HEPATOMA
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. PENGERTIAN
Hepatoma sinonim = Kanker Hati Primer, Karsinoma Hepatoseluler
adalah : proses keganassan pada hati. Tumor ganas primer pada hati yang berasal
dari sel parenkim atau epitel saluran empedu atau metastase dari tumor jaringan
lainnya.
2. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Penyebab kanker hati primer (hepatoma ) belum diketahui secara pasti,
tetapi kemungkinan bersifat turunan pada anak-anak, dan pada orang dewasa
kemungkinananya karena pengaruh lingkungan yang bersifat karsinogen. Selain itu
ada beberapa faktor resiko yang diduga menjadi pemicu hepatoma, diantaranya:
menghasilkan aflatoksin)
Pemajanan kerja pada pestisida dan herbisida
Infeksi cacing hati (Chlonorchis sinensis)
3. PATOFISIOLOGI
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya
yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik. Pedoman diagnostik yang paling
penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada
penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak. Tumor hati yang
paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati
dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar,
khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain
juga memperlihatkan kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker
payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor
biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat
dilakukan reseksi lokal lagi.
4. MANIFESTASI KLINIS
Lemah, tidak nafsu makan, kehilangan berat badan dan demam.
Adanya massa disebelah kanan atas perut (hepatomegali)
Kulit berwarna kuning (ikterus) dan pembentukan cairan di rongga perut
(asites)
Adanya suara abnormal seperti gesekan sewaktu diperiksa dengan stetoskop
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium:
Darah lengkap ; SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein 500 mg/dl, HbsAg
positf dalam serum, Kalium, Kalsium.
6. METASTASIS
Tempat untuk metastasis KHS adalah nodul regional, paru, tulang, kelenjar
adrenal, dan otak. Kira-kira 40% dari pasien KHS memiliki sel tumor pada
kelenjar getah bening regional, tetapi tempat metastasis lain jarang.
7. PENANGANAN
a. Pembedahan
Pembedahan adalah satu-satunya modalitas penanganan kuratif bagi penderita
KHS. Reseksi hepatik melibatkan subkostal bilateral maupun insisi
torakoabdominal. Setelah insisi terdapat empat teknik reseksi yang diketahui :
lobektomi
kanan
dan
kiri,
trisegmentomi,
segmentektomi
lateral.
kentungan pasien tetap dapat berjalan dan menurunkan komplikasi terkaitkateter. Agen yang sering digunakan untuk kemoterapi intraarterial adalah
flokuridin (FUdR) dan 5-FU. Obat lain yang digunakan meliputi sisplatin,
doksorubisin, sisplatin, mitomisin-C, aklarubisin, dan karmustin (BCNU).
c. Terapi Radiasi
Meskipun KHS diyakini sebagai tumor radiosensitive, penggunaan terapi
radiasi dibatasi oleh intoleransi relative parenkim hati normal. Semua hati akan
mentoleransi 3000cGy. Pada dosis ini insidensi hepatitis radiasi adalah 5%
sampai 10%. Pengobatan atau remisis jangka panjang KHS memerlukan dosis
lebih tinggi secara signifikan
8. PROGNOSA
Tumor ganas memiliki prognosa yang jelek dapat terjadi perdarahan dan akhirnya
kematian. Dan proses ini berlangsung antara 2 - 6 bulan atau beberapa tahun.
Fase dini : Dengan tindakan operasi berupa reseksi dari tumor prognosa baik,
Gangguan metabolism
Perdarahan
Asites
Edema
Hipoalbuminemia
Jaundice/icterus
Komplikasi endokrin
Aktivitas terganggu akibat pengobatan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering
muncul adalah:
a. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan
ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma)
b. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya
penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites).
c. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya asupan nutrisi.
d. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sesak dan nyeri.
e. Gangguan aktifitas berhubungan dengan sesak dan nyeri
f. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang
diderita.
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
a. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan pernapasan berhubungan dengan
adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diapragma)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapakan pernapasan
efektif kembali
Kriteria : Tidak mengeluh sesak napas, RR 20 24 X/menit. Hasil Lab BGA
Normal
Intervensi :
1) Pertahankan Posisi semi fowler.
c. Diagnosa
keperawatan:
Gangguan
nutrisi
Kurang
dari
kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
Carpernito, Lynda Juall . 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Gale, Danielle, Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta :
EGC.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam FK. Unair RSUD Dr. Soetomo Surabaya.1994. Pedoman
Diagnosis dan Terapi. RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Marilyn E. Doenges, Merry Frances Mourhouse, Allice C. Glisser. 2000. Nursing Care
Planning
Med Muhammad Amin DKK. 1993. Pengantar ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga.