Case 1 Demam Thyfoid
Case 1 Demam Thyfoid
KESEHATAN NO RM : 3
ANAK Umur : 14 tahun
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
ANAMNESIS
Nama lengkap
Tempat dan tanggal lahir
Nama : An. S
Umur
Nama Ayah
: Tn. S
Pekerjaan ayah
: Wiraswasta
Nama ibu
: Ny. T
Pekerjaan ibu
: Karyawan Pabrik
Alamat
Masuk RS tanggal
: 12/11/2014
Umur
Pendidikan ayah
Umur
Pendidikan ibu
Jam : 11.32
Kelas : III.13
Jenis Kelamin
: Karanganyar, 10/08/2000
1
2
Ruang : Melati
: Perempuan
: 14 tahun
: 45 tahun
: SMP
: 42 tahun
: SMP
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM :
1
2
: Demam
KELUHAN TAMBAHAN
: Mual, nyeri ulu hati, pusing, badan lemas, nafsu makan berkurang
sehari,
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM :
1
2
Riwayat demam
: disangkal
Riwayat kejang
: disangkal
: disangkal
Riwayat hemoroid
: disangkal
Riwayat menorrhagia
: disangkal
Riwayat metrorhagia
: disangkal
Riwayat hematuria
: disangkal
Riwayat melena
: disangkal
Riwayat hematemesis
: disangkal
: disangkal
Kesan : tidak terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang.
3. Riwayat Penyakit pada Keluarga dan Lingkungan yang ditularkan
Riwayat penyakit serupa
: disangkal
Riwayat diare pada keluarga
: disangkal
Riwayat kontak dengan penderita dengan gejala yang sama di lingkungan : disangkal
Riwayat diare pada lingkungan
: disangkal
Kesan : tidak terdapat riwayat penyakit keluarga dan lingkungan yang berhubungan dengan
penyakit sekarang.
POHON KELUARGA
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
Kesan : Tidak terdapat penyakit serupa dan tidak ada riwayat penyakit keluarga yang diturunkan.
RIWAYAT PRIBADI
1. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat kehamilan ibu pasien
Ibu G2P1A0 hamil saat usia 27 tahun. Ibu memeriksakan kehamilannya rutin ke bidan setiap
3
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK
bulannya. Ibu tidak pernah mual dan muntah
berlebihan, tidak ada riwayat trauma maupun
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
infeksi saat hamil. Ibu tidak merokok saat hamil, sesak nafas dan kejang saat hamil. Ibu tidak
pernah mengkonsumsi jamu dan obat. Berat badan ibu dinyatakan normal dan mengalami
kenaikan berat badan selama kehamilan. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien
Ibu melahirkan pasien dibantu oleh bidan, umur kehamilan 9 bulan 4 hari, persalinan normal,
presentasi kepala, bayi langsung menangis dengan berat lahir 3100 gram, tidak ditemukan
cacat bawaan saat lahir.
c. Riwayat paska lahir pasien
Bayi perempuan BB 3100 gr, setelah lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, tidak ada demam atau kejang. ASI keluar hari ke-1, bayi langsung menetek.
Kesan : Riwayat ANC baik, persalinan spontan, riwayat PNC baik.
2. Riwayat makanan
0-6 bulan
: ASI
6-12 bulan
: ASI, bubur susu, buah pisang dan jeruk, diselingi nasi tim kuah sayur.
1-2 tahun
: ASI, bubur susu, diselingi nasi dan kuah sayur.
2-6 tahun
: nasi piring 3xsehari, sayur, lauk, buah, dan susu.
6 tahun sampai sekarang anak makan 3 kali sehari, dengan sayur, tahu, dan tempe. Anak
kurang suka makan telur, daging sapi, ayam, ikan, maupun buah.
Kesan : Pasien mendapat ASI eksklusif, kuantitas makan baik, kulaitas makan kurang baik
.
3. Perkembangan dan kepandaian :
Motorik Kasar
Motorik Halus
Bahasa
Menoleh ke
Personal Sosial
Duduk sendiri
(9 bulan)
Memegang benda
(4 bulan)
Lat.bicara (2 th)
Bermain (9bln)
Berlari (3 tahun)
Menulis (4th)
Bicara lancar
(4th)
Kumpul bersama
Bersepeda (4th)
Menggambar (5th)
B. Indonesia (6th)
sumber suara
(5 bulan)
Tersenyum
(2 bulan)
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Bersepeda motor
(13th)
Menyulam kerajinan
(13th)
NO RM :
Bahasa Inggris
(12 th)
1
2
Berorganisasi
( 14th)
Kesan : Motorik kasar & halus, bahasa, personal sosial sesuai usia. Kepandaian dalam rata-rata.
4. Vaksinasi
Jenis
I
II
III
IV
HEPATITIS B
0 bulan
2 bulan
4 bulan
6 bulan
BCG
1 bulan
DPT
2 bulan
4 bulan
6 bulan
2 tahun
POLIO
1 bulan
2 bulan
4 bulan
6 bulan
CAMPAK
9 bulan
Kesan : Imunisasi dasar sesuai PPI lengkap dengan ulangan
V
2 tahun
2 tahun
-
VI
-
kebutuhan sehari-hari).
b.
Lingkungan
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, kakak, dan adiknya. Rumah terdiri dari ruang tamu,
dapur, kamar mandi dan 2 kamar tidur. WC menyatu dengan kamar mandi, kamar mandi
dikuras seminggu sekali. Sumber air berasal dari air sumur yang jernih dan tidak berbau.
Air minum menggunakan sumber air yang direbus, atap terbuat dari genteng, dinding dari
semen, lantai rumah dari keramik. Ventilasi udara dan penerangan cukup, jarak septi tank
dengan sumber air 10 meter. Sampah dibakar langsung tiap hari.
Kesan : keadaan sosial ekonomi kurang & kondisi lingkungan rumah baik.
6.
Anamnesis sistem :
Serebrospinal
Kardiovaskuler
Respiratorius
: batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorokan (-), sesak nafas (-)
Gastrointestinal
Urogenital
ILMU
KESEHATAN NO RM :
ANAK
kelainan bentuk (-) nyeri
sendi (-), nyeri otot (-)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Muskuloskeletal
Integumentum
Otonom
: demam (+)
1
2
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Umur : 14 tahun
PEMERIKSAAN
Nama : An. S
JASMANI
NO RM :
Ruang : Melati
Kelas : III. 13
Tanggal 15 November 2014
Jam 13.00
PEMERIKSAAN FISIK
KESAN UMUM
Keadaan Umum
: lemah (pucat)
Nadi
: 89 x/menit
RR
: 24 x/menit
Suhu
: 37,2C
Status Gizi :
BB/TB
: 42 kg/155 cm
BMI WHO
: 17,5 kg/m2
PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Kepala
Ukuran
: normocephal, rambut warna hitam, lurus, jumlah cukup
Bentuk
: normocephal
Mata
: CA (+/+), SI (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor (+/+)
Hidung
: sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-)
Mulut
: lidah kotor (-), bibir pucat (+), sianosis (-), papil lidah atrofi (-)
Pharing
: hiperemis (-)
b. Leher : pembesaran limfonodi (-), masa abnormal (-), kaku kuduk (-)
c. Thoraks , Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Paru :
1
2
ILMU
KESEHATAN
ANAK kiri
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Kanan
DEPAN
Simetris(+),retraksi(-)
subcostae, intercostae
suprasternal
Inspeksi
Ketinggalan
fremitus (+)
dan
gerak
(-), Palpasi
Sonor
Perkusi
SDV normal,
Wheezing (-)
NO RM :
(-)
dan
Ketinggalan
fremitus (+)
(-),
gerak
BELAKANG
kiri
Simetris (+),
Inspeksi
Simetris (+)
(-), Palpasi
Ketinggalan
fremitus (+)
gerak
Sonor
Perkusi
Sonor
Auskultasi
d. Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
: peristaltik (+)
Perkusi
Palpasi
Hepar
: hepatomegali (-)
Lien
: splenomegali (-)
Anogenital
e. Ekstremitas
lengan
kanan
kiri
kanan
kiri
Gerakan
bebas
bebas
bebas
bebas
Tonus
normal
normal
normal
normal
Trofi
eutrofi
eutrofi
eutrofi
eutrofi
(-)
(-)
(-)
Klonus Tungkai :
1
2
Simetris(+),
retraksi
subcosta,
intercosta
suprasternal
Kanan
gerak
Sonor
Ketinggalan
fremitus (+)
(-)
Reflek fisiologis
Refleks patologis
(-),
ILMU
KESEHATAN NO RM :
Kaku kuduk (-), Brudzinski IANAK
(-), Brudzinski II (-), kernig (-)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Meningeal Sign
Sensibilitas
Parameter
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Jumlah
3,99
4,27
12,1
32,4
Satuan
uL
uL
gr/dl
%
Nilai Rujukan
5000-1000 /uL
4,0-5,5 / uL
12 16 G%
37-43%
9
1
2
ILMU
KESEHATAN
femtoliter ANAK
82-92 fl
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
5.
MCV
75,4
6.
MCH
26,0
Pikograms
7.
MCHC
37,4
g/dl
8.
Trombosit
89
uL
9.
Limfosit
58,1
%
10.
Monosit
0,8
%
11.
Eosinofil
0,3
%
12.
Basofil
0,2
%
13.
Granulosit
41,9
%
Kesan : penurunan hematokrit, leukosit, dan trombosit.
NO RM :
1
2
27-31 pg
32-36 g/dl
150.000-450.000/uL
20-40%
2-8%
0,5 5,0%
0,0 1,0
50 70 %
Imunologi/serologi
Tes widal
Hasil
Nilai Rujukan
S. Typhi O
+1/160
Negative
S. Typhi H
Negative
Negative
S. Paratyphi AO
+1/320
Negative
S. Paratyphi AH
Negative
Negative
S. Paratyphi BO
+1/320
Negative
S. Paratyphi BH
Negative
Negative
S. Paratyphi CO
Negative
Negative
S. Paratyphi CH
Negative
Negative
Kesan : peningkatan titer S. typhi O, S. Paratyphi AO, Salmonella Paratyphi BO.
PEMERIKSAAN FECES (14 November 2014)
No.
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
1.
Warna
Cokelat
2.
Konsistensi
Lembek
3.
Darah
Negative
4.
Lendir
Negative
5.
Telur Cacing
Negative
Sel
Hasil
1.
Eritrosit
2.
Leukosit
3.
Trombosit
4.
Kesan
10
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM :
1
2
RINGKASAN ANAMNESIS
Pasien perempuan umur 14 tahun, datang ke IGD RSUD Karanganyar dengan keluhan
demam 10 hari , demam semakin tinggi terutama malam hari dan tidak menurun dengan penurun
panas. Keluhan juga disertai kepala terasa pusing, badan lemas, nafsu makan berkurang, mual,
muntah (2x) dan nyeri ulu hati. Tidak ditemukan keluhan mata berkunang, telinga berdenging,
maupun nyeri telan. BAB 1 kali sehari, konsistensi keras, warna kuning, tidak ada lendir dan
darah. BAK dbn.
Tidak terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang
Tidak terdapat riwayat penyakit pada keluarga dan lingkungan yang ditularkan pada pasien
Riwayat ANC baik, persalinan spontan, riwayat PNC baik
Pasien mendapatkan ASI eksklusif, kuantitas makanan baik, kualitas makanan kurang baik
Perkembangan dan kepandaian baik
Imunisasi dasar lengkap berdasarkan PPI, sesuai usia pasien saat ini
Keadaan sosial ekonomi kurang & kondisi lingkungan rumah baik
RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK
KU: lemah (pucat)
Vital sign : N/RR/S
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
AKTIF
Demam
Lemas, pusing, mual, muntah, nyeri ulu hati, nafsu makan turun.
Pemeriksaan Fisik : pucat, hipertimpani, nyeri pada regio epigastrika
Lab darah, imunologi serologi, GDT
INAKTIF
Keadaan sosial ekonomi kurang
DIAGNOSA KERJA
Demam Typhoid dengan Anemia
DIAGNOSIS BANDING
Dengue Fever
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Tindakan
Terapi Suportif dan Simptomatis
Obsevasi KU dan VS
Bed rest
Diet rendah serat
Rencana Terapi
-
Rencana Edukasi
NO RM :
PROGNOSIS
12
1
2
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanam
: dubia ad bonam
13
NO RM :
1
2
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Tgl
12 Nov
13 Nov
NO RM :
1
2
P
Infus KAEN 3A 15 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 1amp/12 jm
Inj Ondancetron 1amp/12 jam
Mucogard 4x cth1
ILMU
KESEHATAN
ANAK
demam
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
15 Nov
NO RM :
1
2
Demam typhoid
Keadaan umum : lemah (pucat) Anemia
TANDA VITAL :
Nadi : 120 x/menit
RR
: 22 x/ menit
Suhu : 37,10 C
Kepala : normocephal, ca (+/+),
si (-/-), bbir pucat (+/+)
Leher : PKGB (-), JVP (-)
Thorak : cor et pulmo dbn
Abdomen : distended (-),
hipertimpani (+),
Akral hangat
15
Mucogard 4x cth1
Tanf. PRC 4 kolf
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM :
1
2
DISKUSI
A. DEMAM TIFOID
1. Definisi
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tipoid
ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus)
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh tinja atau urin orang yang terinfeksi.
2.
Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari
Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip, tidak membentuk spora,
motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat
hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu.
Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 600C) selama 15 20 menit, pasteurisasi,
pendidihan dan khlorinisasi.
Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu
a) Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian
ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini
tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
b) Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari
kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap
formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.
c) Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi
kuman terhadap fagositosis
Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula
pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.
3.
Patogenesis
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia melalui
makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak.
Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman akan
menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia
kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman
16
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK
dapat hidup dan berkembang biak di dalam
makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui
duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi
darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh
organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman
meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid
dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia yang
kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti
4.
5.
ILMU
KESEHATAN
ANAK
batuk, dengan nadi antara 80-100 kali
permenit, denyut
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM :
1
2
cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak
enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti.
Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita
adalah kotor di bagian tengah, tepi, dan ujung merah serta bergetar atau tremor.
Epistaksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan
merandang.
Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan demam dengan
gejala-gejala diatas yang bisa saja terjadi pada penyakit lain juga. Ruam kulit (rash)
umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan
tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan
sempurna. Roseola terjadi teruma pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa
makula merah tua ukuran 2-4mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit perut,
lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksi berat,
purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba (splenomegali) dan
abdomen mengalami distensi.
b) Minggu kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari,
yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari.
Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan
tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari
berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi
meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat
dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai
dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya
terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan
darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna
gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering
berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau jika
berkomunikasi dan lain-lain.
c) Minggu ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu
jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejalagejala
18
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
akan berkurang dan temperatur mulaiANAK
turun. Meskipun demikian justru pada saat ini
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak
dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat
dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus,
inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga
tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian
mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal
maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan
keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya
memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan
penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.
d) Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai
adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.
6.
7.
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3
sembuh ANAK
klinis) adalah mereka yang baru
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
1
2
sembuh dari
penyakit menulat tertentu, tetapi masih merupakan sumber penularan penyakit tersebut
untuk masa tertentu, yang masa penularannya kemungkinan hanya sampai tiga bulan
umpamanya kelompok salmonella, hepatitis B dan pada difteri.
d) Chronis carrier (menahun) merupakan sumber penularan yang cukup lama seperti pada
8.
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK
yang aktif, titer aglutinin akan meningkat
pada pemeriksaan ulang yang dilakukan
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
selang waktu paling sedikit 5 hari. Peningkatan titer aglutinin empat kali lipat
selama 2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid.
i. Interpretasi hasil uji Widal
Titer O yang tinggi (160) menunjukkan adanya infeksi akut
Titer H yang tinggi (160) telah mendapat imunisasi atau pernah
ii.
menderita infeksi
Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier
Faktor yang mempengaruhi uji Widal
Faktor yang berhubungan dengan penderita antara lain : keadaan umum
gizi penderita, waktu pemeriksaan selama perjalanan penyakit, pengobatan
dini dengan antibiotik, penyakit penyerta, pemakaian obat imunosupresif,
vaksinasi, infeksi klinis atau subklinis oleh Salmonella sebelumnya.
Faktor teknis antara lain : aglutinasi silang, konsentrasi suspensi antigen,
strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.
9.
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM :
1
2
b) Komplikasi ektraintestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis,
trombosis dan tromboflebitis
hematologi : anemia
2) Komplikasi
3)
4)
5)
6)
7)
hemolitik,
trombositopenia,
koaguolasi
22
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK
diperhatikan. Pada penderita demam tifodi,
pasien dilarang untuk makan makanan yang
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
23
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK
besi. Perdarahan dapat berupa perdarahan
pada saluran cerna akibat obat obatan dan
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
infestasi cacing.
3. Patofisiologi
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besiyang
berlangsung lama. Bila kemudian ini menetap akan menyebabkan cadangan besi
berkurang.
- Tahap pertama tahap ini disebut iron depletion, ditandai dengan berkurangnya
cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi protein besi
biasanya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorbsi besi non heme.
Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya
-
menurun.
Tahap ketiga disebut iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadai bila besi yang
menuju eritroid sumsum tulang tidak mencukupi sehingga menyebabkan penurunan
kadar Hb. Dari gambaran darat tepi didapatkan mikrositosis dan hipokromik yang
progresif. Pada tahap ini terjadi perubahan epitel terutama pada ADB yang lebih
lanjut.
4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperthatikan oleh
penderitaya karena ADB terjadi perlahan. Gejala yang umum terjadi adalah pucat. Pada
ADB dengan kadar Hb 6-10 mg/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga
anemia hanya ringan saja. Gejala dapat berupa bedan lemah, lesu, cepat lelah, mata
berkunang kunang, dan telinga berdenging. Gejala yang khas dapat berupa kuku
sendok (spoon nail), atrofi papil lidah, dan perubahan pada mukosa lambung. Daya tahan
tubub terhadap infeksi menurun, hal ini terjadi karena fungsi leukosit tidak normal. Pada
penderita ADB neutrofil memiliki kemampuan untuk fagositosistetapi kemampuan untuk
membunuh E.coli dan S. Aureus menurun.
24
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM :
1
2
5. Pemeriksaaan Laboratorium
Menentukan adanya anemia dengan pemeriksaaan Hb merupakan hal pertama
yang penting untuk memutuskan pemeriksaan lebih lanjut dalam menegakan diagnosis
ADB. Pada ADB nilai indeks eritrosit MCV, MCH, MCHC menurun sejajar dengan
penurunan Hb. Jumlah retikulosit biasanya normal, pada keadaan berat karena
perdarahan jumlahnya meningkat. Gambaran morfologis darah tepi ditemukan keadaan
hipokromik, mikrositik, anisositosis, poikilositosis, dan sel pensil.
6. Diagnosis
Diagnosis ADB ditegakan berdasarkan temuan dari anamnesis, pemeriksaaan
fisik, dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan gejala klinis yang
sering tidak khas.
- Kriteria diagnosis ADB menurut WHO :
1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
2. Konsentrasi Hb eritrosit rata rata <31%
3. Kadar Fe serum <50 Ug/dl
4. Saturasi transferin <15%
7. Tatalaksana
Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan
mengatasinya serta memberikan terapi pengganti dengan preparat besi. Sekitar 80 85%
penyebab ADB dapat diketahui sehingga penanganan tepat dapat dilakukan.
- Pemberian preparat besi peroral ferous sulfat dengan dosis 4-6 mg/kgBB/hari.
- Pemberian preparat besi parenteral dengan dosis = BB(kg) x kadar Hb yang
-
8. Pencegahan
Tindakan untuk mencegah kekurangan besi :
- Meningkatkan konsumsi Fe terutama dari sumber hewani, juga perlu meningkatkan
-
ILMU
KESEHATAN
ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
NO RM :
1
2
ANALISA KASUS
An. S, Perempuan berusia 14 tahun mulai rawat inap tanggal 12 November 2014 di Bangsal
Melati RSUD Karanganyar dengan demam sudah 10 hari, demam sumer-sumer, semakin tinggi
pada sore dan malam hari, pusing, lemas, mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik tampak lemah
dan pucat, tidak ditemukan thyphoid tongue yaitu lidah tremor dan hiperemis, mata kunang, telinga
berdenging dan nyeri telan Pada pemeriksaan penunjang didapatkan, penuruina Hb, peningkatan
titer Salmonella typhi O dan Salmonella paratyphi AO, Salmonella paratyphi BO positif.
26
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK penunjang pasien curiga mengalami
Berdasarkan dari hasil autoanamnesis, dan pemeriksaan
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
demam tifoid. Gejala klinis pada demam tifoid biasanya demam, gangguan pencernaan, serta
gangguan kesadaran (apatis). Namun pada pasien ini hanya ditemukan demam yang mirip dengan
tifoid, yaitu demam tipe kontinyu. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil positif pada titer
Salmonella typhi O dan Salmonella paratyphi AO, dan Salmonella paratyphi BO pada hari ke-10.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium pasien mengalami anemia tipe hipokromik mikrositik
yang merupakan anemia disebabkan defisiensi besi, asupan makan yang tidak adekuat pada masa
pertumbuhan dan pubertas kemungkinan menjadi penyebab anemia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics Update.
Cetakan pertama. 2003. Jakarta ;Ikatan Dokter Anak Indonesia: 37-46
2. Diagnosis of typhoid fever. In : Background document : The diagnosis, treatment and
prevention of typhoid fever. World Health Organization, 2003;7-18.
3.
Hoffman SL. Typhoid Fever. In : Strickland GT, Ed. Hunters Textbook of Pediatrics,
edition7. Philadelphia : WB Saunders, 1991:344-58.
ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi XII EGC,
Jakarta.Staf Pengajar IKA, Ilmu Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
5.
28
FKUI: