@ 45 menit
DESKRIPSI SINGKAT
Kompos sangat berperan dalam proses pertumbuhan tanaman.
menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik. Kompos merupakan bahan organik seperti daun-daunan, jerami, alang-alang,
rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur serta kotoran hewan yang telah
mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
memperbaiki sifat sifat tanah. Proses pengomposan berjalan secara aerobik dan anaerobik
yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Secara keseluruhan proses ini
disebut dekomposisi.
Di lingkungan alam terbuka, proses pengomposan bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat
proses alami rumput-rumputan, daun-daunan dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama
kelamaan membusuk karena adanya kerjasama antara mikroorganisme dengan cuaca.
Proses tersebut bisa dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkan
mikroorganisme pengurai sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang
berkualitas baik.
Kompos merupakan sumber hara makro dan mikromineral secara lengkap meskipun dalam
jumlah yang relatif kecil. Dengan ditambahkannya kompos ke dalam tanah tidak hanya
jutaan mikroorganisme yang ditambahkan akan tetapi mikroorganisme di dalam tanah juga
akan terpacu untuk berkembang. Proses dekomposisi lanjut oleh mikroorganisme akan terus
berlangsung tetapi tidak mengganggu tanaman.
Kegiatan 1
Sasaran kegiatan ini adalah melaksanakan praktek membuat pupuk organik meliputi
pembuatan pupuk kompos fermentasi , ppembuatan puuk organik cair.
Kegiatan ini berkaitan dengan pembuatan pupuk organik (kompos) utnuk menyyiapkan pupuk
organik
agar
pertumbuhana
tanaman
jagung
lebih
baik
dan
produksi
optimal
Langkah 2
Langkah 3
Kegiatan 2
Sasaran kegiatan ini adalah peserta merefleksikan seluruh kegiatan praktek sehingga
seluruh peserta memahami bahwa tujuan berlatih telah tercapai dengan langkah sebagai
berikut
Refleksi kegiatan praktek
Diskusikan hasil praktek membuat pupuk kompos padat
Presentasikan hasil diskusi /praktek kelompok dalam membuat pupuk kompos padat
kelompok besar
Simpulkan hasil praktek yang telah dilakukan
KEGIATAN 3
Rencana Aksi
Sasaran kegiatan ini adalah setiap individu menyusun rencana aksi pembuatan kompos di
wilayah masing-masing
Langkah ke 1
Langkah ke 2
Tabel 2
Rencana aksi perbaikan panen dan pasca panen jagung di wilayah masing-masing
No
Waktu
Tempat
diperbaiki
Pelaksana
Keterangan
II
Menentukan tempat
pembuatan kompos
Menentukan bahan
organik dan bahan
bahan lain dalam
pembuatan kompos
III
IV
.........................:
2015
Penyusun
I.
1. Pengertian
Kompos adalah limbah/bahan organik yang dibusukkan pada suatu tempat yang diatur suhu
dan kelembabannya sehingga terbentuk kompos dengan c/n ratio rendah.
Kompos fermentasi adalah teknik pengomposan dengan menggunakan jasa microorganisme
berupa proses perombakan senyawa senyawa sederhana, sehingga mudah diserap oleh
perakaran tanaman. Menurut Endra Saptono dan Agus Andoko ( 2005 ) Kompos adalah
pupuk organik yang berasal dari pelapukan bagian bagian tanaman, seperti dedaunan
rerumputan, jerami, alang alang dan ranting tanaman yang melapuk secara alami .
.
2. Macam kompos
Ada 2 ( dua ) macam yaitu :
a) . Kompos biasa ( alami ).
Kompos biasa ( alami ) apabila prosesnya secara alami tidak ada campur tangan
manusia dan memerlukan waktu bertahun tahun disebut humus.
b). Kompos fermentasi
Mikroorganisme aerob
Mikroorganisme aerob adalah mikroorganisme membutuhkan oksigen tinggi.
Pembentukan
kompos aerobic
dilakukan
di
tempat
terbuka
karena
Dalam memilih teknologi fermentasi maka gunakan teknologi fermentasi yang lengkap,
mudah, cepat dan sederhana dalam pengaplikasian di lapangan terutama kenali dulu jenis
mikroorganisme, sifanya (Apakah aerob dan anaerob) dan cara kerjanya.
6. Teknik perhitungan bahan baku pembuatan kompos
Bahan organik pada umumnya tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman,
karena perbandingan kandungan C/N bahan tersebut tidak sesuai dengan C/N tanah.
C/N tanah berkisar 10-12. Menurut Peraturan Menteri Pertanian No 02/Pert/HK
060/2/2006 tentang pupuk organik dan pembenah tanah C/N ratio tanah adalah
berkisar 10 25.
Apabila C/N bahan organik mendekati C/N ratio tanah dapat digunakan tanaman.
Namun pada umumnya C/N bahan organik segar mempunyai C/N lebih besar, seperti
contohnya jerami C/N adalah 50 70
Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik hingga sama
dengan c/N tanah. Semakin tinggi C/N ratio bahan organik semakin lama proses
pengomposan.
Proses perombakan atau peruraian bahan organik dengan bantuan mikroorganisme
yang bersifat aerob maupun anaerob yang untuk hidupnya memerlukan C dan N. C(
cabon ) digunakan sebagai sumber energy sedangkan N ( nitrogen ) diperlukan untuk
membentuk protein. Oleh karena itu agar tidak terjadi persaingan pengambilan unsur
hara oleh tanaman dengan mikroorganisme, maka bahan organi perlu dikomposkan
terlebih dahulu dan pada saat pengomposan terjadi panas yang dapat merugikan
pertumbuhan tanaman.
Menurut Mathur ( 1980 ) dalam Setyorini dkk ( 2006 ) mikro organisme merlukan C/N
ratio = 30 : 1. Dengan demikian maka dalam rangka pembuatan kompos perlu dicampur
antara bahan organik yang mempunyai C/N ratio tinggi dan bahan organik yang
mempunyai C/N ratio rendah, sehingga tercapai C/N = 30 : 1 dengan menggunakan
rumus :
: 5 kg , C/N = 12 : 1
= 30
5 + 20 + C
60 + 500 + 50 C = 30 ( 5 + 20 + C )
560 + 50 C
= 150 + 600 + 30 C
50 C 30 C
= 750 - 560
20 C
= 190
= 9, 5
5 Kg
Pupuk kandang
20 Kg
Jerami
7 kg
Dedak halus
3,2 kg
Decomposer E-M4
2 sdm
Air
10 L
Gula merah
2 sdm
Alat
2.Cara Pembuatan
a. Mengembangkan mikroorganisme
10
Untuk
pembuatan kompos dengan mikrobia MOL cara sama hanya MOL yang
digunakan 1 : 5 artinya 1 liter mol dibanding 5 liter air.
Hasil akhir proses dengan mikroorganisme adalah sama yang membedakan adalah pada
proses pembuatannya.
Perbedaan Proses Pengomposan secara aerobic dan anerobik adalah sebagai berikut :
Tabel : Perbedaan Proses Pengomposan secara aerobik dan anerobik
No
Deskripsi
Aerobik
Anaerobik
Bahan orga nik Pemilihan dilakukan seara Hampir semua bahan organik
11
yang
mengan dipakai
Ratio
C/N 25 : 1 hingga 30 : 1
Semakin
bahan
tinggi
C/N
ratio
buangan
nya
akan
Kadar
air 40-50 %
50 % ke atas
( Rh ) bahan
4
Suhu optimal
5.
Derajat
45-65 C
55 60 C
kea 6- 8
6,7 7,2
saman ( pH)
6.
Ukuran bahan
7.
memerlukan
aerasi
8.
9.
H2S,
asam
CH4,
CO2,
Hasil akhir kar CO2, H2, alcohol, Asam alcohol, Asam lemak, CO2,
bohidrat
lemak
H2O,
12
11
Hasil
akhir
mak/lipid
alcohol
CO2, H2O,
12
Lamanya proses
40-45 hari
13
dapat
tidak
Biaya
tingkat
15
proses
pe sewaktu waktu
ngomposan
opera Biaya
sional
murah,
dan menyibukkan,
pengon biaya
pem
buatan
bak
-hari
pengawas an
Hasil akhir
kecoklatan
ber warna
gembur
16
Pemberian kapur
untuk
tahap
pertama
Pengadukan
de
ngan
pembalikan bahan
dengan
cara homogenisasi
tujuan
bahan
50 %
18
Penyusutan
70 %
19
Aroma
Tidak berbau
Berbau
20
Ruang
13
dan
Sebagai sumber nutrisi dan energi serangga perombak dan mikro-organisme pengurai.
Pada tahap selanjutnya, biota mengurai tersebut akan menjadi sumber bahan makanan
organisme lain termasuk tanaman.
Membantu proses nutrisi yang tidak tersedia menjadi tersedia melalui proses fiksasi dan
mengurangi keasaman tanah.
B. Tujuan pengomposan
Adalah untuk memantapkan bahan-bahan organik yang berasal dari bahan limbah,
mengurangi bau busuk, membunuh organisme patogen (penyebab penyakit),
membunuh biji-biji gulma dan pada akhirnya menghasilkan pupuk organik/kompos yang
sesuai dengan tanah. Pengomposan diyatakan selesai bila kompos dalam keadaan
matang.
Hsieh (1990) mengelompokkan kematangan kompos dalam tiga kategori :
1.
Kompos belum matang : dalam kategori ini bahan yang dikomposkan warna dan
bentuk dari bahan asli mudah diidentifikasi.
2.
Kompos matang sebagian : dalam kategori ini bahan yang dikomposkan berubah
warna menjadi kecoklatan, tetapi masih kelihatan bentuk aslinya dan tidak mudah
dihancurkan apabila digesek-gesek dengan jari/tangan.
3.
Kompos matang : pada kompos matang sebagian besar bahan yang dikomposkan
berstruktur crumbel berwarna coklat kehitaman.
C. Prinsip Pengomposan.
Untuk mendapatkan kompos yang mempunyai kualitas yang baik, maka dalam
pembuatannya melalui beberapa langkah dan pemahaman yaitu :
a.
14
Pengomposan harus terlindung dari sinar matahari langsung dan air hujan .
c.
d.
e.
Menjaga suhu dalam proses Pengomposan agar terjaga dan tetap mendukung kerja
mikro organisme.
f.
g.
h.
i.
Kotoran hewan,
Serbuk gergaji,
Kapur (CaCo3),
MOL.
Pembuatan/Penyusunan bahan :
Letakan dan susun bahan-bahan diatas tempat/ tanah yang terhindar dari genangan
air.
Sirami dengan MOL hingga bahan dalam kondisi lembab (tidak terlalu basah dan
tidak kering),
15
Letakkan bahan organik lain dilapisan ke2 serbuk gergaji, sirami dengan MOL,
Paling atas taburi kapur dengan rata, hingga mencapai ketinggian 1M,
Pada saat menyusun bahan letakan bambu dan pada ruas/bukunya dilubangi
agar sirkulasi udara berjalan dengan baik dengan jarak antara bambu yang satu
dengan bambu yang lain 50 cm.
Jika perlu tutup dengan terpal untuk menambah kelembaban agar cepat terjadi
proses penghancuran oleh mikro organisme.
Biarkan selama 3 hari, dan lakukan pengontrolan terhadap kelembaban dan suhu
udara jika terlalu panas atur suhu dengan membalikkan bahan tersebut, jika terlalu
basah tambahkan dedak, dan jika terlalu kering tambahkan MOL.
b.
Semua bahan yang disediakan sama dengan cara berlapis, hanya cara yang
berbeda.
Cara Pembuatan :
Semua bahan di campur/aduk hingga rata dan tambahkan MOL sampai benarbenar basah/lembab,
Simpan pada tempat yang tidak tergenang dan aman dari sinar matahari atau
hujan,
Letakan bambu-bambu pengatur sirkulasi udara dengan jarak dari bambu ke bambu 50
cm,
Kontrol setelah 3 hari terhadap suhu, jika terlalu panas balikan bahan-bahan
tersebut, jika terlalu basah tambahkan dedak dan bila terlalu kering tambahkan
MOL.
16
Berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat
meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.
F.
17
Plastik transparan 1 m2
Bahan :
100 kg Limbah Sayuran Hijauan (Kol, Cesin, Vetsay, Mentimun, bayam, kangkung dll),
Cara Pembuatan :
Drum ditutup rapat dengan plastik dan diatasnya diberi air sehingga tampak plastik
cekung terisi air.
Setelah 3-4 minggu baru dibuka, akan tampak cairan berwarna kuning kecoklatan,
baunya segar dan jika diukur PH nya 3- 5 .
2.
Rebung Bambu
Bahan :
1 buah maja (Labu kaye/Aceh) yang sudah matang, jika tidak ada buah maja bisa
diganti dengan gula merah 1,5 ons.
Cara Pembuatan :
Campurkan dengan buah maja yang sudah dihaluskan, atau tambahkan gula merah
18
Tutup rapat ember/tong dengan plastik, dan berikan slang plastik yang
disambungkan dengan air yang berada pada botol. Biarkan selama 15 hari.
3.
Bahan :
2 Buah buah maja matang ( jika tidak ada dapat diganti dengan cairan tebu 1 liter
atau gula merah 1kg)
Campurkan dengan buah maja yang sudah dihaluskan atau gula yang lebih dulu
dihaluskan/cairan tebu,
Tutup rapat dengan plastik dan berikan selang plastik sambungkan pada botol yang
telah berisi air.
4.
Bahan :
Cara Pembuatan :
Campurkan dengan 30 liter air beras dan 20 liter urine sapi, diaduk hingga rata.
19
Masukan selang plastik (diameter 0,5 cm) sambungkan ke dalam botol yang sudah
berisi air.
Cara Penggunaan :
a. Campur MOL dan air dengan perbandingan 1 : 5 Liter (1 bagian MOL, 5 bagian air)
tambahkan gula 1 ons. Siramkan pada bahan organik yang mau dikomposkan.
20
larutan 400 cc dicampur dengan air tawar sebanyak 14 liter, semprotkan pada umur
tanaman akhir vegetatif
G.RANGKUMAN
Bahan organik adalah sesuatu yang utuh atau sebagian dari mahluk hidup, baik berupa
kotoran maupun mahluk hidup itu sendiri yang sudah mati.
Pengomposan bertujuan untuk memantapkan bahan-bahan organik yang berasal dari
bahan limbah, mengurangi bau busuk, membunuh organisme patogen (penyebab
penyakit), membunuh biji-biji gulma dan pada akhirnya menghasilkan pupuk
organik/kompos yang sesuai dengan tanah
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Basyir,A,P.Slamet dan Suyamto.1994. pengelolaan hara pada lahan sawah dalam jangka
panjang. Risalah Lokakarya Komunikasi Teknologi untuk Meningkatkan Produksi
Tanaman Pangan di Jawa Timur. Edisi Khusus Balittan Malang,No.1,P.12-29.
Isgianto,S. Karsono,A. Munip, dan Riwanodjo. 1992 Penggunaan pupuk organic dan
pengelolaannya pada padi sawah. p.14-21.
dekomposer limbah jerami padi pada usaha tani padi sawah. Prosiding Seminar
Peningkatan Produksi Padi Nasional melalui Sistem Tabela Padi Sawah dan
Pemanfaatan Lahan Kurang Produktif.p.294-299.
Noor,A.,A. Jumberi dan R.D.Ningsih.1996. Peranan pupuk oraganik dalam meningkatkan
hasil padi gogo di lahan kering. Prosiding Seminar Teknologi Sistem Usahatani Lahan
Rawa dan Lahan Kering : Buku 2.p.575-586.
Prastowo,K.,Subowo;E.Santosa,H.Amir dan T. Prihatini. 1995. Dekomposisi jerami padi
dengan menggunakan EM4. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil
Penelitian Tanah dan Agroklimat,Buku 3, bidang kesuburan dan produktivitas
tanah.p.77-90..
Suriawaria,U.1969. Ragi kompos as activator. Compost Sci.10(2):14-15.
23
24
25