Tugas Pneumonia
Tugas Pneumonia
Oleh :
N. SRI WERDI PUTRI
NIM : 1002105088
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli).
(DEPKES. 2006).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. (Zuh Dahlan. 2006).
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru, dengan
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IKA, 2001)
Jadi bronkopnemonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan paru terutama
alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak - anak
EPIDEMIOLOGI :
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus dengan
serotipl sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%,
sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. angka kejadian tertinggi
ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan berkurang dengan meningkatnya
umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh pneumokokus- ditemukan
pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan bronchopneumonia lebih sering
dijumpai pada anak kecil dan bayi.
Pneumonia sangat rentan terhadap bayi berumur di bawah dua bulan, berjenis
kelamin laki-laki, tingkat sosioekonomi rendah, tingkat pendidikan ibu rendah,
tingkat pelayanan kesehatan masih kurang, adanya penyakit kronis pada bayi,
kurang gizi, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang memadai,
polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan
defisiensi vitamin A.
terjadinya
Pneumocystis
carinii
pneumonia
(CPC). Biasanya
2) Pneumonia atipikal
Penyebab paling sering :
PATOFISIOLOGI :
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut.
Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan,
sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko.
Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada
saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri
pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan
jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi
imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan
oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system
pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang
paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh
lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di
paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar
ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling
umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007)
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab mencapai alveoli, reaksi
inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ektravasasi cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya
eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli
menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam perialveolar kapiler di
bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia (Engram 1998).
Proses inflamasi pada pneumonia terbagi dalam 4 stadium :
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang khas terdiri dari
empat tahap yang berurutan (Price, 1995 : 711) :
Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang kaya protein
keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor,
disertai kongesti vena. Paru menjadi berat, edematosa dan berwarna merah.
Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang berakhir
setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam ruang alveolar,
bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel darah merah juga
dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang menutupi diselimuti eksudat
fibrinosa, paru-paru tampak berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara,
disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti
hepar).
Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi fibrin
yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru
tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di
dalam alveoli yang terserang.
Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis dan
direabsorbsi
oleh
makrofag
dan
pencernaan
kotoran
inflamasi,
dengan
KLASIFIKASI :
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan
Klasifikasi
Pneumonia komunitas
Pneumonia nosokomial
Didahului perawatan di RS
Pneumonia rekurens
Terjadi
berulangkali,
berdasarkan
Pada
pasien
transplantasi,
onkologi,
AIDS
(Sudoyo, 2006: 966)
Klasifikasi Pneumonia dapat dibagi menjadi :
1) Klasifikasi klinis
Klasifikasi tradisional, meninjau ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
dan
Streptococcus pneumoniae.
2. "hospital-acquired" (diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya).
Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada
saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh penderita untuk
melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu, kemungkinannya terjadinya infeksi
oleh
bakteri
yang
resisten
terhadap
antibiotik
adalah
lebih
besar
(www.sehatgroup.web.id).
Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai
komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai
berikut:
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih
lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
ganda.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya, virus, atipikal
(mukoplasma), bakteri, atau aspirasi substansi asing. Pneumonia jarang terjadi yang mingkin
terjadi karena histomikosis, kokidiomikosis, dan jamur lain.
1. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat pada
anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah
RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari
ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa demam
tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada awal
penyakit. Sedikit mengi atau krekels terdengar auskultasi.
2. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim
gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan konsidi hidup yang padat
penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam,
mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang
diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk
bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau
bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area paru.
3. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus,
dan
pneumonia
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK :
Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002) dapat dilakukan antara lain :
Kajian foto thorak diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan
oksigenasi
Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya anemia, infeksi
bakteri
Kultur cairan pleura spesimen cairan dari rongga pleura untuk menetapkan agens
diagnostik.
Sedangkan menurut Engram (1998) pemeriksaan penunjang meliputi
Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.
b. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm. Protein di atas
c.
2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat menyokong
diagnosa.
d. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.
Pemeriksaan mikrobiologik
a. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum darah,
aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
b. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru.
Pemeriksaan imunologis
a. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepa
b. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.
c. Spesimen: darah atau urin.
atau infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat, kadang terdapat
adenopati hilus.
c. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan penyakit.
Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian memadat dan mengenai
keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks umumhya penekanan
(65%), < 20% mengenai kedua paru.
PENATALAKSANAAN :
Pengobatan umum pasien pasien pneumonia biasanya berupa pemberian antibiotik yang
efektif terhadap organism tertentu, terapi oksigen untuk menanggulangi hipoksemia dan
pengobatan komplikasi seperti pada efusi pleura yang ringan, obat pilihan untuk penyakit ini
adalah penisilin G. (patofisiologi page 806)
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu perlu waktu
dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk menunjukkan tanda-tanda infeksi
Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
Terapi suportif yang bisa dilakukan untuk mangatasi masalah klien
Berikan oksigen
Lakukan fisioterapi dada (lakukan hanya pada daerah yang terdapat sekret )
Tahapan fisioterapi
1. INHALASI
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam bentuk uap
kepada pasien langsung melalui alat pernapasannya (hidung ke paru-paru). Cara
penggunaannya cukup praktis yaitu pasien diminta menghirup uap yang
Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam perawatan, misalnya,
pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektivitas pola napas.
KOMPLIKASI :
potensial komplikasi
Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex: penisilin
Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
PROGNOSIS :
Dengan pengobatan sebagian tipe dari pneumoni karena bakteri dapat diobati dalam 1-2
minggu. Pneumoni karena virus mungkin berakhir lama, pneumonia karena mikoplasma
memerlukan 4-5 minggu. Hasil akhir dari episode pneumoni tergantung dari bagaimana
seseorang sakit, kapan dia didiagnosis pertama kali. (fransisca S. 2000)
PATHWAY (terlampir)
Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN
1 . I d e n t i t a s k l i e n Mencakup nama klien, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, status perkawinan dan alamat.
2 . Data riwayat kesehatana . R i w a y a t k e s e h a t a n d a h u l u
Apakah klien pernah mengalami penyakit. Penyakit yang berpengaruhterhadap penyakit
sekarang
3 . Riwayat kesehatan sekarangKlien mempunyai keluhan sebagai alasan ke rumah
sakitc . R i w a y a t
4.
5.
6.
7.
kesehatan
pnemonia3.
Aktivitas : kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
sirkulasiGejala : riwayat adanya GJK kronis, Tanda : takikardi, penampilan kemerahan atau pucat.
Integritas ego : banyaknya stressor, masalah financial
M a k a n a n / c a i r a n Gejala : kehilangan napsu makan, mula, muntah, riwayat diabetes mellitus,
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, malnutrisi.
8 . Neurosensori : Gejala : sakit kepala daerah frontal Tanda : perubahan mental (bingung, samnolen)
9 . N y e r i / k e n y a m a n a n Gejala : sakit kepala, nyeri dada, Tanda : melindungi area yang
sakit (pasien umumnya tidur pada posisiyang sakit untuk membatasi gerakan )Tanda : sputum
merah muda, perkusi pekak diatas area yang konsolidasi,fremitus taktil dan vocal bertahap meningkat
dengan konsolidasi, gesekan friksi pleural, bunyi nafas menurun, nafas bronchial,
warna pucat atausianosis bibir/ kuku.
10.
K e a m a n a n Gejala : riwayat gangguan system imun, mis AIDS,
penggunaan steroidatau kemoterapi,
1 1 .ketidakmampuan umum, Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan
mungkin pada kasus varisela
Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolar-kapiler ditandai dengan Gas
2.
3.
4.
penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan suhu tubuh
Ketidakefektifan regimen terapeutik keluarga b.d. konflik keputusan ditandai dengan
ketidakefektifan aktifitas kluaraga untuk memenuhi tujuan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Price, S. A 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4 : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &Suddarth
volume 1.Jakarta:EGC
Carpenito, Lynda Juall.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.Jakarta :
EGC
Nanda. 2011. Diagnostik keperawatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
Dochterman,
Joanne
McCloskey
et
al.2004.Nursing
Interventions
Classification
(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri : Mosby