Anda di halaman 1dari 28

ILMU

KESEHATAN NO RM : 3
ANAK Umur : 14 tahun

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

ANAMNESIS

Nama lengkap
Tempat dan tanggal lahir

Nama : An. S

Umur

Nama Ayah

: Tn. S

Pekerjaan ayah

: Wiraswasta

Nama ibu

: Ny. T

Pekerjaan ibu

: Karyawan Pabrik

Alamat

: Kembang Gede 2/8 Ngargoyoso, Karanganyar

Masuk RS tanggal

: 12/11/2014

Umur
Pendidikan ayah
Umur
Pendidikan ibu

Jam : 11.32

Dokter yang merawat : dr.Elief Rohana, Sp.A, M.Kes

Kelas : III.13

Jenis Kelamin

: Karanganyar, 10/08/2000

1
2

Ruang : Melati

Jenis Kelamin : Perempuan


: An. S

: Perempuan
: 14 tahun
: 45 tahun
: SMP
: 42 tahun
: SMP

Diagnosis masuk : Demam Thypoid


Ko Asisten : Ayu Ardilla, S.Ked

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM :

1
2

Tanggal : 15 November 2014 di Bangsal Melati


KELUHAN UTAMA

: Demam

KELUHAN TAMBAHAN

: Mual, nyeri ulu hati, pusing, badan lemas, nafsu makan berkurang

1. Riwayat penyakit sekarang


10 Hari Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pasien mengeluh demam awalnya sumer-sumer dan demam dirasakan semakin meningkat
terutama menjelang malam hari dan turun pada pagi hari. Pasien juga mengeluh kepala terasa
pusing, badan lemas, cepat lelah, nafsu makan berkurang, nyeri ulu hati dan mual setiap makan.
Tidak ditemukan keluhan muntah, mata berkunang, telinga berdenging, nyeri telan, nyeri otot,
nyeri sendi, mimisan, gusi berdarah, dan bintik merah pada kulit. BAB (-) 3 hari, BAK dbn 3 5
kali perhari. Pasien periksa ke puskesmas dan dirawat inap selama 4 hari, dinyatakan sembuh oleh
dokter.
3 Hari Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pasien dengan keluhan demam lagi dan demam semakin tinggi menjelang malam hari.
Pasien juga mengeluh kepala terasa pusing, badan lemas, cepat lelah, nafsu makan berkurang dan
nyeri ulu hati. Tidak ditemukan mual, muntah, mata berkunang, telinga berdenging, nyeri telan,
nyeri otot, nyeri sendi, mimisan, gusi berdarah, dan bintik merah pada kulit.. BAB (+) 1 kali
sehari konsistensi keras, warna kuning, tidak ada lendir dan darah. BAK dbn. Pasien diberi obat
penurun panas tetapi panas hanya turun sebentar kemudian naik lagi.
Hari Masuk Rumah Sakit
Pasien kiriman poli anak dengan keluhan demam naik turun 10 hari, demam meningkat
terutama menjelang malam hari. Pasien juga mengeluh kepala terasa pusing, lemas, nafsu makan
berkurang, mual, muntah 2x, nyeri ulu hati, dan perut terasa senep. Tidak ditemukan keluhan mata
berkunang, telinga berdenging, nyeri telan, nyeri otot, nyeri sendi, mimisan, gusi berdarah, dan
bintik merah pada kulit . BAB 1 kali sehari, konsistensi keras, warna kuning, tidak ada lendir dan
darah. BAK dbn.
Kesan : Pasien dengan keluhan demam hari ke 10, demam semakin tinggi terutama malam
hari dan tidak menurun dengan penurun panas. Keluhan juga disertai kepala terasa pusing, badan
lemas, nafsu makan berkurang, mual, muntah (2x) dan nyeri ulu hati. BAB 1 kali
konsistensi keras, warna kuning, tidak ada lendir dan darah. BAK dbn.

sehari,

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM :

1
2

2. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit serupa

Riwayat demam

: disangkal

Riwayat kejang

: disangkal

Riwayat alergi obat/makanan : disangkal

Riwayat konsumsi NSAID

: disangkal

Riwayat hemoroid

: disangkal

Riwayat menorrhagia

: disangkal

Riwayat metrorhagia

: disangkal

Riwayat hematuria

: disangkal

Riwayat melena

: disangkal

Riwayat hematemesis

: disangkal

: disangkal

Kesan : tidak terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang.
3. Riwayat Penyakit pada Keluarga dan Lingkungan yang ditularkan
Riwayat penyakit serupa
: disangkal
Riwayat diare pada keluarga
: disangkal
Riwayat kontak dengan penderita dengan gejala yang sama di lingkungan : disangkal
Riwayat diare pada lingkungan
: disangkal
Kesan : tidak terdapat riwayat penyakit keluarga dan lingkungan yang berhubungan dengan
penyakit sekarang.
POHON KELUARGA

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
Kesan : Tidak terdapat penyakit serupa dan tidak ada riwayat penyakit keluarga yang diturunkan.
RIWAYAT PRIBADI
1. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat kehamilan ibu pasien
Ibu G2P1A0 hamil saat usia 27 tahun. Ibu memeriksakan kehamilannya rutin ke bidan setiap
3

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK
bulannya. Ibu tidak pernah mual dan muntah
berlebihan, tidak ada riwayat trauma maupun
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

infeksi saat hamil. Ibu tidak merokok saat hamil, sesak nafas dan kejang saat hamil. Ibu tidak
pernah mengkonsumsi jamu dan obat. Berat badan ibu dinyatakan normal dan mengalami
kenaikan berat badan selama kehamilan. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien
Ibu melahirkan pasien dibantu oleh bidan, umur kehamilan 9 bulan 4 hari, persalinan normal,
presentasi kepala, bayi langsung menangis dengan berat lahir 3100 gram, tidak ditemukan
cacat bawaan saat lahir.
c. Riwayat paska lahir pasien
Bayi perempuan BB 3100 gr, setelah lahir langsung menangis, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, tidak ada demam atau kejang. ASI keluar hari ke-1, bayi langsung menetek.
Kesan : Riwayat ANC baik, persalinan spontan, riwayat PNC baik.
2. Riwayat makanan
0-6 bulan
: ASI
6-12 bulan
: ASI, bubur susu, buah pisang dan jeruk, diselingi nasi tim kuah sayur.
1-2 tahun
: ASI, bubur susu, diselingi nasi dan kuah sayur.
2-6 tahun
: nasi piring 3xsehari, sayur, lauk, buah, dan susu.
6 tahun sampai sekarang anak makan 3 kali sehari, dengan sayur, tahu, dan tempe. Anak
kurang suka makan telur, daging sapi, ayam, ikan, maupun buah.
Kesan : Pasien mendapat ASI eksklusif, kuantitas makan baik, kulaitas makan kurang baik

.
3. Perkembangan dan kepandaian :
Motorik Kasar

Motorik Halus

Bahasa
Menoleh ke

Personal Sosial

Duduk sendiri
(9 bulan)

Memegang benda
(4 bulan)

Berjalan (12 bulan)

Makan sendiri (3 th)

Lat.bicara (2 th)

Bermain (9bln)

Berlari (3 tahun)

Menulis (4th)

Bicara lancar
(4th)

Kumpul bersama

Bersepeda (4th)

Menggambar (5th)

B. Indonesia (6th)

sumber suara
(5 bulan)

Tersenyum
(2 bulan)

teman teman (2th)


Kerja kelompok (6th)

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Bersepeda motor
(13th)

Menyulam kerajinan
(13th)

NO RM :

Bahasa Inggris
(12 th)

1
2

Berorganisasi
( 14th)

Kesan : Motorik kasar & halus, bahasa, personal sosial sesuai usia. Kepandaian dalam rata-rata.
4. Vaksinasi
Jenis
I
II
III
IV
HEPATITIS B
0 bulan
2 bulan
4 bulan
6 bulan
BCG
1 bulan
DPT
2 bulan
4 bulan
6 bulan
2 tahun
POLIO
1 bulan
2 bulan
4 bulan
6 bulan
CAMPAK
9 bulan
Kesan : Imunisasi dasar sesuai PPI lengkap dengan ulangan

V
2 tahun
2 tahun
-

VI
-

5. Sosial, ekonomi, dan lingkungan:


a. Sosial dan ekonomi
Ayah (45 tahun, wiraswasta) dan ibu (42 tahun, ibu karyawan pabrik), penghasilan
keluarga sekitar Rp 2.500.000,- /bulan

(keluarga merasa kurang untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari).
b.

Lingkungan
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, kakak, dan adiknya. Rumah terdiri dari ruang tamu,
dapur, kamar mandi dan 2 kamar tidur. WC menyatu dengan kamar mandi, kamar mandi
dikuras seminggu sekali. Sumber air berasal dari air sumur yang jernih dan tidak berbau.
Air minum menggunakan sumber air yang direbus, atap terbuat dari genteng, dinding dari
semen, lantai rumah dari keramik. Ventilasi udara dan penerangan cukup, jarak septi tank
dengan sumber air 10 meter. Sampah dibakar langsung tiap hari.
Kesan : keadaan sosial ekonomi kurang & kondisi lingkungan rumah baik.

6.

Anamnesis sistem :
Serebrospinal

: kejang (-), penurunan kesadaran (-)

Kardiovaskuler

: sianosis (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-)

Respiratorius

: batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorokan (-), sesak nafas (-)

Gastrointestinal

: mual (+), muntah (+), BAB (+)

Urogenital

: BAK (+), nyeri saat kencing (-)


5

ILMU
KESEHATAN NO RM :
ANAK
kelainan bentuk (-) nyeri
sendi (-), nyeri otot (-)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Muskuloskeletal

Integumentum

: bintik merah (-), ikterik (-)

Otonom

: demam (+)

Kesan : terdapat masalah pada sistem gastrointestinal dan otonom.

1
2

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Umur : 14 tahun

PEMERIKSAAN

Nama : An. S

JASMANI

Jenis Kelamin : Perempuan

PEMERIKSAAN OLEH : Ayu Ardilla, S.Ked

NO RM :

Ruang : Melati

Kelas : III. 13
Tanggal 15 November 2014
Jam 13.00

PEMERIKSAAN FISIK
KESAN UMUM
Keadaan Umum

: lemah (pucat)

Nadi

: 89 x/menit

RR

: 24 x/menit

Suhu

: 37,2C

Status Gizi :
BB/TB

: 42 kg/155 cm

BMI WHO

: 17,5 kg/m2

PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Kepala
Ukuran
: normocephal, rambut warna hitam, lurus, jumlah cukup
Bentuk
: normocephal
Mata
: CA (+/+), SI (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor (+/+)
Hidung
: sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-)
Mulut
: lidah kotor (-), bibir pucat (+), sianosis (-), papil lidah atrofi (-)
Pharing
: hiperemis (-)
b. Leher : pembesaran limfonodi (-), masa abnormal (-), kaku kuduk (-)
c. Thoraks , Jantung :
Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: apeks tidak teraba

Perkusi

batas kanan atas

: SIC II linea parasternalis dextra

batas kanan bawah

: SIC IV linea parasternalis dextra

batas kiri atas

: SIC II linea parasternalis sinistra

batas kiri bawah

: SIC IV linea midclavicula sinistra

Auskultasi

: BJ I-II intensitas reguler (+), bising jantung (-)

Paru :

1
2

ILMU
KESEHATAN
ANAK kiri

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Kanan

DEPAN

Simetris(+),retraksi(-)
subcostae, intercostae
suprasternal

Inspeksi

Ketinggalan
fremitus (+)

dan

gerak

(-), Palpasi

Sonor

Perkusi

SDV normal,
Wheezing (-)

NO RM :

(-)
dan

Ketinggalan
fremitus (+)

(-),

gerak

SD V normal Rhonki (-),


wheezing (-)

BELAKANG

kiri

Simetris (+),

Inspeksi

Simetris (+)

(-), Palpasi

Ketinggalan
fremitus (+)

gerak

Sonor

Perkusi

Sonor

SDV (+), Rh (-), Whz (-)

Auskultasi

SDV (+), Rh (-), Whz (-)

d. Abdomen :
Inspeksi

: distended (-), sikatrik (-), purpura (-)

Auskultasi

: peristaltik (+)

Perkusi

: hipertimpani (+), kembung (+)

Palpasi

: turgor kulit normal, nyeri tekan regio epigastrica (+)

Hepar

: hepatomegali (-)

Lien

: splenomegali (-)

Anogenital

: tidak ada kelainan

e. Ekstremitas

: akral hangat, sianosis (-), oedema (-), spoon nail (-)


tungkai

lengan

kanan

kiri

kanan

kiri

Gerakan

bebas

bebas

bebas

bebas

Tonus

normal

normal

normal

normal

Trofi

eutrofi

eutrofi

eutrofi

eutrofi

(-)

(-)

(-)

Klonus Tungkai :

1
2

Simetris(+),
retraksi
subcosta,
intercosta
suprasternal

Kanan

gerak

Sonor

Rhonki (-), Auskultasi

Ketinggalan
fremitus (+)

(-)

Reflek fisiologis

: Reflek patella (+) , achiles (+), tricep (+), bisep (+)

Refleks patologis

Babinski (-), chaddock (-), Oppenheim (-), gordon (-),


8

(-),

ILMU
KESEHATAN NO RM :
Kaku kuduk (-), Brudzinski IANAK
(-), Brudzinski II (-), kernig (-)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Meningeal Sign

Sensibilitas

: Dalam batas normal

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN (12 November 2014)


No
Parameter
Jumlah
Satuan
Nilai Rujukan
1.
Leukosit
3,99
uL
5000-1000 /uL
2.
Eritrosit
2,38
uL
4,0-5,5 / uL
3.
Hemoglobin 6,3
gr/dl
12 16 G%
4.
Hematokrit
17,0
%
37-43%
5.
MCV
71,5
femtoliter
82-92 fl
6.
MCH
26,5
Pikograms
27-31 pg
7.
MCHC
37,0
g/dl
32-36 g/dl
8.
Trombosit
78
uL
150.000-450.000/uL
9.
Limfosit
58,1
%
20-40%
10.
Monosit
0,8
%
2-8%
11.
Eosinofil
0,3
%
0,5 5,0%
12.
Basofil
0,2
%
0,0 1,0
13.
Granulosit
40,6
%
50 70 %
Kesan : penurunan leukosit, eritrosit, Hb, hematokrit, MCV, MCH, trombosit
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN (17 November 2014)
No
Parameter
Jumlah
Satuan
Nilai Rujukan
1.
Leukosit
3,32
uL
5000-1000 /uL
2.
Eritrosit
3,11
uL
4,0-5,5 / uL
3.
Hemoglobin 8,7
gr/dl
12 16 G%
4.
Hematokrit
23,6
%
37-43%
5.
MCV
70,6
femtoliter
82-92 fl
6.
MCH
26,0
Pikograms
27-31 pg
7.
MCHC
37,0
g/dl
32-36 g/dl
8.
Trombosit
89
uL
150.000-450.000/uL
9.
Limfosit
58,1
%
20-40%
10.
Monosit
0,8
%
2-8%
11.
Eosinofil
0,3
%
0,5 5,0%
12.
Basofil
0,2
%
0,0 1,0
13.
Granulosit
41,6
%
50 70 %
Kesan : penurunan leukosit, eritrosit, Hb, hematokrit, MCV, MCH, trombosit
PEMERIKSAAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN (18 November 2014)
No
1.
2.
3.
4.

Parameter
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit

Jumlah
3,99
4,27
12,1
32,4

Satuan
uL
uL
gr/dl
%

Nilai Rujukan
5000-1000 /uL
4,0-5,5 / uL
12 16 G%
37-43%
9

1
2

ILMU
KESEHATAN
femtoliter ANAK
82-92 fl

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

5.
MCV
75,4
6.
MCH
26,0
Pikograms
7.
MCHC
37,4
g/dl
8.
Trombosit
89
uL
9.
Limfosit
58,1
%
10.
Monosit
0,8
%
11.
Eosinofil
0,3
%
12.
Basofil
0,2
%
13.
Granulosit
41,9
%
Kesan : penurunan hematokrit, leukosit, dan trombosit.

NO RM :

1
2

27-31 pg
32-36 g/dl
150.000-450.000/uL
20-40%
2-8%
0,5 5,0%
0,0 1,0
50 70 %

Imunologi/serologi
Tes widal
Hasil
Nilai Rujukan
S. Typhi O
+1/160
Negative
S. Typhi H
Negative
Negative
S. Paratyphi AO
+1/320
Negative
S. Paratyphi AH
Negative
Negative
S. Paratyphi BO
+1/320
Negative
S. Paratyphi BH
Negative
Negative
S. Paratyphi CO
Negative
Negative
S. Paratyphi CH
Negative
Negative
Kesan : peningkatan titer S. typhi O, S. Paratyphi AO, Salmonella Paratyphi BO.
PEMERIKSAAN FECES (14 November 2014)

No.

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Rujukan

1.

Warna

Cokelat

2.

Konsistensi

Lembek

3.

Darah

Negative

4.

Lendir

Negative

5.

Telur Cacing

Negative

PEMERIKSAAN GAMBARAN DARAH TEPI (12 November 2014)


No.

Sel

Hasil

1.

Eritrosit

Hipokromik mikrositik, anisositosis, polikromasi, sel pensil, eritroblas (+)

2.

Leukosit

Jumlah menurun, dominasi limfosit, limfosit atipik, sel blas (-)

3.

Trombosit

Jumalh menurun, giant trombosit (+), clumping trombosit (-)

4.

Kesan

Anemia hipokromik mikrositik, susp. et causa proses hemolitik dd perdarahan


bersama dengan proses infeksi

10

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM :

1
2

RINGKASAN ANAMNESIS
Pasien perempuan umur 14 tahun, datang ke IGD RSUD Karanganyar dengan keluhan
demam 10 hari , demam semakin tinggi terutama malam hari dan tidak menurun dengan penurun
panas. Keluhan juga disertai kepala terasa pusing, badan lemas, nafsu makan berkurang, mual,
muntah (2x) dan nyeri ulu hati. Tidak ditemukan keluhan mata berkunang, telinga berdenging,
maupun nyeri telan. BAB 1 kali sehari, konsistensi keras, warna kuning, tidak ada lendir dan
darah. BAK dbn.
Tidak terdapat riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit sekarang
Tidak terdapat riwayat penyakit pada keluarga dan lingkungan yang ditularkan pada pasien
Riwayat ANC baik, persalinan spontan, riwayat PNC baik
Pasien mendapatkan ASI eksklusif, kuantitas makanan baik, kualitas makanan kurang baik
Perkembangan dan kepandaian baik
Imunisasi dasar lengkap berdasarkan PPI, sesuai usia pasien saat ini
Keadaan sosial ekonomi kurang & kondisi lingkungan rumah baik
RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK
KU: lemah (pucat)
Vital sign : N/RR/S

: 89 x/menit // 24 x/menit // 37,2C

Status gizi baik menurut WHO.


Kepala: normochepal, CA (+/+), SI (-/-), papil lidah atrofi (-), bibir pucat (+)
Pada pemeriksaan leher dan pemeriksaan thorax dalam batas normal
Abdomen : hiperimpani, nyeri tekan epigastrika, hepatomegali (-), splenomegali (-).
Extremitas superior et inferior, dan status neurologis dalam batas normal.
LABORATORIUM
Darah Rutin : penurunan leukosit, eritrosit, Hb, hematokrit, MCV, MCH, trombosit
Imunologi/serologi : Positif untuk titer S. typhi O, S. Paratyphi AO, Salmonella Paratyphi BO
Feses : tidak ditemukan adanya infeksi cacing tambang
GDT : Anemia hipokromik mikrositik
DAFTAR MASALAH AKTIF / INAKTIF
11

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

AKTIF

Demam
Lemas, pusing, mual, muntah, nyeri ulu hati, nafsu makan turun.
Pemeriksaan Fisik : pucat, hipertimpani, nyeri pada regio epigastrika
Lab darah, imunologi serologi, GDT

INAKTIF
Keadaan sosial ekonomi kurang
DIAGNOSA KERJA
Demam Typhoid dengan Anemia
DIAGNOSIS BANDING
Dengue Fever
RENCANA PENGELOLAAN
Rencana Tindakan
Terapi Suportif dan Simptomatis
Obsevasi KU dan VS
Bed rest
Diet rendah serat
Rencana Terapi
-

Infus KAEN 3A 15 tpm


Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 1amp/12 jm
Inj Ondancetron 1amp/12 jam
Mucogard 4x cth1
Tranfusi PRC

Rencana Edukasi

NO RM :

Menjelaskan tentang penyakit pasien kepada keluarga pasien.


Memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi
Mengatur pola makan
Menjaga kebersihan lingkungan
Istirahat yang cukup/tirah baring

PROGNOSIS

12

1
2

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad fungsionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanam

: dubia ad bonam

13

NO RM :

1
2

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Tgl

12 Nov

Pasien keluhan panas naik turun


10 hari, demam meningkat
terutama menjelang malam hari.
Pasien mengeluh kepala terasa
pusing, lemas, nafsu makan
berkurang, mual, muntah 2x,
nyeri ulu hati, dan perut terasa
senep. Keluhan mata berkunang
(-) telinga berdenging (-) nyeri
telan (-) nyeri otot (-) nyeri sendi
(-) mimisan (-) gusi berdarah (-)
dan bintik merah pada kulit (-) .
BAB 1 kali sehari, konsistensi
keras, warna kuning, tidak ada
lendir dan darah. BAK dbn.

13 Nov

Pasien dengan keluhan demam


sudah turun, nyeri uluhati (+),
pusing (+), mual (+), muntah (-),
makan (+), minum (+), BAB (-),
BAK (+).

NO RM :

1
2

Keadaan Umum : lemah (pucat) Demam Typhoid


TANDA VITAL :
Anemia
Nadi : 116 x/menit
RR
: 30x/menit
Suhu : 37,5C
Kepala : normocephal, ca (+/
+), Si (-/-).
Leher : PKGB (-), JVP (-)
Thorax : Cor et pulmo DBN
Abdomen:
distended
(-),
hipertimpani (+) peristaltik (+)
Akral Hangat

Keadaan Umum : lemah (pucat) Demam Typhoid


Compos mentis
Anemia
TANDA VITAL
Nadi : 104 x/menit
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,5 0 C
Kepala : normocephal, ca (+/+),
si (-/-)
Leher : PKGB (-), JVP (-)
Thorak : Cor et pulmo dbn
Abdomen : distended (-),
hipertimpani (+), NT epigra (+)
Akral Hangat
14

P
Infus KAEN 3A 15 tpm
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 1amp/12 jm
Inj Ondancetron 1amp/12 jam
Mucogard 4x cth1

Infus KAEN 3A 15 tpm


Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 1amp/12 jm
Inj Ondancetron 1amp/12 jam
Mucogard 4x cth
Lab. Feces rutin
GDT

Infus KAEN 3A 15 tpm


Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 1amp/12 jm
Inj Ondancetron 1amp/kp

ILMU
KESEHATAN
ANAK
demam

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Pasien dengan keluhan


sudah turun, nyeri uluhati (+),
pusing (+), mual (+), muntah (-),
makan (+), minum (+), BAB (-),
BAK (+).
14 Nov

15 Nov

NO RM :

1
2

Demam typhoid
Keadaan umum : lemah (pucat) Anemia
TANDA VITAL :
Nadi : 120 x/menit
RR
: 22 x/ menit
Suhu : 37,10 C
Kepala : normocephal, ca (+/+),
si (-/-), bbir pucat (+/+)
Leher : PKGB (-), JVP (-)
Thorak : cor et pulmo dbn
Abdomen : distended (-),
hipertimpani (+),
Akral hangat

Pasien dengan keluhan demam


(-), nyeri uluhati (+), pusing (+), Keadaan umum :lemah (pucat)
Demam typhoid
mual (+), muntah (-), makan (+), TANDA VITAL:
Anemia
minum (+), BAB (-), BAK (+).
Nadi : 85 x/menit
RR : 45 x/menit
Suhu : 37,1
Kepala : normocephal, ca (-/-),
si (-/-)
Leher : PKGB (-), JVP (-)
Thorak : cor et pulmo dbn
Abdomen : distended (-),
hipertimpani (+) peristaltic (+)
Akral hangat

15

Mucogard 4x cth1
Tanf. PRC 4 kolf

Infus KAEN 3A 15 tpm


Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ranitidin 1amp/12 jm
Inj Ondancetron 1amp/kp
Mucogard 4x cth1

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM :

1
2

DISKUSI
A. DEMAM TIFOID
1. Definisi
Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tipoid
ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus)
dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan
dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh tinja atau urin orang yang terinfeksi.
2.

Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari
Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip, tidak membentuk spora,
motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat
hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu.
Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 600C) selama 15 20 menit, pasteurisasi,
pendidihan dan khlorinisasi.
Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu
a) Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian
ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini
tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
b) Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari
kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap
formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.
c) Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi
kuman terhadap fagositosis
Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula
pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.

3.

Patogenesis
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia melalui
makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak.
Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman akan
menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia
kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman
16

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK
dapat hidup dan berkembang biak di dalam
makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui
duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi
darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh
organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman
meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid
dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia yang
kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti
4.

demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.


Tanda dan Gejala Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding dengan
penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 20 hari. Setelah masa inkubasi maka
ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan anoreksia, malaise, sakit kepala bagian depan,
nyeri otot, lidah kotor, gangguan perut (perut kembung dan sakit) serta nafsu makan turun.
Kemudian menyusul gejala klinis yang bisa ditemukan antara lain :
a) Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten
dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore
dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam.
Dalam minggu ketiga suhu tubuh beraangsur-angsur turun dan normal kembali pada
akhir minggu ketiga.
b) Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah
(ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut
kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.
Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi
diare.
c) Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis

5.

sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah


Patofisiologi Demam Tifoid
a) Minggu pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama
dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitu
setinggi 39c hingga 40c, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah,
17

ILMU
KESEHATAN
ANAK
batuk, dengan nadi antara 80-100 kali
permenit, denyut

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM :

1
2

lemah, pernapasan semakin

cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak
enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti.
Pada akhir minggu pertama, diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita
adalah kotor di bagian tengah, tepi, dan ujung merah serta bergetar atau tremor.
Epistaksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan
merandang.
Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan demam dengan
gejala-gejala diatas yang bisa saja terjadi pada penyakit lain juga. Ruam kulit (rash)
umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan
tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan
sempurna. Roseola terjadi teruma pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa
makula merah tua ukuran 2-4mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit perut,
lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksi berat,
purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba (splenomegali) dan
abdomen mengalami distensi.
b) Minggu kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari,
yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari.
Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan
tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari
berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi
meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat
dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai
dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya
terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan
darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna
gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering
berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau jika
berkomunikasi dan lain-lain.
c) Minggu ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu
jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejalagejala
18

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
akan berkurang dan temperatur mulaiANAK
turun. Meskipun demikian justru pada saat ini

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak
dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat
dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus,
inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga
tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian
mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal
maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan
keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya
memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan
penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.
d) Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai
adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.
6.

Penderita Demam Tifoid


Yang menjadi sumber utama infeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan
mikroorganisme penyebab penyakit, baik ketika ia sedang menderita sakit maupun yang
sedang dalam penyembuhan. Pada masa penyembuhan penderita pada umumnya masih

7.

mengandung bibit penyakit di dalam kandung empedu dan ginjalnya.


Karier Demam Tifoid
Penderita tifoid karier adalah seseorang yang kotorannya (feses atau urin) mengandung
Salmonella typhi setelah satu tahun pasca demam tifoid, tanpa disertai gejala klinis. Pada
penderita demam tifoid yang telah sembuh setelah 2 3 bulan masih dapat ditemukan
kuman Salmonella typhi di feces atau urin. Penderita ini disebut karier pasca penyembuhan.
Pada demam tifoid sumber infeksi dari karier kronis adalah kandung empedu dan ginjal
(infeksi kronis, batu atau kelainan anatomi). Oleh karena itu apabila terapi medika-mentosa
dengan obat anti tifoid gagal, harus dilakukan operasi untuk menghilangkan batu atau
memperbaiki kelainan anatominya.
Karier dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:
a) Healthy carrier (inapparent) adalah mereka yang dalam sejarahnya tidak pernah
menampakkan menderita penyakit tersebut secara klinis akan tetapi mengandung unsur
penyebab yang dapat menular pada orang lain, seperti pada penyakit poliomyelitis,
hepatitis B dan meningococcus
b) Incubatory carrier (masa tunas) adalah mereka yang masih dalam masa tunas, tetapi
telah mempunyai potensi untuk menularkan penyakit/ sebagai sumber penularan,
seperti pada penyakit cacar air, campak dan pada virus hepatitis
19

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3
sembuh ANAK
klinis) adalah mereka yang baru

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

c) Convalescent carrier (baru

1
2

sembuh dari

penyakit menulat tertentu, tetapi masih merupakan sumber penularan penyakit tersebut
untuk masa tertentu, yang masa penularannya kemungkinan hanya sampai tiga bulan
umpamanya kelompok salmonella, hepatitis B dan pada difteri.
d) Chronis carrier (menahun) merupakan sumber penularan yang cukup lama seperti pada
8.

penyakit tifus abdominalis dan pada hepatitis B.


Diagnosis
a) Diagnosis Klinik
Tanda dan gejala klinik dari demam tifoid menyerupai tanda dan gejala klinis
berbagai macam penyakit yang disertai dengan demam. Akan tetapi trias gejala yang
dapat diidentikan dengan demam tifoid adalah demam, gangguan saluran pencernaan,
penurunan kesadaran (pasien yang awalnya komposmentis menjadi letargi hingga
mencapai delirium).
b) Diagnosis Mikrobiologik/pembiakan kuman
Metode diagnosis mikrobiologik adalah metode yang paling spesifik dan lebih dari
90% penderita yang tidak diobati, kultur darahnya positip dalam minggu pertama. Hasil
ini menurun drastis setelah pemakaian obat antibiotika, dimana hasil positip menjadi
40%. Meskipun demikian kultur sum-sum tulang tetap memperlihatkan hasil yang
tinggi yaitu 90% positip. Pada minggu-minggu selanjutnya hasil kultur darah menurun,
tetapi kultur urin meningkat yaitu 85% dan 25% berturut-turut positip pada minggu ke3 dan ke-4. Organisme dalam tinja masih dapat ditemukan selama 3 bulan dari 90%
penderita dan kira-kira 3% penderita tetap mengeluarkan kuman Salmonella typhi
dalam tinjanya untuk jangka waktu yang lama.
c) Diagnosis Serologik
1) Uji Widal
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum penderita
demam tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella typhi dan pada orang
yang pernah mendapatkan vaksin demam tifoid.
Antigen yang digunakan pada uij Widal adlah suspensi Salmonella typhi yang
sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji Widal adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita yang diduga menderita
demam tifoid.
Dari ketiga aglutinin (aglutinin O, H, dan Vi), hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosis. Semakin tinggi titer aglutininnya, semakin
besar pula kemungkinan didiagnosis sebagai penderita demam tifoid. Pada infeksi
20

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK
yang aktif, titer aglutinin akan meningkat
pada pemeriksaan ulang yang dilakukan

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

selang waktu paling sedikit 5 hari. Peningkatan titer aglutinin empat kali lipat
selama 2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid.
i. Interpretasi hasil uji Widal
Titer O yang tinggi (160) menunjukkan adanya infeksi akut
Titer H yang tinggi (160) telah mendapat imunisasi atau pernah

ii.

menderita infeksi
Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier
Faktor yang mempengaruhi uji Widal
Faktor yang berhubungan dengan penderita antara lain : keadaan umum
gizi penderita, waktu pemeriksaan selama perjalanan penyakit, pengobatan
dini dengan antibiotik, penyakit penyerta, pemakaian obat imunosupresif,
vaksinasi, infeksi klinis atau subklinis oleh Salmonella sebelumnya.
Faktor teknis antara lain : aglutinasi silang, konsentrasi suspensi antigen,
strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen.

2) Uji ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay)


i. Uji ELISA untuk melacak antibodi terhadap antigen Salmonella typhi
belakangan ini mulai dipakai. Prinsip dasar uji ELISA yang dipakai umumnya
uji ELISA tidak langsung. Antibodi yang dilacak dengan uji ELISA ini
ii.

tergantung dari jenis antigen yang dipakai.


Uji ELISA untuk melacak Salmonella typhi. Deteksi antigen spesifik dari
Salmonella typhi dalam spesimen klinik (darah atau urine) secara teoritis dapat
menegakkan diagnosis demam tifoid secara dini dan cepat. Uji ELISA yang
sering dipakai untuk melacak adanya antigen Salmonella typhi dalam spesimen

9.

klinis, yaitu double antibody sandwich ELISA.


Komplikasi
a) Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan minor yang tidak
membutuhkan tranfusi darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita
mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila
terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.
2) Perforasi usus
Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul pada minggu
ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Penderita demam tifoid
dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran
kanan bawah yang kemudian meyebar ke seluruh perut. Tanda perforasi lainnya
adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.
21

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM :

1
2

b) Komplikasi ektraintestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis,
trombosis dan tromboflebitis
hematologi : anemia

2) Komplikasi
3)

4)
5)
6)
7)

hemolitik,

trombositopenia,

koaguolasi

intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik


Komplikasi paru : pneumoni, empiema, dan pleuritis
Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis
Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis
Komplikasi tulang : osteomielitis, perostitis, spondilitis, dan artritis
Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, menigitis, polineuritis perifer,
psikosis, dan sindrom katatonia.

10. Penatalaksanaan Demam Tifoid


a) Perawatan umum
Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau
kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadinya
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pesien harus dilakukan
secara bertahap sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien
Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus diubah-ubah pada waktuwaktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
Defekasi dan buang air kecil harus diperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi
dan retensi air kemih. Pengobatan simtomik diberikan untuk menekan gejala-gejala
simtomatik yang dijumpai seperti demam, diare, sembelit, mual, muntah, dan
meteorismus. Sembelit bila lebih dari 3 hari perlu dibantu dengan paraffin atau lavase
dengan glistering. Obat bentuk laksan ataupun enema tidak dianjurkan karena dapat
memberikan akibat perdarahan maupun perforasi intestinal.
Pengobatan suportif dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan penderita, misalnya
pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan keseimbangan cairan, vitamin, dan
mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan kortikosteroid untuk mempercepat penurunan
demam.
b) Diet
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi
dengan lauk pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan
dengan aman pada pasien demam tifoid. Selain itu, kebersihan dari diet itu sendiri juga

22

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK
diperhatikan. Pada penderita demam tifodi,
pasien dilarang untuk makan makanan yang

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

merangsang seperti makanan dengan rasa pedas dan kecut.


c) Terapi Medikamentosa
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan antara lain:
1) Kloramfenikol : kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama pada pasien
demam tifoid. Dosis yang diberikan 100 mg/kgBB/Hari dibagi dalam 4x pemberian
selama 10-14 hari
2) Ampisilin dan Amoksisilin : Dosis ampisilin 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4x
pemberian secara intravena. Amoxicilin dosis yang diberikan 100 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 4x pemberian per oral.
3) Sefalosporin generasi ketiga : Beberapa uji klinis menunjukkan bahwa sefalosporin
generasi ketifa antara lain ceftriaxon, dan cefotaxim efektif untuk demam tifoid.
Dosis ceftriaxon 100mg/kg/hari dibagi dalam 1 atau 2 dosis (maksimal 4 gr/hari)
selama 5-7 hari. Dosis cefotaxime 150-200 mg/kg/hari.
B. ANEMIA
1. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana masa eritrosit atau hemoglobin yang
beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan O 2 bagi jaringan. Anemia
Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya besi yang
diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Anemia ini merupakan bentuk anemia yang paling
sering ditemukan di dunia, terutama di negara berkembang sehubungan dengan
kemampuan ekonomi yang terbatas, masukan protein hewani yang rendah dan infeksi
parasit pada daerah endemik.
2. Etiologi
Kekurangan besi dapat disebabkan oleh
- Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis, pada periode pertumbuhan cepat yaitu
pada umur 1 tahun pertama dan masa remaja, kebutuhan besi meningkat, sehinga
insiden ADB meningkat. Pada usia remaja yang mengalami menstruasi pentyebab
-

kekurangan besi terjadi akibat adanya kehilangan darah lewat menstruasi.


Kebutuhan besi yang diserap, masukan besi yang tidak adekuat dan adanya

malabsorbi besi sering ditemukan pada anak yang kurang gizi.


Perdarahan, kegilangan darah akibat perdarahan merupakan penyebab terpenting
terjadinya ADB. Kehilngan darah akan mempengaruhi status keseimbangan besi.
Kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan kehilangan besi 0,5 mg, sehingga
kehilangan darah 3-4 ml / hari (1,5-2 mg) dapat mengakibatkan keseimbangan negatif

23

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK
besi. Perdarahan dapat berupa perdarahan
pada saluran cerna akibat obat obatan dan

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

infestasi cacing.

3. Patofisiologi
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besiyang
berlangsung lama. Bila kemudian ini menetap akan menyebabkan cadangan besi
berkurang.
- Tahap pertama tahap ini disebut iron depletion, ditandai dengan berkurangnya
cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi protein besi
biasanya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorbsi besi non heme.
Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya
-

kekurangan besi masih normal.


Tahap kedua tahap ini disebut iron deficient erythropoetin yang didapatkan jumlah
besi tidak mencukupi untuk proses eritropoisis. Dari pemeriksaan laboratorium
diperoleh nilai besi serum menurun dan saturasi transferin menurun sedangkan total
iron

binding capacity (TIBC) meningkat dan free erythrocyte porphyrin (FEP)

menurun.
Tahap ketiga disebut iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadai bila besi yang
menuju eritroid sumsum tulang tidak mencukupi sehingga menyebabkan penurunan
kadar Hb. Dari gambaran darat tepi didapatkan mikrositosis dan hipokromik yang
progresif. Pada tahap ini terjadi perubahan epitel terutama pada ADB yang lebih
lanjut.

4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis ADB sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperthatikan oleh
penderitaya karena ADB terjadi perlahan. Gejala yang umum terjadi adalah pucat. Pada
ADB dengan kadar Hb 6-10 mg/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga
anemia hanya ringan saja. Gejala dapat berupa bedan lemah, lesu, cepat lelah, mata
berkunang kunang, dan telinga berdenging. Gejala yang khas dapat berupa kuku
sendok (spoon nail), atrofi papil lidah, dan perubahan pada mukosa lambung. Daya tahan
tubub terhadap infeksi menurun, hal ini terjadi karena fungsi leukosit tidak normal. Pada
penderita ADB neutrofil memiliki kemampuan untuk fagositosistetapi kemampuan untuk
membunuh E.coli dan S. Aureus menurun.

24

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM :

1
2

5. Pemeriksaaan Laboratorium
Menentukan adanya anemia dengan pemeriksaaan Hb merupakan hal pertama
yang penting untuk memutuskan pemeriksaan lebih lanjut dalam menegakan diagnosis
ADB. Pada ADB nilai indeks eritrosit MCV, MCH, MCHC menurun sejajar dengan
penurunan Hb. Jumlah retikulosit biasanya normal, pada keadaan berat karena
perdarahan jumlahnya meningkat. Gambaran morfologis darah tepi ditemukan keadaan
hipokromik, mikrositik, anisositosis, poikilositosis, dan sel pensil.
6. Diagnosis
Diagnosis ADB ditegakan berdasarkan temuan dari anamnesis, pemeriksaaan
fisik, dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan gejala klinis yang
sering tidak khas.
- Kriteria diagnosis ADB menurut WHO :
1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
2. Konsentrasi Hb eritrosit rata rata <31%
3. Kadar Fe serum <50 Ug/dl
4. Saturasi transferin <15%
7. Tatalaksana
Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan
mengatasinya serta memberikan terapi pengganti dengan preparat besi. Sekitar 80 85%
penyebab ADB dapat diketahui sehingga penanganan tepat dapat dilakukan.
- Pemberian preparat besi peroral ferous sulfat dengan dosis 4-6 mg/kgBB/hari.
- Pemberian preparat besi parenteral dengan dosis = BB(kg) x kadar Hb yang
-

diinginkan (g/dl) x 2,5


Transfusi darah, transfusi darah jarang dilakukan, hanya dilakukan pada anemia berat
atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi. Pemberian PRC
dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikan kadar Hb
sampai tingkat yang aman.

8. Pencegahan
Tindakan untuk mencegah kekurangan besi :
- Meningkatkan konsumsi Fe terutama dari sumber hewani, juga perlu meningkatkan
-

penggunaan makanan yang mengandung vitamin C dan A


Fortifikasi bahan makanan dnegan cara menambah masukan besi dengan

mencampurkan senyawa besi kedalam makanan sehari hari.


Suplementasi merupakan cara yang paling tepat untuk menanggulangi ADB di daerah
yang prevalensinya tinggi.
25

ILMU
KESEHATAN
ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

NO RM :

1
2

ANALISA KASUS
An. S, Perempuan berusia 14 tahun mulai rawat inap tanggal 12 November 2014 di Bangsal
Melati RSUD Karanganyar dengan demam sudah 10 hari, demam sumer-sumer, semakin tinggi
pada sore dan malam hari, pusing, lemas, mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik tampak lemah
dan pucat, tidak ditemukan thyphoid tongue yaitu lidah tremor dan hiperemis, mata kunang, telinga
berdenging dan nyeri telan Pada pemeriksaan penunjang didapatkan, penuruina Hb, peningkatan
titer Salmonella typhi O dan Salmonella paratyphi AO, Salmonella paratyphi BO positif.
26

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK penunjang pasien curiga mengalami
Berdasarkan dari hasil autoanamnesis, dan pemeriksaan
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

demam tifoid. Gejala klinis pada demam tifoid biasanya demam, gangguan pencernaan, serta
gangguan kesadaran (apatis). Namun pada pasien ini hanya ditemukan demam yang mirip dengan
tifoid, yaitu demam tipe kontinyu. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil positif pada titer
Salmonella typhi O dan Salmonella paratyphi AO, dan Salmonella paratyphi BO pada hari ke-10.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium pasien mengalami anemia tipe hipokromik mikrositik
yang merupakan anemia disebabkan defisiensi besi, asupan makan yang tidak adekuat pada masa
pertumbuhan dan pubertas kemungkinan menjadi penyebab anemia.

DAFTAR PUSTAKA
1. Alan R. Tumbelaka. Diagnosis dan Tata laksana Demam Tifoid. Dalam Pediatrics Update.
Cetakan pertama. 2003. Jakarta ;Ikatan Dokter Anak Indonesia: 37-46
2. Diagnosis of typhoid fever. In : Background document : The diagnosis, treatment and
prevention of typhoid fever. World Health Organization, 2003;7-18.
3.

Hoffman SL. Typhoid Fever. In : Strickland GT, Ed. Hunters Textbook of Pediatrics,
edition7. Philadelphia : WB Saunders, 1991:344-58.

4. Mansjoer, A, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi IV EGC, Jakarta, 2000.


27

ILMU
KESEHATAN NO RM : 3 2 1 4
2
ANAK
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi XII EGC,
Jakarta.Staf Pengajar IKA, Ilmu Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

5.

Anak, Buku Kuliah II FKUI, Jakarta, 1995


6.

Parry CM. Typhoid fever. N Engl J Med 2002;347(22):1770-82.

7. Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta.


8. Tjan Hoan Tjay, Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efekefek sampingnya. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. PT Elex Media Komputindo.
Kelompok Gramedia. Jakarta
9. Widodo Darmowandoyo. Demam Tifoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi dan
Penyakit Tropis. Edisi pertama. 2002. Jakarta ;Bagian Ilmu Kesehatan Anak
367-375

28

FKUI:

Anda mungkin juga menyukai