polysindo Eka Perkasa, masalah korosi yang terjadi di sistem pendingin
sebelumnya kurang mendapat perhatian serius dari pihak-pihak perusahaan, hingga
sampai suatu ketika banyak ditemukan kerusakan-kerusakan signifikan yang
ditimbulkan oleh adanya produk korosi tersebut. Pipapipa masuk ke penukar kalor
kompresor (aftercooler) ditemukan telah mengalami kebocoran, disamping itu impeller
pompa banyak mengalami rongga-rongga( lubang) dan tidak sedikit yang hancur
terutama pada bagian sudut-sudut impellernya. Dengan adanya kerusakan-kerusakan
ini, sistem pendingin tidak bisa bekerja secara optimal, akhirnya pihak perusahaan
mengambil kebijakan untuk mengganti impelar pompa dan menutup kebocoran pipa
penukar kalor. Dari sinilah masalah korosi mulai mendapat perhatian serius dari semua
pihak perusahaaan. Upaya pencegahan korosi mulai dijalankan. Karena seluruh
komponen dalam sistem pendingin kontak langsung dengan air dimana air merupakan
salah satu fluida yang korosif maka dari air sinilah ditambahkan zat-zat anti korosi atau
yang lebih dikenal dengan zat inhibitor. Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi
adalah :
1. pH

Gambar 1.1 Grafik hubungan pH dan laju korosi

Semakin tinggi pH maka laju korosi akan semakin cepat, sehingga air dalam
sistem pendingin dikontrol agar pH sekitar pH netral yaitu tujuh koma lima sampai
delapan koma lima (7,5 8,5).
2. Temperatur

Gambar 1.2 Grafik hubungan laju korosi dan temperatur

Partikel padat dan sistem deposit


Banyaknya partikel padat atau mineral-mineral yang terkandung di dalam air
bertendensi menyebabkan terbentuknya deposit. Deposit yang keras dan melekat kuat
dipermukaan logam disebabkan oleh konsentrasi mineral-mineral nyang melebihi batas
kelarutannya. Dari adanya deposit maka di daerah bawah deposit akan mudah terbentuk
korosi (korosi di bawah deposit / under deposit corrosion).

Kecepatan aliran air.


Kecepatan aliran air yang tinggi diatas kecepatan kritisnya di dalam pipa berpotensi
menimbulkan korosi. Kerusakan permukaan logam yang disebabkan oleh aliran fluida
yang sangat deras itu yang disebut erosi. Proses erosi dipercepat oleh kandungan
partikel padat dalam fluida yang mengalir tersebut atau oleh adanya gelembunggelembung gas. Dengan rusaknya permukaan logam, rusak pula lapisan film pelindung
sehingga memudahkan terjadinya korosi . Kalau hal ini terjadi maka proses ini disebut
karat erosi.

Pertumbuhan Mikrobiologi.
Secara teoritis apabila tidak terdapat zat asam, maka laju korosi pada baja relatif
lambat, namun pada kondisi-kondisi tertentu ternyata laju korosinya justru tinggi sekali.
Setelah diselidiki ternyata di daerah tersebut hidup sejenis bakteri anaerobic yang hanya
bertahan dalam kondisi tanpa zat asam. Bakteri ini mengubah (reducing) garam sulfat
menjadi asam yang reaktif dan menyebabkan korosi.
KomponenKomponen Cooling Sistem yang Biasa Terserang Korosi
Sistem pendigin bekerja berdasarkan perpindahan panas antara udara dan air. Di
dalam sistem pendingin terjadi suatu siklus panas dan dingin. Air yang telah
didinginkan oleh cooling tower dipompa dan didistribusikan ke mesin-mesin industri

seperti kompresor, kondensor dan chiller untuk mendinginkan fluida kerjanya. Air
panas yang keluar dari penukar kalor mesin-mesin tersebur selanjutnya kembali lagi ke
cooling tower untuk didinginkan lagi hingga seterusnya.
Sistem pendingin ini karena permukaan logam selalu kontak dengan air maka
korosi di sistem pendingin ini sering dikatakan sebagai korosi dalam air. Semua air
dapat jadi penyebab korosi karena air dapat berfungsi sebagai pereaksi, katalisator,
sebagai pelarut, maupun sebagai elektrolit untuk terjadinya korosi padsa logam. Tetapi
korosivitas dari masing-masing air ini akan berlainan terhadap logam yang sama karena
agresivitas berbeda disebabkan mempunyai komposisi zat terlarut yang tidak sama.
Komponen-komponen dari cooling system yang biasa terserang korosi adalah sebagai
berikut :
1) Pompa dan pipa pompa.
2) Pipa masuk after cooler kompresor.
3) Katup-katup, elbow, dan sambungan-sambungan.
Tipe-tipe Korosi pada Sistem Pendingin
a. Korosi Atmosfer ( General corrosion )
Jenis korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda padat
khususnya logam besi yang berbeda potensial dan langsung berhubungan dengan udar
terbuka. di udara, perbedaan struktur molecular dari material logam itu sendiri, serta
perbedaan tegangan di dalam bagian-bagian logam besi tersebut. Secara alami hal-hal
tersebut menimbulkan perbedaan potensial antara bagian-bagian, perbedaan potensial
ini menyebabkan sebagian dari logam bersifat katodis, yakni kotoran , oksida, dan
struktur molecular yang katodis, serta bagian yang anodis, yakni bagian metal besi yang
murni.

Gambar 1.3 Korosi Atmosfer

b. Korosi Galvanis

Korosi galvanis berprinsip reaksi sebagaimana halnya sel galvanis. Korosi galvanis
merupakan proses pengkorosian elektrokimiawi jika dua macam logam yang berbeda
potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit yang sama.

Gambar 1.4 Korosi Galvanis

c. Korosi Erosi (Errosion corrosion)


1) Erosi adalah kerusakan permukaan metal yang disebabkan oleh aliran fluida
yang sangat deras. aliran fluida di permukaan logam yang sebetulnya halus.
2) Adanya celah yang memungkinkan fluida mengalir di luar aliran utama.
3) Adanya produk korosi atau endapan lain yang dapat mengganggu aliran
laminar.
d. Korosi Sumuran (Pitting corrosion)
Bentuknya ada yang merata di seluruh permukaan metal, ada yang terisolir
(isolated), namun keseluruhannya berada dalam lingkungan yang cair atau basah, hal ini
dikarenakan sumuran tersebut sebagai akibat proses elektrokimia yang terkonsentrasi
pada suatu lokasi secara berkesinambungan. Secara umum karat ini memiliki ciri-ciri
anoda sangat kecil dan sering terjadi dibawah deposit atau titik lemah.

Gambar 1.5 korosi sumuran

e. Korosi kavitasi

Apabila karena tingginya kecepatan cairan menciptakan daerah-daerah bertekanan


tinggi dan rendah secara berulang-ulang pada permukaan peralatan dimana cairan
tersebut mengalir, maka terjadilah gelembung gelembung uap cairan pada permukaan
tersebut, yang apabila pecah kembali menjadi cairan yang menimbulkan pukulan pada
permukaan yang cukup besar untuk memecahkan film oksida pelindung permukaan
tadi.

Gambar 1.6 Mekanisme kavitasi

Mekanisme kavitasi secara skematis ditunjukkan oleh gambar 1.6 yakni melalui
beberapa langkah-langkah sebagai berikut :
1) Gelembung kavitasi terbentuk pada film pelindung.
2) Gelembung-gelembung tersebut pecah dan merusak lapisan film tersebut.
3) Permukaan logam yang sudah tak terlindungi mulai terkorosi dan film terbentuk
kembali.
4) Gelembung-gelembung kavitasi yang baru, terbentuk lagi pada tempat yang sama.
5) Gelembung pecah dan merusak lapisan film.
6) Daerah yang terbuka (tak terlindungi lapisan film) terkorosi lagi dan lapisan film
terbentuk kembali dan seterusnya
Efek yang ditimbulkan oleh adanya korosi
a) Merusak logam dari cooling system.
b) Korosi menghasilkan deposit dalam penukar kalor.
c) Efisiensi perpindahan panas berkurang oleh adanya deposit.
d) Kebocoran pada perlengkapan maupun peralatan.
e) Terjadi kontaminasi pada proses dan airnya sendiri.
Korosi pada Cooling Tower
Cooling tower adalah suatu peralatan penting untuk keperluan proses pertukaran
panas atau pendinginan udara bagi berbagai industri. Masalah klasik yang dihadapi
sistem instalasi pendingin udara menggunakan media air adalah :

1) Proses pembentukan endapan baik berupa kerak (scale) maupun fouling


2) Proses korosi yang disebabkan oleh reaksi kimia
3) Masalah endapan dan korosi secara biologi (Biological deposition and Corrotion)
akibat keberadaan mikroorganisme dalam sistem cooling tower.
a. Proses pembentukan endapan / deposit
Deposit yang dikatagorikan sebagai kerak (endapan yang terjadi akibat keberadaan
garam-garam sadah dan silica) dan fouling (deposi yang disebabkan oleh keberadaan
padatan tersuspensi dalam air) serta slime deposit yang diakibatkan oleh
mikroorganisma seperti alga dan fungi yang melapisi pipa dan permukaan heat
exchanger akan mengkibatkan turunnya kinerja Steam-Condensing Unit dan efisiensi
pertukaran panas instalasi cooling tower.
b. Karat dan korosi akibat reaksi kimia
Korosi yang terjadi pada cooling tower umumnya disebabkan oleh :
a)
b)
c)
d)

Tingginya kandungan oksigen dalam air


PH air yang tidak terkontrol
Tingginya kandungan ion OH- dalam air (Alkaline embrittlement)
Akibat samping dari timbulnya deposit dan kerak

Proses karat dan korosi harus ditekan seminimal mungkin yang bertujuan untuk
menekan tingkat kerusakan cooling tower terutama pada jaringan pipa sekaligus untuk
meningkatkan waktu hidup (life cycle).
Penambahan zat inhibitor
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan / dimasukkan dalam
jumlah sedikit kedalam suatu zat karoden ( lingkungan yang korosif), dapat secara
efektif memperlambat atau mengurangi laju pengkaratan yang ada. Terdapat beberapa
jenis zat inhibitor:
1. Passivating inhibitor
Passivating inhibitor adalah jenis inhibitor yang paling efektif dari seluruh jenis
inhibitor lainnya karena dapat melumpuhkan pengkaratan hampir secara menyeluruh,
namun jenis inhibitor ini disebut sebagai inhibitor yang berbahaya, karena dalam
kondisi tertentu justru akan mempercepat pengkaratan.
2. Inhibitor katodik
Ialah zat-zat yang dapat menghambat terjadinya reaksi di katoda. Pelambatan karat
( inhibition ) dengan mempolarisasi reaksi katodik. Berpengaruh terhadap kedua
reaksi katodik yang biasa.

3. Inhibitor anodik
Inhibitor ini akan diadsorbsi pada bagian yang anodik dan akan menahan terjadinya
korosi pada yang anodik. Karena korosi terjadinya pada anoda, maka penggunaan
inhibitor anoda ini sangat efisien. Hanya ada bahayanya yaitu bila inhibitor tidak
menutupiu seluruh anoda, akan memperluas daerah katoda.
Yang termasuk inhibitor anodik adalah zat-zat yang membentuk zat tidak laruit
seperti NaOH, PO4, CO3, karena akan membentuk Fe(OH)3, FePO4, Fe(CO3)3 yang
jadi lapis lindung pada besi.
4. Inhibitor Adsorpsi
Jenis inhibitor adsorpsi adalah merupakan kelompok yang terbesar. Terutama zat
organik dan koloid-koloid yang dapat membentuk lapisan film pada permukaan
logam.
5. Inhibitor organik
Senyawa organik banyak yang bersifat menghambat proses pengkaratan yang tidak
dapat digolongkan sebagai bersifat katodik atau anodik. Secara umum dapat
dikatakan bahwa zat ini mempengaruhi seluruh permukaan metal yang sedang
berkarat apabila diberikan dalam konsentrasi secukupnya.
Tujuan penggunaan inhibitor
Penggunaan inhibitor dimaksudkan untuk melindungi permukaan metal dari
serangan korosi dengan tujuan untuk:
Memperpanjang usia pakai peralatan.
b. Mencegah penghentian pabrik ( shut down )
c. Mencegah kecelakaan karena rusaknya peralatan.
d. Mencegah kehilangan pertukaran panas ( heat transfer )
e. Mempertahankan rupa permukaan yang menarik.
Cara pemakaian inhibitor
Untuk menambahkan inhibitor ke sistem pendingin bisa dilakukan dengan :
-

Injeksi terus menerus


Dilakukan dengan sistem injeksi air pada cooling sistem.Bentuk inhibitor adalah cair
dan diinjeksikan ke dalam sistem dengan pompa injeksi bahan kimia ( dosing Pump).
Dosing pump dapat diatur dengan memutar stroke sehingga inhibitor yang
diinjeksikan bisa diatur sesuai kebutuhan. Inhibitor disimpan di dalam cartridge/ atau

profil tank dan dipasang pada pipa penyalur, sehingga zat tersebut merembes sedikit
demi sedikit ( leached out ) berikut air ( soft water ) yang melewati pipa-pipa dari
supply header.

Pemasokan secara batch ( setakar-setakar ) atau dituang langsung ke sistem


Setakar inhibitor dimasukkan ke dalam system pendingin ( basin cooling tower )
untuk melindungi hingga waktu tertentu.Pengunaan ini biasanya pada sistem
tertutup( close loop ).

BAB III
KESIMPULAN
1. Dengan penambahan zat inhibitor secara tepat ke air pendingin maka sedikit banyak
akan mengurangi agresivitas serangan korosi pada sistem pendingin
2. Berkurangnya agresivitas serangan korosi pada sistem pendingin akan menjaga
performa dari sistem pendingin tetap tinggi dan umur dari setiap komponen sistem
pendingin menjadi lebih lama.

Anda mungkin juga menyukai