Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN KISTA OVARIUM

A.
1.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Definisi Kasus
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal pada

ovarium yang membentuk seperti kantong (Agusfarly, 2008).


Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan
atau setengahcair yang tumbuh dalam (indung telur) ovarium. (Kusuma, 2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong ada yang berisi udara, cairan, nanah,
ataupun bahan-bahan lainnya.
2.

Klasifikasi
1) Kista Ovarium Non Neoplastik (Fungsional)
a) Kista folikel
Kista folikel berkembang pada wanita muda, sebagian akibat folikel de
graft yang matang karena tidak dapat menyerap cairan setelah ovulsi.
Kista ini bisanya asimptomotik kecuali jika robek, dimana kasus ini
terdapat nyeri pada panggul. Jika kista tidak robek, bisanya meyusut
setelah 2-3 siklus menstrusi.
b) Kista corpus luteum
Terjadi setelah ovulasi dan karena peningkatan sekresi dari progesteron
akibat dari peningkatan cairan di korpus luteum ditandai dengan nyeri,
tendenderness pada ovari, keterlambatan menstuasi dan siklus menstuasi
yang tidak teratur atau terlalu panjang. Rupture dapat mengakibatkan
haemoraghe intraperitoneal. Biasanya kista corpus luteum hilang selama
1-2 siklus menstruasi.
c) Sindroma rolisistik ovarium
Terjadi ketika endokrin tidak seimbang sebagai akibat dari estrogen yang
terlalu tinggi, testosteron dan LH serta penurunan sekresi FSH. Tanda
dan gejala terdiri dari obesitas, hirsurism (kelebihan rambut di badan)
mens tidak teratur, infertilitas.

d) Kista Theca- lutein


Biasanya bersama dangan mola hydatidosa. Kista ini berkembang akibat
lamanya stimulasi ovarium dari human chorionik gonadotropine (HCG).
2) Kista Ovarium Plastik (Abnormal)
a) Kistadenoma
Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi kista. Kista ini
juga dapat menyerang ovarium kanan atau kiri. Gejala yang timbul
biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti vesika
urinaria sehingga dapat menyebabkan inkontinensia atau retensi. Jarang
terjadi tapi mudah menjadi ganas terutama pada usia di atas 45 tahun
atau kurang dari 20tahun.
b) Kista coklat (endometrioma)
Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak di dalam rahim tapi
melekat pada dinding luar indung telur. Akibatnya, setiap kali haid, lapisan
ini akan menghasilkan darah terus menerus yang akan tertimbun di dalam
ovarium dan menjadi kista. Kista ini dapat terjadi pada satu ovarium.
Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama ketika haid atau
bersenggama.
c) Kista dermoid
Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik
kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah
keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari
sel telur melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri
mendadak diperut bagian bawah karena torsi tangkai kista.
d) Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang
berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan
nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e) Kista hemorhage
Merupakan

kista

fungsional

yang

disertai

perdarahan

sehingga

menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.


f) Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
2

sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.


g) Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan.
Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista
polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan
untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan
rasa sakit.
3.

Etiologi

Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu
yaitu :
1)

2)

Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :


a)

Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

b)

Zat tambahan pada makanan

c)

Kurang olah raga

d)

Merokok dan konsumsi alcohol

e)

Terpapar dengan polusi dan agen infeksius

f)

Sering stress

g)

Zat polutan

Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu
yang disebut
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang
bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentuatau karena radiasi,
protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

4.

Manifestasi Klinik
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian

besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau
komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak
menimbulakan gejala dalam waktu yang lama.
Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a.

Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.

b. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.


3

c.

Nyeri saat bersenggama.

d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih lama,


mungkin lebi pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi pada siklus
biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid
b.

Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering

berkemih.
c.

Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang


menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.

d. Nyeri saat bersenggma


3. Pada stadium lanjut :
a.

Asites

b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga


perut (usus dan hati)
c.

Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,

d. Gangguan buang air besar dan kecil.


e.

Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat
penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat
merasa sesak nafas. Bila sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium
seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan
bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan
tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta HCG dan alfafetoprotein.
Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker
ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan
operasi. Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium
sangat berbeda dengan kista ovarium biasa.

5.

Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel folikel praovulasi yang telah mengalami atresia

(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan
FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang
stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak
memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan
4

pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel
anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya
ovarium polikistik. (Corwin, 2002)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan
abdomen dan pelvis dan sel sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen
dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik
muncul tanpa gejala atau tanda spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring
dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan
perubahan fungsi gastro intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut,
cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan
abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan
estrogen beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi.
(Price, Wilson,2006).
6.

Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonografi
b. Laparaskopi
c. Hitung darh lengkap

7.

Penatalaksanaan medis
Pengangkatan

kista

ovariumyang

besar

biasanya

adalah

tindakan

pengangkatan melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm dan
tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, konsepsi oral
dapat digunakan untuk menekan aktifitas ovarium dan menghilangkn kista.
Perawatan

paska

operasi

seetelah

pembedahan

serupa

dengan

pembedahan abdomen. Penurunan tekanan intraabdoment yang diakibatkan oleh


pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang erat.
B.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.

Pengkajian fokus
a.

Biodata Klien

b.

Riwayat penyakit sekarang

c.

Keluhan utama

Klien biasanya mengeluh nyeri pada perut kanan bawah

Klien biasanya merasa berat pada daerah pelvis dan cepat merasa
5

lelah.
d. Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit ini sebelumnya

Tanyakan apakah klien ada mengalami / menderita penyakt

molahidatidos / kehamilan
anggur, kehamilan ektopik.
e.

Riwayat penyakit Keluarga


Tanyakan apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
denagn klien

f.

g.

Riwayat Obestri

Tanyakan kapan menstruasi terakhir?

Tanyakan haid pertama dan terakhir?

Tanyakan siklus menstruasi klien, apakah teratur atau tidak?

Tanyakan lamanya menstruasi dan banyaknya darah saat menstruasi?

Tanyakan apakah ada keluhan saat menstruasi?

Pernahkah mengalami abortus? Berapa lama perdarahan?

Apakah partus sebelumnya spontan, atern atau proterm?

Pola Kebiasaan
1)

Aktivitas / istirahat

Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada malam hari, adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas,
berkeringat malam.

Kelemahan atau keletihan.

Keterbatasan latihan ( dalam berpartisipasi terhadap latihan ).

2)

Sirkulasi.

Palpitasi (denyut jantung cepat / tidak beraturan / berdebar-debar),


nyeri dada, perubahan tekanan darah.

3)

Integritas ego

Faktor stres (pekerjaan, keuangan, perubahan peran), cara


mengatasi stress (keyakinan,merokok, minum alkohol dan lain-lain).

Masalah dalam perubahan dalam penampilan : pembedahan,

bentuk tubuh.
6


4)

Menyangkal, menarik diri, marah.


Eliminasi.

Perubahan pola defekasi, darah pada feces, nyeri pada defekasi.

Perubahan buang air kecil : nyeri saat berkemih, nematuri, sering


berkemih.

5)

Perubahan pada bising usus : distensi abdoment.


Makanan / cairan

Keadaan / kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak,


adiktif, bahan pengawet

6)

Anorexsia, mual-muntah.

Intoleransi makanan.

Perubahan berat badan.

Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.


Neurosensori

Pusing, sinkope (kehilangan kesadaran secara tiba-tiba)


7)

Nyeri
Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat)

h.

Pemeriksaan Fisik Head to Toe


1)

Inspeksi
Kepala

: Rambut rontok, mudah tercabut, warna rambut.

Mata

: Konjungtiva tampak anemis, icterus pada sklera.

Leher

: Tampak

adanya

pembesaran

kelenjar

limfe

dan

bendungan vena jugularis.


Payudara

: Kesimetrisan bentuk, adanya massa.

Dada

: Kesimetrisan, ekspansi dada, tarikan dinding dada

pada inspirasi, frekuensi


per-nafasan.
Perut

: Terdapat luka operasi, bentuk, warna kulit, pelebaran

vena-vena abdomen,
tampak pembesaran striae.
Genitalia

: Sekret, keputihan, peradangan, perdarahan, lesi.

Ekstremitas : Oedem, atrofi, hipertrofi, tonus dan kekuatan otot.


2)

Palpasi
Leher

Pembesaran

kelenjar

limfe

dan

kelenjar
7

submandibularis.
Ketiak

: Pembesaran kelenjar limfe aksiler dan nyeri tekan.

Payudara

: Teraba massa abnormal, nyeri tekan.

Abdomen : Teraba massa, ukuran dan konsistensi massa, nyeri


tekan, perabaan hepar, ginjal dan hati.
3)

Perkusi
Abdomen

Hipertympani, tympani, redup, pekak, batas-batas

hepar.
Refleks
4)

: Fisiologis dan patologis

Auskultasi
Abdomen meliputi peristaltik usus, bising usus, aorta abdominalis
arteri renalis dan arteriiliaca.

2.

Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
2. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
3. PK: perdarahan
b. Post operasi
1) Nyeri akut b/d agen injuri fisik
2) Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
3) Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)

3. Perencanaan
Pre Operasi
NO
1.

DIANGOSA

INTERVENSI (NIC)

TUJUAN (NOC)

KEPERAWATAN

Nyeri akut b.d agen Setelah


injuri biologi

dilakukan

asuhan

keperawatan selama 3x24 jam

diharapkan
nyeri
pasien

Pain Management
Lakukan

pengkajian

nyeri

berkurang

secara

NOC :

termasuk lokasi, karakteristik,

v Pain Level,

durasi, frekuensi, kualitas dan

v Pain control,

faktor presipitasi

v Comfort level

v Mampu mengontrol nyeri (tahu


nyeri,

menggunakan
nyeri,

bantuan)
v

Melaporkan

bahwa

berkurang
menggunakan
nyeri

Gunakan teknik komunikasi

mampu terapeutik untuk mengetahui


tehnik pengalaman nyeri pasien

untuk

nonfarmakologi
mengurangi

Observasi reaksi nonverbal


dari ketidaknyamanan

Kriteria Hasil :
penyebab

komprehensif

Kaji

kultur

yang

mencari mempengaruhi respon nyeri


Evaluasi pengalaman nyeri
nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan
dengan

manajemen tim kesehatan lain tentang


ketidakefektifan kontrol nyeri

v Mampu mengenali nyeri (skala, masa lampau


Bantu pasien dan keluarga
intensitas, frekuensi dan tanda
untuk

nyeri)

mencari

dan

nyaman menemukan dukungan


Kontrol lingkungan yang dapat
setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam rentang mempengaruhi nyeri seperti


suhu ruangan, pencahayaan
normal

Menyatakan

rasa

dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri

(farmakologi,

farmakologi

dan
9

non
inter

personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non


farmakologi

Berikan

analgetik

untuk

mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol


nyeri

Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
2.

Kecemasan
diagnosis

bd Setelah

dilakukan

nyeri tidak berhasil


asuhan NIC :

dan keperawatan selama 3x 24 jam Anxiety

pembedahan

diharapakan cemasi terkontrol


NOC :

Reduction

(penurunan kecemasan)
Gunakan pendekatan yang

v Anxiety control

menenangkan

v Coping

Nyatakan dengan jelas

Kriteria Hasil :

harapan

terhadap

pelaku

v Klien mampu mengidentifikasi pasien


dan

mengungkapkan

gejala

cemas

Jelaskan semua prosedur


dan

apa

yang

dirasakan

Mengidentifikasi, selama prosedur


mengungkapkan
menunjukkan

dan

tehnik

Temani

pasien

untuk

untuk memberikan keamanan dan

mengontol cemas

mengurangi takut

v Vital sign dalam batas normal

Berikan informasi faktual

v Postur tubuh, ekspresi wajah, mengenai diagnosis, tindakan


bahasa
aktivitas

tubuh

dan

tingkat prognosis

menunjukkan

berkurangnya kecemasan

Dorong keluarga untuk


menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh
10

perhatian
Identifikasi

tingkat

kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi

yang

menimbulkan

kecemasan
Dorong

pasien

mengungkapkan

untuk

perasaan,

ketakutan, persepsi
Instruksikan
menggunakan

pasien
teknik

relaksasi
Barikan
3.

PK: Perdarahan

Setelah

dilakukan

asuhan

obat

untuk

mengurangi kecemasan
Monitor
tanda-tanda

keperawatan selama 3x24 jam perdarahan gastrointestinal


diharapakan
menunjukkan
dapat diminimalkan

pasien

Awasi petheciae, ekimosis,

perdarahan perdarahan dari suatu tempat


Monitor vital sign
Catat perubahan mental
Hindari aspirin
Awasi

HB

dan

factor

pembekuan
Berikan vitamin tambahan
dan pelunan feses

11

Post Operasi
NO
1.

DIANGOSA
Nyeri

akut

INTERVENSI (NIC)

TUJUAN (NOC)

KEPERAWATAN

b.d Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

3x24
jam

agen injuri fisik

selama

Pain Management
Lakukan

pengkajian

nyeri

komprehensif
diharapkan nyeri pasien secara
termasuk lokasi, karakteristik,
berkurang
durasi, frekuensi, kualitas dan

NOC :

faktor presipitasi

v Pain Level,

v Pain control,

dari ketidaknyamanan

v Comfort level
Kriteria Hasil :

Observasi reaksi nonverbal

Gunakan teknik komunikasi

v Mampu mengontrol nyeri terapeutik untuk mengetahui


(tahu penyebab nyeri, pengalaman nyeri pasien
mampu

menggunakan

Kaji

kultur

yang

nonfarmakologi mempengaruhi respon nyeri


Evaluasi pengalaman nyeri
untuk mengurangi nyeri,
masa lampau
mencari bantuan)
tehnik

Evaluasi bersama pasien dan


v Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
dengan tim kesehatan lain tentang
menggunakan

ketidakefektifan kontrol nyeri

manajemen nyeri

masa lampau

Bantu pasien dan keluarga


v Mampu mengenali nyeri
mencari
dan
(skala,
intensitas, untuk
frekuensi

dan

nyeri)
v

tanda menemukan dukungan


Kontrol lingkungan yang dapat

rasa mempengaruhi nyeri seperti


nyaman setelah nyeri suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
berkurang
Menyatakan

Tanda

vital

Kurangi faktor presipitasi nyeri


dalam
Pilih dan lakukan penanganan
12

rentang normal

nyeri

(farmakologi,

farmakologi

dan

non
inter

personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi

Ajarkan tentang teknik non


farmakologi

Berikan

analgetik

untuk

mengurangi nyeri

Evaluasi keefektifan kontrol


nyeri

Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
2.

nyeri tidak berhasil


dilakukan Infection Control (Kontrol

Resiko infeksi b.d Setelah


penurunan

asuhan

pertahanan primer

selama

keperawatan infeksi)
3x

24

diharapakan

jam

lingkungan

infeksi setelah dipakai pasien lain

terkontrol

Pertahankan teknik isolasi

NOC :

Batasi pengunjung bila

v Immune Status
v

Bersihkan

perlu

Knowledge : Infection

Instruksikan

pada

control

pengunjung untuk mencuci

v Risk control

tangan saat berkunjung dan

Kriteria Hasil :

setelah

berkunjung

v Klien bebas dari tanda meninggalkan pasien


dan gejala infeksi

Gunakan

v Mendeskripsikan proses antimikrobia


penularan
factor

sabun

untuk

cuci

penyakit, tangan
yang

mempengaruhi

Cuci
sebelum

13

tangan
dan

setiap
sesudah

penularan

serta tindakan kperawtan

penatalaksanaannya,
v

Menunjukkan tangan
kemampuan
mencegah

timbulnya

sarung

sebagai

alat

Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan

Jumlah leukosit dalam alat


batas normal

baju,

untuk pelindung

infeksi
v

Gunakan

Menunjukkan

Ganti letak IV perifer dan


perilaku line

hidup sehat

central

sesuai

dan

dressing

dengan

petunjuk

Gunakan

kateter

umum
intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection

Protection

(proteksi terhadap infeksi)


Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Monitor hitung granulosit,
WBC
Monitor

kerentanan

terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring

pengunjung

terhadap penyakit menular


Partahankan

teknik

aspesis pada pasien yang


beresiko
14

Pertahankan teknik isolasi


k/p
Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi

kulit

dan

membran mukosa terhadap


kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan

pasien

dan

keluarga tanda dan gejala


infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan

kecurigaan

infeksi
3.

Laporkan kultur positif


dilakukan Personal
hyegene

Defisit perawatan Setelah


diri b.d imobilitas asuhan

keperawatan managemen

(nyeri

selama

3x24

pembedahan)

diharapakan

jam

pasien dalam perawatan diri

menunjukkan

Kaji keterbatasan pasien


Berikan kenyamanan pada

kebersihan diri

pasien

NOC :

membersihkan tubuh pasien

Kowlwdge

dengan

disease (oral,tubuh,genital)

process

Ajarkan kepada pasien


15

Kowledge

health pentingnya

Behavior

kebersihan diri

Kriteria Hasil :

Ajarkan kepada keluarga

v Pasien bebas dari bau


v

menjaga

Pasien

pasien

dalam

menjaga

tampak kebersihan pasien

menunjukkan
kebersihan
v Pasien nyaman

DAFTAR PUSTAKA
A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Womens Health Care. Seventh edit.
Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.
Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
16

Jakarta:EGC.
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America: Mosby.
Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Mosby.
Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

17

Anda mungkin juga menyukai