Oleh:
HAKIMUDIN
NIP : 19810717 200902 1002
NUPTK : 1049 7596 6220 0023
TAHUN 2010
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh kesulitan guru dalam pembelajaran
matematika. Kurangnya kemampuan guru dalam merancang dan menerapkan
metode, menjadi kendala dalam keberhasilan anak dalam proses belajar matematika.
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran matematika dengan menggunakan Metode Pemecahan Masalah. Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Hasil belajar siswa dalam
menyelesaikan soal cerita materi pokok perbandingan dan skala sebelum
menggunakan metode pemecahan masalah, 2) Aktivitas siswa selama proses
pembelajaran pada pembelajaran matematika dengan menerapkan metode
pemecahan masalah, 3) Hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi
pokok perbandingan dan skala setelah menggunakan metode pemecahan masalah.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
( Classroom Action Research ), proses penelitian dilakukan sebanyak dua siklus yang
sebelumnya melakukan tindakan tahap pra siklus, setiap siklusnya meliputi 4 tahap
yaitu : 1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan, 3) tahap observasi, 4) tahap
refleksi.
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian terlihat adanya peningkatan,
ini terlihat dari hasil jawaban siswa pada lembar kerja siswa dan terjadinya
peningkatan dalam keaktifan siswa dalam hal tanya jawab dikelas dan cara berpikirnya
lebih aktif dan kritis. Demikian juga hasil belajar dari setiap tindakan menunjukan
peningkatan, yakni nilai rata-rata tes pada tindakan pertama adalah 5,38 dan nilai
rata-rata tes tindakan kedua 6,61 sedangkan pada tahap pra siklus nilai rata-ratnya
adalah 4,67. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
pemecahan masalah pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar berdasarkan
hasil penelitian ternyata dapat meningkatkan hasil belajar matematika dan seyogyanya
para guru dapat mencoba menerapkan metode ini agar siswa aktif dan termotivasi
dalam belajar matematika.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga Laporan PTK yang berjudul Penerapan Metode Pemecahan Masalah Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Kelas VI di
SDN Purwajaya III Tahun Ajaran 2010/2011. Laporan PTK ini dapat terselesaikan
sebagai salah satu tagihan Program KKG BERMUTU Gugus III Tempuran
Karawang.
Penulisan PTK ini dapat dilaksanakan atas bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Muhtar Jayapermana,SPd., selaku Kepala SDN Purwajaya III
2. Bapak Kusnawa,A.Ma.Pd.SD sebagai ketua KKG Gugus III Tempuran.
3. Seluruh rekan guru di SDN Purwajaya III dan KKG Gugus III.
4. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pelaksanaan dan penyusunan
laporan PTK ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis dan perkembangan ilmu pendidikan.
Karawang, 1 April 2011
Penulis
HAKIMUDIN
NIP. 19810717 200902 1002
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Metode Penelitian
F. Lokasi dan Subjek Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
1. Hakikat Pembelajaran
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran
3. Hakikat matematika
4. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
B. Metode Pemecahan Masalah
1. Masalah
2. Pengertian Metode Pemecahan Masalah.
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemecahan Masalah
4. Pemecahan Masalah dalam Soal Cerita
C. Materi Pembelajaran
D. Implementasi Pembelajaran
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
1
1
3
4
4
5
5
7
7
7
10
12
14
22
22
25
29
29
31
31
33
33
34
37
39
41
45
45
46
47
48
48
B. Hasil Penelitian
1. Siklus I (Tindakan Pertama)
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
c. Analisis, Refleksi dan Revisi Proses Pembelajaran
Siklus Pertama
1). Analisis
2). Refleksi dan Revisi
2. Siklus II
a. Perencanaan
b. Pelaksaanaan dan Tindakan Observasi
c. Analisis,Refleksi dan Revisi Proses Pembelajaran Siklus
Ke II
1). Analisis
2). Refleksi
C. Pembahasan
52
52
52
53
53
56
56
56
58
60
60
62
64
64
DAFTAR PUSTAKA
66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
68
RIWAYAT HIDUP
85
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VI
DI SDN PURWAJAYA III TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh:
HAKIMUDIN
NIP : 19810717 200902 1002
NUPTK : 1049 7596 6220 0023
Guru Pemandu
Guru Pembimbing
K U S N A W A, A.Ma.Pd.SD
NIP : 19680810 200701 1019
C A R M I N A H, S.Pd.
NIGBDT : 5151423
Kepala
SDN Purwajaya III
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
RPP pra-PTK
LKS pra-PTK
Jawaban LKS pra-PTK
Lampiran 2
RPP Siklus I
LKS Siklus I
Jawaban LKS Siklus I
Lampiran 3
RPP Siklus II
LKS Siklus II
Jawaban LKS Siklus II
Lampiran 4
Lembar Observasi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1
45
4.2
46
4.3
47
Kelamin
4.4
47
4.5
49
(Sebelum Penelitian)
4.6
50
4.7
51
Masalah
4.8
54
4.9
54
siklus I
4.10
55
4.11
58
Siklus II
4.12
58
siklus II
4.13
59
4.14
61
4.15
61
DAFTAR GAMBAR
Gambar
halaman
3.1
34
4.2
50
4.3
54
4.4
59
4.5
62
BAB I
PENDAHULUAN
dalam arti setiap pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik harus benarbenar dikuasai oleh guru.
Mata pelajaran matematika adalah salah satu bidang studi yang dipelajari di
sekolah dasar dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pada pembelajaran matematika di
SDN Purwajaya III di kelas VI sering mengalami hambatan dan kesulitan terutama
dalam pencapaian hasil belajar yang diharapkan. Hambatan dan kesulitan tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor anatara lain :
1. Masih banyak siswa yang menganggap bahwa matematika tidaklah lebih dari
sekedar berhitung dan bermain dengan rumus dan angka-angka. Selain itu juga
pelajaran matematika dianggap hal yang memusingkan, dan pelajaran matematika
dianggap sangat sulit, sehingga menimbulkan minat yang rendah terhadap
pelajaran matematika.
2. Masih banyak siswa yang hanya menerima begitu saja pengajaran matematika
disekolah tanpa mempertanyakan mengapa dan untuk apa matematika itu
diajarkan.
3. Kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan
berfikir siswa atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran yang bermakna.
4. Kurangnya ketersediaan alat peraga dalam mendukung proses kegiatan
pembelajaran.
5. Metode yang digunakan kurang bervariasi, akibatnya motivasi belajar siswa
menjadi sulit ditumbuhkan.
Faktor-faktor yang menghambat dalam hasil pencapaian hasil belajar dapat
dilihat dari hasil wawancara dan observasi peneliti terhadap para siswa kelas VI SDN
Purwajaya III. Menurut keterangan yang diperoleh dari hasil evaluasi soal cerita pada
materi pokok perbandingan dan skala rata-rata nilai adalah 4,67 bahkan ada siswa
yang mendapatkan nilai 3,0. dapat disimpulkan bahwa prestasi siswa pada pelajaran
matematika khususnya pada pokok bahasan soal cerita masih tergolong rendah
karena masih dibawah standar ketuntasan minimal yaitu 6,0.Dalam penelitian kali ini
metode pembelajaran yang diterapkan adalah Metode Pemecahan Masalah. Dengan
diadakannya perubahan ini maka diharapkan dapat membuat proses pembelajaran
matematika berjalan secara aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan dari hasil pemikiran dan observasi pendahuluian di SDN
Purwajaya III, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan mengambil
judul Penerapan Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Kelas VI di SDN Purwajaya III Tahun
Pelajaran 2010/2011).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan pada latar belakang masalah, rumusan masalah yang
diangkat dalam kajian ini adalah Apakah metode pemecahan masalah dapat
meningkatkan pemahaman matematika di sekolah dasar?
Dengan lebih rinci rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana hasil pembelajaran matematika siswa kelas VI SDN Purwajaya III
sebelum Menggunakan metode pemecahan masalah?
2. Bagaimana aktivitas siswa kelas VI SDN Purwajaya III dalam proses
pembelajaran menggunakan metode pemecahan masalah?
3. Bagaimana hasil pembelajaran matematika siswa kelas VI SDN Purwajaya III
setelah menggunakan metode pemecahan masalah?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat keberhasilan
penerapan metode pemecahan masalah terhadap peningkatan pemahaman
matematika sekolah dasar.
Secara rinci tujuan yang dimaksud adalah ingin mengetahui tentang:
1. Hasil belajar siswa kelas VI SDN Purwajaya III dalam menyelesaikan soal cerita
sebelum menggunakan metode pemecahan masalah.
2. Aktivitas kelas VI SDN Purwajaya III selama proses pembelajaran pada
pembelajaran matematika dengan menerapkan metode pemecahan masalah.
3. Hasil belajar siswa kelas VI SDN Purwajaya III dalam menyelesaikan soal cerita
setelah menggunakan metode pemecahan masalah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh manfaat yang dapat diajukan
dalam penerapan metode pemecahan masalah matematika sekolah dasar. Manfaat
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Manfaat Teoritis
a. Agar dari hasil penelitian ini dapat disajikan sebagai bahan bacaan yang
bermanfaat bagi yang membaca.
b. Sebagai literatur atau kajian pustaka bagi para peneliti yang lain.
c. Sebagai pedoman untuk penelitian selanjutnya.
2.
Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah agar hasil dari penelitian ini dapat
diterapkan di lembaga-lembaga baik itu lembaga formal dan non formal.
Lembaga formal misalnya Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), SMP
yang sederajat dan SMA yang sederajat. Lembaga non formal misalnnya kursuskursus, kejar paket dan PKBM.
E. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat melakukan perbaikan pembelajaran, oleh karena itu
metode yang dianggap tepat adalah metode penelitian tindakan kelas (Classsroom
Action research) yaitu studi sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki
praktik-praktik pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari
tindakan tersebut (Kasbolah K, 1998/1994:14), sedangkan pendekatannya digunakan
kualitatif dan kuantitatif yakni suatu penelitian yang mendasarkan diri pada fakta dan
analisis perbandingan, bertujuan untuk mengadakan generalisasi empirik, menetapkan
konsep-konsep membuktikan teori dan mengembangkan serta pengumpulan data
dan analisis datanya berjalan dalam waktu yang bersamaan (Nazir, 1999:68).
Metode penelitian tindakan kelas atau dalam bahasa aslinya Classroom action
research yang dilaksanakan di SDN Purwajaya III bersifat perbaikan pembelajaran.
Perbaikan pembelajaran yang dimaksud adalah perbaikan pembelajaran matematika
dalam pemahaman pokok bahasan Perbandingan dan skala dalam bentuk soal cerita.
Karena bersifat perbaikan, tentu saja pelaksanaan pembelajaran tidak hanya cukup
satu kali saja melainkan diperlukan berulang-ulang dari siklus yang satu ke siklus
berikutnya sehingga hasil pembelajaran tersebut dapat optimal
F. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Tempat penelitian dilakukan di SDN Purwajaya III yang beralamat di Dusun
Pulogebang Desa Purwajaya Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan dibahas menngenai : (A) Pembelajaran Matematika di
Sekolah Dasar; (B) Metode Pemecahan Masalah; (C) Materi dan Bahan Ajar; (D)
Implementasi Pembelajaran
A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
1. Hakikat Pembelajaran
Sebagian besar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan
belajar. Belajar selalu berkenaan dengan pengalaman dan perubahan-perubahan pada
diri orang yang belajar. Didalam proses pembelajaran di sekolah, baik sekolah dasar,
menengah maupun perguruan tinggi. Belajar merupakan kegiatan pokok dan penting.
Artinya, berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung bagaimana
proses pembelajaran dilakukan.
Belajar menurut Witherington adalah suatu perubahan di dalam kepribadian
yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian (Purwanto, 2004: 84).
Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar
berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap
dan nilai. Belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi
internal dan hasil belajar (Dimyati, 2002 : 10).
Peristiwa belajar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Salah satu sudut
pandang adalah mengaitkan peristiwa belajar dengan proses berpikir. Sudut pandang
tersebut berasal dari pandangan psikologi kognitif . Perilaku belajar memiliki lima
unsur atau dimensi yaitu sikap dan persepsi positif terhadap belajar, memperoleh dan
mengintegrasikan
pengetahuan,
memperluas
memperbaiki
pengetahuan,
didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan
guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru
dengan peserta didik. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam prilaku
atau potensi prilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari
ranah kognitif
pengetahuan saja. Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada
keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat situasi sesaat, seperti
perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk dan sebagainya. Perubahan tidak harus
langsung mengikuti pengalaman belajar. Perubahan yang segera terjadi tidak dalam
bentuk prilaku, tapi terutama hanya dalam potensi seseorang untuk berprilaku.
Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan
perubahan serta-merta akibat refleks atau prilaku instinktif. Perubahan akan lebih
mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa ganjaran yang diterima berupa
hadiah atau hukuman akibat adanya perubahan prilaku tersebut.
Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam
arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan
mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar
proses belajar lebih memadai. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang
dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai
yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui
pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya,
motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya dan lain
sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran
merupakan modal utama penyampaian bahan ajar dan menjadi indikartor suksesnya
pelaksanaan pembelajaran. Bahan pelajaran dalam proses pembelajaran hanya
merupakan perangsang tindakan pendidik atau guru juga hanya merupakan tindakan
memberikan dorongan dalam belajar yang tertuju pada pencapaian tujuan belajar.
Antara belajar dan mengajar dengan pendidikan bukanlah sesuatu yang terpisah atau
bertentangan. Justru proses pembelajaran adalah merupakan aspek yang terintegrasi
dari proses pendidikan. Hanya saja sudah menjadi kelaziman
bahwa proses
materi, mudah dimengerti dan berlangsung dua arah hingga bisa diketahui sejauh
mana siswa dapat menyerap materi yang telah disampaikan. Tetapi dari paparan
diatas terdapat dua faktor yang mungkin dianggap sukses jika kita melakukannya
yaitu:
a. Lingkungan sekitar
Termasuk didalamnya adalah orangtua, Guru dan teman. Walaupun tentu
saja kecerdasan anak sendiri sangat mempengaruhi kesuksesan dalam belajar, namun
karena hal tersebut adanya di dalam dan bukan faktor luar maka hal itu tidak
disertakan dalam faktor lingkungan sekitar. Peran orang tua dan guru sangat penting
dalam pendidikan anak atau murid-muridnya, tetapi pertanyaannya adalah bagaimana
mengembangkan sikap yang independen dan kreatif dalam proses belajar dan bukan
hasil instan yang hanya berhasil bila ada pengawasan dari orang tua atau guru. Jika
orang tua turut serta dalam perkembangan belajar anak anaknya bukan tidak mungkin
si anak akan mengalami keadaan dimana ia dapat mengembangkan akal dan
pikirannya dalam belajar, suasana belajar di rumah yang diciptakan para orang tua
dapat mendukung kemauan anak untuk belajar dan dapat dipastikan hasilnya akan
sangat memuaskan.
Begitupun peran guru di sekolah juga sangat penting dalam meningkatkan
kemauan belajar anak-anak. Seorang guru dapat memotivasi dan memberikan
pengarahan kepada anak-anak bagaimana cara belajar yang baik dan mengembangkan
potensi lebih yang terdapat pada anak. Sebagai guru adalah sebuah kebanggaan
tersendiri yang tak akan hilang bila berhasil membimbing anak dalam studi dan
menjadikannya sukses. Bahkan guru, akan rela berusaha semaksimal mungkin dan
melakukan apa saja demi membantu anak sukses dalam studinya. Tapi bagaimana
suatu konsep, dengan adanya definisi orang dapat membuat ilustrasi atau gambar
atau lambang dari konsep yang dimaksud.
b. Prinsip, merupakan objek matematika yang komplek. Prinsip dapat terdiri atas
beberapa konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi atau operasi, dengan kata lain
prinsip adalah hubungan antara berbagai objek dasar matematika. Prisip dapat
berupa aksioma, teorema dan sifat.
c. Operasi, merupakan pengerjaan hitung, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan
matematika lainnya, seperti penjumlahan, perkalian, gabungan, irisan. Dalam
matematika dikenal macam-macam operasi yaitu operasi unair, biner, dan terner
tergantung dari banyaknya elemen yang dioperasikan. Penjumlahan adalah operasi
biner karena elemen yang dioperasikan ada dua, tetapi tambahan bilangan adalah
merupakan operasi unair karena elemen yang dipoerasika hanya satu (Soedjadi,
2000:12-15).
4. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya tujuan pengajaran, atau
yang sudah umum dikenal dengan tujuan instruksional. Bahkan ada juga yang
meyebutnya pembelajaran.
Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas mengajar dan aktivitas
belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan guru dalam konteks mengupayakan
terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara belajar dan mengajar. Jalinan
komunikasi ini menjadi indikator suatu aktivitas atau proses pengajaran yang
berlangsung dengan baik.
a. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksprimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,
konsisten dan ekonsisten.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu,
mebuat prediksi serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d. Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,
grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan (DPN,2003:11 ).
Melatih cara berfikir dan bernalar dalam pembelajaran matematika
sangatlah penting. Meskipun pola pikir ini penting, namun dalam pembelajaran
matematika terutama pada jenjang SD dan SLTP masih diperlukan pola pikir
deduktif, sedangkan jenjang sekolah menengah penggunaan pola pikir induktif dalam
penyajian suatu topik sudah semakin dikurangi. Di samping cara berpikir, dalam
proses pembelajaran siswa juga dilatih untuk mengembagkan kreatifitasnya melalui
imajinasi dan intuisi. Setiap siswa punya kemampuan yang berbeda-beda dalam
memandang suatu permasalahan yang dikembangkan, inilah yang disebut dengan
pemikiran divergen yang perlu terus dikembangkan.
Berdasarkan penjelasan tujuan pengajaran di atas dapat dimengerti bahwa
matematika itu bukan saja dituntut sekedar menghitung, tetapi siswa juga dituntut
agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah dalam hidup ini. Masalah itu baik
mengenai matematika itu sendiri maupun masalah dalam ilmu lain, serta dituntut
suatu disiplin ilmu yang sangat tinggi, sehingga apabila telah memahami konsep
matematika secara mendasar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan
konsisten serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam
menyelesaikan masalah (Depdiknas, 2003 : 6).
Berpijak dari uraian di atas, maka di Sekolah Dasar, khususnya kelas VI
terlebih dahulu siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda sehingga
keaktifan siswa dalam proses belajar terjadi secara penuh. Bruner dalam Ruseffendi
(1994 : 109-110) mengemukakan bahwa dalam proses belajar siswa melewati 3 tahap
yaitu :
a. Tahap enaktif
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek.
b. Tahap ikonik
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan mental, yang
merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
c. Tahap simbolik
Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan
terhadap objek real.
b. Kesulitan Belajar Matematika di Sekolah Dasar
Pada umumnya kesulitan merupakan kondisi tertentu yang ditandai dengan
adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga
memerlukan usaha yang lebih berat lagi untuk dapat mengatasinya. Kesulitan belajar
dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk menghasilkan hasil belajar. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah keadaan dimana
siswa mengalami hambatan dalam belajar, sehingga tidak memenuhi harapan-harapan
yang diinginkan dalam berbagai jenis mata pelajaran termasuk matematika.
Kesulitan-kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh masalah karakteristik
Matematika, masalah siswa, ataupun masalah guru.
a. Faktor Endogen
Faktor endogen adalah faktor yang datang dari dalam diri anak itu sendiri.
1). Biologis
Faktor penghambat biologis adalah faktor yang secara langsung berhubungan
dengan jasmani anak, seperti kesehatan, cacat badan, dan sebagainya.
2). Psikologi
Faktor penghambat psikologi adalah faktor yang berhubungan dengan
kejiwaan atau rohani yang berupa IQ, motivasi, intelegensi, perhatian, minat,
bakat, dan emosi.
b.
Faktor Eksogen
Faktor eksogen adalah faktor yang datang dari luar maupun dalam diri anak itu
sendiri.
1). Faktor lingkungan keluarga
Contohnya : orang tua, suasana rumah dan keadaan sosial ekonomi.
2). Faktor lingkungan sekolah
a) Interaksi guru dan siswa
Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa menyebabkan proses belajar
matematika itu kurang lancar. Siswa merasa ada jarak dengan guru, maka
mereka akan sulit untuk berpartisapasi aktif kegiatan belajar matematika.
b) Metode belajar mengajar
Dalam kegiatan belajar, siswa menggunakan cara belajar yang keliru, yaitu
bila besok ada ulangan barulah mereka belajar terus menerus dari siang
sampai malam yang biasa disebut dengan sistem wayangan. Dalam metode
pengajaran, kesalahan guru dalam pemilihan metode yang tidak tepat dalam
kehidupan
sehari-hari
dan
didalam
mempelajari
berbagai
ilmu
pengetahuan.
Selain itu, pemilihan metode pengajaran yang tepat bagi guru merupakan
salah satu tindakan mengatasi kesulitan siswa SD dalam menyelesaikan soal-soal
matematika. Hal ini mengingat bahwa metode pengajaran merupakan komponen
yang sangat penting dan membantu guru dalam proses belajar mengajar.
Dengan menggunakan metode pemecahan masalah dapat mendorong siswa
untuk mencari dan memecahkan persoalan-persoalan. Pemecahan secara instinkif
merupakan bentuk tingkah laku yang tidak dipelajri, seringkali berfaedah dalam situsi
yang luar biasa.
seseorang , jika orang itu mempunyai aturan atau hukum tertentu yang segera dapat
digunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Ini berarti pertanyaan
tersebut tidak dapat
dipelajari pada matematika. Sebagai guru perlu memberikan kesempatan pada siswa
untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan bermacam-macam keterampilan
dan prosedur matematik.
Masalah proses biasanya untuk menyusun langkah-langkah merumuskan
pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan masalah. Masalah semacam ini
memberikan kesempatan kepada siswa sehingga daalam diri siswa terbentuk
keterampilan menyelesaikan masalah
memperoleh
pengalman
menggunakan
pengetahuan
serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan yang penting seperti
penerapan
aturan
pada
masalah
tidak
rutin,
penemuan
pola,
terselesaikannya masalah yang dihadapi secara logis, struktur, cermat dan tepat.
Kemampuan
kognitif
siswa
akan
berkembang
selaras
dengan
kematangannya dan akan berkembang dengan baik dan cepat jika dalam belajarannya
sering dihadapkan terhadap permasalahan kehidupan seharri-hari. Guru harus
menyadari bahwa kemampuan manusia itu terbatas dan tidak sama irama
perkembangan mentalnya, maka dari itu sebagai guru harus menyesuaikan pemberian
materi pelajaran dengan kemampuan-kemampuan siswa-siswanya, seperti belajar dari
hal-hal konkrit menuju abstrak, dari sederhana ke kompleks dan dari mudah kesulit.
Siswa diajak menyelesaikan pemecahan masalah dari satu langkah
kepenyelesaian masalah yang membutuhkan banyak langkah yang disertai
kemampuan memahami dan menangkap lebih banyak variabel dan faktor dalam
suatu masalah.
Tidak ada cara yang pasti bagaimana cara melatihkan pemecahan masalah
kepada siswa, namun ada petunjuk yang dapat membatu guru dalam membelajarkan
siswanya kearah penggunaan pendekatan pemecahan masalah matematika, agar siswa
belajarnya terarah dan mendapat hasil yang baik.
Langkah-langkah untuk membantu siswa dalam penyelesaian masalah
seperti yang telah dibahas sebelumnya beberapa keterampilan untuk meingkatkan
kemampuan memecahkan masalah antara lain adalah: memahami masalah
merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana, dan
melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan
Memahami soal yaitu dengan cara guru memberi masalah dalam bentuk soal
setiap hari, baik dalam jam pelajaran matematika maupun pada mata pelajaran lain
secara terpadu. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menjelaskan kata atau ungkapan operasi hitung yang digunakan, seperti berikut:
1). Penjumlahan: digabungkan, disatukan, dijadikan satu wadah, dijumlahkan,
dimasukan dan pengulangan suatu kegitan.
2). Pengurangan: selisih atau beda, dikurangi atau berkurang, diambil, dipisahkan,
dan dibagikan.
3). Perkalian: digandakan sebanyak. kali, setiap terdiri dari., kegiatan yang
berulang-ulang (dalam jumlah yang sama).
b. Memilih strategi pemecahan yaitu, pendekatan atau strategi pemecahan masalah
banyak sekali alternatif yang harus kita pakai, hal tersebut didasarkan pada jenis
masalah atau soal. Strategi tersebut adalah : membuat tabel,membuat gambar,
menduga, mencoba memperbaiki, mencari pola, mennggunakan penalaran,
menggunakan variabel, menggunakan persamaan, menggunakan algoritma,
menggunakan sifat-sifat bilangan, menggunakan informasi yang diketahui untuk
mengembangkan informasi baru dan lain-lain.
Bagi siswa yang belum berpikir abstrak pendekatan dengan membuat
gambar lebih dahulu akan sangat membantu. Hal tersebut dapat dilakukan secara
konkrit atau dengan gambaran objek yang dimaksud. Setelah itu berkembang kepada
strategi-strategi lain yang memungkinkan suatu masalah dapat diselesaikan secara
matematis, seperti membuat variabel, membuat persamaan, menggunakan logika dan
lain-lain.
Menyelesaikan masalah, Dalam menyelesaikan masalah matematika siswa
dituntut untuk trampill menggunakan pengetahuannya tentang konsep-konsep dasar
matematika beserta aturan-aturan yang ia ketahui sewaktu mengerjakan latihanlatihan soal.
yang telah dipelajarinya sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik
yang serupa atau mirip ataupun sudah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan yang
terjadi. Kegiatan belajar dikatakan berhasil, jika siswa dapat mengakomodasi dan
mengkonstruksi pengetahuannya untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
dan lebih jauh lagi dapat dijadikan dasar dalam menyelesaikan permasalahan
kehidupan. Mengakomodasi berarti tersimpan dalam memori otak yang relatif lama,
sedangkan mengkonstruksi berarti membangun pengetahuan baru dari hasil belajar
sebelumnya.
Seorang guru dalam mengajarkan matematika dapat memilih pendekatan
sesuai dengan kehiduan siswa, agar siswa tidak asing lagi antara kaitan matematika
dengan kehidupan sehari-harinya. Pendekatan yang demikian sering disebut
pendekatan matematika realistik dengan karakteristik menggunakan konteks dunia
nyata, model-model, produksi dan kontruksi siswa, interaktif dan keterkaitan. Dengan
demikian pendekatan belajar matematika dengan soal-soal cerita dapat dikatakan
pendekatan belajar matematika realistik apabila soal-soal cerita tersebut sudah dikenal
siswa karena guru membawa siswa kearah situasi yang sudah dikenal dan siswa dapat
membayangkan situasi atau kondisi yang diceritakan.
Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan soal
cerita Sutawidjaja (1992/1993) mengarahkan kepada pendekatan model dan
pendekatan terjemahan (translasi), seperti berikut ini:
a. Pendekatan model, dalam pendekatan ini siswa membaca atau mendengarkan
soal cerita kemudian siswa mencocokkan situasi yang dihadapi itu dengan model
yang sudah mereka pelajari sebelumnya.
b. Pendekatan terjemahan (Translasi), kegiatan pembelajaran ini melibatkan siswa
pada membaca kata demi kata dan ungkapan demi ungkapan dari soal cerita yang
dihadapinya, untuk kemudian menterjemahkan kata-kata dan ungkapanungkapan ini kedalam kalimat matematika.
C. Materi Pembelajaran
Perbandingan dan Skala
1. Perbandingan
Menyelesaikan masalah yang melibatkan perbandingan.
Contoh : Perbandingan umur Aris dan Fani 2:3. Jika umur Aris 12 tahun, berapa
tahun umur Fani ?
2. Skala
Menyelesaikan masalah yang melibatkan skala.
Contoh : Jarak kota Karawang ke kota Bandung dalam peta 15 cm. Skala peta
1:5.000.000. Berapa km jarak antara kota Karawang dan kota Bandung
sesungguhnya ?
D. Implementasi Pembelajaran
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam penyelasaian soal cerita, guru
memberikan bimbingan. Adapun bimbingan yang diberikan yaitu:
1. Pemberian tes awal yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa memahami materi yang akan disampaikan.
2. Penggunaan metode yang tepat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita. Dalam hal ini metode yang digunakan yaitu metode
pemecahan masalah.
3. Penggunaan media yang tepat. Adapun media yang digunakan adalah peta, atlas,
penggaris dan buku berpetak.. Guru memberikan soal cerita kepada siswa yang
berkaitan dengan pengalaman yang sudah dimilikinya. Hal ini dapat melibatkan
siswa secara langsung dalam penyelesaian soal tersebut.
4. Guru menjelaskan kepada siswa tentang cara penyelesaian cerita. Setelah guru
mengetahui bahwa siswa kurang mampu menyelesaikan yang diberikan sebagai
tes awal, guru menjelaskan carapenyelesaian soal tersebut dengan langkah-langkah
sebagai berikut: menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanya, pengerjaanya
dan cara mengkomunikasikan hasilnya.
Contoh : Perbandingan jumlah tabungan Tiyan dan Tya adalah 4:6. Jumlah
tabungan keduanya adalah Rp.2.400.000,-. Berapakah masing-masing jumlah
tabungan mereka ?
Jawab :
Langkah 1 : Jumlahkan kedua angka perbandingan = 4+6 = 10.
Langkah 2 : Kemudian cari jumlah tabungan masing-masing dengan
membandingkan
angka
perbandingannya
dengan
jumlah
kedua
angka
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat melakukan perbaikan pembelajaran. Oleh karena itu,
metode yang tepat untuk digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (Class
Room
Gambar 3.1
Pelaksanaan Siklus Tindakan Kelas
Perencanaan
Refleksi I
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi II
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
dst
B. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk siklus. Metode siklus
yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk spiral yang dikembangkan oleh
Kemmis dan taggart, yang mengemukakan bahwa penelitian dibagi ke dalam empat
tahap, yaitu sebagai berikut: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksaanaan, (3) tahap
observasi dan (4) tahap refleksi.
Secara operasional tahap-tahap kegiatan penelitian dalam setiap siklus dapat
dilaksanakan sebagi berikut:
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap persiapan ini adalah kegiatan refleksi awal dengan mengarahkan
segala upaya dalam mempersiapkan perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada
siklus. Kegiatan perencanaan diawali dengan merencanakan ide penelitian kemudian
ditindaklanjuti dengan pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal l8 Januari 2011. kegiatan ini merupakan kegiatan pendahuluan yang
Siklus I
a. Setelah melakukan kegiatan observasi awal dalam rangka penjajakan untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan dijadikan dan dilakukan
tindakan, maka dibuatlah rencana tindakan I dengan merumuskan persiapan
pembelajarannya.
b. Pelaksanaan tindakan I. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan
tindakan-tindakan dalam bentuk intervensi terhadap pelaksanaan kegiatan yang
menjadi tugas sehari-hari.
c. Melakukan pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan
melakukan pengamatan terutama pada aktivitas belajar siswa selama menerapkan
metode pemecahan masalah. Pada tahap ini secara lebih operasional adalah untuk
mengenal, merekam dan mendokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan
hasil dan proses pelaksanaan tindakan ataupun akibat dari pelaksanaan tindakan.
d. Melakukan pengamatan terhadap hasil pembelajaran dengan melihat aktivitas
belajar siswa. Kegiatan pengamatan ini dilakukan adalah untuk melihat apakah
selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menerapkan metode
pemecahan masalah dapat menunjukkan aktivitas belajar.
e. Refleksi I
Siklus II
a. Membuat persiapan pembelajaran untuk pelaksanaan tindakan II.
b. Melaksanakan pembelajaran berdasarkan persiapan pembelajaran berlangsung
bersamaan dengan pelaksanaan tindakannya.
c. Melakukan pengamatan terhadap aktivitas beajar yang dilakukan siswa selama
kegiatan pembelajaran.
C. Klarifikasi Konsep
Dalam kajian ini terdapat istilah-istilah yang dianggap perlu dijelaskan
maknanya, guna memenuhi rambu-rambu penelitian dan juga memahami makna
yang dimasud di dalam naskah penelitian. Istilah-itilah dimaksud adalah:
1. Metode Pemecahan masalah
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode
dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa
dimungkinkan
memperoleh
pengalaman
menggunakan
pengetahuan
serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen berfunngsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang
diperlukan. Bentuk instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan data, missal
metode wawancara, instrumennya pedoman wawancara. Metode angket atau
kuisioner instrumennya berupa angket atau kuisioner. Metode tes innstrumennya
adalah soal tes, tetapi metode observasi instrumennyaa bernama checklist.
Menyusun insrumen pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi karena
evaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti dan hasil yang
diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan
sebelumnya oleh peneliti. Bentuk instrument yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalaah instrumen tes (berupa soal tes) yang digunakan pada awal penerapan
metode pemecahan masalah dan pada akhir penerapan metode pemecahan masalah ,
instrumen observasi.
1. Observasi
Secara sederhana observasi berarti pengamatan dengan tujuan tertentu.
Oleh
karena
itu,
penggunaan
istilah
observasi
dan
pengamatan
sering
ini kemudian akan diolah untuk menjawab berbagai pertanyaan penelitian. Dalam
PTK, observasi terutama diajukan untuk memantau proses dan dampak perbaikan
yang direncanakan. Oleh karena itu, yang menjadi sasaran observasi dalam PTK
adalah proses dan hasil atau dampak pembelajaran yang direncanakan sebagai
tindakan perbaikan. Proses dan dampak yang teramati diinterpretasikan, selanjutnya
digunakan untuk menata kembali langkah-langkah perbaikan.
Pada dasarnya prosedur atau langkah-langkah observasi terdiri dari tiga tahap,
yaitu: pertemuan pendahuluan, observasi dan siklus balikan. Ketiga tahap ini sering
disebut sebagai siklus pengamatan, yang dipakai dalam supervise klinis, baik dalam
membimbing calon guru maupun dalam memberikan bantuan profesional bagi guru
yang sudah bertugas.
2. Angket dan wawancara
Disamping data yang dikumpulkan dengan observasi, masih ada data
pembelajaran yang akan dikumpulkan dengan berbagai teknik lain, seperti angket dan
wawancara.
Angket atau kuisioner dapat digunakan untuk menjaring pendapat siswa
tentang pembelajaran, asal dibuat secara sederhana dan juga memuat pertannyaan
yang direspon secara bebas (terbuka) oleh siswa.
Wawancara dapat dilakukan untuk mengungkap pendapat siswa tentang
pembelajaran. Dalam hal ini wawancara dapat terjadi antara guru dan siswa,
pengamat dan siswa, siswa dan siswa, sedangkan wawancara pengamat dan guru
terjadi pada tahap pertemuan pendahulan dan diskusi balikan. Agar wawancara
berlangsung efektif, suasana kondusif harus diciptakan terlebih dahulu.
SR
fi.xi
fi
Keterangan :
SR : rata-rata kelas
fi : jumlah siswa
xi : nilai tiap siswa
2). Adapun untuk mengolah hasil tes siswa dilakukan dengan teknik perhitungan
persentase. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dala
menguasai materi. Oleh karena itu rumus yang digunakan untuk mencari persentase
tersebut adalah:
p
Keterangan :
b. Data kualitatif
Data kualitatif mencatat tentang interaksi antar siswa dengan guru dalam
pembelajaran dan keaktifan siswa dalam pembelajaran akan dikumpulkan melalui
pelaksanaan observasi dengan alat bantu lembar observasi.
Data kualitatif dinilai berdasarkan huruf dari A (Baik Sekali), B (Baik), C (Cukup), D
(kurang). Dari setiap aspek terdapat 3 kriteria skor penilaian apabila melaksanakan
semua kriteria mendapat nilai A, salah satu tidak dilaksanakan mendapat nilai B,
hanya saatu yang dilaksanakan mendapat nilai C dan jika semua tidak dilaksanakan
mendapat nilai D.
Rata rata
JumlahNilai Aspek
JumlahSiswa
2. validasi data
Untuk mendapatkan data yang mendukung dan ssesuai dengan karakteristik
permasalan dan tujuan penelitian teknik validasi data yang diggunakan adalah sebagai
berikut:
1. Triangulasi data, yaitu upaya pengecekan kembali data yang sudah terkumpul
dengan menggunakan instrumen, untuk menjaring data ini melalui observasi dan
tes hasil belajar.
2. Member chek, yaitu mengecek kebenaran hasil temuan dari hasil tiap siklus, refleksi
sampai akkhir keseluruhan tindakan. Sehingga mendapatkan data yang lengkap
dan memiliki validitas dan realibilitas yang tinggi.
3. Audit trail, yaitu pengecekan keabsahan temuan penelitian dan prosedur penelitian
yang telah diperiksa dengan mengkonfirmasikan kepada teman sejawat dan
dosen. Hal ini dilakukan untuk memperoleh kritik, tanggapan serta masukan
konstruktif sehingga mempertajam analisis dan memperoleh validitas yang tinggi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi
1. Keadaan Guru
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Purwajaya III yang berlokasi di Dusun
Pulogebang
Nama / Nip
Gol. /
Ruang
Jabatan Guru
Jenis
Guru
Tugas
Mengajar
Jumlah
Jam
IV A
Guru
Pembina
Kepsek
Basuki , A.Ma.Pd.
NIP. 19580330 198112 1001
IV A
Guru
Pembina
Guru
IV
32
Kusnawa , A.Ma.Pd.Sd.
NIP. 19680810 200701 1019
II B
Guru Pratama
Tk I
Guru
26
Hakimudin , A.Ma.
NIP. 19810717 200902 1002
II B
Guru Pratama
Tk.I
Guru
VI
B.Inggris
32
Carminah , S.Pd.
NIGBDT. 5151423
GBDT
Guru
III
28
Bahrudin , A.Ma.Pd.SD.
Sukwan
Guru
V
PAI & PJOK
32
Sukwan
Guru
II
SBK
27
2. Keadaan Siswa
Jumlah siswa SDN Purwajaya III pada tahun ajaran 2010/2011 sebanyak
106 siswa yang terdiri atas 54 siswa laki-laki dan 52 siswa perempuan. Adapun jumlah
tiap-tiap kelas dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Keadaan Siswa SDN Purwajaya III
No
Kelas
1.
I
2.
II
3.
III
4.
IV
5.
V
6.
VI
JUMLAH
Laki Laki
Perempuan
Jumlah
10
9
11
1
11
12
54
8
7
8
8
12
6
52
18
16
19
9
23
18
106
Kelas yang akan dijadikan sampel dan merupakan subjek penelitian adalah
kelas VI, dengan jumlah siswa 18 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki laki dan 6
siswa perempuan. Adapun gambaran kemampuan siswa dalam suatu prestasi belajar
pada semester II, yaitu siswa mendapatkan nilai yang bervariasi.
Tabel 4.3
Keadaan siswa kelas VI SDN Purwajaya III
Berdasarkan Jenis Kelamin
No
1
2
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
12
6
18
Persentase
66,67%
33,33%
100%
Peringkat/kategori
Aktif
Sedang
Kurang
Jumlah
Jumlah
5
9
4
18
Persentase
27,78%
50%
22,22%
100%
Dari tabel diatas 5 orang siswa atau sebagian kecil (27,78%) digolongkan
kelompok aktif, 9 orang siswa (50%),digolongkan kelompok sedang dan 4 orang
siswa (22,22%) digolongkan ke kelompok kurang.
3. Sumber belajar
Sumber belajar terutama buku pelajaran matematika yang digunakan di SDN
Purwajaya III adalah buku paket matematika untuk SD/MI kelas 6 dengan penerbit
Pusat Perbukuan Depdiknas RI. Buku paket ini merupakan buku sumber yang
diperoleh dari pemerintah, melalui dana operasional sekolah ( BOS ) yang berupa
buku paket.
Nama Siswa
Ahmad Fadilah
Ahmad Yadi
Adika Sofyan
Anita Indriani
Erwin Santoso
Fitri Ekawati
Fitriyani
Intan Sri Mulyani
Jafar Abdurrohman
Nilai
No
4
4
5
5
4
4
4
6
3
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Nama Siswa
Nilai
5
4
7
7
6
4
3
3
6
Dari tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa masih banyak siswa yang belum
paham terhadap pembelajaran, hal ini dapat dilihat bahwa masih banyak siswa yang
mendapatkan nilai dibawah 6 dan itu berarti masih banyak siswa tidak lulus dalam tes
tersebut. Sedangkan yang mendapatkan nilai lebih dari 6 hanya sebagian kecilnya
saja. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan disajikan tabulasi dan persentase daftar
nilai yang diolah dengan mengelompokan jumlah nilai yang sama, persentase dan
skor rata-rata pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Siswa
Pada Tahap Pra-PTK
No
Nilai Frekuensi
(n)
(f)
1
3
3
2
4
7
3
5
3
4
6
3
5
7
2
Jumlah
18
Rata-rata nilai
nxf
9
28
15
18
14
84
4,67
16,7
38,9
16,7
16,7
11
Kumulatif
Atas
Bawah
3
18
10
15
13
8
16
5
18
2
Kumulatif %
Atas
Bawah
16,7
100
55,6
83,3
72,3
44,4
89
27,7
100
11
Gambar 4.2
Grafik Nilai Pada Tahap Pra-PTK
Frekuensi
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
3
5
Nilai
Dari grafik diatas menunjukan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh adalah 7
yaitu sebanyak 2 orang siswa dengan persentase 11%. Sedangkan nilai terendahnya
adalah 3 yaitu sebanyak 3 orang siswa dengan persentase 16,7% dan yang
dikategorikan lulus sedangkan batas kelulusanya adalah 6 maka siswa yaang lulus
dalam tes tersebut sebanyak 5 orang siswa dengan persentase 27,77% sedangkan yang
tidak lulus sebanyak 13 orang siswa dengan persentase 72,23%. Nilai rata-rata yang
diperoleh adalah 4,67.
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sebelum penerapan Model
Pemecahan Masalah dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Aktivitas Siswa Sebelum Menggunakan
Metode Pemecahan Masalah
No
Aspek Pengamatan
Kategori
Disiplin
Motivasi
Minat
Aktivitas Belajar
Sehingga siswa tidak dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan itu peneliti
merencanakan untuk menerapkan metode pembelajaran yaitu metode Pemecahan
Masalah sebagai solusi permasalahan diatas. Dari hasil observasi diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran yang berlangsung kurang berhasil. Dikarenakan
metode yang digunakan kurang sesuai dengan pembelajaran yang disampaikan karena
guru hanya menggunakan metode ceramah. oleh karena itu peneliti dalam penelitian
ini akan menerapkan metode pemecahan masalah dengan tujuan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa
B. Hasil Penelitian
1. Siklus I (Tindakan Pertama)
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanan peneliti menyusun
Kegiatan inti, dengan menggunakan benda konkrit berupa peta dan atlas,
guru menjelaskan cara menyelesaikan perbandingan dan skala dalam bentuk soal
cerita, kemudian beberapa siswa disuruh kedepan dan guru bertanya kepada siswa
apakah yang diketahui dalam soal tersebut, apa yang ditanyakan dan bagaimana cara
menyelesaikannya. Setelah itu guru memberikan contoh soal sebelum siswa mengisi
soal siswa membaca soal terlebih dahulu agar memami isi soal yang diberikan dan
mengetahui
tentang
apa
yang
diketahui,
Tabel 4.8
Hasil Analisis Terhadap Hasil Evaluasi Siswa
Pada Tahap Siklus I
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama Siswa
Ahmad Fadilah
Ahmad Yadi
Adika Sofyan
Anita Indriani
Erwin Santoso
Fitri Ekawati
Fitriyani
Intan Sri Mulyani
Jafar Abdurrohman
Nilai
No
5
4
6
6
6
6
5
6
5
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Nama Siswa
Nilai
5
5
7
6
6
5
4
3
7
Kumulatif %
Atas
Bawah
5,56
100
16.67
94,44
50
83.33
88,89
50
100
11.11
Dari grafik 4.3 diatas menujukan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh oleh
siswa adalah 7 yaitu sebanyak 2 orang siswa dengan persentase 11,11%, sedangkan
nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 3 sebanyak 1 orang siswa dengan
persentase 5,56% dan yang dikategorikan lulus adalah sebanyak 9 orang siswa dengan
persentase 50%. Dengan rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus I adalah 5,38. Hal
ini menujukan bahwa ada peningkatan dalam pembelajaran matematika khususnya
pada pokok bahasan perbandingan dan skala dalam bentuk soal cerita.
Tabel 4.10
Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I
No Aspek Pengamatan
Kategori
1
Disiplin
C
2
Motivasi
C
3
Minat
B
4
Aktivitas Belajar
C
Tabel diatas menujukan bahwa dengan menggunakan metode pemecahan
masalah dalam pembelajaran matematika, aktivitas siswa dalam pembelajaran tersebut
mengalami peningkatan. Dalam pembelajaran tersebut dalam aspek kedisiplinan
dikategorikan cukup (C). Karena siswa sudah mempelajari materi dengan serius.
Motivasi siswa dalam proses pembelajaran dikategorikan cukup (C) siswa dalam
pembelajarannya memberikan respon terhadap materi yang sedang dipelajari. Minat
siswa dalam pembelajaran matematika pada siklus I dikategorikan baik (B) dalam hal
ini siswa mempelajari materi dengan antusias dan keingin tahuan dalam menjawab
LKS. Aktivitas belajar siswa dikategorikan cukup (C) siswa dapat menyelesaikan tugas
dengan percaya diri.
2). Refleksi
Berdasarkan hasil analisis terhadap pembelajaran matematika pada tahap
siklus I dalam proses pembelajaran dan hasil perolehan sudah mengalami
peningkatan yaitu dari hasil pra-PTK nilai rata-rata yang diperoleh adalah 4,67 dan
nilai yang diperoleh setelah PTK pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 5,38 pada
tahap siklus I ini mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 0,71. Walaupun
demikian peningkatan ini belum begitu merata karena masih ada siswa yang belum
mencapai batas lulus.
.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Sebelum proses pembelajaran matematika dengan menggunakan metode
pemecahan masalah dilaksanakan, terlebih dahulu dipersiapkan perencanaan sebagai
berikut : pertama, menyusun rencana pembelajaran II dengan menerapkan metode
pemecahan masalah. Rencana pembelajaran tahap ini, perencanaan kegiatan yang
dilakukan guru adalah merumuskan dalam bentuk Persiapan Mengajar Harian
(PMH), dengan sub pokok bahasan perbnadingan dan skala pada soal cerita.
Rumusan persiapan mangajar harian terlampir.
b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Tindakan kedua ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 01 Februaril 2011
pukul 08.30-09.40 WIB, pada tindakan kedua ini berpedoman pada refleksi tindakan
kesatu yang lebih banyak menjelaskan tentang cara memahami kalimat yang ada pada
soal cerita, dan bagaimana cara penyelesaiannya apakah ditambah, dikurang, dikali
atau dibagi. Setelah selesai mengoperasikanya memeriksa kembali apakah jawabannya
benar atau tidak. Setelah melewati proses ini siswa akan lebih mudah untuk
memahami soal.
Kegiatan awal, setelah selesai ber doa, mengucap salam dan kemudian guru
mengabsen guru memulai pembelajaranya dengan mengulang materi yang telah
dipelajari dan selanjutnya mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran.
Kegiatan inti, guru mencoba mengatasi kesulitan siswa dalam memahami
soal cerita. Kemudian guru memberikan contoh soal yang digambarkan pada benda
konkrit. Pertama guru menjelaskan apa yang diketahui dalam soal tersebut dan apa
yang ditanyakandan bagaiman cara menyelesaikannya. Karena pembelajaran ini
dilakukan pada kelas rendah yaitu kelas II, maka agar siswa lebih paham
menggunakan benda kongkrit. Selama kegiatan berlangsung, peneliti melakukan
pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam menyelesaikan soal cerita serta memasuki
hasil pengamatannya kedalam pengamatan observasi. Dan pada tahap siklus II ini
siswa belajar lebih aktif dan dapat berpikir kritis, itu dapat dilihat dari berbagai
pertanyaan dan jawabannya pada saat pembelajaran berlangsung. Akhir kegiatan inti
II, guru menyimpulkan materi dan siswa diberikan tes formatif II secara individual.
Kegiatan akhir, guru mengadakan refleksi terhadap proses pembelajaran dan
hasil belajar siswa, yang dilanjutkan dengan memberikan evaluasi sebagai bahan
refleksi II. Kesimpulan dari hasil belajar siswa pada siklus II peneliti menganalisis
proses pembelajaran dengan menggunakan pedoman observasi aktivitas siswa guru
selama pembelajaran yang diisi oleh observer.
Nama Siswa
Ahmad Fadilah
Ahmad Yadi
Adika Sofyan
Anita Indriani
Erwin Santoso
Fitri Ekawati
Fitriyani
Intan Sri Mulyani
Jafar Abdurrohman
Nilai
No
6
5
7
6
6
6
6
8
6
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Nama Siswa
Nilai
7
8
7
7
7
6
5
5
8
Dari tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa hasil pembelajaran siswa pada siklus
II menunjukan peningkatan yang sangat baik, hal ini dapat dibuktikan oleh nilai yang
diperoleh siswa semua siswa sudah mencapai batas kelulusan bahkan ada beberapa
siswa yang memperoleh nilai 8. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.10
dibawah ini:
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Siswa
Pada Tahap siklus II
No
Nilai Frekuensi
(n)
(f)
1
6
10
2
7
5
3
8
3
Jumlah
18
Rata-rata nilai
nxf
60
35
24
119
6,61
55,55
27,78
16,67
Kumulatif
Atas
Bawah
10
18
15
13
18
15
Kumulatif %
Atas
Bawah
55,55
100
83,33
44.45
100
16,67
Gambar 4.4
Grafik Nilai Pada Tahap Siklus II
Frekuensi
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Nilai
Dari grafik diatas menunjukan bahawa nilai tertinggi yang diperoleh siswa
adalah 8 sebanyak 3 orang siswa dengan persentase 16,67% dan nila terendah yang
diperoleh siswa adalah 6 yaitu sebanyak 10 orang siswa dengan persentase 55,55%
dan yang dikategorikan lulus adalah sebanyak 18 siswa dengan persentase 100% , hal
ini berarti semua siswa dapat memenuhi KKM dengan rata-rat nilai 6,61.
Tabel 4.13
Aktivitas Siswa Dalam Tindakan Pembelajaran Siklus II
No Aspek Pengamatan
Kategori
Disiplin
Motivasi
Minat
Aktivitas Belajar
Tabel 4.14
Hasil Analisis Tahap Pra-PTK Siklus I dan Siklus II
No
Nama Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Ahmad Fadilah
Ahmad Yadi
Adika Sofyan
Anita Indriani
Erwin Santoso
Fitri Ekawati
Fitriyani
Intan Sri Mulyani
Jafar Abdurrohman
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Pra-PTK
4
4
5
5
4
4
4
6
3
5
4
7
7
6
4
3
3
6
5
5
7
6
6
5
4
3
7
7
8
7
7
7
6
6
6
8
84
4,67
97
5,38
119
6,61
Tabel 4.15
Angka Keberhasilan dari Tiap Siklus
No
Siklus
Persentase
50%
II
100%
Gambar 4.5
Grafik Nilai Pada Tahap Siklus I dan Siklus II
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
%
Pra-PTK
Siklus I
Siklus II
melakukan aktivitas belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran, hasil dari observasi
terhadap aktivitas belajar siswa.
Hasil yang diperoleh pada aktivitas siswa setelah menggunakan metode
pemecahan masalah, menunjukan peningkatan yang begitu baik, karena dalam
pembelajaran ini, siswa lebih banyak diajak untuk berpikir aktif dalam pembelajaran
dan guru dalam pemelajaran matematika ini hanyalah bersifat fasilitator. Nilai yang
diperoleh dalam proses pembelajaran setelah menerapkan metode pemecahan
masalah pun meningkat yaitu pada siklus I mendapatkan nilai rata-tara kelas 5,38
dengan tingkat keberhasilan 50% dan pada siklus II mendapatkan nilai rata-rata kelas
6,61 dengan tingkat keberhasilan 100%.
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pemecahan
masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa selain itu juga metode pemecahan
masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang tadinya siswa bersifat pasif
dalam pembelajaran matematika, bahwa sebelum penelitian di laksanakan dengan
menggunakan metode pemecahan masalah, aktivitas siswa tidak lain hanyalah duduk,
diam,mencatat materi yang diberikan oleh guru dan akhir pelajaran siswa
melaksanakan
tes
evaluasi,
tetapi
setelah
penelitian
dilaksanakan
dengan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan metode pemecahan masalah pada
mata pelajaran matematika kelas VI di SD Negeri Purwajaya III , dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Sebelum menggunakan metode pemecahan masalah hasil belajar siswa sangat
kurang baik dan dibawah rata-rata KKM dengan 6,0 yang tidak lulus sebanyak 13
orang dari jumlah 18 siswa, dengan ratarata kelas 4,67.
2. Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode pemecahan masalah
menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajaran siswa tidak lagi diam dan pasif
dalam pembelajaran matematika siswa lebih diajak berpikir aktif dan dituntut
untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami. Setelah menggunakan
metode pemecahan masalah siswa menagalmi penigkatan dari berbagai aspek,
dari aspek disiplin, motivasi,minat dan aktivitas dalam pembelajaran.
3. Sesudah menggunakan metode pemecahan masalah hasil belajar siswa meningkat
dengan baik, menggunakan nilai batas lulus (rata-rata KK) 6,0 yang lulus
sebanyak 28 orang siswa, dengan nilai ratarata kelas pada siklus I (5,38) dengan
tingkat keberhasilan 50%. dan Siklus II (6,61) dengan tingkat keberhasilan 100%.
B. Saran
1. Dengan melihat hasil peningkatan prestasi belajar siswa, setelah menggunakan
metode pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika, disarankan bagi
DAFTAR PUSTAKA
HAKIMUDIN
Jenis Kelamin
Laki-laki
Agama
Islam
Alamat
Kec.Cilamaya
Dusun
Sepatkerep
12/04
Desa
Menikah
Pekerjaan
Guru
Keluarga
Orang tua
: Waroh / Tati
Saudara
: Aenun Inayah
Ayu Lailatulzahro
Vio Aulia
Istri
: Rosi Hidayanti
Anak
Riwayat Pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
HAKIMUDIN
Cikarang