Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
cangkang sawit, yang mana menurut hasil kajian Direktorat Jenderal Perkebunan
(2008) lahan perkebunan sawit di Indonesia lebih dari separuh luasan totalnya
berada di Pulau Sumatera dan tercatat Riau adalah pemilik lahan sawit terluas di
Pulau Sumatera yaitu sebesar 1.548.972 hektar. Laksmi (1999) menyebutkan
bahwa limbah abu sawit yang berasal dari pengolahan kelapa sawit belum
ditangani secara baik.
Isu di Provinsi Riau dengan permasalahan konstruksi di lahan gambut serta
permasalahan lingkungan limbah abu sawit yang bersamaan isu global mengenai
semen merupakan penyumbang terbesar pemanasan global dapat dikombinasikan
secara bersama untuk mengemisi isu permsalahan tersebut. Pemanfaatan abu
sawit sebagai bahan pengganti semen pada campuran beton dapat dijadikan
alternatif untuk perkuatan beton yang terpapar lahan gambut, dimana pemakaian
abu sawit sebagai pengganti semen pada campuran beton dapat mengemisi
produski semen dan dapat mendaur ulang penggunaan limbah abu sawit. Hasil
penelitian oleh Hutapea dkk (2014) menunjukkan bahwa nilai kuat tekan mortar
yang menggunakan abu sawit pada semen OPC dan mortar semen PCC lebih
tinggi dari beton normal. Hasil penelitian oleh Muhardi, Iskandar dan Rinaldo
(2004) limbah abu sawit dengan persentase 10% hingga 40% sebagai pengganti
sebgaian semen bermanfaat meningkatkan kekuatan mortar dan kekuatan
optimum mortar diperoleh pada mortar dengan persentase abu sawit sebanyak
20%.
Penelitian ini akan mengkaji lebih lanjut sifat mekanik dan fisik beton
menggunakan air gambut sebagai air campuran beton yang direndam langsung
dilingkungan gambut. Sifat fisik dan mekanis yang diuji adalah kuat tekan, kuat
tarik modulus elastisitas, ultrasonic pulse velocity (UPV), densitas dan porositas
dari beton OPC (Ordnary Portland Cement) dan beberapa semen OPC yang
dicampur abu sawit (POFA) dengan persentase abu sawit bervariasi.
B. Perumusan Masalah
Konstruksi beton seperti pondasi tiang pancang, saluran drainase dan
konstruksi beton lainnya yang bersifat asam di Provinsi Riau semakin banyak.
Tidak jarang pelaksana teknis lapangan menggunakan air gambut dilapangan
sebagai air pencampur beton karena sulitnya memperoleh air normal di lapangan.
2
Air gambut yang bersifat asam dapat mempengaruhi ketahanan beton. Beton
akan mengalami kerusakan mulai dari permukaan akibat paparan air gambut dari
lingkungan gambut hingga ke bagian struktur beton itu sendiri akibat air gambut
yang digunakan sebagai air pencampur beton. Kerusakan beton diakibatkan oleh
adanya reaksi ion asam dengan kandungan kalsium semen.
Pandiangan (2013) mengkaji sifat fisik dan mekanik beton mutu tinggi di
lingkungan asam. Sifat fisik dan mekanik yang ditinjau meliputi kat tekan beton,
porositas, permeabilitas dan penetrasi asam. Hasil kajian yang diperoleh dengan
air gambut yang memiliki pH antara 4 hingga 5 ternyata meningkatkan beton pada
umur 7 hari dan menurun pada umur 28 hari dan 91 hari.
Pemanfaatan abu sawit atau POFA (Palm Oil Fuel Ash) sebagai bahan
pengganti semen dapat menjadi alternatif mengantisipasi serangan kimiawi
terhadap beton. Abu sawit yang bersifat pozzolan yaitu bahan yang mengandung
silika atau silikat dan alumina yang bersifat reaktif apabila bersenawa dengan
kapur dan air (ASTM C 618, 2011), dapat meredam reaksi kimia antara ion asam
dari air gambut dengan kandungan kalsium semen.
Hasil penelitian Hutapea dkk (2014) menunjukkan bahwa penambahan abu
sawit atau POFA (Palm Oil Fuel Ash) pada mortar yang direndam pada air gambut
menunjukkan peningkatan kuat tekan seiring bertambahnya umur mortar.
Informasi tentang penelitian ketahanan beton OPC dan OPC POFA dengan
air gambut sebagai air campuran beton dalam lingkungan gambut masih sedikit.
Oleh karena itu penulis meneliti lebih lanjut tentang ketahanan beton tersebut
yang diuji melalui pengujian kuat tekan, kuat tarik modulus elastisitas, ultrasonic
pulse velocity (UPV), densitas dan porositas selama 91 hari dalam perendaman di
lingkungan gambut.
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengkaji sifat fisik dan mekanik beton OPC dan OPC yang dicampur dengan
POFA menggunakan air gambut sebagai air pencampur beton, berdasarkan
pengujian kuat tekan, kuat tarik modulus elastisitas, ultrasonic pulse velocity
(UPV), densitas dan porositas setelah perendaman di lingkungan gambut pada
umur 7 hari, 28 hari dan 91 hari.
2. Mengkaji hubungan sifat fisik dan mekanik beton dengan persentase
campuran POFA dalam beton OPC.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
3
1. Mengetahui ketahanan beton dengan meggunakan semen OPC dan OPC yang
dicampur dengan POFA menggunakan air gambut sebagai air pencampur
beton mulai dari kuat tekan, kuat tarik modulus elastisitas, ultrasonic pulse
velocity (UPV), densitas dan porositas yang ditinjau dari umur rendaman
beton tersebut pada lingkungan gambut.
2. Mengetahui besaran persentase POFA yang paling optimal sebagai bahan
pengganti sebagian semen OPC yang ditinjau dari ketahanan beton tersebut
yang menggunakan air gambut sebagai air campuran beton setelah direndam
pada lingkungan gambut.
3. Penggantian sebagian semen dengan abu sawit pada campuran beton dapat
meminimalkan penggunaan semen.
4. Pemanfaatan abu sawit sebagai bahan pengganti sebagian semen pada
campuran beton dapat mengurangi polusi lingkunganyang ditimbulkan oleh
limbah abu sawit.
5. Memberikan referensi baru untuk bahan bangunan di lingkungan gambut.
D. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Beton yang direncanakan adalah beton fc 35 MPa
2. Abu sawit atau palm oil fuel ash (POFA) berasal dari PT Tarera Bangun Riau,
PKS Perhentian Raja, Kabupaten Kampar
3. Komposisi campuran abu sawit yang digunakan adalah 5%, 10%, 15% dan
4.
5.
6.
7.
8.
20%.
Abu sawit yang digunakan lolos saringa No.200.
Semen yang digunakan adalah semen OPC (Ordinary Portland Cement).
Agregat kasar berasal dari Tratak Air Hitam.
Agregat halus berasal dari daerah Kabupaten Kampar.
Air gambut untuk pencampur beton yang digunakan adalah air gambut dari
portland atau semen hidrolis lainnya menggunakan air, terkadang dengan tujuan
tertentu beton juga dicampur juga dengan bahan tambah (additive).
Kecepatan
Panas hidrasi
Andil terhadap
Hidrasi
(Joule/gram)
kekuatan
Cepat
503-tinggi
>>dalam 28 hari
Susut
Sedang
CS
Lambat
CA
Sangat Cepat
CAF
Cepat
260-rendah
867-sangat
>setelah 28 hari
Sedang
>dalam 1 hari
Besar
Sedikit
Kecil
tinggi
419-sedang
Standar Pemeriksaan
Agregat
Agregat
halus
<5
kasar
<1
2,58 2,83
2,58 2,83
2,58 2,83
2,58 2,83
Sumber
ASTM C 142
SNI 03-1970-1991
3
4
5
6
7
gravity (ssd)
d. Absorption (%)
Kadar air (%)
Modulus kehalusan
Berat volume(gr/cm3)
a. Kondisi gembur
b. Kondisi padat
Ketahanan aus (%)
Kandunga organik
Standar Pemeriksaan
Agregat
Agregat
halus
kasar
2,58 2,83
2,58 2,83
2,00 7,00
3,00 5,00
1,50 3,80
2,00 7,00
3,00 5,00
5,00 8,00
1,40 1,90
1,40 1,90
Organic
1,40 1,90
1,40 1,90
<40
plate
Sumber
SNI 03-1970-1990
SNI 03-1970-1990
ASTM C29-C29M
SNI 03-2417-1991
ASTM C-40
Agregat yang digunakan pada campuran beton terbagi dua, yaitu agregat
alam dan agregat buatan. Secara ukuran, agregat dapat dibedakan menjadi dua
bagian yaitu agregat halus dan agregat kasar. Agregat halus adalah agregat yang
ukuran butirnya lebih kecil dari 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm
(Standar ASTM), sedangkan agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirnya
lebih besar dari 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM).
Agregat kasar dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu berukuran 4.80-40 mm dan
lebih besar dari 40 mm. Biasanya dalam campuran beton, ukuran agregat kasar
yang dipakai adalah agregat yang kurang dari 40 mm. Sedangkan untuk agregat
yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan perkerasan
jalan, pembuatan tanggul, penahan tanah, bendungan dan lain-lain (Mifshella,
2014).
E.2.3 Air
Fungsi air pada campuran mortar maupun beton adalah untuk membantu
reaksi kimia yang menyebabkan berlangsungnya proses pengikatan serta sebagai
pelicin antara campuran agregat dan semen agar mudah dikerjakan (workable).
Air diperlukan pada pembentukan semen yang berpengaruh terhdap sifat
kemudahan pengerjaan adukan (workability), kekuatan, susut dan keawetan.
Jumlah air yang digunakan pada campuran mortar maupun beton berpengaruh
terhadap kekuatan beton.
Secara umum air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak
boleh mengandung minyak, asam, alkali, zat organik atau bahan lainnya yang
dapat merusak beton. Sebaiknya air yang dipakai adalah air tawar yang dapat
diminum (Mulyono, 2003). Namun Nugraha dan Antoni (2007) menjelaskan
bahwa terdapat batasan toleransi kotoran dan batasan kimia pada air campuran
beton, seperti terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Batasan Toleransi Kotoran
Kotoran
Suspensi
Ganggang
Konsentrasi
Maks (ppm)
2000
500 1000
8
Keterangan
Silt, tanah liat, bahan organik
Air entrain
Karbonat
Bikarbonat
Sodium Sulfat
1000
400 1000
10000
Magnesium Sulfat
Sodium Klorida
Kalsium Klorida
40000
20000
50000
Magnesium Klorida
Garam Besi
Phosphat, arsenat, borat
40000
40000
500
menurun
500
10000
500
100
500
Memperlambat set
Ph tidak kurang dari 3,0
Beton harus diuji
Memengaruhi set
Konsentrasi
Maksimum (ppm)
Klorida pada:
Beton pratekan, beton untuk
Cara Uji
ASTM D512
500
lantai jembatan
Lainnya
1000
Sulfat, SO42+
3000
600
Total solid
50000
ASTM D516
AASTHO T26
Menurut SNI 03-2847-2002 air yang tidak dapat diminum tidak boleh
digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi:
a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton
yang menggunakan air dari sumber yang sama.
b. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat
dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat
dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus
9
dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat
dan diuji sesuai dengan Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis
(menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm) (ASTM C 109).
Pandiangan, (2013) menyebutkan bahwa pada rendaman air gambut terjadi
peningkatan kuat tekan pada umur 7 hari dan 28 hari, selanjutnya mengalami
penurunan untuk umur 91 hari. Rosani (2011) meninjau pengaruh penggunaan air
gambut Tembilahan terhadap kuat tekan beton. Penggunaan air gambut ini
mengurangi kuat tekan beton pada FAS 0,3 sebesar 13,16 % pada umur 28 hari.
10
E.3.1 Mixing
Mixing bertujuan untuk memasttikan bahwa setiap partikel pencampur beton
akan menyatu dengan semen secara merata. Tahap awal dari mixing adalah
batching, tahap dimana material penyusun beton ditimbangdan diukur untuk
memastikan bahwa setiap partikel penyusun beton berkomposisi secara tepat.
Beton dapat dicampur dalam mesin aduk. Setelah merata, apda campuran itu kita
tambahkan semen dan air sesuai ukuran. Kemudian diaduk-aduk sehingga
membentuk campuran yang merata.
E.3.1 Curing
Curing adalah suatu proses untuk menjaga tingkat kelembaban dan
temperatur ideal beton supaya tidak terhidrasi secara berlebihan serta menjaga
terjadinya hidrasi yang berkelanjutan. Curing bertujuan untuk mencegah
penguapan yang berlebihan oleh beton tersebut, dengan membuat keadaan
lingkungan yang lembab lebih memudahkan proses curing.
E.4 Pengujian Sifat Mekanik Beton
E.4.1 Kuat Tekan
Kuat tekan beton (fc) mengidentifikasi mutu dari sebuah struktur. Semakin
tinggi struktur yang ingin kita bangun, semakin tinggi pula mutu beton yang kita
butuhkan untuk membangun struktur tersebut. Menurut SNI 03-1974-1990 kuat
tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji
beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin
tekan.
Kuat tekan beton (f c) dapat dihitung dengan rumus :
f ' c=
P
A
(1)
dengan :
f c
( '
bm
(2)
N 1
S=
dengan :
S
Semakin jauh gaya lentur yang bekerja dari pusat titik berat beton, maka
semakin kecil gaya dukung beton untuk menahan gaya lentur tersebut (Mifshella,
2014).
12
2P
DL
(3)
dengan :
Fct
Ec Wc 0,043 f ' c
(4)
dengan:
Ec
Wc
f c
13
veocity) ultrasonik yang melewati suatu beton. Standar atau prosedur dalam
menggunakan pengujian ini adalah ASTM C 597-02 (2003).
Alur yang terjadi pada saat pengujian ini dilakukan adalah sebagai berikut
(ACI Committee 228, 2003):
1. Sebuah pengirim gelombang mengirimkan sebuah gelombang tegangan tinggi
berdurasi pendek kepada sebuah transducer.
2. Pada saat yang sama sebuah pengukur waktu elektrik menyala.
3. Gelombang ultrasonik tersebut dihantarkan melalui viscious coupling fluid,
yang kemudian masuk menjalar ke dalam beton dan diterima oleh sebuah
receiver transducer.
4. Ketika gelombang tersebut diterima, alat pengukur waktu elektrik secara
otomatis mati, dan memperlihatkan waktu yang dibutuhkan gelombang
tersebut dari mulai dikirim sampai dengan diterima.
5. Waktu inilah yang mengindikasikan berapa kekuatan tekan beton tersebut.
14
Grafik pada gambar diatas menunjukkan hubungan antara nilai kuat tekan
beton dengan nilai kecepatan gelombang ultrasonik (V) yang diperoleh dari
pengujian UPV. Nilai V diperoleh dengan persamaan berikut:
V L
(5)
dengan:
V
E.5.2 Porositas
Porositas merupakan persentase pori-pori atau ruang kosong yang dalam
beton terhadap volume benda. Porositas juga dapat diakibatkan adanya partikelpartikel bahan penyusun beton yang relatif besar, sehingga kerapatan tidak
maksimal. Nilai yang dihasilkan menunjukkan tingkat kepadatan butiran pori
pada suatu beton. Rumus yang digunakan untuk menghitung porositas adalah:
15
Porositas
W2 W1
x100%
W2 W3
(6)
dengan:
W1
W2
W3
E.5.1 Densitas
Pengujian densitas berguna dalam mengenbangkan data yang diperlukan
untuk konversi antara massa dan volume untuk beton. Hal ini dapat digunakan
untuk menentukan kesesuaian dengan spesifikasi untuk beton dan untuk
menunjukkan perbedaan dari tempat ke tempat dalam massa beton (Wahyu,2009).
Berdasarkan ASTM C 642-97, metode ini meliputi tentang penentuan berat
jenis (density), persen penyerapan (absorption), dan persen rongga udara pada
beton keras.
Beton yang diuji harus bebas dari retak, rongga atau celah disetiap sisinya.
Beton yang diuji dikatakan kering apabila beton telah dikeringkan dalam oven
selama 24 jam. Setelah dikeluarkan dari oven, biarkan sampai kering udara
sekitar 20 - 25 C kemudian baru kita dapat mengukur berat beton kering oven.
Berikut perhitungan menentukan densitas dan penyerapan air pada beton:
100
A
Persentase penyerapan setelah perendaman dan perebusan(%)
C A
100
A
Berat jenis kondisi kering, (kg/m3)
A
g1
CD
Berat jenis setelah perendaman, (kg/m3)
B
CD
Berat jenis setelah perendaman dan perebusan, (kg/m3)
C
CD
16
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
g2
AD
Daya serap air/volume pori, (%)
g 2g 1
100
g2
(12)
(13)
Keterangan rumus:
A
B
C
D
g1
g2
(kg)
= massa jenuh beton dalam air (kg)
= berat jenis kering beton (kg/m3)
= berat jenis beton (kg/m3)
Sulphoaluminat atau Ettringite. Kuat tekan mortar semen OPC semakin menurun
seiring bertambahnya umur mortar dalam rendaman air gambut (Hutapea et al.,
2014).
Kerusakan beton maupun mortar di lingkungan gambut, terjadi karena ada
dua reaksi utama yang mempelopori kerusakan. Reaksi yang pertama adalah, 18
kalsium hidroksida bereaksi dengan karbondioksida (CO2) menghasilkan kalsium
karbonat (CaCO3) yang tidak larut dalam air. Pembentukan kalsium karbonat
(CaCO3) sebenarnya tidak menimbulkan kerusakan beton, tetapi proses berikutnya
dimana kalsium karbonat (CaCO3) akan bereaksi lagi dengan karbondioksida
(CO2) yang ada dalam air menghasilkan kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) yang
larut dalam air. Mekanisme reaksi yang terjadi adalah:
CaOH2+ CO2
CaCO3 + H2O
Ca(HCO3)2
Reaksi kedua adalah, apabila kalsium silikat hidrat (CSH) dan kalsium
aluminat hidrat (3CaO.Al2O3.3H2O) bereaksi dengan ion-ion asam maka akan
menghasilkan
gipsum
(CaSO4.2H2O)
dan
calcium
sulphoaluminate
CaSO4.2H2O + OH
3CaSO4.2H2O + 4CaO.Al2O3.19H2O
3CaO.Al2O3.3CaSO4.31H2O +
Ca(OH)2
Karakteristik air gambut bersifat spesifik, bergantung pada lokasi, jenis
vegetasi dan jenis tanah tempat air gambut tersebut berada, ketebalan gambut, usia
gambut dan cuaca. Karakteristik air gambut di sebagian wilayah Indonesia seperti
pada Tabel 5 berikut. Karakteristik kimia lahan gambut di Indonesia sangat
ditentukan oleh kandungan mineral, ketebalan, jenis mineral pada substratum (di
dasar gambut) dan tingkat dekomposisi gambut. Kandungan mineral gambut di
Indonesia umumnya kurang dari 5% dan sisanya adalah bahan organik. Fraksi
organik terdiri dari senyawa-senyawa humat sekitar 10% hingga 20% dan
18
3. DHL
30
50
78
75
77,9
mho/cm
4. pH
4,1
3,9
3,6
5
4
3,14
Mg/L
Zat
5.
278
194
172
290
243 632
Organik
KMnO4
7. Kalsium
mg/L
4,5
7,347
8. Magnesium mg/L
8,83
2,1
20,9
6,2
0,296
9. Besi
mg/L
0,071
10
Mangan
mg/L
0,015
.
Tabel 5. Karakteristik Air Gmbut dari Berbagai Lokasi Di Sumatera dan
Kalimantan (Lanjutan)
Air Gambut
No Parameter
11. Chlorida
12
SO4
.
13 HCO3
Satuan
Sumse
Riau
Pekanbaru*
18
20,592
mg/L
11,11
5,48
l
162
mg/L
5,1
11,2
109,44
mg/L
51,4
.
Sumber: Puslitbang Permukiman (Anonim, 2010)
19
Pembagian jenis serangan asam dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Tipe Serangan Asam
Karakteristik
Kimia
Referensi
XA1
XA2
Metode Tes
Groundwater (air tanah)
SO42- mg/l
EN 196-2
pH
ISO 4316
CO2 mg/l
prEN
agresif
13577:1999
ISO 7150-1
NH4+ mg/l
atau
XA3
200 dan
600
6,5 dan
3000
<5,5 dan
6000
5,5
4,5
>40 dan
15 dan 40
100
jenuh
15 dan 30
>30 dan 60
300 dan
>1000 dan
>3000 hingga
1000
3000
jenuh
ISO 7150-2
Mg2+
ISP 7980
Referensi
Kimia
Metode Tes
XA1
XA2
XA3
2000 dan
>3000 dan
>12000 dan
3000
>200
12000c
24000
Soil (tanah)
SO42- mg/kga
EN 196-2b
total
Keasaman
ml/kg
DIN 4030-2
Bauman
Gully
praktek
beton itu sendiri. Berdasarkan ACI Guide to Durable Concrete tahun 1992, tanah
gambut dapat mengandung iron sulfide (pyrite) yang selama oksidasi
menghasilkan sulfuric acid.
Pada penelitian ini air gambut yang digunakan memiliki pH = 3,85 4
termasuk kategori serangan asam XA3 yaitu lingkungan agresif kimia tinggi.
Tabel 7. Hasil Uji Air Gambut Rimbo Panjang Pekanbaru
No
Parameter
Satuan
Hasil Uji
A Fisika
1 Warna
Skala TCU
550
2 Kekeruhan
Skala NTU
99,7
3 Daya Hantar Listrik
s/cm
124,9
B Kimia Anorganik
1 pH
3,85
2 Zat Organik sebagai KMnO4
mg/L
328
3 Kesadahan
mg/L
53
Tabel 7. Hasil Uji Air Gambut Rimbo Panjang Pekanbaru (Lanjutan)
No
Parameter
4 Besi (sebagai logam terlarut)
Mangan (sebagai logam
5
terlarut)
6 Khlorida
7 Sulfat
Satuan
mg/L
Hasil Uji
0,8
mg/L
<0,0248
mg/L
mg/L
31
34
Peneliti
Hasil
(Hutapea et
al.,2014)
Mixing
Curing
Water
Air biasa
Water
Larutan
asam
sulfat
dan air
gambut
21
semen OPC+10%POFA
menunjukkan kuat tekan yang
meningkat
Beton yang dibuat dengan air
(Khausik
2
dan Islam,
1995)
Air laut
Air biasa
Peneliti
Hasil
Mixing
Curing
Water
Water
Air laut
Air biasa
Air Gambut
Air biasa
(Kumar,
2000)
(Rosani,
2011)
(Su et al.,
2002)
Air Cuci
dan Air
Tanah
normal
22
Air biasa
(Pradana,
2016)
Air Biasa
Air
gambut
Peneliti
Hasil
Mixing
Curing
Water
Water
(Pandiangan,
2013)
Air biasa,
larutan
Air biasa
asam
sulfat dan
air gambut
23
Senyawa
Satuan
Hasil Uji
SiO
AlO
FeO
CaO
MgO
NaO
KO
MnO
PO
SO
Cu
Zn
Kadar air
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
45,16
15,96
0,47
9,72
1,61
0,05
6,57
0,10
7,77
3,56
0,02
0,02
0,41
24
Metode Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan
Peralatan
Alat yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada tabel berikut:
Tabel 10. Daftar alat yang digunakan
No Alat
1
1 set saringan agregat
Cetakan kubus
2
100x100x100mm
Cetakan silinder
3
150x300mm
Cetakan silinder
4
100x200mm
5
Timbangan
Oven
7
8
9
10
11
12
13
Fungsi
Analisa saringan
Cetakan benda uji
Cetakan benda uji
Cetakan benda uji
Menimbang berata
bahan/benda uji
Mengeringkan
agregat/benda uji
Mengaduk campuran beton
Menakar air
Uji berat jenis
Uji slump
Uji keausan agregat
Berat volume agregat
Tempat cetakan contoh
26
14
15
machine
Ultrasonic pulse
16
F.3
agregat
Curing beton
Bak perendaman
Compression test
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
F.4
berjumlah 270 benda uji. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 100 mm,
tinggi 200 mm sebanyak 135 sampel yg digunakan untuk pengujian kuat tekan,
ultrasonic pulse velocity (UPV) dansitas. Benda uji berbentuk silinder dengan
diameter 150 mm, tinggi 300 mm sebanyak 90 sampel yg digunakan untuk
pengujian kuat tekan, kuat tarik belah dan modulus elastisitas. Benda uji
berbentuk kubus dengan ukuran tinggi 100 mm, lebar 100 mm dan panjang 100
mm sebanyak 45 sampel untuk pengujian porositas
.
Tipe
Semen
OPC
OPC +
POFA 3
5%
27
Densitas
2
8
3
91
3
3
OPC +
POFA 3
10%
OPC +
POFA 3
15%
OPC +
POFA 3
20%
Jumlah
Total
F.5
45
45
45
45
45
45
270
hidrasi semen berlangsung secara sempurna. Proses curing ini berlangsung selama
28 hari dimaksudkan agar benda uji terlebih dahulu matang, setelah itu benda uji
diangkat dari bak perendaman dan di letakkan pada suhu ruang.
F.6
pada setiap sisi ujung benda uji dengan menggunakan alat bantu yang
sesuai, sehingga dapat memastikan bahwa kedua garis tengah tadi berada
dalam bidang aksial yang sama.
4. Meletakkan sebuah pelat atau batang penekan tambahan diatas meja tekan
bagian bawah mesin uji tekan secara simetris,
5.
6.
Atur posisi pengujian hingga tercapai kondisi. Proyeksi dari bidang yang
ditandai oleh garis tengah pada kedua ujung benda uji tepat berpotongan
dengan titik tengah meja penekan bagian atas dari mesin uji. Bila digunakan
pelat atau batang penekan tambahan pada titik tengahnya dan titik tengah
benda uji harus berada tepat di bawah titik tengah meja penekan bagian atas
dari mesin uji.
7.
8.
9.
F.8
G.
Bagan Alir
Bagan alir (flowchart) untuk metode penelitian ini dapat dilihat pada
30