Rpermen Fasyankes PDF
Rpermen Fasyankes PDF
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P.56/Menlhk-Setjen/2015
TENTANG
TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN DARI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
Mengingat
: 1.
Undang-Undang
Perlindungan
Nomor
dan
32
Tahun
Pengelolaan
2009
Lingkungan
tentang
Hidup
-2-
2.
3.
Lingkungan
Hidup
dan
Kehutanan
Kerja
Kementerian
Lingkungan
Hidup
dan
: PERATURAN
MENTERI
LINGKUNGAN
HIDUP
DAN
2.
yang
karena
sifat,
konsentrasi
dan/atau
-3-
lingkungan
hidup,
dan/atau
membahayakan
Limbah
Bahan
Berbahaya
dan
Beracun,
yang
Limbah
B3
cair
adalah
Limbah
cair
yang
virulensi
yang
cukup
untuk
menularkan
7.
untuk
membunuh
dan/atau
berasal
kesehatan
dari
yang
kegiatan
fasilitas
kemungkinan
pelayanan
mengandung
Pengolahan
Limbah
B3
adalah
proses
untuk
-4-
10.
Menteri
adalah
menteri
yang
menyelenggarakan
Menteri
ini
bertujuan
untuk
memberikan
Fasilitas
pelayanan
kesehatan
sebagaimana
Fasilitas
pelayanan
kesehatan
sebagaimana
b.
c.
rumah sakit.
Pasal 4
(1)
b.
benda tajam;
c.
patologis;
d.
e.
radioaktif;
-5-
f.
farmasi;
g.
sitotoksik;
h.
i.
(2)
b.
c.
d.
e.
f.
(1)
Pengurangan
dan
pemilahan
Limbah
B3
-6-
a.
menghindari
penggunaan
material
yang
c.
melakukan
tata
kelola
yang
baik
dalam
melakukan
pencegahan
dan
perawatan
b.
mewadahi
Limbah
B3
sesuai
kelompok
Limbah B3.
(4)
(1)
-7-
(2)
menyimpan
Limbah
B3
di
fasilitas
c.
penggunaan
warna
pada
setiap
kemasan
(3)
Warna
kemasan
dan/atau
wadah
Limbah
B3
b.
c.
d.
cokelat,
untuk
Limbah
bahan
kimia
(5)
a.
b.
c.
-8-
(6)
(7)
ayat
(4)
tercantum
dalam
Lampiran
II
Terhadap
Limbah
Pengurangan
sebagaimana
dan
B3
yang
telah
Pemilahan
dimaksud
dalam
dilakukan
Limbah
Pasal
6,
B3
wajib
Limbah
B3,
dan/atau
2.
90
(sembilan
puluh)
hari,
pada
-9-
2.
Ketentuan
mengenai
Penyimpanan
Limbah
B3
Limbah
B3
untuk
kegiatan
hal
Penghasil
Limbah
B3
tidak
melakukan
Pemegang
izin
Pengelolaan
Limbah
B3
untuk
b.
-10-
c.
(2)
Ketentuan
mengenai
penggunaan
tempat
dimaksud
pada
ayat
(1)
harus
BAB V
PENGANGKUTAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN
Pasal 12
(1)
dihasilkannya
dari
lokasi
Penghasil
Limbah B3 ke:
1.
2.
-11-
b.
Limbah
B3
untuk
Kegiatan
(3)
a.
b.
roda 3 (tiga).
(1)
(2)
b.
dan
tertutup
di
belakang
-12-
1.
2.
tempat
duduk
atau
sadel
pengemudi;
c.
d.
Limbah
B3
wajib
diberi
kemasan
sesuai
(1)
Pasal
persetujuan
13
ayat
(2)
Pengangkutan
harus
mendapatkan
Limbah
B3
yang
provinsi,
dilakukan
jika
Pengangkutan
lintas
Limbah
kabupaten/kota
B3
dalam
(2)
Untuk
mendapatkan
persetujuan
Pengangkutan
-13-
a.
identitas pemohon;
b.
c.
2.
d.
dokumen
yang
menjelaskan
tentang
alat
tujuan
pengangkutan
Limbah
B3
berupa
digunakan
sebagai
depo
pemindahan; dan/atau
2.
(3)
2.
3.
nama,
sumber,
karakteristik,
dan
-14-
5.
6.
berlaku
persetujuan
(4)
(1)
(2)
b.
c.
(1)
huruf
perundang-undangan
mengacu
mengenai
pada
simbol
peraturan
Limbah
b.
c.
d.
-15-
Pasal 16
Ketentuan mengenai kode manifes Limbah B3, format
manifes Limbah B3, dan tata cara pengisian manifes
Limbah B3 dan tata cara pelekatan simbol Limbah B3 pada
alat angkut Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 dan Pasal 15 tercantum dalam Lampiran IV Peraturan
Menteri ini.
BAB VI
PENGOLAHAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA
DAN BERACUN
Pasal 17
(1)
Limbah
B3
untuk
kegiatan
Limbah
B3
untuk
kegiatan
pada
ayat
(1)
huruf
dilakukan
menggunakan peralatan:
a.
(3)
b.
gelombang mikro;
c.
d.
insinerator.
-16-
(4)
Pengolahan
Limbah
B3
secara
termal
sebagaimana
lokasi; dan
b.
peralatan
dan
teknis
pengoperasian
peralatan
b.
kegiatan
Pengolahan
Limbah
B3
-17-
a.
b.
2.
fasilitas
keagamaan
dan
pendidikan;
3.
4.
daerah
cagar
dan/atau
alam,
daerah
hutan
lindung,
lainnya
yang
dilindungi.
(3)
(1)
Persyaratan
untuk
peralatan
kegiatan
menggunakan
Pengelolaan
Pengolahan
peralatan
Limbah
Limbah
sebagaimana
B3
B3
dimaksud
(2)
a.
b.
uji validasi.
-18-
a.
nol
di
dua
atmosfer)
dalam
dengan
autoklaf
waktu
sekurang-
135OC
(seratus
tiga
puluh
lima
derajat
(3)
nol
di
dua
atmosfer)
dalam
dengan
autoklaf
waktu
sekurang-
-19-
b.
135OC
(seratus
tiga
puluh
lima
derajat
(5)
(6)
harus
mampu
membunuh
spora
menggunakan peralatan:
a.
b.
gelombang
mikro
sebagaimana
dimaksud
satu)
spora
per
mililiter
yang
-20-
c.
iradiasi
frekwensi
radio
sebagaimana
terhadap
spora
Bacillus
Hasil
Pengolahan
Limbah
B3
menggunakan
perundang-undangan
mengenai
patologis;
b.
(2)
c.
radioaktif;
d.
farmasi; dan
e.
sitotoksik.
Pengoperasian
peralatan
gelombang
mikro
patologis;
b.
c.
radioaktif;
-21-
d.
farmasi;
e.
sitotoksik; dan
f.
(3)
patologis;
b.
c.
radioaktif;
d.
farmasi; dan
e.
sitotoksik.
Pasal 22
(1)
Persyaratan
untuk
peralatan
kegiatan
Pengelolaan
Pengolahan
Limbah
Limbah
B3
B3
efisiensi
pembakaran
sekurang-kurangnya
temperatur
pada
ruang
bakar
utama
1.000 C
(seribu
derajat
celsius)
memiliki
alat
pengendalian
pencemaran
-22-
e.
belas
meter)
terhitung
dari
bangunan
tertinggi,
jika
terdapat
2.
dan
platform
pengambilan
Persyaratan
untuk
peralatan
kegiatan
Pengelolaan
Pengolahan
Limbah
Limbah
B3
B3
b.
principle
organic
hazardous
berupa
polychlorinated
biphenyls;
dan/atau
2.
-23-
a)
polychlorinated
dibenzofurans;
dan/atau
b)
polychlorinated
dibenzo-p-
dioxins,
efisiensi penghancuran dan penghilangan
harus
memenuhi
nilai
paling
sedikit
ribu
sembilan
ratus
sembilan
temperatur
pada
ruang
bakar
utama
f.
memiliki
alat
pengendalian
pencemaran
empat
meter)
terhitung
dari
bangunan
tertinggi,
jika
terdapat
50
(lima
puluh
meter)
dari
insinerator;
h.
2.
dan
platform
pengambilan
-24-
i.
(3)
sitotoksik,
wajib
dioperasikan
pada
kegiatan
Pengolahan
menggunakan
peralatan
berdasarkan
peraturan
Limbah
insinerator
B3
dilakukan
perundang-undangan
peralatan
insinerator
sebagaimana
Limbah B3 radioaktif;
b.
c.
Limbah B3 merkuri.
Pasal 24
Tata cara Pengolahan Limbah B3 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 23 tercantum dalam
Lampiran V Peraturan Menteri ini.
-25-
BAB VII
PENGUBURAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN
BERACUN
Pasal 25
(1)
B3
terhadap
Limbah
B3
yang
dihasilkannya.
(2)
(3)
a.
patologis; dan/atau
b.
benda tajam.
Penguburan
Limbah
B3
patologis
sebagaimana
menguburkan
Limbah
B3
di
fasilitas
c.
setiap
lapisan
Limbah
B3
yang
B3
yang
dikubur;
d.
melakukan
dikubur; dan
pencatatan
Limbah
-26-
e.
melakukan
perawatan,
pengamanan,
dan
menguburkan
Limbah
B3
di
fasilitas
melakukan
pencatatan
Limbah
B3
yang
dikubur; dan
c.
(5)
benda
tajam
tidak
terdapat
fasilitas
bebas banjir;
b.
c.
d.
diberikan
pagar
pengaman
dan
papan
penanda
-27-
Pasal 27
(1)
Hidup
berkoordinasi
dengan
kabupaten/kota
instansi
yang
setelah
bertanggung
Kepala
Instansi
Lingkungan
Hidup
identitas pemohon;
b.
c.
pernah
mengikuti
pelatihan
Pengelolaan
memiliki
pengalaman
dalam
Pengelolaan
Limbah B3.
d.
e.
(3)
disetujui,
Kepala
Instansi
Lingkungan
Hidup
Limbah
B3
yang
paling
sedikit
-28-
1.
identitas
Penghasil
Limbah
B3
yang
3.
4.
5.
masa
berlaku
persetujuan
penguburan
Limbah B3.
b.
ditolak,
kepala
Instansi
Lingkungan
Hidup
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
27
Penimbunan
Limbah
B3
sebagaimana
dimaksud
b.
-29-
(3)
penimbunan saniter;
b.
c.
Limbah
B3
untuk
kegiatan
Sebelum
dilakukan
sebagaimana
penimbunan
dimaksud
pada
ayat
di
(3)
fasilitas
huruf
(5)
a.
enkapsulasi; dan/atau
b.
inertisasi.
Prosedur
enkapsulasi
dan/atau
inertisasi
Lokasi
dan
fasilitas
Penimbunan
Limbah
B3
dan
huruf
sebagaimana
harus
diatur
memenuhi
dalam
peraturan
persyaratan
perundang-
persampahan
dalam
penanganan
sampah
peraturan
perundang-undangan
mengenai
-30-
Pasal 31
(1)
b.
(2)
identitas pemohon;
b.
c.
d.
(3)
disetujui,
Kepala
menerbitkan
Instansi
surat
Lingkungan
persetujuan
Hidup
penimbunan
identitas
Penghasil
Limbah
B3
yang
-31-
3.
4.
kewajiban
pemegang
surat
persetujuan
masa
berlaku
persetujuan
Penimbunan
Limbah B3.
b.
ditolak,
Kepala
Instansi
Lingkungan
Hidup
b.
(1)
Setiap
Penghasil
Limbah
B3
harus
menjamin
Penjaminan
perlindungan
personel
sebagaimana
b.
c.
imunisasi;
-32-
d.
(3)
e.
f.
Ketentuan
personel
mengenai
penjaminan
sebagaimana
dimaksud
perlindungan
pada
ayat
(2)
Pengolahan
Limbah
B3
secara
termal
harus
membuat
catatan
dan
menyampaikan
laporan
dengan
tembusan
kepada
gubernur
dan
b.
sumber,
nama,
karakteristik,
jumlah
dan
waktu
dan
waktu
sumber,
timbulan
nama,
karakteristik,
Limbah B3
jumlah
hasil
-33-
Pasal 36
Pengolahan Limbah B3 yang diolah di instalasi pengolahan
air limbah wajib memenuhi baku mutu air limbah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan mengenai baku
mutu air limbah dari usaha dan/atau kegiatan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Pasal 37
(1)
Fasilitas
pelayanan
kesehatan
yang
melakukan
(1)
Limbah
B3
yang
melakukan
sendiri
b.
spuit bekas;
c.
d.
(2)
pengosongan;
b.
pembersihan;
c.
desinfeksi; dan
d.
-34-
(3)
Pengosongan
dan
pembersihan
sebagaimana
b.
(tiga)
kali
di
fasilitasnya
dengan
menggunakan:
1.
pelarut
yang
sesuai
dengan
sifat
zat
2.
teknologi
lain
yang
setara
yang
dapat
dengan
peraturan
perundang-undangan
(6)
(1)
bupati/walikota
mengenai
pelaksanaan
-35-
(2)
Kepala
03/BAPEDAL/09/1995
Bapedal
tentang
Nomor:
Kep
Persyaratan
Teknis
-36-
Pasal 42
Peraturan
Menteri
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan.
Agar
setiap
pengundangan
orang
mengetahuinya,
Peraturan
Menteri
memerintahkan
ini
dengan
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 November 2015
MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Ttd.
SITI NURBAYA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 April 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 598
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI,
KRISNA RYA
-37-