Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN PNEUMONIA, DENGAN GANGGUAN PADA


SISTEM RESPIRASI

Oleh :
N. SRI WERDI PUTRI
NIM : 1002105088

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2012

KONSEP DASAR PENYAKIT


DEFINISI :

Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli).

(DEPKES. 2006).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan

konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zuh Dahlan. 2006).
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru, dengan

beberapa alveoli terisi cairan dan sel-sel darah.


Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri;
merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering

menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita (Said 2007).


Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal

dari suatu infeksi. (Price, 1995)


Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam- macam

etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001)
Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama
alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak - anak

EPIDEMIOLOGI :
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus dengan
serotipl sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%,
sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. angka kejadian tertinggi
ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan berkurang dengan meningkatnya
umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumokokus- ditemukan
pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan bronchopneumonia lebih sering
dijumpai pada anak kecil dan bayi.
Pneumonia sangat rentan terhadap bayi berumur di bawah dua bulan, berjenis
kelamin laki-laki, tingkat sosioekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu rendah,
tingkat pelayanan kesehatan masih kurang, adanya penyakit kronis pada bayi,
kurang gizi, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang memadai,
polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan
defisiensi vitamin A.

Pneumonia juga merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara


terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan penyebab
kematian utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen
Kesehatan mendapatkan pneumonia penyebab kejadian dan kematian tertinggi
pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain
virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk
terjadinya pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan, defisit imunologi,
polusi, GE, aspirasi, dll.
Said (2007) menyatakan bahwa diperkirakan 75% pneumonia pada anak balita di
negara berkembang termasuk di Indonesia disebabkan oleh pneumokokus dan
Hib. Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian balita
karena pneumonia. Di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun
2001 kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita per tahun. Ini berarti
bahwa pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun,
atau hampir 300 balita setiap hari, atau 1 balita setiap 5 menit. Menunjuk angkaangka di atas bisa dimengerti para ahli menyebut pneumonia sebagai The
Forgotten Pandemic atau "wabah raya yang terlupakan" karena begitu banyak
korban yang meninggal karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang
diberikan kepada masalah pneumonia. Tidak heran bila melihat kontribusinya
yang besar terhadap kematian balita pneumonia dikenal juga sebagai "pembunuh
balita nomor satu".
Senada dengan Said, Betz dan Sowden (2002) menyatakan bahwa insidens dari
pneumonia antara lain :
1. Pneumonia virus lebih sering dijumpai daripada pneumonia bakterial
2. Pneumonia streptokokus paling sering terdapat pada 2 tahun pertama
kehidupan. Pada 30 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 3
bulan dan pada 70 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari 1
tahun.
3. Pneumonia pneumokokus mencakup 90 % dari semua pneumonia
4. Mikoplasma jarang menimbulkan pneumonia pada anak yang berusia 5tahun,
mereka berhubungan dengan 20 % kasus pneumonia yang di diagnosis pada
pasien antara umur 16 dan 19 tahun.
5. Pneumonia akan terjadi lebih berat dan lebih sering pada bayi dan anak-anak
kecil

6. Virus sinsisium respiratori merupakan penyebab terbesar dari kasus


pneumonia virus.
7. Infeksi virus saluran nafas atas adalah penyebab kematian kedua pada bayi
dan anak kecil.
8. Pneumonia mikoplasma mencakup 10 sampai 20 % pneumonia yang dirawat
di rumah sakit.
ETIOLOGI :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan

terjadinya

Pneumocystis

carinii

pneumonia

(CPC). Biasanya

menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)


Menurut (Smeltzer, 2001) etiologi pneumonia, meliputi :
1) Pneumonia bakterial
Penyebab yang paling sering :
-

Streptoccocus pneumonia menyebakan pneumonia streptokokus

Jenis yang lain :


-

staphiloccocus aureus menyebakan pneumonia stapilokokus

Klebsiella pnemoniae menyebabkan pneumonia klebsiella

Pseudomonas aerugilnosa menyebabkan pneumonia pseudomonas

Haemophilus influenzae menyebabkan Haemophilus influenza.

2) Pneumonia atipikal
Penyebab paling sering :

- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma


Jenis lain :
- Legionella pneumophila menyebakan penyakit legionnaires
- Mycoplasma penumoniae menyebabkan pneumonia mikoplasma
- Virus influenza tipe A, B, C menyebakan pneumonia virus
- Penumocyctis carini menyebakan pneumonia pnemosistis carinii (PCP)
- Aspergillus fumigates menyebakan pneumonia fungi
- Cipittaci menyebabkan pneumonia klamidia (pneumonia TWAR)
- Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis
(Smeltzer, 2001 : 568-570).
3) Pneumonia juga disebabkan oleh terapi radiasi (terapi radisasi untuk kanker
payudara/paru) biasanya 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai ini
menyebabkan pneumonia radiasi. Bahan kimia biasanya karena mencerna kerosin
atau inhalasi gas menyebabkan pneumonitis kimiawi (Smeltzer, 2001 : 572).
Karena aspirasi/inhalasi (kandungan lambung) terjadi ketika refleks jalan nafas
protektif hilang seperti yang terjadi pada pasien yang tidak sadar akibat obatobatan, alkohol, stroke, henti jantung atau pada keadaan selang nasogastrik tidak
berfungsi yang menyebabkan kandungan lambung mengalir di sekitar selang yang
menyebabkan aspirasi tersembunyi. ( Smeltzer, 2001 :637)

PATOFISIOLOGI :
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut.
Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan,
sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko.
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada
saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri
pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan
jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi
imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan
oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system
pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang
paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh
lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di

paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar
ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling
umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007)
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai alveoli, reaksi
inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya
eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli
menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam perialveolar kapiler di
bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia (Engram 1998).
Proses inflamasi pada pneumonia terbagi dalam 4 stadium :
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri dari
empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :

Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein
keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor,
disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.

Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir
setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar,
bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga
dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat
fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara,
disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti
hepar).

Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin
yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru
tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di
dalam alveoli yang terserang.

Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi

oleh

makrofag

dan

pencernaan

kotoran

inflamasi,

dengan

mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan kembali


pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).
MANIFESTASI KLINIS :
Suriadi dan Rita (2001) menyebutkan manifestasi klinis yang terdapat pada penderita
pneumonia, yaitu :

1. Setangan akut dan membahayakan


2. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
3. Batuk
4. Reles (ronchi)
5. Wheezing
6. Sakit kepala, malaise
7. Nyeri abdomen
Manifestasi klinis :
Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara

mendadak (38 40 C), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).


Gejala khas :
a. Sianosis pada mulut dan hidung.
b. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
c. Gelisah, cepat lelah.

Batuk mula-mula kering produktif.


Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.
Pemeriksaan laboratorium = lekositosis.
Foto thorak = bercak infiltrate pada satu lobus/beberapa lobus.

KLASIFIKASI :
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan
Klasifikasi

Inang dan lingkungan

Pneumonia komunitas

Sporadis atau endemik; muda atau orang


tua

Pneumonia nosokomial

Didahului perawatan di RS

Pneumonia rekurens

Terjadi

berulangkali,

berdasarkan

penyakit paru kronik


Pneumonia aspirasi

Alkoholik, usia tua

Pneumonia pada gangguan imun

Pada

pasien

transplantasi,

onkologi,

AIDS
(Sudoyo, 2006: 966)
Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :
1) Klasifikasi klinis

Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :

a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris yg klasik


antara lain awitan yg akut dgn gambaran radiologist berupa opasitas lobus,
disebabkan oleh kuman yang tipikal terutama S. pneumoniae, Klebsiella
pneumoniae, H. influenzae.
b. Pneumonia atipikal, ditandai dgn gangguan respirasi yg meningkat lambat
dgn gambaran infiltrate paru bilateral yg difus, disebabkan oleh organisme
atipikal dan termasuk Mycoplasma pneumoniae, virus, Chlamydia psittaci.

Klasifikasi berdasarkan factor lingkungan dan penjamu, dibagi atas :


a. Pneumonia komunitas sporadis atau endemic, muda dan orang tua
b. Pneumonia nosokomial didahului oleh perawatan di RS
c. Pneumonia rekurens mempunyai dasar penyakit paru kronik
d. Pneumonia aspirasi alkoholik, usia tua
e. Pneumonia pd gangguan imun pada pasien transplantasi, onkologi,
AIDS

Sindrom klinis, dibagi atas :


a. Pneumonia bacterial, memberikan gambaran klinis pneumonia yang akut
dgn konsolidasi paru, dapat berupa :
-

Pneumonia bacterial atipikal yang terutama mengenai parenkim paru


dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar

Pneumonia bacterial tipe campuran dengan presentasi klinis atipikal


yaitu perjalanan penyakit lebih ringan (insidious) dan jarang disertai
konsolidasi paru. Biasanya pada pasien penyakit kronik

b. Pneumonia non bacterial


Dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan oleh Mycoplasma,
Chlamydia pneumoniae.

Area paru-paru yang terkena.


a. Pneumonia lobaris : area yang terkena yang meliputi satu lobus atau lebih.
b. Bronkopneumonia : proses pneumonia yang dimulai di bronkus

dan

menyebar ke jaringan paru sekitar.


2) Klasifikasi berdasarkan etiologi, dibagi atas :
a. Bakterial : Streptokokus pneumonia, Streptokokus aureus, H. influenza,
Klebsiella,dll
b. Non bacterial : tuberculosis, virus, fungi, dan parasit

Pneumonia dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu


diantaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1.

"community-acquired" (diperoleh diluar institusi kesehatan)


Pneumonia yang didapat diluar institusi kesehatan paling sering disebabkan oleh

Streptococcus pneumoniae.
2. "hospital-acquired" (diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya).
Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada
saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh penderita untuk
melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu, kemungkinannya terjadinya infeksi
oleh

bakteri

yang

resisten

terhadap

antibiotik

adalah

lebih

besar

(www.sehatgroup.web.id).
Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai
komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai
berikut:
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
ganda.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus, atipikal
(mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi yang mingkin
terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.
1. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat pada
anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah
RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari
ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa demam
tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada awal
penyakit. Sedikit mengi atau krekels terdengar auskultasi.
2. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim
gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang padat
penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam,

mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang
diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk
bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau
bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area paru.
3. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus,

dan

pneumonia

streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-organisme


individual menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya
didahului dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam,
malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan
nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus.
PEMERIKSAAN FISIK :
Pemerikasaan Fisik pada pasien Pneumonia
1. Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Gerakan pernapasan simetris. Pada pasien
dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal,
serta adanya retraksi sternum danICS. Nafas cuping hidung pada sesak berat . Untuk
batuk dan sputum saat dilakukan pengkajian pada pasien pneumonia biasanya
didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya peningkatan produksi secret dan
sekresi sputum yang purulen.
2. Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior/eksrusi pernapasan. Pada klien dengan pneumonia
gerakan dada saat bernafas biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri.
Untuk getaran suara / taktil premitus juga biasanya normal.
3. Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan
atau sonor pada seluruh lapanng paru. Bunyi redup perkusi klien dengan penemonia
didapatkan apabila bronchopneumonia menjadi suatu sarang (kunflunens)
4. Auskultasi
Pada klien dengan pneumonia , didaptkan bunyi napas melemah dan bunyi napas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk
mendokumentasikan hasil auskultasi didaerah mana didapatkan adanya ronkhi.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK :
Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002) dapat dilakukan antara lain :

Kajian foto thorak diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan

status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru)


Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubungan dengan

oksigenasi
Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya anemia, infeksi

dan proses inflamasi


Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba
Tes kulit untuk tuberkulin mengesampingkan kemungkinan TB jika anak tidak

berespons terhadap pengobatan


Jumlah leukosit leukositosis pada pneumonia bakterial
Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan

beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan


Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya seperti virus dan

bakteri
Kultur cairan pleura spesimen cairan dari rongga pleura untuk menetapkan agens

penyebab seperti bakteri dan virus


Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama dari
pohon trakeobronkhial; jaringan yang diambil untuk diuji diagnostik, secara terapeutik

digunakan untuk menetapkan dan mengangkat benda asing.


Biopsi paru selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan kajian

diagnostik.
Sedangkan menurut Engram (1998) pemeriksaan penunjang meliputi
Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.
b. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm. Protein di atas
c.

2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat menyokong

diagnosa.
d. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.
Pemeriksaan mikrobiologik
a. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum darah,
aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
b. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru.

Pemeriksaan imunologis
a. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepa
b. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.
c. Spesimen: darah atau urin.

d. Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex agglutination,

atau latex coagulation.


Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap mikroorganisme
penyebab pneumonia.
a.

Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi ringan


sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua lapangan paru atau
konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Bayi dan anak-anak gambaran
konsolidasi lobus jarang ditemukan.

b. Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan bronkopneumonia difus

atau infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat, kadang terdapat
adenopati hilus.
c. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan penyakit.
Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian memadat dan mengenai
keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumhya penekanan
(65%), < 20% mengenai kedua paru.

PENATALAKSANAAN :
Pengobatan umum pasien pasien pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotik yang
efektif terhadap organism tertentu, terapi oksigen untuk menanggulangi hipoksemia dan
pengobatan komplikasi seperti pada efusi pleura yang ringan, obat pilihan untuk penyakit ini
adalah penisilin G. (patofisiologi page 806)
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu waktu
dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk menunjukkan tanda-tanda infeksi
Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
Terapi suportif yang bisa dilakukan untuk mangatasi masalah klien

Berikan oksigen

Lakukan fisioterapi dada (lakukan hanya pada daerah yang terdapat sekret )
Tahapan fisioterapi
1. INHALASI
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap
kepada pasien langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru). Cara
penggunaannya cukup praktis yaitu pasien diminta menghirup uap yang

dikeluarkan nebulizer dengan menggunakan masker. Obat-obatan yang


dimasukkan ke dalam nebulizer bertujuan melegakan pernapasan atau
menghancurkan lendir. Semua penggunaan obat harus selalu dalam pengawasan
dokter. Dosis obat pada terapi inhalasi jelas lebih sedikit tapi lebih efektif
ketimbang obat oral/obat minum seperti tablet atau sirup, karena dengan
inhalasi obat langsung mencapai sasaran. Bila tujuannya untuk mengencerkan
lendir/sekret di paru-paru, obat itu akan langsung menuju ke sana.
2. PENGATURAN POSISI TUBUH
Tahapan ini disebut juga dengan postural drainage, yakni pengaturan posisi
tubuh untuk membantu mengalirkan lendir yang terkumpul di suatu area ke arah
cabang bronkhus utama (saluran napas utama) sehingga lendir bisa dikeluarkan
dengan cara dibatukkan.
3. PEMUKULAN/PERKUSI
Teknik pemukulan ritmik dilakukan dengan telapak tangan yang melekuk pada
dinding dada atau punggung. Tujuannya melepaskan lendir atau sekret-sekret
yang menempel pada dinding pernapasan dan memudahkannya mengalir ke
tenggorok. Hal ini akan lebih mempermudah anak mengeluarkan lendirnya.

Observasi tanda vital

Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam perawatan, misalnya,
pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektivitas pola napas.

Ciptakan lingkungan yang nyaman

KOMPLIKASI :
potensial komplikasi

Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat

Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena obstruksi


bronkus oleh penumukan sekresi

Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)

Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)

Delirium terjadi karena hipoksia

Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex: penisilin

Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.

Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.

Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

PROGNOSIS :
Dengan pengobatan sebagian tipe dari pneumoni karena bakteri dapat diobati dalam 1-2
minggu. Pneumoni karena virus mungkin berakhir lama, pneumonia karena mikoplasma
memerlukan 4-5 minggu. Hasil akhir dari episode pneumoni tergantung dari bagaimana
seseorang sakit, kapan dia didiagnosis pertama kali. (fransisca S. 2000)
PATHWAY (terlampir)
Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN
1 . I d e n t i t a s k l i e n Mencakup nama klien, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, status perkawinan dan alamat.
2 . Data riwayat kesehatana . R i w a y a t k e s e h a t a n d a h u l u
Apakah klien pernah mengalami penyakit. Penyakit yang berpengaruhterhadap penyakit
sekarang
3 . Riwayat kesehatan sekarangKlien mempunyai keluhan sebagai alasan ke rumah
sakitc . R i w a y a t
4.
5.
6.
7.

kesehatan

k e l u a r g a Kemungkinan keluarga menderita penyakit

pnemonia3.
Aktivitas : kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
sirkulasiGejala : riwayat adanya GJK kronis, Tanda : takikardi, penampilan kemerahan atau pucat.
Integritas ego : banyaknya stressor, masalah financial
M a k a n a n / c a i r a n Gejala : kehilangan napsu makan, mula, muntah, riwayat diabetes mellitus,
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor

buruk, malnutrisi.
8 . Neurosensori : Gejala : sakit kepala daerah frontal Tanda : perubahan mental (bingung, samnolen)
9 . N y e r i / k e n y a m a n a n Gejala : sakit kepala, nyeri dada, Tanda : melindungi area yang
sakit (pasien umumnya tidur pada posisiyang sakit untuk membatasi gerakan )Tanda : sputum
merah muda, perkusi pekak diatas area yang konsolidasi,fremitus taktil dan vocal bertahap meningkat
dengan konsolidasi, gesekan friksi pleural, bunyi nafas menurun, nafas bronchial,
warna pucat atausianosis bibir/ kuku.
10.
K e a m a n a n Gejala : riwayat gangguan system imun, mis AIDS,
penggunaan steroidatau kemoterapi,
1 1 .ketidakmampuan umum, Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan
mungkin pada kasus varisela

1 2 .Penyuluhan/ pembelajaranGejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alcohol


kronisPertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukan lam dirawat 6-8hari.
Bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah, oksigenmungkin diperlukan
(Doenges, Marilynn E, 2000; 164 )
DIAGNOSA
1.

Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolar-kapiler ditandai dengan Gas

2.

Darah Arteri abnormal, PH artery abnormal,sianosis,nafas cuping hidung,dan gelisah


Hipertermia b.d. dehidrasi dan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas

3.

normal, dan kulit terasa hangat.


Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga aktif ditandai dengan

4.

penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan suhu tubuh
Ketidakefektifan regimen terapeutik keluarga b.d. konflik keputusan ditandai dengan
ketidakefektifan aktifitas kluaraga untuk memenuhi tujuan kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Price, S. A 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4 : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth
volume 1.Jakarta:EGC
Carpenito, Lynda Juall.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.Jakarta :
EGC
Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Dochterman,

Joanne

McCloskey

et

al.2004.Nursing

Interventions

Classification

(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby

Anda mungkin juga menyukai